DISUSUN OLEH:
DANU ARIYANTO
NIM.1820161017
2018
A. Pengertian
Flap adalah suatu unit jaringan yang dipindahkan dari satu area (donor site) ke area
yang lain (recipient site) dengan masih mempertahankan sistem aliran darahnya
sendiri.
Skin flap adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun
seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut
daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang
membutuhkannya (disebut daerah resipien) (Heriady,2009).
Flap adalah suatu unit jaringan yang dipindahkan dari satu area (donor site) ke area
yang lain (recipient site) dengan masih mempertahankan sistem aliran darahnya
sendiri
B. Etiologi
Terdapat beberapa indikasi absolut untuk dilakukan flap pada pembedahan
rekonstruksi. Diantara adalah terdapat terdapatnya defek yang menyebabkan tulang,
pembuluh darah, jaringan otak, persendian atau implant nonbiologi yang terpapar
kepada dunia luar. Flap juga diperlukan pada preasure sore dimana terdapat tulang
yang terekspose. Pada kondisi ini penutupan luka secara langsung tidak
direkomendasikan karena memberikan tekanan pada luka akibat penonjolan tulang
yang dapat menghambat penyembuhan luka12.
D. Manifestasi Klinis
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hebat
sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar
yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan
kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah
infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses
penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft
berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan
kulit sehat yang ada pada tubuh.
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas
sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan
memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses
penyembuhan dapat berlangsung secara optimal.( Zipamai, 2012 )
Masa Penyembuhan
Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang
tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan
telah benar-benar terjadi.
b. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft
merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka
dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui
pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada
pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses
ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2-3 hari hingga
sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
c. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan
mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi
pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6-7 setelah operasi. Tanpa
adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan
mampu bertahan hidup.
d. Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah yang
berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan
pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya
ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan
terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang
digunakan sebagai graft.
e. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit
berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit
pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal
pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep
yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam
menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
f. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.
Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini
biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna
hingga beberapa tahun.
g. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang
hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih
pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya
atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk
melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau
lebih.( Harnawati, 2008 )
E. Patofisiologi
Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan
sayatan, penutupan peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen
menyebabkan tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada
insisimidline, ini memungkinkan menyebabkan bahan jahitan dipotong dengan
pemisahan lemak transversal. Dan sebaliknya, pada insisi transversal, lemak dilawan
dengan kontraksi.
Otot perut rektus segmental memiliki suplaidarah dan saraf. Jika irisan sedikit
lebih lateral, medial bagian dari otot perutrektus mendapat denervated dan akhirnya
berhenti tumbuh. Ini menciptakantitik lemah di dinding dan pecah perut.
Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-
abdominal pressure yang menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimanakondisi
itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
lama, pembedahan abdominal dan kegemukan.Dapat dipicu juga jika mengangkat beb
an berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat konstipasi.
Terapiradiasi dapat mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari
faktor peradangan, dan pematangan kolagen. Antineoplastic agents menghambat peny
embuhan luka dan luka penundaan perolehan dalam kekuatan tarikPada pasien post
operasi abdomen yang memiliki penurunankemampuan penyembuhan luka, maka
akan beresiko mengalami burstabdomen. Pasien burst abdomen biasanya akan
ditemukan peningkatantekanan intra abdomen sehingga dapat mengganggu ekspansi
paru dan suplaioksigen menurun sehingga menyebabkan terjadinya sesak napas.
Distensiabdomen juga sering ditemukan pada pasien burst abdomen sehingga
dapatmenyebabkan penurunan nafsu makan dan terjadi anoreksia. Luka insisi
pada pasien burst abdomen dapat menyebabkan diskontinuitas jaringan sehinggameni
mbulkan nyeri pada daerah sekitar luka. dan memiliki resiko tinggiterjadi infeksi
(Medical Journal, 2011).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
Prosedur Perawatan Luka dan Perawatan Skin Graf
a. Urutan perawatan luka
1) Buka balutan dengan pemberian NaCl bila balutan kering atau lengket.
