Anda di halaman 1dari 88

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB IV
ANALISA PERHITUNGAN

4.1 Perhitungan Gaya pada Dermaga


Perhitungan gaya ini adalah perhitungan yang tidak dapat dihitung langsung
menggunkan aplikasi SAP2000, namun selanjutnya gaya-gaya yang telah dihitung
tersebut di-input kedalam program SAP2000 untuk memperoleh hasil permodelan
dermaga.
4.1.1 Gaya Tumbukan Kapal (Berthing)
Gaya tumbukan kapal ini adalah gaya yang dihasilkan oleh kapal ketika
hendak merapat dan bertambat ke dermaga. Pada perencanaan dermaga ini,
kapal terbesar yang akan bertambat adalah kapal kontainer panamax 60000
DWT. Selanjutnya, pada perhitungan gaya tumbuk kapal ini diperhitungkan
kapal bertipe panamax 60.000 DWT, kontainer 7.000 DWT, dan kontainer
2.500 DWT.
1. Energi Tumbuk Kapal Kontainer 60.000 DWT
Dimensi untuk kapal container 60.000 DWT menurut OCDI adalah
sebagai berikut.
DWT : 60.000 ton
Panjang total (LoA) : 286 m
Panjang perpendicular (Lpp) : 270,42 m
Lebar (B) : 36,5 m
Draft (D) : 13,8 m
Digunakan kecepatan sandar rencana untuk kapal panamax 60.000
DWT pada kondisi difficult berthing, sheltered.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 65


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.1 Grafik Kecepatan Sandar Kapal (PIANC), Kapal Panamax 60.000 DWT
Sumber : www.evergreen-maritime.com

Dari grafik tersebut didapatkan kecepatan sandar rencana untuk kapal


panamax 60.000 DWT pada kondisi difficult berthing, sheltered adalah 0,1
m/s.
 Perhitungan gaya tumbuk kapal
Berdasarkan OCDI, gaya tumbuk kapal dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2

Keterangan:
E = energi kinetik akibat benturan (kNm)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W = bobot kapal / Displacement Tonnage (DT) (ton)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien konfigurasi penambatan

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 66


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

 Diplacement Tonnage (DT) :


log (DT) = 0,365 + 0,953 log (DWT)
log (DT) = 0,365 + 0,953 log (60.000)
DT = 82.904,5 ton
 Gross Tonnage (GRT)
GRT = 0,88 (DWT)
GRT = 0,88 × 60.000
GRT = 52.800 ton
 Berthing Velocity
V = 0,1 m/s (difficult berthing conditions, sheltered)
 Block Coefficient (Cb)
𝑊
𝐶𝑏 = 𝐿𝑝𝑝 ×𝐵 ×𝑑 × 𝛾°

γᵒ = berat jenis air laut = 1,025 kg/m3


W = Displacement Tonnage (DT) = 82.904,5 ton
82.904,5
𝐶𝑏 = 270,42 ×36,5 ×13,8 × 1,025

𝐶𝑏 = 0,594
 Hydrodynamic Mass Coefficient (Cm)
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 2𝐶
𝑏 𝐵
𝜋 13,8
𝐶𝑚 = 1 + 2×0,594 36,5

𝐶𝑚 = 2
 Radius of Gyration
r = (0,19 × Cb + 0,11) × Lpp
r = (0,19 × 0,594 + 0,11) × 270,42
r = 60,266 m
 Distance from contact to center (l)
l = 0,25 × LoA
l = 0,25 × 286
l = 71,5 m

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 67


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

 Coefficient of Eccentricity
1
𝐶𝑒 = 𝑙 2
1 +( )
𝑟

1
𝐶𝑒 = 71,5 2
1 +( )
60,266

𝐶𝑒 = 0,415
 Coefficient of Configuration
Cc = 1
 Softness Coefficient
Cs = 1
 Ship Berthing Energy
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2
82.904,5×0,12
E= × 2 × 0,415 × 1 × 1
2

E = 344,054 kNm = 34,405 tonm


Ab = 1,5 (Container, Largest) (Tabel 2.5)
E = 34,405 × 1,5
E = 51,608 Tonm
Diasumsikan kapal mengenai 3 fender, maka Energi per fender adalah:
Ef = 51,608 ÷ 3
Ef = 17,203 tonm

2. Energi Tumbuk Kapal Kontainer 7.000 DWT


Dimensi untuk kapal kontainer 7.000 DWT menurut PIANC adalah
sebagai berikut.
DWT : 7.000 ton
Panjang total (LoA) : 123 m
Panjang perpendicular (Lpp) : 114,26 m
Lebar (B) : 20,2 m
Draft (D) : 7,2 m
Digunakan kecepatan sandar rencana untuk kapal kontainer 7.000
DWT pada kondisi difficult berthing, sheltered.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 68


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.2 Grafik Kecepatan Sandar Kapal (PIANC), Kapal Kontainer 7000 DWT
Sumber : www.evergreen-maritime.com

Dari grafik tersebut didapatkan kecepatan sandar rencana untuk kapal


container 7.000 DWT pada kondisi difficult berthing, sheltered adalah 0,2
m/s.

 Perhitungan gaya tumbuk kapal


Berdasarkan OCDI, gaya tumbuk kapal dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2

Keterangan:
E = energi kinetik akibat benturan (kNm)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W = bobot kapal / Displacement Tonnage (DT) (ton)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien konfigurasi penambatan

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 69


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

 Diplacement Tonnage (DT) :


log (DT) = 0,365 + 0,953 log (DWT)
log (DT) = 0,365 + 0,953 log (7.000)
DT = 10.699,9 ton
 Gross Tonnage (GRT)
GRT = 0,88 (DWT)
GRT = 0,88 × 7.000
GRT = 6.160 ton
 Berthing Velocity
V = 0,2 m/s (difficult berthing conditions, sheltered)
 Block Coefficient (Cb)
𝑊
𝐶𝑏 = 𝐿𝑝𝑝 ×𝐵 ×𝑑 × 𝛾°

γᵒ = berat jenis air laut = 1,025 kg/m3


W = Displacement Tonnage (DT) = 10.699,9 ton
10.699,9
𝐶𝑏 = 114,26 ×20,2 ×7,2 × 1,025

𝐶𝑏 = 0,628
 Hydrodynamic Mass Coefficient (Cm)
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 2𝐶
𝑏 𝐵
𝜋 7,2
𝐶𝑚 = 1 + 2×0,628 20,2

𝐶𝑚 = 1,891
 Radius of Gyration
r = (0,19 × Cb + 0,11) × Lpp
r = (0,19 × 0,628 + 0,11) × 114,26
r = 26,202 m
 Distance from contact to center (l)
l = 0,25 × LoA
l = 0,25 × 123
l = 30,75 m
 Coefficient of Eccentricity
1
𝐶𝑒 = 𝑙 2
1 +( )
𝑟

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 70


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1
𝐶𝑒 = 30,75 2
1 +( )
26,202

𝐶𝑒 = 0,421
 Coefficient of Configuration
Cc = 1
 Softness Coefficient
Cs = 1
 Ship Berthing Energy
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2
10.699,9×0,22
E= × 1,891 × 0,421 × 1 × 1
2

E = 170,366kNm = 17,037 tonm


Ab = 2 (Container, Smallest) (Tabel 2.5)
E = 17,037 × 2
E = 34,074 Tonm
Diasumsikan kapal mengenai 2 fender, maka Energi per fender adalah:
Ef = 34,074 ÷ 2
Ef = 17,037 tonm

3. Energi Tumbuk Kapal Kontainer 2.500 DWT


Dimensi untuk kapal kontainer 2.500 DWT adalah sebagai berikut.
DWT : 2.500 ton
Panjang total (LoA) : 82 m
Panjang perpendicular (Lpp) : 75,6 m
Lebar (B) : 11,4 m
Draft (D) : 4,8 m
Digunakan kecepatan sandar rencana untuk kapal kontainer 2.500
DWT pada kondisi difficult berthing, sheltered.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 71


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.3 Grafik Kecepatan Sandar Kapal (PIANC), Kapal Kontainer 2.500 DWT
Sumber : www.evergreen-maritime.com

