Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan
Indonesia memiliki iklim tropis sehingga banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh subur.
Selain itu iklim di Indonesia memungkinkan adanya berbagai kegiatan lain seperti
perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain. Hal itu juga didukung oleh sumber daya
alam yang melimpah dan kondisi alam yang mendukung semuanya berjalan dengan baik.
Semua produk dari kegiatan-kegiatan tersebut diperuntukkan bagi kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia dan bahkan bisa menjadi komoditi ekspor ke negara-negara maju.
Sebelum kita menelaah lebih lanjut kita harus tahu terlebih dahulu pengertian pangan
tersebut. Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang dimaksud dengan pangan
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Namun, yang menjadi
perhatian kita saat ini adalah sektor pertanian karena sebagai negara agraris seharusnya
kita mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional bahkan mengekspor ke negara-negara
lain. Alangkah ironisnya saat kita mendengar bahwa Indonesia mengimpor beras, gula,
dan bahan pangan lainnya dari negara lain seperti Thailand. Hal tersebut bertentangan
dengan kondisi negara kita yang memiliki tanah yang subur dan kondisi alam yang
mendukung. Apakah produk-produk pertanian di negeri ini tidak bisa mencukupi
kebutuhan pangan nasional.
Kita sering mendengar alasan pemerintah melakukan impor adalah untuk ketahanan
pangan nasional. Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang dimaksud
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan. Dengan demikian kita bisa menarik kesimpulan bahwa
produk-produk hasil pertanian di negeri ini belum mampu mencukupi kebutuhan pangan
nasional secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, kita bisa
membandingkan dengan negara Thailand yang menjadi lumbung padi di Asia Tenggara,
padahal secara luas wilayahnya, masih jauh dibandingkan luas wilayah Indonesia, tetapi
mampu menjadi lumbung padi di Asia Tenggara. Dari sini harusnya kita bisa
mengevaluasi bagaimana pertanian di negeri ini belum mampu menghasilkan produk-
produk yang dapat mencukupi kebutuhan pangan secara merata. Dalam hal ini diperlukan
sinergi antara pemerintah pusat dan daerah serta peran masyarakat juga sangat dibutuhkan
dalam meningkatkan hasil pertanian untuk ketahanan pangan nasional.
Seperti yang kita ketahui bahwa terdapat beberapa daerah yang telah ditetapkan
pemerintah sebagai daerah-daerah penghasil bahan pangan tertentu , misalnya pulau jawa
sebagai daerah penghasil beras, di daerah sumatera terdapat daerah penghasil bawang,
dan masih banyak daerah-daerah lainnya. Disini kita tidak hanya harus terfokus dengan
daerah-daerah tertentu saja, kita juga harus mengoptimalkan daerah-daerah lainnya agar
mampu menghasilkan produk-produk pertanian. Selain itu pemerintah juga harus
mengoptimalkan peran serta petani tradisional dalam meningkatkan hasil pertanian untuk
ketahanan pangan nasional.
Dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah telah memberikan bantuan kepada petani-
petani seperti bibit unggul, pupuk, dan lain-lain sebagainya. Namun, praktik di
lapangannya sering terjadi penyimpangan-penyimpangan oleh oknum-oknum tertentu
sehingga bantuan tersebut tidak terdistribusi dengan baik dan merata bagi para petani. Hal
tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja dan harus ditindak dengan tegas agar berbagai
bantuan yang diberikan dapat diterima oleh para petani di seluruh Indonesia.
Selain itu perlunya peningkatan teknologi dalam mengolah pertanian. Kita bisa
melihat dari negara-negara maju bagaimana pemanfaatan teknologi dalam mengolah
pertanian di negaranya. Penggunaan teknologi dalam sektor pertanian bertujuan untuk
meningkatkan kinerja petani dalam mengolah lahan pertaniannya agar lebih efektif dan
efisien sehingga pekerjaan pun menjadi lebih mudah. Sedangkan di Indonesia para petani
masih menggunakan metode-metode tradisional yang membutuhkan waktu lama dalam
mengolah lahan pertanian sehingga pekerjaannya menjadi tidak efektif dan efisien. Kita
bisa melihat secara nyata perbandingan antara menggunakan teknologi dan metode
tradisional bagaimana waktu yang digunakan lebih cepat dibandingkan secara tradisional.