2) Luka dicuci dengan cairan savlon 1% kemudian dibilas NaCl 0,9%
(normal salin).
3) Keringkan dengan kasa steril
4) Beri zalk silver sulfadiazine pada luka (0.5 cm)
5) Tutup dengan menggunakan gaas steril.
b. Perawatan luka pada donor
1) Luka pada bagian donor tidak boleh tergeser dan boleh bergerak
bebas
2) Bila menggunakan Bioskin buka pada hari ketiga. Jika bioskin kering bersihkan
dengan savlon 1% dan biarkan bioskin tetap menempel dan tutup dengan gaas steril.
3) Amati tanda-tanda infeksi, bila ada bau busuk, bengkak, nyeri tekan,
4) lepaskan bioskin dan berikan sufratulle dan zalf AB kemudian tutup gaas steril,
rawat setiap hari.
5) Luka donor yang hanya diberi sufratulle, buka balutan setelah 2 minggu post
operasi. Bila luka bersih, rawat luka 2 hari sekali.
c. Perawatan skin graft
1) Bagian skin graft tidak boleh dibuka sebelum hari kelima, kecuali ada tanda
infeksi segera buka.
2) Buka balutan harus sangat hati-hati.Kering atau lengket basahi NaCl jangan
dipaksakan, tekan skin graft agar tetap menempel gunakan 2 buah pinset, 1untuk
menekan dan yang lainnya untuk melepaskan. Jika terjadi perdarahan tekan daerah
tersebut sampai perdarahan berhenti dan laporkan jika berlanjut.
3) Bersihkan skin graft dengan savlon 1%.
4) Bila ada tanda infeksi (merah,bengkak,bau,pus). Pus dibersihkan dengan
bethadine.
5) Jika cairan terkumpul di bawah graft, buatlah gulungan gaas steril dan gulung
perlahan-lahan gulungan gaas ke arah tepi.
6) Tutup dengan gaas steril dan elastis verban.
7) Ganti verban setiap hari, jika ada stepler dibuka pada hari ketujuh dan buka
jahitan pada hari ke 14.
8) Perhatikan jika terjadi hipertropi jaringan (pemakaian elastis verban).
9) Rehabilitasi latihan latihan setelah skin graft benar-benar lengket. (Harnawati,
2008)
H. Pemeriksaan Diagnostik
a) LED : Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi
b) Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan “perpindahan kekiri” diduga
proses infeksi
c) Pletismografi : mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah
mengevaluasi aliran darah arterial
d) Ultrasound Dropler : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
e) Tekanan O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi paling besar dan
paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas
f) SDP : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi
luka dan respon inflamasi terhadap cedera
g) Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan, kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal
h) Glukosa Serum : Peningkatan menunjukkan respon terhadap stress
i) Albumin serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan
j) BUN / Kreatinin : dapat meningkat akibat cedera jaringan
k) Kultur luka : mengidentifikasi adanya infeksi , dan organisme penyebab
l) Fotografi area luka : catatan untuk penyembuhan luka/ skin loss (Harnawati,
2008)
F. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian yang akan dilakukan lebih berfokus pada keadaan kulit pasien antara
lain (Smeltzer & Bare, 2002:1831): mengkaji keadaan umum kulit meliputi
warna, suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit, lesi, vaskularitas, mobilitas
dan kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan
elastisitas kulit dinilai dengan palpasi. Pengkajian sirkulasi pada kulit sangat
penting diperhatikan dengan tujuan untuk memperoleh data apakah telah terjadi
komplikasi akibat pemasangan graft dan untuk memantau kelangsungan hidup
graft pada daerah resipien. Bila graft berwarna
Kriteria hasil:
Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit dan jaringan yang lebih parah.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil:
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kriteria hasil:
a. Klien mendemonstrasikan perubahan pada gaya hidup
b. Konstipasi tidak terjadi.
c. Ikut serta dalam pola defekasi sesuai petunjuk.
Intervensi:
Kriteria hasil:
Nucki N, Basic knowledge for flap surgery, Bagian orthopaedi & traumatologi RSHS
Bandung. April 2009.
Robert W; Facial plastic, reconstructive & trauma surgery, Marcel Dekker. New York.