Dari grafik tersebut didapatkan kecepatan sandar rencana untuk kapal


kontainer 2.500 DWT pada kondisi difficult berthing, sheltered adalah 0,29
m/s.
 Perhitungan gaya tumbuk kapal
Berdasarkan OCDI, gaya tumbuk kapal dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut.
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2

Keterangan:
E = energi kinetik akibat benturan (kNm)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W = bobot kapal / Displacement Tonnage (DT) (ton)
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien konfigurasi penambatan
 Displacement Tonnage (DT) :
log (DT) = 0,365 + 0,953 log (DWT)
log (DT) = 0,365 + 0,953 log (2.500)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 72


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DT = 4.010,85 ton
 Gross Tonnage (GRT)
GRT = 0,88 (DWT)
GRT = 0,88 × 2.500
GRT = 2.200 ton
 Berthing Velocity
V = 0,29 m/s (difficult berthing conditions, sheltered)
 Block Coefficient (Cb)
𝑊
𝐶𝑏 = 𝐿𝑝𝑝 ×𝐵 ×𝑑 × 𝛾°

γᵒ = berat jenis air laut = 1,025 kg/m3


W = Displacement Tonnage (DT) = 4.010,85 ton
4.010,85
𝐶𝑏 = 75,6 ×11,4 ×4,8 × 1,025

𝐶𝑏 = 0,946
 Hydrodynamic Mass Coefficient (Cm)
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 2𝐶
𝑏 𝐵
𝜋 4,8
𝐶𝑚 = 1 +
2×0,946 11,4

𝐶𝑚 = 1,699
 Radius of Gyration
r = (0,19 × Cb + 0,11) × Lpp
r = (0,19 × 0,946 + 0,11) × 75,6
r = 21,904 m
 Distance from contact to center (l)
l = 0,25 × LoA
l = 0,25 × 82
l = 20,5 m
 Coefficient of Eccentricity
1
𝐶𝑒 = 𝑙 2
1 +( )
𝑟

1
𝐶𝑒 = 20,5 2
1 +( )
21,904

𝐶𝑒 = 0,533

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 73


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

 Coefficient of Configuration
Cc = 1
 Softness Coefficient
Cs = 1
 Ship Berthing Energy
𝑊𝑉 2
E= × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2
4.010,85×0,292
E= × 1,699 × 0,533 × 1 × 1
2

E = 152,73 kNm = 15,273 tonm


Ab = 2 (Container, Smallest) (Tabel 2.5)
E = 15,273 × 2
E = 30,546 Tonm
Diasumsikan kapal mengenai 1 fender, maka Energi per fender adalah:
Ef = 30,546 ÷ 1
Ef = 30,546 tonm

4. Penentuan Beban Berthing Kapal


Dari perhitungan gaya tumbuk ketiga data kapal yang ada 60000
DWT,7000 DWT,dan 2500 DWT , diperoleh nilai terbesar dari perhitungan
gaya tumbuk tersebut sebagai acuan pemilihan tipe fender.

Tabel 4.1 Energy Absorption dan Reaction Force Fender


Fender Dimension Grade Energy Reaction
Type Absorption Force
(tonm) (tonf)
V SA 800 H R2 32,4 119,6
V KVF 800 H CA 32 121,48
V SV 800 H V2 32 120

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai energi per-fender terbesar


adalah 30,456 ton dari perhitungan tumbukan kapal 2500 DWT, maka dari
tabel di atas, gaya reaksi fender yang akan digunakan adalah 121,48 tonf.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 74


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Bertipe V dengan dimensi KVF 800 H, karena memiliki nilai Energy


Absorption lebih besar dari energi yang diperoleh per-fender terbesar.

5. Jarak Fender
Penentuan jarak fender ditentukan dari pendekatan perhitungan jarak
fender dari PIANC 2002, sebagai berikut.

Gambar 4.4 Ilustrasi Perhitungan Jarak Fender


Sumber : Trelleborg Fender

Maksimum jarak Fender yang dibutuhkan untuk kontainer ship 60.000


DWT sebesar 16,92 m untuk fender dengan tinggi 800 mm.

Tabel 4.2 Perhitungan Maksimum Jarak Fender Kontainer Ship 60.000 DWT
Fender Pitch

Vessel's Length Overall Loa 286 m


Vessel's Breadth B 36,5 m
Bow Radius RB 149,19 m
Fender Height H 0,8 m
Fender projection when compressed h 0,36 m (for V type)
Clearance between vessel and dock C 0,12 m (0,05-0,15 H)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 75


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Fender Pitch P 16,918 m

Maksimum jarak Fender yang dibutuhkan untuk kontainer ship 7.000


DWT sebesar 10 m untuk fender dengan tinggi 800 mm.

Tabel 4.3 Perhitungan Maksimum Jarak Fender Kontainer Ship 7.000 DWT
Fender Pitch

Vessel's Length Overall Loa 123 m


Vessel's Breadth B 20,2 m
Bow Radius RB 51,86 m
Fender Height H 0,8 m
Fender projection when compressed h 0,36 m (for V type)
Clearance between vessel and dock C 0,12 m (0,05-0,15 H)
Fender Pitch P 9,967 m

Maksimum jarak Fender yang dibutuhkan untuk kontainer ship 2.500


DWT sebesar 8,7 m untuk fender dengan tinggi 800 mm.

Tabel 4.4 Perhitungan Maksimum Jarak Fender Kontainer Ship 2.500 DWT
Fender Pitch

Vessel's Length Overall Loa 82 m


Vessel's Breadth B 11,4 m
Bow Radius RB 39,714 m
Fender Height H 0,8 m
Fender projection when compressed H 0,36 m (for V type)
Clearance between vessel and dock C 0,12 m (0,05-0,15 H)
Fender Pitch P 8,719 M

Dari ketiga jarak fender yang ada, jarak maksimum fender yang boleh
dipasang adalah 8,7 m berdasarkan perhitungan jarak fender untuk kapal
berkapasitas 2500 DWT, namun menyesuaikan dengan jarak tiang pancang
maka diambil jarak antar fender sebesar 5 m nilai kerapatan fender yang

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 76


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

diperkecil guna menyempurnakan kondisi saat semua tipe kapal yang


bersandar.

4.1.2 Gaya Tarik Kapal (Mooring)


Dasar penentuan gaya mooring mempergunakan kuat putus maksimum
dari tali tambat kapal. Kekuatan dari tali tambat kapal bergantung pada
ukuran kapal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kekuatan Tali Tambat Kapal


Tractive force
Gross tonnage (GT) of Tractive force acring
acring on a bollard
vessel (tons) on a mooring post (kN)
(kN)
200 ˂ GT ≤ 500 150 150
500 ˂ GT ≤ 1,000 250 250
1,000 ˂ GT ≤ 2,000 350 250
2,000 ˂ GT ≤ 3,000 350 350
3,000 ˂ GT ≤ 5,000 500 350
5,000 ˂ GT ≤ 10,000 700 500
10,000 ˂ GT ≤ 20,000 1,000 700
20,000 ˂ GT ≤ 50,000 1,500 1,000
50,000 ˂ GT ≤ 100,000 2,000 1,000

Sebagai acuan dihitung dari kapal terbesar yaitu kapal panamax 60.000
DWT.
GT = 0,88 (DWT)
GT = 0,88 × 60.000
GT = 52.800 ton
Maka bollard yang akan digunakan adalah bollard dengan kapasitas 100
ton.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 77


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.1.3 Beban Arus


Bebam Arus direncanakan sesuai dengan standar TSPJ OCDI dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
1
FD = 2 × 𝐶𝐷 × 𝜌𝑂 × 𝐴 × 𝑉

Keterangan:
FD = Gaya arus (kN)
CD = Drag coefficient (1,0 untuk pipa bulat)
𝜌0 = Massa jenis air laut (1,023 t/m3)
A = Luasan tiang yang terproyeksi (m2)
V = Kecepatan arus (m/s)
Perhitungan gaya arus ditampilkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perhitungan Gaya Arus
Diameter Tiang
(m) 1,2 1,016 0,711
CD 1 1 1
A (m2) 1,2 1,2 0,711
𝜌0 (ton/m3) 1,025 1,025 1,025
v (m/s) 0,386 0,386 0,386
FD (kN) 0,092 0,092 0,054

