BAB IV Gambar
BAB IV Gambar
BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN
Gambar 4.1 Grafik Kecepatan Sandar Kapal (PIANC), Kapal Panamax 60.000 DWT
Sumber : www.evergreen-maritime.com
Keterangan:
E = energi kinetik akibat benturan (kNm)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W = bobot kapal / Displacement Tonnage (DT) (ton)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien konfigurasi penambatan
𝐶𝑏 = 0,594
Hydrodynamic Mass Coefficient (Cm)
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 2𝐶
𝑏 𝐵
𝜋 13,8
𝐶𝑚 = 1 + 2×0,594 36,5
𝐶𝑚 = 2
Radius of Gyration
r = (0,19 × Cb + 0,11) × Lpp
r = (0,19 × 0,594 + 0,11) × 270,42
r = 60,266 m
Distance from contact to center (l)
l = 0,25 × LoA
l = 0,25 × 286
l = 71,5 m
Coefficient of Eccentricity
1
𝐶𝑒 = 𝑙 2
1 +( )
𝑟
1
𝐶𝑒 = 71,5 2
1 +( )
60,266
𝐶𝑒 = 0,415
Coefficient of Configuration
Cc = 1
Softness Coefficient
Cs = 1
Ship Berthing Energy
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2
82.904,5×0,12
E= × 2 × 0,415 × 1 × 1
2
Gambar 4.2 Grafik Kecepatan Sandar Kapal (PIANC), Kapal Kontainer 7000 DWT
Sumber : www.evergreen-maritime.com
Keterangan:
E = energi kinetik akibat benturan (kNm)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W = bobot kapal / Displacement Tonnage (DT) (ton)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien konfigurasi penambatan
𝐶𝑏 = 0,628
Hydrodynamic Mass Coefficient (Cm)
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 2𝐶
𝑏 𝐵
𝜋 7,2
𝐶𝑚 = 1 + 2×0,628 20,2
𝐶𝑚 = 1,891
Radius of Gyration
r = (0,19 × Cb + 0,11) × Lpp
r = (0,19 × 0,628 + 0,11) × 114,26
r = 26,202 m
Distance from contact to center (l)
l = 0,25 × LoA
l = 0,25 × 123
l = 30,75 m
Coefficient of Eccentricity
1
𝐶𝑒 = 𝑙 2
1 +( )
𝑟
1
𝐶𝑒 = 30,75 2
1 +( )
26,202
𝐶𝑒 = 0,421
Coefficient of Configuration
Cc = 1
Softness Coefficient
Cs = 1
Ship Berthing Energy
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2
10.699,9×0,22
E= × 1,891 × 0,421 × 1 × 1
2
Gambar 4.3 Grafik Kecepatan Sandar Kapal (PIANC), Kapal Kontainer 2.500 DWT
Sumber : www.evergreen-maritime.com
Keterangan:
E = energi kinetik akibat benturan (kNm)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W = bobot kapal / Displacement Tonnage (DT) (ton)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien konfigurasi penambatan
Displacement Tonnage (DT) :
log (DT) = 0,365 + 0,953 log (DWT)
log (DT) = 0,365 + 0,953 log (2.500)
DT = 4.010,85 ton
Gross Tonnage (GRT)
GRT = 0,88 (DWT)
GRT = 0,88 × 2.500
GRT = 2.200 ton
Berthing Velocity
V = 0,29 m/s (difficult berthing conditions, sheltered)
Block Coefficient (Cb)
𝑊
𝐶𝑏 = 𝐿𝑝𝑝 ×𝐵 ×𝑑 × 𝛾°
𝐶𝑏 = 0,946
Hydrodynamic Mass Coefficient (Cm)
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 2𝐶
𝑏 𝐵
𝜋 4,8
𝐶𝑚 = 1 +
2×0,946 11,4
𝐶𝑚 = 1,699
Radius of Gyration
r = (0,19 × Cb + 0,11) × Lpp
r = (0,19 × 0,946 + 0,11) × 75,6
r = 21,904 m
Distance from contact to center (l)
l = 0,25 × LoA
l = 0,25 × 82
l = 20,5 m
Coefficient of Eccentricity
1
𝐶𝑒 = 𝑙 2
1 +( )
𝑟
1
𝐶𝑒 = 20,5 2
1 +( )
21,904
𝐶𝑒 = 0,533
Coefficient of Configuration
Cc = 1
Softness Coefficient
Cs = 1
Ship Berthing Energy
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2
4.010,85×0,292
E= × 1,699 × 0,533 × 1 × 1
2
5. Jarak Fender
Penentuan jarak fender ditentukan dari pendekatan perhitungan jarak
fender dari PIANC 2002, sebagai berikut.