Dalam hal peningkatan hasil pertanian kita juga harus melakukan pengembangan-
pengembangan teknologi dalam menghasilkan bibit unggul. Misalnya kita bisa
melakukan perkawinan silang antara dua jenis padi sehingga dihasilkan bibit unggul yang
mampu menghasilkan produk-produk berkualitas. Hal-hal seperti inilah yang saat ini
harus menjadi inovasi-inovasi baru dalam sektor pertanian. Di Indonesia saat ini hal-hal
tersebut masih sebatas daerah-daerah tertentu belum dilakukan secara nasional.
Pemerintah juga saat ini harus memberikan bantuan berupa uang pinjaman kepada
para petani untuk mengembangkan usahanya. Karena jika para petani meminjam uang
kepada rentenir maka mereka akan terbebani oleh bunga yang terus menumpuk sehingga
yang terjadi adalah besar pasak daripada tiang. Sebagai pemerintah baik eksekutif
maupun legislatif harus memperhatikan kondisi-kondisi yang terjadi baru memberikan
bantuan agar bantuan tersebut lebih bermanfaat bagi para petani jangan hanya
menguntungkan pihak dan atau oknum-oknum tertentu yang berdampak buruk bagi
kemajuan pertanian negeri ini.
Selain itu, pemerintah juga harus menetapkan regulasi mengenai lahan pertanian bagi
masyarakat dan pengawasan mau pun penertiban pemberian izin pengusahaan lahan-
lahan oleh pihak perusahaan swasta oleh pemerintah pusat mau pun daerah, kemudian
lahan- lahan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat harus diakui secara resmi oleh
pemerintah dan mencegah terjadinya pengambil alihan secara sewenang-sewenang oleh
perusahaan-perusahaan swasta yang bermodalkan uang. Dengan demikian apabila ada
perusahaan tertentu yang mengambil lahan pertanian masyarakat dapat ditindak dengan
tegas, karena itulah diperlukan regulasi yang mengaturnya agar semuanya dapat berjalan
dengan baik.
Kemudian kita mengetahui bahwa Indonesia sering melakukan impor bahan pangan
dari luar negeri. Tujuan dari dilakukannya impor tersebut adalah untuk ketahanan pangan
nasional. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita harus mengimpor,
mengapa kita tidak meningkatkan produksi pertanian dalam negeri saja.
Dalam merumuskan regulasi tersebut kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang
dibutuhkan masyarakat dalam bidang pertanian tersebut. Selain itu, kita juga harus
mempunyai pemikiran-pemikiran revolusioner agar tidak itu-itu saja karena hal tersebut
tidak akan membawa kemajuan. Kita bisa melakukan studi banding ke negara-negara
yang sudah mampu mengelola pertaniannnya dengan baik dan mampu memenuhi
kebuuhan baik di dalam maupun luar negeri.
Dalam regulasi tersebut kita harus mengatur terlebih dahulu bagaimana lahan
pertanian yang diberikan kepada masyarakat untuk bisa diolah menjadi lahan pertanian.
Hal ini diperlukan agar masyarakat tidak dicemaskan akan kejelasan lahan yang
diolahnya dan tidak ditakuti akan penggusuran dan pengambil alihan oleh pihak tertentu.
Sehingga masyarakat menjadi lebih fokus dalam mengolah pertaniannya.
Kemudian yang terakhir adalah pemerintah harus mengatur lebih jelas lagi mengenai
impor bahan pangan dari luar negeri. Aturan tersebut perlu diperketat dan diperjelas lagi
sehingga tidak ada oknum-oknum yang bermain. Kemudian pemerintah harus
meminimalisir impor bahan pangan karena lebih baik meningkatkan produksi pertanian
dalam negeri untuk memenuhi ketahanan pangan nasional sehingga tidak perlu
mengimpor.