Anda di halaman 1dari 13

ANALISA KEAUSAN BUSHING CONNECTING ROD MOBIL L300

DIESEL MENGGUNAKAN MATERIAL BRONZE

WAHYU NASUTION
12321040
Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Harapan
Jl. H.M. Joni No. 70 C, Medan 20216

ABSTRAK

Latar belakang dan tujuan penulis untuk menganalisa keausan bushing connecting rod
mobil L300 diesel menggunakan bronze dilakukan penelitian di CV. Saudara Teknik karena
bushing sangat berpengaruh terhadap performa mesin L300 diesel. Oleh karena itu, penulis
membandingkan hasil uji keausan bushing connecting rod yang di dapat di pasar dengan yang
dibuat penulis dari analisa ini dapat mengetahui hasil perbandingan uji keausan bushing
connecting rod mobil L300 diesel. Ukuran standart yang baik menurut CV. Saudara Teknik yang
di buat penulis 0,1 mm sampai 0,4 mm tingkat keausannya sedangkan hasil uji keausan yang di
dapat dari material dipasaran 0,6 mm sampai 0,8 mm tingkat keausannya. Uji keausan dilakukan
untuk mengetahui material yang lebih baik.

Kata Kunci : Uji Keausan Bushing Connecting Rod Mobil L300 Diesel.

1. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan diciptakannya teknologi adalah untuk mempermudah manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dapat dirasakan dan di buktikan dengan semakin mudahnya
manusia melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terlepas dari dampak negatif
yang timbul akibat penemuan dan penciptaan teknologi yang baru, sains dan teknologi sangat
dibutuhkan oleh manusia. Sebagai contoh suatu perusahaan atau lembaga akan sangat kesulitan
jika dalam ruang kerja tidak terdapat perangkat komputer untuk menyelesaikan tugas dan
pekerjaan kantor maupun perusahaan. Kemajuan teknologi sekarang ini telah menghasilkan
berbagai kreasi dalam segala hal yang bertujuan memudahkan segala aktifitas manusia. Ada
berbagai sarana transportasi tersedia, mulai dari darat, udara, dan laut. Kendaraan yang
diproduksi missal di negara kita umumnya kendaraan darat, mobil sebagai angkutan umum
diproduksi agar dapat memudahkan pekerjaan manusia, maka diharapkan komponen mobil
didesain secara efektif dan efisien serta menggunakan material komponen yang berkualitas dan
tahan lama.
Pada saat proses pembakaran yang terjadi di dalam silinder tenaga yang dihasilkan oleh
gas pembakaran sangatlah tinggi. Jika piston dan kelengkapannya tidak mampu menahan daya
ledak dari proses pembakaran tersebut, dapat dipastikan kalau piston dan connecting rod (batang
piston) dapat pecah. Untuk itu agar tidak terjadi kejadian tersebut maka kita diharuskan

1
mengetahui kekuatan dari connecting rodtersebut dalam meneruskan tenaga dari proses
pembakaran menuju poros engkol agar diubah dari tenaga translasi menjadi tenaga putar.
Connecting rod juga dimaksimalkan untuk mampu menahan gaya dari berat piston dan hasil
pembakaran dalam silinder. Akibat gaya tersebut connecting rod menerima beban aksial dan
lentur sehingga connecting rod harus mampu menerima beban tersebut.
Connecting rod dikenal keadaan beban yang komplek. Ini mengalami tinggi siklik banyak
urutan 108-109 siklus, yang berkisar dari beban tekan tinggi akibat pembakaran, untuk beban
tarik karena inersia. Oleh karena itu, daya tahan ini komponen sangat penting. Karena faktor-
faktor ini, batang penghubung, bushing pin piston telah menjadi topik penelitian untuk berbagai
aspek seperti teknologi produksi, keausan bahan, akibat gesekan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui mekanisme terjadinya keausan bushing pin
piston pada mobil L 300 diesel. Pada kasus ini kegagalan terjadi pada bagian small end
connecting rod. Kegagalan connecting rod biasanya terjadi karena keausan dari material
connecting rod. Untuk mengetahui penyebab keausan dari material connecting rod, dilakukan
berbagai pengujian. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian bushing standar dari bushing
yang menggunakan material bronze. Dari pengujian tersebut dapat diketahui nilai keausan pada
bushing pin piston.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Connecting Rod
Dalam mesin piston, connecting rod digunakan untuk menghubungkan piston dengan
crankshaft atau poros engkol. Bersama-sama dengan poros engkol membentuk sebuah
mekanisme yang mengubah gerakan linier piston menjadi gerakan rotasi. Gambar 2.1
menunjukkan connecting rod dari jenis kendaraan sepeda motor.