Tabel 4.2 Perhitungan Maksimum Jarak Fender Kontainer Ship 60.000 DWT
Fender Pitch
Tabel 4.3 Perhitungan Maksimum Jarak Fender Kontainer Ship 7.000 DWT
Fender Pitch
Tabel 4.4 Perhitungan Maksimum Jarak Fender Kontainer Ship 2.500 DWT
Fender Pitch
Dari ketiga jarak fender yang ada, jarak maksimum fender yang boleh
dipasang adalah 8,7 m berdasarkan perhitungan jarak fender untuk kapal
berkapasitas 2500 DWT, namun menyesuaikan dengan jarak tiang pancang
maka diambil jarak antar fender sebesar 5 m nilai kerapatan fender yang
Sebagai acuan dihitung dari kapal terbesar yaitu kapal panamax 60.000
DWT.
GT = 0,88 (DWT)
GT = 0,88 × 60.000
GT = 52.800 ton
Maka bollard yang akan digunakan adalah bollard dengan kapasitas 100
ton.
Keterangan:
FD = Gaya arus (kN)
CD = Drag coefficient (1,0 untuk pipa bulat)
𝜌0 = Massa jenis air laut (1,023 t/m3)
A = Luasan tiang yang terproyeksi (m2)
V = Kecepatan arus (m/s)
Perhitungan gaya arus ditampilkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perhitungan Gaya Arus
Diameter Tiang
(m) 1,2 1,016 0,711
CD 1 1 1
A (m2) 1,2 1,2 0,711
𝜌0 (ton/m3) 1,025 1,025 1,025
v (m/s) 0,386 0,386 0,386
FD (kN) 0,092 0,092 0,054
Keterangan:
𝐹𝑇𝑊 = Gaya Angin Tranversal (kN)
Lebar : 36,5 m
𝐹𝑇𝑊 = 1,236 𝑘𝑁
𝐹𝐿𝑊 = 0,107 𝑘𝑁
4 𝑘ℎ 𝐷
𝛽=√
4𝐸𝐼
Keterangan :
𝑍𝑟 = Kedalaman jepit ( fixty point) (m)
𝑘ℎ ̅ (N/cm3)
= Koefisien reaksi subgrade horizontal, 1,5 × 𝑁
𝐷 = Diameter luar tiang pancang (cm)
𝐸 = Modulus elastisitas tiang pancang (N/cm2)
𝐼 = Inersia tiang pancang (cm4)
̅
𝑁 = nilai N-SPT rata-rata dari permukaan sampai kedalaman Zr
= 1228726,9 cm4
4 𝑘ℎ 𝐷
𝛽=√
4𝐸𝐼
4 22,5 × 120
𝛽=√
4 × 21411060 × 1228726,9
𝛽 = 0,00225 cm-1
1
𝑍𝑟 = 𝛽
1
𝑍𝑟 =
0,00225
𝑍𝑟 = 444,4 𝑐𝑚 = 4,44 m
Kedalaman tanah dasar dapat diketahui dengan melihat peta batimetri dermaga.