4.1.4 Beban Angin


Perhitungan beban angin, perhitungan beban angin ini mengacu pada
British Standard. Beban angin dibedakan menjadi dua yaitu, beban angin
dengan arah tranversal (kN), serta beban angin arah longitudinal (kN).
Dimana perhitungan beban angin di uraikan sebagai berikut :

𝐹𝑇𝑊 = 𝐶𝑇𝑊 × 𝜌𝐴 × 𝐴𝐿 × 𝑉𝑤 2 × 10−4

𝐹𝐿𝑊 = 𝐶𝐿𝑊 × 𝜌𝐴 × 𝐴𝐿 × 𝑉𝑤 2 × 10−4

Keterangan:
𝐹𝑇𝑊 = Gaya Angin Tranversal (kN)

𝐹𝐿𝑊 = Gaya Angin Longitudinal (kN)

𝐶𝑇𝑊 = Koefisien Gaya Angin Tranversal (kN)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 78


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝐶𝐿𝑊 = Koefisien Gaya Angin Longitudinal (kN)

𝜌𝐴 = Massa Jenis Udara (kg/m3)

𝐴𝐿 = Luas Proyeksi Kapal Diatas Permukaan Air (m2)

Kapal kapasitas 60000 DWT, Panjang Total : 286 m ,

Lebar : 36,5 m

𝑉𝑤 = Kecepatan Angin di Ketinggian 10 Meter di Atas Permukaan


Air (m/detik)

Gambar 4.5 Grafik Koefisien Gaya Angin untuk Kapal Kontainer

1. Gaya angin arah transversal


𝐹𝑇𝑊 = 𝐶𝑇𝑊 × 𝜌𝐴 × 𝐴𝐿 × 𝑉𝑤 2 × 10−4

𝐹𝑇𝑊 = 2,9 × 1,2 × 10439 × 5,282 × 10−4

𝐹𝑇𝑊 = 1,236 𝑘𝑁

2. Gaya angin arah longitudinal


𝐹𝐿𝑊 = 𝐶𝐿𝑊 × 𝜌𝐴 × 𝐴𝐿 × 𝑉𝑤 2 × 10−4

𝐹𝐿𝑊 = 0,2 × 1,2 × 10439 × 5,282 × 10−4

𝐹𝐿𝑊 = 0,107 𝑘𝑁

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 79


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.2 Tipe Pondasi Dermaga


Berdasarkan tipe dermaga yang merupakan tipe jetty, yaitu dermaga yang
menjorok ke laut, sehingga dermaga ini berada diatas dasar laut yang cukup dalam,
maka tipe pondasi yang dipilih adalah tiang pancang pipa baja. Tiang pancang pipa
dengan material baja dipilih karena ringan, kuat, dan dapat menahan beban yang
berat. Selain itu, tiang pancang baja juga mudah dalah hal penyambungan.
Meskipun tiang pancang baja ini mudah korosi, namun hal tersebut bisa diatasi
dengan berbagai macam proteksi seperti pembuatan lapisan beton pelindung dan
proteksi katodik anoda.

4.2.1 Dimensi Tiang Pancang


Dimensi tiang pancang diambil dengan mempertimbangkan beban-
beban yang bekerja pada dermaga dan kedalaman seabed. Setelah itu,
dilakukan trial and error pada program SAP2000, dengan melihat stress ratio
yang terjadi pada permodelan tiang pancang. Adapun diameter tiang pancang
yang dipilih berdasarkan data di lapangan yaitu diameter 0,711 m, diameter
1,016 m, dan diameter 1,2 m.

4.2.2 Kedalaman Tiang Pancang


Untuk menghitung kedalaman tiang pancang sebagai permodelan di
program SAP2000 terlebih dahulu dihitung kedalaman jepit tiang pancang
(zr) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
1
𝑍𝑟 = 𝛽

4 𝑘ℎ 𝐷
𝛽=√
4𝐸𝐼

Keterangan :
𝑍𝑟 = Kedalaman jepit ( fixty point) (m)
𝑘ℎ ̅ (N/cm3)
= Koefisien reaksi subgrade horizontal, 1,5 × 𝑁
𝐷 = Diameter luar tiang pancang (cm)
𝐸 = Modulus elastisitas tiang pancang (N/cm2)
𝐼 = Inersia tiang pancang (cm4)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 80


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

̅
𝑁 = nilai N-SPT rata-rata dari permukaan sampai kedalaman Zr

- Diameter tiang pancang 1,2 meter


̅ = 15 (nilai N-SPT rata-rata pada kedalaman tanah 4,45 m)
𝑁
̅
Kh = 1,5 × 𝑁
= 1,5 × 15
= 22,5 N/cm3
D = 120 cm
t = 1,9 cm
E = 21411060 N/cm2
1
I = 64 × 3,14 × (1204 – 116,24)

= 1228726,9 cm4

4 𝑘ℎ 𝐷
𝛽=√
4𝐸𝐼

4 22,5 × 120
𝛽=√
4 × 21411060 × 1228726,9

𝛽 = 0,00225 cm-1
1
𝑍𝑟 = 𝛽

1
𝑍𝑟 =
0,00225
𝑍𝑟 = 444,4 𝑐𝑚 = 4,44 m

Kedalaman jepit ini digunakan dalam permodelan program SAP2000


sebagai titik jepit dari tiang pancang. Dan untuk menentukan panjang tiang
aktual adalah dengan menjumlahkan kedalaman seabed, fixity point, dan
kedalaman tanah keras.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 81


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.6 Sketsa Fixity Point

Kedalaman tanah dasar dapat diketahui dengan melihat peta batimetri dermaga.
Peta batimetri berikut dibagi menjadi 3 zona tiang pancang yaitu zona A-A, B-B,
dan C-C.

Gambar 4.7 Peta Batimetri Dermaga

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 82


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Masing-masing potongan melintang mewakili zona tiang pancang berikut.

Gambar 4.8 Zona Tiang Pancang

Berikut ini kontur masing-masing potongan.

Gambar 4.9 Potongan A-A

Gambar 4.10 Potongan B-B

Gambar 4.11 Potongan C-C

Berdasarkan data kontur tersebut diketahui kedalaman tanah dasar dari


elevasi 0 (mLWL) pada masing-masing potongan adalah sebagai berikut.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 83


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4.7 Kedalaman Tanah Dasar Setiap Tiang


Potongan Kedalaman Tanah Dasar Setiap Tiang
(m)
A-A 9.5 11.4 13 15.5 18 20.4
B-B 8.6 10.4 11.6 13.7 15.8 17.7
C-C 14.3 14.9 15.5 16.4 17.2 18.1

- Kedalaman tanah keras


Diketahui data hasil uji Standard Penetration Test (SPT) sebagai berikut.

Gambar 4.12 Bor Log BH-01

Berdasarkan hasil bor log diatas, terlihat bahwa lapisan tanah telah mencapai
nilai N-SPT sekitar 20 di sekitar kedalaman 4.45 m. Lapisan tanah lalu mencapai
nilai N-SPT lebih dari 20 pada kedalaman 14.45 m dengan nilai N-SPT 55 dan

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 84


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

berturutturut sampai kedalaman 26.45 m. Dari hasil SPT ini didapat tanah keras
berada di kedalaman 14.45 m dari tanah dasar.

Berdasarkan kedalaman tanah keras tersebut, berikut ini rekapitulasi


kedalaman tanah keras pada masing-masing tiang diukur dari elevasi 0 (mLWL).

Tabel 4.8 Kedalaman Tanah Keras Setiap Tiang


Potongan Kedalaman tanah keras setiap tiang
(m)
A-A 23.95 25.85 27.45 29.95 32.45 34.85
B-B 23.05 24.85 26.05 28.15 30.25 32.15
C-C 28.75 29.35 29.95 30.85 31.65 32.55

Dari rekapitulasi kedalaman tanah keras yang dimulai dari elevasi 0


(mLWL), maka panjang tiang pancang yang digunakan untuk semua diameter
diambil panjang tiang pancang sepanjang 41 m berdasarkan kedalaman tanah
keras paling dalam yaitu 34,85 m serta ditambah dengan fixity point yaitu 4,44
m.