Gambar 2.1 Connecting RodL300 diesel


Sumber : http://www.kita punya.net connecting red
2.1.1 Bagian-bagian dan Persyaratan Connecting Rod

2
Connecting rod berfungsi untuk menghubungkan piston ke poros engkol danselanjutnya
meneruskan tenaga yang dihasilkan oleh piston ke poros engkol. Bagian ujung connecting rod
yang berhubungan dengan pena piston disebut small end dan yang berhubungan dengan poros
engkol disebut big end. Gambar 2.2 menunjukkan penampang dari connecting rod.

Gambar 2.2 Penampang Connecting Rod


Sumber : http://www.kita punya.net connecting red

Ukuran standar dari connecting rod untuk setiap mobil berbeda-beda sesuai dengan beban
yang dihasilkan (sesuai standart pabrikan). Untuk connecting rod L300 diesel memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
1. Large-End Thickness 5. Small-End Bore Diameter
2 . Large-End Bore Diameter 6. Small-End Thickness
3. Large-End Outline Diameter 7. Chamfer
4. Small-End Outline Diameter 8. Distance of Two Center Lines

Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa kelonggaran antara bushing dan penak
torak masih dapat digunakan bila pena torak dilumasi dengan oli mesin, pena dapat ditekan
dengan ibu jari pada temperatur normal.

Gambar 2.3 connecting rod (batang torak)


Sumber : http://www.kita punya.net connecting red
Keterangan:

3
D : Diameter bawah batang torak : 56 mm
d : Diameter atas batang torak : 29 mm
L : Jarak diameter bawah dan diameter atas batang torak : 158 mm
T : Tebal batang torak : 32 mm

Tabel 2.1 Dimensi Connecting Rod L300 Diesel


Thickness Bore Size Center

Big End Small End Big End Small End Distance

56 29 32,50 29,85 158

Satuan dalam millimeter (mm)

2.1.2 Beban yang Diterima Connecting Rod


Pada umumnya, connecting rod dibuat menggunakan proses casting atau forging dan
menerima beban yang bervariasi, seperti :
 Beban kompresi pada arah longitudinal. Kerusakan yang terjadi padaconnecting rod
disebabkan oleh stress, yang dihasilkan dari beban kompresiyang besar dan terjadi pada
saat pembakaran di ruang bakar.
 Beban tarik yang lain, seperti perubahan kecepatan pada piston.
 Beban bending pada lengan connecting rod, seperti pada saat pergerakanosilasi dari poros
pin small end maupun big end.

Frekuensi dari peningkatan beban dengan cepat tergantung pada meningkatnyaputaran


dari mesin. Dalam banyak kasus, kegagalan dari mesin dikarenakan oleh rusaknya connecting
rod dan kadang kadang kerusakan terjadi pada lengan dari connecting rod maupun pada small
end dan big end.
Oleh karena itu, batang torak harus dibuat seringan mungkin agar massa kelembamannya
kecil, dan tahan terhadap tekukkan, tekanan maupun puntiran dengandemikian biasanya
konstruksi batang torak dibuat dengan profik “I“, karena bentuk inimempunyai kekuatan yang
tinggi dan stabil serta bobotnya relative kecil.

2.2 Proses Produksi Connecting Rod L300 diesel

Material

4
Cutting of Material

Hot Forging

Machining

Heat Treatment (Carburizing, Quenching and Tempering)