Peta batimetri berikut dibagi menjadi 3 zona tiang pancang yaitu zona A-A, B-B,
dan C-C.
Berdasarkan hasil bor log diatas, terlihat bahwa lapisan tanah telah mencapai
nilai N-SPT sekitar 20 di sekitar kedalaman 4.45 m. Lapisan tanah lalu mencapai
nilai N-SPT lebih dari 20 pada kedalaman 14.45 m dengan nilai N-SPT 55 dan
berturutturut sampai kedalaman 26.45 m. Dari hasil SPT ini didapat tanah keras
berada di kedalaman 14.45 m dari tanah dasar.
2. Desain Permodelan
Berikut merupakan gambar desain permodelan dermaga yang
direncanakan.
3. Tahapan Permodelan
Pemodelan dilakukan untuk memeriksa kekuatan dermaga akibat
pembebanan. Pemodelan ini dilakukan dengan software SAP2000
versi 18.2.0. Tahapan pemodelan analisis struktur dermaga ini
sebagai berikut.
a. Pendefinisian material Material yang digunakan pada
dermaga berupa beton bertulang dan baja. Beton
bertulang digunakan untuk elemen balok dan pelat,
sedangkan baja digunakan pada tiang pancang.
b. Pendefinisian frame dan area Frame dan area merupakan
penampang yang digunakan pada struktur. Penampang
pipa digunakan pada tiang pancang, persegi pada balok,
dan area section pada pelat.
c. Penempatan joint dan geometri struktur dilakukan
pembentukan garis-garis tiang yang membentuk rangka
sesuai dengan spesifikasi struktur yang akan
dimodelkan. Setelah itu dilakukan pengaturan jenis
perletakan yang digunakan pada ujung tiang yaitu jepit.
2. Beban Crane
Berat beban crane ditentukan berdasakan beban yang terdapat
pada setiap roda yaitu sebesar 450 kN dan 550 kN.
Keterangan :
a = jarak antar roda crane = 1 m
b = jarak melintang antar sumbu memanjang = 21 m
Dalam satu buah dermaga ini terdiri dari 2 buah crane, berikut
ini pengaplikasiannya pada software SAP 2000.
𝑊 = 𝑉 × 𝛾𝑏𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟𝑑
𝑊 = 𝐴 × 𝐴 × (𝐶 + 𝐷 + 𝐹) × 𝛾𝑏𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟𝑑
𝑊 = 16.67 𝑘𝑁
Keterangan : Beban
bollard 16,67 kN
Keterangan : Beban
fender 9,29 kN
Keterangan : Beban
PC1A 432,9 kN
Keterangan : Beban
PC2A 336 kN
Gambar 4.30 Detail Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 1,2 m
Gambar 4.31 Detail Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 1,016 m
Gambar 4.32 Detail Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 0,711 m
7. Beban Angin
Beban angin dibedakan menjadi dua arah, yaitu arah longitudinal
sebesar 0,107 kN dan arah tranversal sebesar 1,236 kN.
Keterangan : Beban
Angin Longitudinal :
0,107 kN, beban angin
transversal : 1,236 kN.
Gambar 4.35 Beban Angin
8. Beban Arus
Beban arus terjadi pada tiang pancang hingga ke seabed. Dari
perhitungan beban arus yang telah dihitung sebelumnya didapatkan
gaya sebesar 0,09 kN untuk tiang pancang diameter 1,2 meter, 0,09 kN
untuk tiang pancangdiameter 1,016 meter, dan 0,05 kN untuk tiang
pancang diameter 0,711 meter. Kemudian dalam permodelan, diambil
rata untuk semua tiang pancang dan dimasukkan beban gaya arus
sebesar 0,09 kN. Beban arus dibedakan menjadi dua arah, yaitu arah
longitudinal sebesar 0,09 kN dan arah tranversal sebesar 0,09 kN.
Keterangan : Beban
Arus Longitudinal : 0,09
kN, beban angin
transversal : 0,09 kN.