4.3 Perhitungan Menggunakan SAP2000


Setelah perhitungan gaya dilakukan kemudian perhitungan dilakukan pada
program SAP2000.
4.3.1 Permodelan Dermaga Peti Kemas
1. Data Permodelan
- Mutu Beton (fc’) = 35 Mpa
- Mutu Tiang Pancang Baja (fy) = 390 MPa
- Panjang Dermaga (L) = 300 m
- Lebar Dermaga (B) = 35 m
- Berat Jenis Beton = 2400 kg/m3
- Berat Jenis Baja = 7850 kg/m3

2. Desain Permodelan
Berikut merupakan gambar desain permodelan dermaga yang
direncanakan.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 85


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.13 3D View Permodelan

3. Tahapan Permodelan
Pemodelan dilakukan untuk memeriksa kekuatan dermaga akibat
pembebanan. Pemodelan ini dilakukan dengan software SAP2000
versi 18.2.0. Tahapan pemodelan analisis struktur dermaga ini
sebagai berikut.
a. Pendefinisian material Material yang digunakan pada
dermaga berupa beton bertulang dan baja. Beton
bertulang digunakan untuk elemen balok dan pelat,
sedangkan baja digunakan pada tiang pancang.
b. Pendefinisian frame dan area Frame dan area merupakan
penampang yang digunakan pada struktur. Penampang
pipa digunakan pada tiang pancang, persegi pada balok,
dan area section pada pelat.
c. Penempatan joint dan geometri struktur dilakukan
pembentukan garis-garis tiang yang membentuk rangka
sesuai dengan spesifikasi struktur yang akan
dimodelkan. Setelah itu dilakukan pengaturan jenis
perletakan yang digunakan pada ujung tiang yaitu jepit.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 86


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

d. Pembebanan struktur Proses memasukkan gaya-gaya


yang terjadi pada struktur dan mengkombinasikan beban
sesuai pola pembebanan yang telah ditentukan.
e. Running analysis Proses analisis yang dilakukan secara
otomatis oleh software berdasarkan pembebanan dan
kombinasi yang telah ditentukan.
f. Output Dilakukan pemeriksaan kekuatan tiang dengan
melihat unity check ratio (UCR) dan pemeriksaan gaya-
gaya dalam pada elemen balok dan pelat.

4.3.2 Pembebanan Dermaga Peti Kemas


1. Beban Hidup
Beban hidup sebesar 29,42 kN/m2 (q), yang dibagi rata keseluruh
pelat lantai. Beban tersebut diperoleh dari kepelabuhan oleh PT.
PELINDO IV, beban hidup tersebut terdiri dari aktivitas logistik berupa
beban kendaraan pengangkut kargo seperti truk, dan beban aktivitas
manusia dan lainnya.

Keterangan : Beban hidup


sebesar 29,42 kN/m2

Gambar Beban Hidup di Pelat Lantai 3 Dimensi

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 87


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.14 Beban Hidup di Pelat Lantai

2. Beban Crane
Berat beban crane ditentukan berdasakan beban yang terdapat
pada setiap roda yaitu sebesar 450 kN dan 550 kN.

Keterangan : Beban Crane


450 kN dan 550 kN.

Gambar 4.19 Pembebanan Container Crane pada Dermaga

Gambar 4.15 Beban Crane dengan Kapasitas 1 Roda 450 kN

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 88


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.16 Beban Crane dengan Kapasitas 1 Roda 550 kN

Crane terdiri dari dua sumbu memanjang, konfigurasinya dapat


dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Konfigurasi Roda Container Crane

Keterangan :
a = jarak antar roda crane = 1 m
b = jarak melintang antar sumbu memanjang = 21 m

Gambar 4.18 Lokasi Container Crane

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 89


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Dalam satu buah dermaga ini terdiri dari 2 buah crane, berikut
ini pengaplikasiannya pada software SAP 2000.

3. Beban Berat Bollard dan Fender


Beban berat bollard termasuk dalam beban aksial bertumpu
pada joint berat 16,67 kN.

Gambar 4.20 Detail Bollard

Untuk memudahkan perhitungan, diasumsikan bahwa bollard


berbentuk balok sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :

𝑊 = 𝑉 × 𝛾𝑏𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟𝑑

𝑊 = 𝐴 × 𝐴 × (𝐶 + 𝐷 + 𝐹) × 𝛾𝑏𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟𝑑

𝑊 = 0.64 × 0.64 × (0.14 + 0.37 + 0.2) 𝑚3 × 78.5 𝑘𝑁/𝑚3

𝑊 = 16.67 𝑘𝑁

Sehingga berat bollard adalah 16,67 kN

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 90


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Keterangan : Beban
bollard 16,67 kN

Gambar 4.21 Beban Berat Bollard 3 Dimensi

Gambar 4.21 Detail Beban Berat Bollard 3 Dimensi

Gambar 4.22 Beban Berat Bollard 2 Dimensi

Beban berat fender termasuk dalam beban aksial bertumpu pada


balok faceline berat 9,29 kN.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 91


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.23 Detail Fender

Keterangan : Beban
fender 9,29 kN

Gambar 4.24 Beban Berat Fender 3 Dimensi

Gambar 4.24 Detail Beban Berat Fender 3 Dimensi

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 92


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.25 Beban Berat Fender 2 Dimensi

4. Beban Berat Pile Cap


Terdapat empat bagian pile cap, yaitu pile cap PC1A, pile cap
PC1B, pile cap PC1C, dan pile cap PC2A.
Berat pile cap ditentukan dengan persamaan berikut :
𝑊𝑝𝑖𝑙𝑒𝑐𝑎𝑝 = 𝑉𝑝𝑖𝑙𝑒𝑐𝑎𝑝 × 𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
Keterangan :
Wpilecap = berat pile cap (ton)
Vpilecap = volume pile cap (m3)
Berikut ini tabel perhitungan berat pile cap yang membebani
dermaga.

Tabel 4.9 Perhitungan Berat Pile Cap


Tipe Dimensi (m) Volume Massa jenis Berat
Pilecap Panjang Lebar Tinggi (m3) (t/m3) perunit (ton) Jumlah
PC1A 4,1 2,2 2,0 18,04 2,4 43,29 60
PC1B 2,1 2,2 2,0 9,24 2,4 22,17 60
PC1C 1,5 1,5 1,5 3,37 2,4 8,1 180
PC2A 3,5 2,0 2,0 14,00 2,4 33.6 120

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 93


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

- Pile cap PC1A memiliki berat sebesar 432,9 kN

Keterangan : Beban
PC1A 432,9 kN

Gambar 4.26 Beban Berat Pile Cap PC1A

Gambar 4.26 Detail Beban Berat Pile Cap PC1A

- Pile cap PC1B memiliki berat sebesar 221,7 kN

Keterangan : Beban PC1B


221,7 kN

Gambar 4.27 Detail Beban Berat Pile Cap PC1B

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 94


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.27 Detail Beban Berat Pile Cap PC1B

- Pile cap PC1C memiliki berat sebesar 81 kN

Keterangan : Beban PC1C


81 kN

Gambar 4.27 Beban Berat Pile Cap PC1C

Gambar 4.28 Beban Berat Pile Cap PC1C

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 95


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

- Pile cap PC2A memiliki berat sebesar 336 kN

Keterangan : Beban
PC2A 336 kN

Gambar 4.29 Beban Berat Pile Cap PC2A

Gambar 4.29 Beban Berat Pile Cap PC2A

Tabel 4.10 Beban Berat Infill (Isian Tiang Pancang)


Tipe Dimensi (m) Volume Massa jenis Berat
Infill Diameter Luas Tinggi (m 3
) (t/m 3
) perunit (ton) Jumlah
1,20 1,20 1,13 m2 1,0 1,13 2,4 2,71 120
2
1,01 1,01 0,81 m 1,0 0,81 2,4 1,94 240
0,71 0,71 0,39 m2 1,0 0,39 2,4 0,93 180

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 96


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Beban berat infill (isian tiang pancang) pada tiang pancang


berdiameter 1,2 meter seberat 27,1 kN.

Keterangan : Beban PC1C


81 kN

Gambar 4.30 Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 1,2 m

Gambar 4.30 Detail Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 1,2 m

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 97


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Beban berat infill (isian tiang pancang) pada tiang pancang


berdiameter 1,016 meter seberat 19,4 kN.

Keterangan : Beban Infill


1,016 m 19,4 kN

Gambar 4.31 Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 1,016 m

Gambar 4.31 Detail Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 1,016 m

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 98


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Beban berat infill (isian tiang pancang) pada tiang pancang


berdiameter 0,711 meter seberat 9,3 kN.