Machining

Final Inspection

Gambar 2.4 Bagan Produksi Connecting Rod

Pembuatan connecting rod melalui beberapa tahap, seperti yang ditampilkan padagambar
2.3. Penjelasan dari bagan tersebut sebagai berikut:
1. Material, pemilihan jenis material sesuai dengan besar kapasitas dari kendaraan.
2. Cutting of Material, memotong besar dan panjang dari material yang sesuaidengan jenis
kendaraan.
3. Hot Forging, setelah pemotongan material dilakukan proses tempa atau hotforging
dimana temperaturnya diatas suhu kristalisasi.
4. Machining, proses yang dilakukan adalah grinding dan triming untukmendapatkan
ukuran yang tepat sebelum dilakukan heat treatment.
5. Heat Treatment, ada tiga proses yang dilakukan dalam heat treatment
 Carburizing, proses ini dilakukan untuk mendapatkan kekerasan danmengurangi
keausan hanya pada small end dan big end. Pada connecting rod,carburizing
dilakukan hanya pada small end dan big end karena bagiantersebut yang
mendapatkan beban yaitu beban rolling dan sliding.
 Quenching, proses carburizing yang mencapai suhu austenit didinginkanmelalui
proses quenching sehingga didapatkan struktur martensit yang keras.
 Tempering, struktur martensite hasil dari proses quench bersifat keras tapibritlle,
untuk mengatasi agar sifat bahan menjadi tangguh, dilakukan prosestempering.
Proses ini menyebabkan karbon membentuk karbida didalammartensit sehingga
didapatkan martensit yang tangguh walaupun mengurangisedikit kekerasannya.
6. Machining, setelah dilakukan proses heat treatment dilakukan proses machininguntuk
mendapatkan ukuran yang sesuai. Proses yang digunakan adalah grindingdan triming.
7. Final Inspection, pemeriksaan akhir untuk mengetahui ada tidaknya cacat karenaproduksi
sehingga didapatkan hasil yang bisa digunakan oleh konsumen.

2.3.Mekanisme Kegagalan Connecting Rod

5
2.3.1Fatigue
Fatigue atau lelah adalah bentuk dari kegagalan yang terjadi pada struktur yang terjadi
karena beban dinamik yang berfluktuasi dibawah kekuatan luluhnya yang terjadidalam waktu
yang lama dan berulang-ulang. Retak fatigue biasanya bermula dari permukaan yang merupakan
tempat beban berkonsentrasi. Fatigue menyerupai patah getas yaitu ditandai dengan deformasi
plastis yang sangat sedikit. Proses terjadinya fatigue ditandai dengan retak awal, perambatan
retak dan patah akhir. Permukaan fracture biasanya tegak lurus terhadap beban yang diberikan.
Dua sifat makro dari kegagalan fatigue adalah tidak adanya deformasi plastic yang besar dan
fracture yang menunjukkan tanda tanda berupa ‘beachmark’ atau‘camshell’.
Fatigue juga dipengaruhi oleh pelumasan. Jika minyak pelumas mengalami kekurangan
kekentalan dan volumenya rendah atau kotor dapat mempercepat proses terjadinya fatigue.
Fatigue karena pelumasan adalah jika bagian sliding tidak dilumasi akan menciptakan gesekan
yang luar biasa yang membutuhkan jumlah kekuatan yang besar untuk bergerak, slide atau
memisahkan mereka. Jika gesekan mencapai tingkatkritis, panas akan mengeringkan bagian-
bagian yang bergesekan dan akan menyebabkan berubahnya ukuran. Proses lelah akibat rolling
dan sliding tergantung pada kekentalan dan ketebalan lapisan film pelumas antar permukaan
rolling. Ketebalan film akan menambah umur fatigue
Fungsi dari pelumasan itu sendiri adalah :
 Mengendalikan gesekan
 Mencegah keausan
 Mendinginkan mesin
 Mencegah korosi
 Memelihara mesin tetap bersih
 Memaksimumkan kompresi, mempertahankan tekanan

3. METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode penelitian adalah suatu rangkaian pelaksanaan penelitian dalam rangka mencari
jawaban atas permasalahan. Penelitian dapat berjalan dengan sistematis dan lancar serta
mencapai tujuan yang diinginkan tidak terlepas dari metode penelitian yang disesuaikan dengan
prosedur, alat dan jenis penelitian.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2016 di CV. Saudara Teknik Jl.
Japaris/Rahmadsyah Medan.

3.3 Bahan Penelitian


3.1 Bronze

6
Gambar 3.1 Material Bronze

Bahan matrial bronze ini digunakan untuk pembuatan bushing connecting road mobil
l300 diesel.

3.4 Alat Penelitian


1. Micrometer
2. Jangka Sorong
3. Mata Bor
4. Dial Indicator
5. Mesin Bubut
6. Mesin Press
7. Mesin bubut bushing

3.5 Proses Pembuatan Boss Connecting Road


3.5.1 Tahap Pembubutan
Proses pembubutan dilakukan untuk membuat material bronze yang masih mentah dan
ingin dibuat menjadi bentuk bushing connecting rod l300 diesel sesuai dengan ukuran yang
sudah di tentukan ukuran bushingnya diameter luar 32 mm dan diameter dalam 29 mm. Mesin
ini ti tunjukan pada gambar 3.9. Proses pembubutan mempunyai tahap – tahap sebagai berikut:
1. Siapkan bahan yang ingin di bubut.
2. Gunakan micrometer untuk mengukur diameter luar.
3. Gunakan jangka sorong untuk mengukur diameter dalam

7
Gambar 3.9 Pembubutan

3.5.2 Proses Pemasangan Boss Connecting Road


Setelah bushing connecting road L300 diesel dibubut lakukan pemasangan bushing
connecting road dengan cara mengepressan dengan menggunakan mesin press. Di tunjukan pada
gambar 3.10 sebagai berikut.