Gambar 4.37 Beban Arus
9. Beban Gempa
Beban gempa direncanakan sesuai dengan SNI 1726:2012
tentang “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Lokasi proyek berada di daerah
Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Lokasi Proyek
- 3059,33’74” LS
- 122036,59’77 BT
a. Zona Gempa
Gambar 4.40 Peta Zona Percepatan SS (Percepatan Batuan Dasar Periode Pendek)
Gambar 4.41 Peta Zona Percepatan S1 (Percepatan Batuan Dasar Periode 1 detik)
1. Momen Maksimum
Nilai momen maksimum didapatkan pada kombinasi servis SLC
2A sebesar 505,286 kNm.
3. Joint Displacement
Dari hasil SAP2000 selanjutnya adalah displacement yang terjadi
pada joint atau sambungan. Joint displacement ini dibedakan menjadi
dua arah yaitu arah sumbu x dan arah sumbu y.
Nilai joint displacement maksimum arah sumbu x terdapat pada
kombinasi servis SLC 1A pada posisi joint 581 sebesar 0,03 meter.
Gambar 4.48 Posisi Joint 581 / Joint Displacement Maksimum Arah Sumbu X
Keterangan,
Dari data boring, diketahui bahwa tanah pada lokasi dermaga terdiri dari
lapisan pasir dengan rentang nilai SPT 10-60 yang kemudian diikuti dengan lapisan
lempung keras dengan nilai SPT > 60. Berdasarkan posisi borlog dengan dermaga,
maka titik bor log 01 lebih mempresentasikan kondisi soil pada daerah jetty.
= 442,936 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 × 𝑝𝑏 (𝑡𝑜𝑛)
𝐴𝑏 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑑𝑝𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
= 0,711 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − (2 × 0,014) 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 0,683 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝑙𝑝𝑑 = 𝑑𝑝𝑑 2 × × 𝜋
4
1
= (0,683 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 × × 3,14
4
= 0,366 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝑙𝑝𝑙 = 0,397 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝐴𝑏 = 0,397 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 − 0,366 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
= 0,031 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝑝𝑏 = 300 + 10(𝑁 − 15)
= 300 + 10(60 − 15)
= 750
𝑄𝑏 = 0,031 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 × 750
= 23,25 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠
= 23,25 𝑡𝑜𝑛 + 535,182 𝑡𝑜𝑛
= 558,432 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 𝑄𝑠
𝑄𝑎𝑙𝑙 = +
𝐹𝑘𝑏 𝐹𝑘𝑠
𝐹𝑘𝑏 =3
𝐹𝑘𝑠 =5
23,25 𝑡𝑜𝑛 442,936 𝑡𝑜𝑛
= +
3 5
= 96,337 𝑡𝑜𝑛
Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Berdasarkan Data Standard Penetration
Test (Metode Mayerhoff)
Tabel 4.20 Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 0,711 m
Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang
Daya Dukung ultiamate ujung Tiang/Qb (ton) 23,250
Daya Dukung ultiamate kulit Tiang/Qs (ton) 442,936
Daya Dukung ultiamate Tiang/Qult (ton) 466,186
Faktor keamanan terhadapbtahanan ujung/Fkb 3
Faktor keamanan terhadapbtahanan kulit/Fks 5
Daya Dukung ijin ujung Tiang/Qbal / Qb/Fkb (ton) 8
Daya Dukung ijin kulit Tiang/Qsal / Qs/Fks (ton) 88,587
Daya Dukung ijin Tiang/Qall / Qb/Fkb + Qs/Fks (ton) 96,337
= 594,661 𝑡𝑜𝑛
𝑄ℎ = 71,718 ton (perhitungan daya dukung lateral halaman 120)
Y V
Keterangan:
V = Proyeksi Tiang Tegak = 6
H = Perbandingan Horizontal = 1
𝛾 = Proyeksi Tiang Miring = 6,083
1
𝑄𝑎𝑙𝑙 =
cos 𝛽 2 sin 𝛽 2
[( 𝑄 ) + ( 𝑄 ) ]
𝑠 ℎ
𝛽 = 9,462°
1
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 2
0.986 0.164 2
[( ) + (71,718) ]
594,661
Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Berdasarkan Data Standard Penetration
Test (Metode Mayerhoff)
-9 18 9 1 3,190 11,485
-10 19 10 1 3,190 12,123
-11 14 11 1 3,190 8,933
-12 10 12 1 3,190 6,380
-13 32 13 1 3,190 20,418
-14 55 14 1 3,190 35,093
-15 57 15 1 3,190 36,369
-16 59 16 1 3,190 37,645
-17 58 17 1 3,190 37,007
-18 58 18 1 3,190 37,007
-19 59 19 1 3,190 37,645
-20 60 20 1 3,190 38,283
-21 60 21 1 3,190 38,283
-22 60 22 1 3,190 38,283
-23 60 23 1 3,190 38,283
-24 60 24 1 3,190 38,283
-25 60 25 1 3,190 38,283
Tahanan Geser Kulit Tiang Qs = (ton) 594,661
= 747,571 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 × 𝑝𝑏 (𝑡𝑜𝑛)
𝐴𝑏 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑑𝑝𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Berdasarkan Data Standard Penetration
Test (Metode Mayerhoff)
Tabel 4.23 Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 1,200 m
Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang
Berikut adalah hasil rekap perhitungan daya dukung aksial setiap tipe
tiang pancang.
4 𝑘ℎ × 𝐷
𝛽 =√
4×𝐸×𝐼
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
4 𝑘ℎ × 𝐷
𝛽 =√
4×𝐸×𝐼
= 186300,88 𝑐𝑚4
𝑘ℎ = 0,15 × N-SPT (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 0,15 × 19
= 2,85 kg/cm3
𝐷 = 71,12 cm
4 2,85 × 71,12
𝛽 =√
4 × (2,1 × 106 ) × 186300,88
𝛽 = 0,00337 𝑐𝑚−1
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
𝐸0 = 28 × 19 (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 532
1
𝑘0 = 0,2 × 532 × 4
√71,123
𝑘0 = 4,344 kg/cm3
𝑦 = Besarnya pergeseran yang dicari adalah 3 cm. Sesuai dengan
defleksi maksimum yang di peroleh dari SAP2000
1
𝑘 = 4,344 ×
√3
𝑘 = 2,508 kg/cm3
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
𝛿𝑎 = besarnya pergeseran normal 1 cm.
2,508 × 71,12
𝐻𝑎 = ×1
0,00337
𝐻𝑎 = 52,928 𝑡𝑜𝑛 berdasarkan besarnya kapasitas lateral tersebut dapat
menahan pergeseran horizontal kurang dari 3 cm. (celah antara
jetty & trestle).
4 𝑘ℎ × 𝐷
𝛽 =√
4×𝐸×𝐼
= 628160,77 𝑐𝑚4
𝑘ℎ = 0,15 × N-SPT (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 0,15 × 19
= 2,85 kg/cm3
𝐷 = 101,6 cm
4 2,85 × 101,6
𝛽 =√
4 × (2,1 × 106 ) × 628160,77
𝛽 = 0,00272 𝑐𝑚−1
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
𝐸0 = 28 × 19 (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 532
1
𝑘0 = 0,2 × 532 × 4
√101,63
𝑘0 = 3,325 kg/cm3
= 1228726,85 𝑐𝑚4
𝑘ℎ = 0,15 × N-SPT (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 0,15 × 19
= 2,85 kg/cm3
𝐷 = 120,0 cm
4 2,85 × 120,0
𝛽 =√
4 × (2,1 × 106 ) × 1228726,85
𝛽 = 0,00240 𝑐𝑚−1
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
𝐸0 = 28 × 19 (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 532
1
𝑘0 = 0,2 × 532 × 4
√1203
𝑘0 = 2,935 kg/cm3
𝑦 = Besarnya pergeseran yang dicari adalah 3 cm. Sesuai dengan
defleksi maksimum yang di peroleh dari SAP2000
1
𝑘 = 2,935 ×
√3
𝑘 = 1,694 kg/cm3
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
𝛿𝑎 = besarnya pergeseran normal 1 cm.