Keterangan : Beban Infill


0,711 m 9,3 kN

Gambar 4.32 Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 0,711 m

Gambar 4.32 Detail Beban Berat Infill Tiang Pancang Diameter 0,711 m

5. Beban Berthing (Tumbukan Kapal)


Berdasarkan perencanaan fender, beban berthing diperoleh
sebesar 121,48 ton. Gaya tersebut diproyeksikan ke arah x,y, dan z.
- Arah sumbu x sebesar 238,26 kN
= 20% × 1214,8 kN = 238,26 kN
- Arah sumbu y sebesar 1214,8 kN
= 100% × 1214,8 kN = 1214,8 kN
- Arah sumbu z sebesar 238,26 kN
= 20% × 1214,8 kN = 238,26 kN

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 99


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Keterangan : Beban Berthing


x : 238,26 kN, y : 1214,8 kN,
z : 238,26 kN

Gambar 4.33 Beban Tumbukan Kapal (Berthing)

Gambar 4.33 Detail Beban Tumbukan Kapal (Berthing)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 100


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6. Beban Mooring (Tarikan Kapal)


Berdasarkan perencanaan bollard, beban mooring diperoleh
sebesar 100 ton. Gaya tersebut diproyeksikan ke arah sumbu x,y, dan z,
pada sudut tersebut diperoleh besarnya 45º untuk kemiringan arah
horizontal (sumbu x) serta 20º untuk kemiringan arah vertikal (sumbu
y).
- Arah sumbu x sebesar 525,3 kN
= sin 45º × 1000 kN = 525,3 kN
- Arah sumbu y sebesar 893,9 kN
= sin 90º × 1000 kN = 893,9 kN
- Arah sumbu z sebesar 173,58 kN
= cos 20º × 1000 kN = 173,58 kN

Keterangan : Beban Berthing


x : 525,3kN, y : 893,9 kN, z :
173,58 kN

Gambar 4.34 Beban Tarikan Kapal (Mooring)

Gambar 4.34 Detail Beban Tarikan Kapal (Mooring)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 101


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

7. Beban Angin
Beban angin dibedakan menjadi dua arah, yaitu arah longitudinal
sebesar 0,107 kN dan arah tranversal sebesar 1,236 kN.

Keterangan : Beban
Angin Longitudinal :
0,107 kN, beban angin
transversal : 1,236 kN.
Gambar 4.35 Beban Angin

Gambar 4.35 Detail Beban Angin Arah Longitudinal

Gambar 4.36 Detail Beban Angin Arah Tranversal

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 102


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

8. Beban Arus
Beban arus terjadi pada tiang pancang hingga ke seabed. Dari
perhitungan beban arus yang telah dihitung sebelumnya didapatkan
gaya sebesar 0,09 kN untuk tiang pancang diameter 1,2 meter, 0,09 kN
untuk tiang pancangdiameter 1,016 meter, dan 0,05 kN untuk tiang
pancang diameter 0,711 meter. Kemudian dalam permodelan, diambil
rata untuk semua tiang pancang dan dimasukkan beban gaya arus
sebesar 0,09 kN. Beban arus dibedakan menjadi dua arah, yaitu arah
longitudinal sebesar 0,09 kN dan arah tranversal sebesar 0,09 kN.

Keterangan : Beban
Arus Longitudinal : 0,09
kN, beban angin
transversal : 0,09 kN.
Gambar 4.37 Beban Arus

Gambar 4.38 Detail Beban Arus Arah Longitudinal

Gambar 4.39 Detail Beban Arus Arah Tranversal

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 103


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

9. Beban Gempa
Beban gempa direncanakan sesuai dengan SNI 1726:2012
tentang “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Lokasi proyek berada di daerah
Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi
Tenggara.

Lokasi Proyek
- 3059,33’74” LS
- 122036,59’77 BT

Gambar 4.39 Lokasi Proyek


Sumber: Google Maps

a. Zona Gempa

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 104


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.40 Peta Zona Percepatan SS (Percepatan Batuan Dasar Periode Pendek)

Untuk daerah Bungkutoko, nilai koefisien SS berkisar antara


0,7~0,8 (diambil sebesar 0,75).

Gambar 4.41 Peta Zona Percepatan S1 (Percepatan Batuan Dasar Periode 1 detik)

Untuk daerah Bungkutoko, nilai koefisien S1 berkisar antara


0,3~0,4 (diambil sebesar 0,35).

b. Grafik Respons Spectrum


Penentuan grafik respon spectrum ditentukan berdasarkan data
tanah pada lokasi. Berdasarkan data tanah yang ada, klasifikasi situs
termasuk ke dalam situs SD (tanah sedang).

Tabel 4.11 Koefisien Situs Fa

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 105


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Nilai koefisien Fa untuk tanah kelas situs SD berdasarkan Tabel


4.11 adalah 1,2.

Tabel 4.12 Koefisien Situs Fy

Nilai koefisien Fv untuk tanah kelas situs SD berdasarkan Tabel


4.12 diatas adalah 1,7.
Dari data-data tersebut maka diperoleh grafik respons spectrum
seperti pada Gambar 4.42.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 106


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.42 Grafik Respons Spectrum

c. Faktor Keutamaan (Ie)


Tabel 4.13 Faktor Keutamaan Gempa

Faktor keutamaan untuk struktur diambil sebesar 1,25 (kategori


resiko III sesuai pada pasal 4.1.2 SNI 1726:2012).

d. Koefisien modikasi respons spectrum (R)


Koefisien modikasi respons spectrum mengacu pada tabel20
(“Faktor R, Cd, dan Ωo untuk system penahan gaya gempa”) dari SNI
1726 2012, dimana system struktur yang dipergunakan adalah Rangka
baja dan beton komposit pemikul momen biasa. Dengan rincian factor
sebagai berikut:
R =8
Cd = 2.5
Ωo = 3

4.3.3 Output dari Program SAP2000

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 107


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Output dari program SAP2000 ini terdiri dari dua kombinasi


pembebanan yang terdiri dari beban keadaan ultimate (ULC) yaitu kombinasi
pembebanan yang menguraikan setiap beban-beban yang bekerja pada
dermaga yang dianalisa oleh program SAP200 sedangkan keadaan service
(SLC) adalah kombinasi pembebanan yang memberikan kejadian aktual pada
saat dermaga dioprasionalkan. Kombinasi pembebanan tersebut mengikuti
Australian Standard A4997-2005, pasal 5.12 sebagai berikut.

Tabel 4.14 Kombinasi Beban (Beban Terfaktor)


Combo DL LL Be M W Wv C Qx Qy
ULC 1A 1,35 - - - - - - - -
ULC 1B 1,2 1,5 - - - - - - -
ULC 1C 1,2 0,9 - - - - - - -
ULC 1D 1,2 0,6 - - 1 - - - -
ULC 1E 0,9 - - - 1 - - - -
ULC 2A 1,2 - 1 - 1 0,7 1,5 - -
ULC 2B 1,2 - 1 - 0,7 1 - - -
ULC 2C 1,2 - - 1,5 1 0,7 1,5 - -
ULC 2D 1,2 - - 1,5 0,7 1 - - -
ULC 3A 1,2 0,6 1 - 1 0,7 1,5 - -
ULC 3B 1,2 0,6 1 - 0,7 1 - - -
ULC 3C 1,2 0,6 - 1,5 1 0,7 1,5 - -
ULC 3D 1,2 0,6 - 1,5 0,7 1 - - -
ULC 4A 0,9 - 1 - 1 0,7 1,5 - -
ULC 4B 0,9 - 1 - 0,7 1 - - -
ULC 4C 0,9 - - 1,5 1 0,7 1,5 - -
ULC 4D 0,9 - - 1,5 0,7 1 - - -
ULC 5A 1,32 1 - - - - - 1,3 0,39
ULC 5B 1,32 1 - - - - - 0,39 1,3
ULC 5C 1,32 1 - - - - - -1,3 0,39
ULC 5D 1,32 1 - - - - - -0,39 1,3
ULC 5E 1,32 1 - - - - - 1,3 -0,39
ULC 5F 1,32 1 - - - - - 0,39 -1,3
ULC 5G 1,32 1 - - - - - -1,3 -0,39
ULC 5H 1,32 1 - - - - - -0,39 -1,3
ULC 6A 0,78 - - - - - - 1,3 0,39
ULC 6B 0,78 - - - - - - 0,39 1,3
ULC 6C 0,78 - - - - - - -1,3 0,39
ULC 6D 0,78 - - - - - - -0,39 1,3
ULC 6E 0,78 - - - - - - 1,3 -0,39

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 108


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ULC 6F 0,78 - - - - - - 0,39 -1,3


ULC 6G 0,78 - - - - - - -1,3 -0,39
ULC 6H 0,78 - - - - - - -0,39 -1,3

Tabel 4.15 Kombinasi Beban (Beban Servis)


Combo DL LL Be M W Wv C
SLC 1A 1 - 1 - 1 1 1
SLC 1B 1 - - 1 1 1 1
SLC 2A 1 1 1 - 1 1 1
SLC 2B 1 1 - 1 1 1 1

Dari hasil kombinasi beban tersebut, dapat diperoleh nilai


maksimum dari momen, gaya, dan displacement dari setiap masing-
masing kombinasi beban tersebut. Nilai maksimum tersebut akan
digunakan untuk mendesain pondasi.