Gambar 3.10 Proses Pengepressan

3.5.3 Proses Akhir Pembubutan Boss Connecting Road


Setelah dilakukan pengepressan bushing connecting road L300 diesel tahap selanjutnya
adalah pembubutan diameter dalam bushing dengan ukuran yang sudah ditentukan pada gambar
3.11sebagai berikut.

Gambar 3.11 Proses Pembubutan Akhir Bushing Connecting Road

3.5.4 Pengecekan Kebalingan


Proses ini adalah proses pengecekan kebalingan connecting road L300 diesel yang telah
selesai proses pembubutan akhir.

8
Gambar 3.12 Proses Pengecekan Kebalingan

3.6 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilaksanaN di CV. Saudara Teknik Medan. Pelaksanaan penelitian ini sesuai
dengan diagram alir pada gambar 3.15. Adapun tahap-tahap dari penelitian ini adalah:
1. Persiapan bahan yang akan diuji
2. Peralatan yang akan digunakan
3. Data hasil pengujian
4. Pembahasan
5. Kesimpulan

3.7 Tahap Penyusunan Tugas Akhir


Tahap penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari kegiatan penulis yaitu :
mengkompilasikan hasil analisa dari beberapa referensi, sehingga diperoleh data yang selanjutya
diinterpretasi dalam bentuk laporan akhir yang melampirkan tabel, grafik dan gambar.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1. ANALISA BUSHING CONECTING ROD
1. Ukuran standart Bushing L300 Diesel 29 mm
2. Ukuran bushing connecting rod tidak lebih dari 29 mm jika ukurannya lebih dari 29
mm maka akan berpengaruh pada pin piston dimana pin piston akan bergelombang
yang mengakibatkan terjadinya bunyi pada mesin L300 Diesel.
3. Saat pembubutan bushing connecting rod harus sesuai dengan ukuran Pin piston 29
mm
Apabila saat pebubutan bushing melebihi lapisan Bronze pada sparepart maka
bushing connecting rod tidak dapat di gunakan karena telah mengenai lapisan besi
dari bushing tersebut.

4.2. Pembahasan Bushing connecting rod


1. Pada saat pembubutan bushing bronze harus di buat lubang untuk jalur oli
mengikuti bentuk connecting rod. Tujuan untuk menghindari over heat pada
bushing.
2. Setelah proses pemasangan bushing pada connecting rod harus dilakukan
pengecekan pada coenecting rod apakah mengalami kebalingan atau tidak.
3. Apabila bushing connecting rod mengalami over heat maka connecting rod harus
dilakukan pembubutan kembali karena diameter connecting rod mengalami oval.

9
4. Material yang di gunakan dalam pengujian keausan Bushing connecting rod adalah
bushing dari lapisan besi dan Brone yang didapat dari toko sparepart dan bahan
bushing dari bahan Brone yang di gunakan penulis.
5. Dalam pengujian keausan yang pertama memakai bushing dari toko sparepart
dimana lama waktu pengujian bushing selama 7 jam mesin hidup dengan putaran
mesin 250 rpm. Stelah itu dilakukan pembongkaran connecting rod dan diukur
berapa keausan yang terjadi pada bushing yang didapat dari toko sparepart dari
bushing pertama –bushing keempat. Kemudian pengujian menggunakan bushing
connecting rod menggunakan material Bronze yang dibuat oleh penulis. Pengujian
dilakukan dengan waktu yang sama selama 7 jam. Dengan putaran mesin 250 rpm.
Stelah di uji berdasarkan putaran mesin dan waktu yang sama maka didapat data
hasil perbandingan keausan antara material bushing yang didapat dari toko sparepart
dengan bushing menggunakan matrial brone yang dibuat penulis.
6. Bushing pada material yang di dapat dari toko sparepart harus di periksa terlebih
dahulu setelah dilakukan pembuatan karena lapisan bronze pada bushing dari toko
sparepart hanya memiliki ketebalan lapisan bronze 30 mm – 50 mm. jadi apabila
saat pembubutan bushing telah melebihi batas ketentuan maka akan terkena lapisan
besi pada bushing jenis sparepart
7. Lapisan pada bushing dari material toko sparepart jika dipasang dan di uji maka
bisa mengakibatkan over heat pada bushing atau permukaan pin piston akan
mengalami keauasan dan bergelombang