1,694 × 120,0
𝐻𝑎 = ×1
0,00240
𝐻𝑎 = 84,7 𝑡𝑜𝑛 berdasarkan besarnya kapasitas lateral tersebut dapat
menahan pergeseran horizontal kurang dari 3 cm. (celah antara
jetty & trestle).
KAPASITAS LATERAL
Diameter Tebal Penampang Diameter Tiang Momen
Tiang Pancang Tiang Pancang Pancang Bagian Inersia k (kg/cm3) 𝛽 (cm-1) 𝛿𝑎 (cm) Ha (kg) Ha (ton)
(cm) (cm) Dalam (cm) 4
(cm )
71,12 1,4 68,320 186300,88 2,508 0,00337 1 52928,47 52,928
101,60 1,6 98,4 628160,77 1,92 0,00272 1 71717,65 71,718
120,00 1,9 116,2 1228726,85 1,694 0,00240 1 84700,00 84,700
Gambar 4.54 Ilustrasi Daya Tahan Tarik Tiang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Tanah
2
𝜎𝑦 = 3 × 𝐹𝑦
2 𝑘𝑔⁄
= 3 × 2460 𝑐𝑚2
𝑘𝑔⁄
= 1640 𝑐𝑚2
= 16400 𝑡𝑜𝑛⁄𝑚2
Momen
Momen
Diameter Momen Maksimum yang
𝜎𝑦 y Kapasitas Status
Tiang Pancang Inersia Diterima
(m) (ton/m2) (m4)
(m) Tiang
Struktur (M3)
Tiang
(kNm)
(kNm)
0,711 16400 0,00183 0,356 858,824 84,139 Aman
1,016 (miring) 16400 0,00628 0,508 2027,402 84,139 Aman
1,200 16400 0,01229 0,600 3359,267 84,139 Aman
Gambar 4.56 Defleksi Akibat Beban Lateral untuk Pondasi Tiang Panjang dengan kondisi
Kepala Tiang Bebas pada Tanah Non-kohesif (Broms, 1964)
Keterangan:
Hd = Beban lateral (ton)
Myield = Momen leleh (kN.m)
L = Panjang tiang (m)
D = Diameter tiang (m)
𝐻𝑑 35,61
𝑓 = 0,82 × √ = 0,82 × √ = 3,063 𝑚
𝐷 × 𝐾𝑝 × 𝛾 0,711 × 3,42 × 1,561
Momen Maksimum
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐻𝑑 (𝑒 + 3 𝑓)
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 35,61 (16 + 3,063)
3
𝐻𝑑 35,61
𝑓 = 0,82 × √ = 0,82 × √ = 2,562 𝑚
𝐷 × 𝐾𝑝 × 𝛾 1,016 × 3,42 × 1,561
𝑀𝑦 = 310,876 𝑡𝑜𝑛. 𝑚
Momen Maksimum
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐻𝑑 (𝑒 + 3 𝑓)
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 35,61 (16 + 3 3,063)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui Mmax > Myield maka hasil
perhitungan diatas menyatakan tidak adanya keruntuhan tanah. Berikut
adalah hasil rekap pengecekan keruntuhan tanah terhadap momen tiang.