1. Momen Maksimum
Nilai momen maksimum didapatkan pada kombinasi servis SLC
2A sebesar 505,286 kNm.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 109


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.43 Output Momen Maksimum dari SAP2000

Gambar 4.44 Daerah Terjadinya Momen Maksimum

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 110


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2. Gaya atau Beban Maksimum


Gaya atau Beban dibedakan menjadi gaya atau beban vertical
dan gaya atau beban horizontal. Beban maksimum vertikal terdapat
pada kombinasi servis SLC 2B sebesar 938 kN. Sedangkan beban
maksimum horizontal memiliki nilai sebesar 351,6 kN.

Gambar 4.45 Gaya atau Beban Vertikal Maksimum

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 111


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.46 Gaya atau Beban Horozontal Maksimum

3. Joint Displacement
Dari hasil SAP2000 selanjutnya adalah displacement yang terjadi
pada joint atau sambungan. Joint displacement ini dibedakan menjadi
dua arah yaitu arah sumbu x dan arah sumbu y.
Nilai joint displacement maksimum arah sumbu x terdapat pada
kombinasi servis SLC 1A pada posisi joint 581 sebesar 0,03 meter.

Gambar 4.47 Nilai Joint Displacement Maksimum Arah Sumbu X

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 112


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.48 Posisi Joint 581 / Joint Displacement Maksimum Arah Sumbu X

Sedangkan pada arah sumbu y nilai joint displacement


maksimum terdapat pada kombinasi servis SLC 1A pada posisi joint 5
sebesar 0,031 meter.

Gambar 4.49 Nilai Joint Displacement Maksimum Arah Sumbu Y

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 113


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.50 Posisi Joint 5 / Joint Displacement Maksimum Arah Sumbu Y

4. Hasil Perhitungan Struktur Atas


a. Gaya Aksial Maksimum : 93,81 ton
b. Gaya Lateral Maksimum : 35,16 ton
c. Gaya Tarik Maksimum : 17,3 ton
d. Momen Maksimum : 50,52 ton
e. Displacement Maksimum : 0,03 m.

4.4 Perhitungan Struktur Bawah Dermaga


Perhitungan struktur bawah dermaga bertujuan untuk menyelesaikan masalah
yang terdapat di ruang lingkup ataupun mencari besarnya daya dukung pondasi
tiang pancang, yaitu :
 Mengetahui stabilitas dan daya dukung tiang pancang;
 Mengetahui kekuatan bahan tiang pancang terhadap gaya yang
ditimbulkan; dan
 Mengetahui kekakuan kelompok tiang pancang terhadap besarnya
perpindahan yang terjadi akibat gaya yang ditimbulkan.
Dalam perencanaan struktur bawah dermaga digunakan 3 tipe tiang pancang
serta posisi pemancanganya, adapun kriteria tiang pancang tersebut adalah seperti
pada Tabel 4.16.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 114


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4.16 Kriteria Tiang Pancang


Tebal
Ø Tiang Tipe Posisi
tiang Penampang Luas penampang Mome Inersia
pancang tiang pemancangan
pancang tiang pancang tiang pancang (A) Tiang (I)
(D) pancang tiang pancang
(t)
0,711 m 0,014 m Baja Bulat 0,397 m2 Tegak 9,6 × 10-4 m4
1,016 m 0,016 m Baja Bulat 0,810 m2 Miring (1 H : 6 V) 3,22 × 10-3 m4
1,200 m 0,019 m Baja Bulat 1,130 m2 Tegak 6,3 × 10-3 m4

Keterangan,

D = Diameter luar tiang pancang (m)

t = Tebal tiang pancang (m)

A = Luas penampang tiang pancang (m2)


A

Gambar 4.51 Dimensi Tiang Pancang

Gambar 4.52 Lokasi Bor Log

Dari data boring, diketahui bahwa tanah pada lokasi dermaga terdiri dari
lapisan pasir dengan rentang nilai SPT 10-60 yang kemudian diikuti dengan lapisan
lempung keras dengan nilai SPT > 60. Berdasarkan posisi borlog dengan dermaga,
maka titik bor log 01 lebih mempresentasikan kondisi soil pada daerah jetty.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 115


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4.17 Data Bor Log

Gambar 4.52 Tampak Atas Konfigurasi Arah Tiang Pancang

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 116


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.52 Tampak Samping Konfigurasi Arah Tiang Pancang

Gambar 4.52 Tampak Samping Konfigurasi Arah Tiang Pancang

4.4.1 Penentuan Daya Tahan Aksial Tiang Pancang Tunggal


Berdasarkan data yang kami peroleh, pondasi yang digunakan dalam
pemancangan adalah pondasi tiang pancang berbahan baja (driven steel pipe)
dengan kedalaman pemancangan 20 meter dari permukaan seabed yang telah
mencapai tanah keras. Perhitungan tahanan aksial tiang pancang tunggal
sesuai dengan uraian dibawah ini.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 117


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.53 Ilustrasi Daya Dukung Tiang Pancang

Daya dukung tiang berdasarkan data N-SPT, dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan dari Mayerhoff sebagai berikut :
𝑄𝑠 = 𝐴𝑠 × 0,20 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇 (𝑡𝑜𝑛)
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 × 𝑝𝑏 (𝑡𝑜𝑛)
𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠
𝑄𝑏 𝑄𝑠
𝑄𝑎𝑙𝑙 = +
𝐹𝑘𝑏 𝐹𝑘𝑠
Keterangan :
𝑄𝑠 = Daya dukung akibat adhesi tanah dengan tiang (skin
resistance) (ton)
𝑄𝑏 = Daya dukung oleh dasar tiang (base) (ton)
𝐴𝑠 = Luas bidang kontak antara tanah dan tiang (meter2)
𝐴𝑏 = Luas dasar pondasi (meter2)
𝐹𝑘𝑏 = Faktor keamanan terhadap daya dukung dasar tiang
𝐹𝑘𝑠 = Faktor keamanan terhadap daya dukung ujung tiang

Besarnya nilai pb tergantung dari jenis tanah yang ditinjau. Nilainya


dapat diperkirakan sesuai dengan tabel dibawah ini.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 118


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tabel 4.18 Nilai pb Berdasarkan Jenis Tanah


N-SPT < 15 N-SPT > 15
Jenis Tanah
ton/ft2 ton/m2 ton/ft2 ton/m2
Pasir 4.N 40.N 60 + 2(N-15) 60 + 20(N-15)
Lanau 2,5.N 25.N 37,5 + 1,25(N-15) 37,5 + 12,5(N-15)
Lempung 2.N 20.N 30 + (N-15) 30 + 10(N-15)

Berdasarkan parameter tersebut kami melakukan perhitungan dalam


menentukan besarnya daya dukung aksial tiang pancang. Tiang pancang yang
kami tinjau dengan tahapan perhitungan detil adalah tiang pancang
berdiameter 0,711 m, 1,016 m (tiang miring), dan 1,200 m.
 Untuk tiang pancang diameter 0,711 m
25

𝑄𝑠 = 0,20 × ∑ 𝐴𝑠𝑖 . 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇𝑖 (𝑡𝑜𝑛)