4.3 Hasil Perbandingan Keausan Bushing Connecting RodAtas


Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Keausan Bushing Bagian Atas
HASIL UJI KEAUSAN BUSHING CONECTING ROD L300 DISESEL
Hasil Uji keausan Bushing
Hasil Ujian Keausan Bushing
Tahap Conecting rod. Menggunakan
Connecting rod dari toko Sparepart
Percobaan Bronze (mm)
Bagian Atas Bagian Atas
1 29,08 29,01
2 29,07 29,03
3 29,09 29,01
4 29,06 29,02

Gambar grafik 4.1 dibawah ini menunjukan gambar dari hasil perbandingan uji keausan
bushing connecting rod mobil l300 diesel bagian atas yang di beli dari pasaran dan yang di buat
penulis. Grafik ini dibuat penulis untuk mempermudah pembaca dalam melihat hasil data dalam
bentuk grafik.

10
Gambar 4.1 Grafik Bushing Connecting Rod Atas

4.4. Hasil Perbandingan Bushing Connecting Rod Bawah

Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Keausan Bushing Bagian Bawah


HASIL UJI KEAUSAN BUSHING CONECTING ROD L300 DISESEL
Hasil Uji keausan Bushing
Hasil Ujian Keausan Bushing
Tahap Conecting rod. Menggunakan
Connecting rod dari toko Sparepart
Percobaan Bronze (mm)
Bagian Bawah Bagian Bawah
1 29,06 29,02
2 29,08 29,03
3 29,08 29,01
4 29,07 29,02

Gambar grafik 4.1 dibawah ini menunjukan gambar dari hasil perbandinganuji keausan
bushing connecting rod mobil l300 diesel bagian bawah yang di belidari pasaran dan yang di
buat penulis. Grafik ini dibuat penulis untuk mempermudah pembaca dalam melihat hasil data
dalam bentuk grafik.

Gambar 4.2 Grafik Bushing Connecting Rod Bawah

11
5. KESIMPULAN
Analisa Keausan Bushing Connecting Rod Mobil L300 Diesel Menggunakan Material
Bronze yang di lakukan oleh penulis, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan mesin senter connecting roduntuk
mengetahui keausan bushing di CV. Saudara Teknik dan penulis juga mengetahui proses
pembuatan bushing connecting rod dari pemilihan bahan sampai uji keausan.
2. Dalam analisa ini untuk material yang digunakan oleh penulis adalah material bronze,
tetapi matrial kuningan juga bisa di buat menjadi bushing connecting rod. Bushing yang
menggunakan material bronze memiliki daya tahan keausan yang bagus karena
materialnya padu.
3. Hasil analisa keausan bushing connecting rod menggunakan material bronze yang di
buat penulis lebih bagus bahannya sehingga tingkat keausannya relatif rendah,
sedangkan hasil bushing connecting rod yang ada di pasaran tingkat keausannya cukup
tinggi, sehinga dapat menyebabkan bunyi kasar pada mobil L300 diesel, dan performa
mesin berkurang. Dan hasil analisa ini dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.

6. DAFTAR PUSTAKA

ASM Handbook 1992. Metallography and Mikrostruktures Vol.9. ASM International

B.H. Amstead, Phillip. F. Estwald, dkk. Teknologi Mekanik Jilid 1. Erlangga. 1993

Bondan. T. Sofyan. Pengantar Material Teknik. Salemba Teknik Edisi. 2011

Andi Publisher, Elemen–Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis.jilid1. 2009

C. Van Terheijden Harun. Alat-Alat Perkakas Edisi 1. 1981

Drs. Daryanto. Teknik Servis Mobil Edisi. 2005

R.S. Khuraii. J.K. Gupta. A Text Book Of Machine Design Edisi 1. 1980

Http://www.kita Punya Net Connecting- rod.Html, diakses 25 Juli 2016, Jam 20.15 WIB

Http://tdm.Wikipedia Hidrolok/el, diakses 25 Juli 2016, Jam 21.00 WIB

12
13

Anda mungkin juga menyukai