Tabel 4.27 Pengecekan Keruntuhan Tanah Terhadap Momen
Pengecekan Keruntuhan Tanah Terhadap Momen
Diameter Momen Lapangan Momen maksimum Status
Tiang (m) (tonm) (tonm) Keruntuhan
0,711 321, 240 642,480 Aman
1,016 (meter) 310,876 621,771 Aman
1,200 312,860 625,720 Aman
Keterangan,
H0 : Beban mendatar yang bekerja (ton)
V0 : Beban vertikal yang bekerja(ton)
M0 : Momen luar terhadap titik pusat tumpuan (ton.m)
ẟx : Perpindahan mendatar terhadap titik pusat (cm)
ẟy : Perpindahan vertikal terhadap titik pusat (cm)
α : Sudut rotasi tumpuan (radial)
xi : Koordinat x untuk kepala tiang ke i (m)
Tabel 4.28 Penentuan Nilai Konstanta (K1, K2, K3, & K4)
4 𝑘𝐷
β : Nilai karaktersistik tiang, 𝛽 = √4 𝐸𝐼 (m-1)
1
λ : ℎ + 𝛽 (m)
𝜆 . 𝐻0
𝑉0 𝑀0 +
𝑃𝑁𝑖 = × 2 × 𝑥𝑖
𝑛 𝑛 𝐾22
Σ𝑥 2 + 𝐾𝑣 4 𝐾1 )
𝑖 (𝐾 −
𝐻0
𝑃𝐻𝑖 =
𝑛
1
𝑀𝑡𝑖 = (𝑀 − Σ𝑃𝑁𝑖 . 𝑥𝑖 )
𝑛 0
c. 𝐾3 = 15381,89 𝑡𝑜𝑛/𝑚
4 𝐸𝐼𝛽 (1+𝛽ℎ)3 +0,5
d. 𝐾4 = 1+𝛽ℎ × = 825,37 𝑡𝑜𝑛/𝑚
(1+𝛽ℎ)3 +2
e. 𝐾𝑣 = 41000 𝑡𝑜𝑛/𝑚
𝑉
0
𝛿𝑦 = 𝑛×𝐾 = − 0,148 𝑐𝑚 (-) menandakan arah berlawanan
𝑣
𝐾×𝐿 1,2×20000
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 = = = 97,166
𝑟 247
Diameter Modulus of
fy ϕMn Mu
Tiang Pancang Section (Z) Status
(MPa) (kN.m) (kN.m)
(m) (mm3)
0,711 240 5,24 × 106 1,13 × 103 1,08 × 103 Aman
7
1,016 240 1,24 × 10 2,98 × 103 1,08 × 103 Aman
𝐸𝑝 × 𝑅𝑎
𝐾=
𝐸𝑠
Dengan besarnya Ra ditentukan dengan persamaan,
𝐴𝑝 3970,57
𝑅𝑎 = = =1
1 2 1 2
4×𝜋×𝐷 4 × 3,14 × 71,12
Keterangan,
K = faktor kekakuan tiang
Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/m2)
Es = modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (kN/m2)
Eb = modulus elastisitas tanah di dasar tiang (kN/m2).
qc untuk pasir :
qc = 4 × N. (Pada kedalaman 20 nilai N = 60)
maka qc = 4 × 60 = 240 kg/cm2 = 24 MPa.
Modulus elastisitas di sekitar tiang (Es) dapat dihitung dengan : Es
= 3 × 212 kg/cm2 = 636 kg/cm2 = 63,6 MPa
Menentukan modulus elastisitas tanah di dasar tiang :
Eb = 10 × 63,6 Mpa = 636 Mpa
Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang :
Ep = 4700 × 600,5 = 36.406,043 Mpa
𝐸𝑝 × 𝑅𝑎 36.406,043 × 1,0
𝐾= = = 572,42
𝐸𝑠 63,6
𝑑𝑏 71,12
Nilai = 71,12 = 1, diameter ujung dan atas sama besarnya
𝑑
𝐿 2000
Nilai 𝑑 = = 33,3
60
5474,15+5358,1
𝑞𝑝 = = 4332,9 𝑘𝑁
2,5
20
𝐶𝑆 = (0,93 + (0,16 × √ )) × 0,02 = 0,0356
0,7112