𝑖=1

𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔


= 𝜋 × ∅ 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
= 3,14 × 0,711 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 2,233 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐴𝑠𝑖 = 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 × 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 2,233 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 × 1
= 2,233 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
N-SPTi = nilai N-SPT per 1 meter (sampai kedalaman 25 meter)
25

𝑄𝑠 = 0,20 × ∑ 𝐴𝑠𝑖 × 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇𝑖


𝑖=1

= 442,936 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 × 𝑝𝑏 (𝑡𝑜𝑛)
𝐴𝑏 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑑𝑝𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
= 0,711 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − (2 × 0,014) 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 0,683 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝑙𝑝𝑑 = 𝑑𝑝𝑑 2 × × 𝜋
4

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 119


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1
= (0,683 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 × × 3,14
4
= 0,366 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝑙𝑝𝑙 = 0,397 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝐴𝑏 = 0,397 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 − 0,366 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
= 0,031 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝑝𝑏 = 300 + 10(𝑁 − 15)
= 300 + 10(60 − 15)
= 750
𝑄𝑏 = 0,031 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 × 750
= 23,25 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠
= 23,25 𝑡𝑜𝑛 + 535,182 𝑡𝑜𝑛
= 558,432 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 𝑄𝑠
𝑄𝑎𝑙𝑙 = +
𝐹𝑘𝑏 𝐹𝑘𝑠
𝐹𝑘𝑏 =3
𝐹𝑘𝑠 =5
23,25 𝑡𝑜𝑛 442,936 𝑡𝑜𝑛
= +
3 5
= 96,337 𝑡𝑜𝑛

Tabel 4.19 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 0,711 m

Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Berdasarkan Data Standard Penetration
Test (Metode Mayerhoff)

Dermaga Peti Kemas Kedalaman Tiang (L)


Proyek Kendari = 20
Kendari, Sulawesi
Lokasi Tenggara Penampang Tiang Bulat
Diameter Tiang
Data Bor Bor Log 1
Pancang (meter) 0,711
Ryno Octy P. & Syamsul Keliling Tiang
Dihitung Oleh Anwar (meter) 2,233
Tanggal 4/29/2018 Luas Tiang (meter²) 0,397
Jenis Tanah Pada Dasar Tiang 3 Jenis Tanah Pada Ujung Tiang Panjang
Harga rata-rata Nspt Ujung Tiang 60 1 Pasir

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 120


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Tekanan Ujung Tiang Pb


0
(ton/m²) 2 Lanau
Daya Dukung ujung Tiang/Qb
23,25
(ton) `3 Lempung
Asi = Keliling x dH Qsi = Asi x 0,2
Kedalaman (m) Nspt H dH
(m²) x N (ton)
0 0 0 0 0 0,000
-1 14 1 1 2,233 6,251
-2 14 2 1 2,233 6,251
-3 15 3 1 2,233 6,698
-4 17 4 1 2,233 7,591
-5 18 5 1 2,233 8,037
-6 19 6 1 2,233 8,484
-7 18 7 1 2,233 8,037
-8 18 8 1 2,233 8,037
-9 18 9 1 2,233 8,037
-10 19 10 1 2,233 8,484
-11 14 11 1 2,233 6,251
-12 10 12 1 2,233 4,465
-13 32 13 1 2,233 14,288
-14 55 14 1 2,233 24,558
-15 57 15 1 2,233 25,451
-16 59 16 1 2,233 26,344
-17 58 17 1 2,233 25,897
-18 58 18 1 2,233 25,897
-19 59 19 1 2,233 26,344
-20 60 20 1 2,233 26,790
-21 60 21 1 2,233 26,790
-22 60 22 1 2,233 26,790
-23 60 23 1 2,233 26,790
-24 60 24 1 2,233 26,790
-25 60 25 1 2,233 26,790

Tahanan Geser Kulit Tiang Qs = (ton) 442,936

Tabel 4.20 Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 0,711 m
Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang
Daya Dukung ultiamate ujung Tiang/Qb (ton) 23,250
Daya Dukung ultiamate kulit Tiang/Qs (ton) 442,936
Daya Dukung ultiamate Tiang/Qult (ton) 466,186
Faktor keamanan terhadapbtahanan ujung/Fkb 3
Faktor keamanan terhadapbtahanan kulit/Fks 5
Daya Dukung ijin ujung Tiang/Qbal / Qb/Fkb (ton) 8
Daya Dukung ijin kulit Tiang/Qsal / Qs/Fks (ton) 88,587
Daya Dukung ijin Tiang/Qall / Qb/Fkb + Qs/Fks (ton) 96,337

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 121


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

 Untuk tiang pancang diameter 1,016 m


25

𝑄𝑠 = 0,20 × ∑ 𝐴𝑠𝑖 × 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇𝑖 (𝑡𝑜𝑛)


𝑖=1

𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔


= 𝜋 × ∅ 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
= 3,14 × 1,016 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 3,19 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐴𝑠𝑖 = 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 × 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 3,19 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 × 1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 3,19 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
N-SPT = nilai N-SPT per 1 meter (sampai kedalaman 25 meter)
25

𝑄𝑠 = 0,20 × ∑ 𝐴𝑠𝑖 × 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇𝑖


𝑖=1

= 594,661 𝑡𝑜𝑛
𝑄ℎ = 71,718 ton (perhitungan daya dukung lateral halaman 120)

Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Miring

Y V

Keterangan:
V = Proyeksi Tiang Tegak = 6
H = Perbandingan Horizontal = 1
𝛾 = Proyeksi Tiang Miring = 6,083

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 122


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝛽 = Sudut tiang miring = 9,462°

1
𝑄𝑎𝑙𝑙 =
cos 𝛽 2 sin 𝛽 2
[( 𝑄 ) + ( 𝑄 ) ]
𝑠 ℎ

𝛽 = 9,462°
1
𝑄𝑎𝑙𝑙 = 2
0.986 0.164 2
[( ) + (71,718) ]
594,661

𝑄𝑎𝑙𝑙 = 125,338 𝑡𝑜𝑛

Tabel 4.21 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 1,016 m

Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Berdasarkan Data Standard Penetration
Test (Metode Mayerhoff)

Dermaga Peti Kemas Kedalaman Tiang


Proyek Kendari (L) = 20
Kendari, Sulawesi
Lokasi Tenggara Penampang Tiang Bulat
Diameter Tiang
Data Bor Bor Log 1
Pancang (meter) 1,016
Ryno Octy P. & Syamsul Keliling Tiang
Dihitung Oleh Anwar (meter) 3,190
Tanggal 4/29/2018 Luas Tiang (meter²) 0,810
Jenis Tanah Pada Dasar Tiang 3 Jenis Tanah Pada Ujung Tiang Panjang
Harga rata-rata Nspt Ujung
60
Tiang 1 Pasir
Jenis Tanah
Tekanan Ujung Pada Ujung
Tiang Pb (ton/m²) Tiang
Panjang 2 Lanau
Daya Dukung ujung Tiang/Qb
37,500
(ton) 3 Lempung
Asi = Keliling x dH
Kedalaman (m) Nspt H dH (m²) Qsi = Asi x 0,2 x N (ton)
0 0 0 0 0 0,000
-1 14 1 1 3,190 8,933
-2 14 2 1 3,190 8,933
-3 15 3 1 3,190 9,571
-4 17 4 1 3,190 10,847
-5 18 5 1 3,190 11,485
-6 19 6 1 3,190 12,123
-7 18 7 1 3,190 11,485
-8 18 8 1 3,190 11,485

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 123


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

-9 18 9 1 3,190 11,485
-10 19 10 1 3,190 12,123
-11 14 11 1 3,190 8,933
-12 10 12 1 3,190 6,380
-13 32 13 1 3,190 20,418
-14 55 14 1 3,190 35,093
-15 57 15 1 3,190 36,369
-16 59 16 1 3,190 37,645
-17 58 17 1 3,190 37,007
-18 58 18 1 3,190 37,007
-19 59 19 1 3,190 37,645
-20 60 20 1 3,190 38,283
-21 60 21 1 3,190 38,283
-22 60 22 1 3,190 38,283
-23 60 23 1 3,190 38,283
-24 60 24 1 3,190 38,283
-25 60 25 1 3,190 38,283
Tahanan Geser Kulit Tiang Qs = (ton) 594,661

 Untuk tiang pancang diameter 1,200 m


25

𝑄𝑠 = 0,20 × ∑ 𝐴𝑠𝑖 . 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇𝑖 (𝑡𝑜𝑛)


𝑖=1

𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔


= 𝜋 × ∅ 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
= 3,14 × 1,200 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
= 3,768 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐴𝑠𝑖 = 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 × 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 3,768 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 × 1
= 3,768 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
N-SPTi = nilai N-SPT per 1 meter (sampai kedalaman 25 meter)
25

𝑄𝑠 = 0,20 × ∑ 𝐴𝑠𝑖 × 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇𝑖


𝑖=1

= 747,571 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 × 𝑝𝑏 (𝑡𝑜𝑛)
𝐴𝑏 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑑𝑝𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 124


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

= 1,200 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 − (2 × 0,019) 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


= 1,162 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
1
𝑙𝑝𝑑 = 𝑑𝑝𝑑 2 × × 𝜋
4
1
= (1,162 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 × × 3,14
4
= 1,06 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝑙𝑝𝑙 = 1,13 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝐴𝑏 = 1,13 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 − 1,06 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
= 0,07 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2
𝑝𝑏 = 300 + 10(𝑁 − 15)
= 300 + 10(60 − 15)
= 750
𝑄𝑏 = 0,07 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 × 750
= 52,5 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠
= 52,5 𝑡𝑜𝑛 + 702,355 𝑡𝑜𝑛
= 754,855 𝑡𝑜𝑛
𝑄𝑏 𝑄𝑠
𝑄𝑎𝑙𝑙 = +
𝐹𝑘𝑏 𝐹𝑘𝑠
𝐹𝑘𝑏 =3
𝐹𝑘𝑠 =5
52,5 𝑡𝑜𝑛 702,355 𝑡𝑜𝑛
= +
3 5
= 157,971 𝑡𝑜𝑛

Tabel 4.22 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 1,200 m

Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang, Berdasarkan Data Standard Penetration
Test (Metode Mayerhoff)

Dermaga Peti Kemas Kedalaman Tiang


Proyek Kendari (L) = 20
Penampang
Lokasi Kendari, Sulawesi Tenggara Tiang Bulat
Diameter Tiang
Data Bor Bor Log 1
Pancang (meter) 1,2

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 125


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Ryno Octy P. & Syamsul Keliling Tiang


Dihitung Oleh Anwar (meter) 3,768
Luas Tiang
Tanggal 4/29/2018 (meter²) 1,1304
Jenis Tanah Pada Dasar Tiang 3 Jenis Tanah Pada Ujung Tiang Panjang
Harga rata-rata Nspt Ujung
60
Tiang `1 Pasir
Tekanan Ujung
Tiang Pb 750
(ton/m²) 2 Lanau
Daya Dukung ujung Tiang/Qb
52,500
(ton) 3 Lempung
Asi =
Keliling
x dH
Kedalaman (m) Nspt H dH (m²) Qsi = Asi x 0,2 x N (ton)
0 0 0 0 0 0
-1 14 1 1 3,768 10,5504
-2 14 2 1 3,768 10,5504
-3 15 3 1 3,768 11,304
-4 17 4 1 3,768 12,8112
-5 18 5 1 3,768 13,5648
-6 19 6 1 3,768 14,3184
-7 18 7 1 3,768 13,5648
-8 18 8 1 3,768 13,5648
-9 18 9 1 3,768 13,5648
-10 19 10 1 3,768 14,3184
-11 14 11 1 3,768 10,5504
-12 10 12 1 3,768 7,536
-13 32 13 1 3,768 24,1152
-14 55 14 1 3,768 41,448
-15 57 15 1 3,768 42,9552
-16 59 16 1 3,768 44,4624
-17 58 17 1 3,768 43,7088
-18 58 18 1 3,768 43,7088
-19 59 19 1 3,768 44,4624
-20 60 20 1 3,768 45,216
-21 60 21 1 3,768 45,216
-22 60 22 1 3,768 45,216
-23 60 23 1 3,768 45,216
-24 60 24 1 3,768 45,216
-25 60 25 1 3,768 45,216
Tahanan Geser Kulit Tiang Qs = (ton) 702,355

Tabel 4.23 Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Diameter 1,200 m
Rekapitulasi Perhitungan Daya Dukung Tiang

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 126


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Daya Dukung ultiamate ujung Tiang/Qb (ton) 52,500


Daya Dukung ultiamate kulit Tiang/Qs (ton) 702,3552
Daya Dukung ultiamate Tiang/Qult (ton) 754,855
Faktor keamanan terhadapbtahanan ujung/Fkb 3
Faktor keamanan terhadapbtahanan kulit/Fks 5
Daya Dukung ijin ujung Tiang/Qbal / Qb/Fkb (ton) 17,5
Daya Dukung ijin kulit Tiang/Qsal / Qs/Fks (ton) 140,47104
Daya Dukung ijin Tiang/Qall / Qb/Fkb + Qs/Fks (ton) 157,97104

Berikut adalah hasil rekap perhitungan daya dukung aksial setiap tipe
tiang pancang.

Tabel 4.24 Pengecekan Kapasitas Aksial Tiang Pancang


Pengecekan Kapasitas Aksial Tiang Pancang
Diameter Tiang (m) Qall (ton) Beban Aksial (ton) Status
0,711 96,337 93,81 *) Aman
1,016 (miring) 132,918 93,81 *) Aman
1,200 167,014 93,81 *) Aman
Ket : Fkb = 3
Fks = 5
*) Halaman 108

4.4.2 Penentuan Daya Tahan Lateral Tiang Pancang Tunggal


Perhitungan dalam menentukan daya tahan lateral tiang pancang
tunggal akan diuraikan sebagai berikut.
Perhitungan ini menggunakan persamaan yang terdapat pada buku
Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi yang diterjemahkan oleh Dr. Ir. Suyono
Sosrodarso tahun 2000 :
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝐻𝑎 = Daya dukung mendatar yang diizinkan (kilogram)
𝑘 = Koefisien reaksi lapisan tanah di bawah permukaan dalam arah
Vertikal (kg/m3)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 127


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝐷 = Diameter tiang pancang baja (meter)


𝛿𝑎 = Besarnya pergeseran normal (centimeter)

4 𝑘ℎ × 𝐷
𝛽 =√
4×𝐸×𝐼

𝐸 = Modulus Elastisitas tiang baja (kg/cm2)


𝐼 = Momen inersia tiang pancang baja (cm4)
D = Diameter tiang pancang (m)
𝑘ℎ = Koefisien sub grade reaction (kg/cm3)
= 0,15 × N-SPT permukaan atau sampai dengan batas 1/β

Dalam penentuan besarnya koefisien reaksi lapisan tanah di bawah


permukaan dalam arah vertikal buku Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi
yang diterjemahkan oleh Dr. Ir. Suyono Sosrodarso tahun 2000, menjelaskan
bahwa besarnya nilai tersebut diuraikan sebagai berikut.
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
Keterangan :
𝑘0 = Harga k bila pergeseran pada permukaan dibuat sebesar 1 cm.
(kg/cm3)
𝐸0 = Modulus deformasi tanah pondasi, biasanya diperkirakan
sebesar 28 × N, dengan menggunakan harga N dari nilai N-SPT
permukaan.
𝑦 = besarnya pergeseran yang dicari (centimeter).

Berdasarkan parameter tersebut kami melakukan perhitungan dalam


menentukan besarnya daya dukung lateral tiang pancang tunggal. Berikut
adalah perhitungan daya dukung lateral tiang pancang diameter 0,711 m,
1,016 m (tiang pancang miring), dan 1,200 m.
 Untuk Tiang Pancang diameter 0,711 m

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 128


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽

4 𝑘ℎ × 𝐷
𝛽 =√
4×𝐸×𝐼

𝐸 = 2,1 × 106 kg/cm2


1
𝐼 = (∅𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 4 − ∅𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚4 ) × 3,14 × 64
1
= (71,124 − 68,324 ) × 3,14 × 64

= 186300,88 𝑐𝑚4
𝑘ℎ = 0,15 × N-SPT (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 0,15 × 19
= 2,85 kg/cm3
𝐷 = 71,12 cm

4 2,85 × 71,12
𝛽 =√
4 × (2,1 × 106 ) × 186300,88

𝛽 = 0,00337 𝑐𝑚−1
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
𝐸0 = 28 × 19 (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 532
1
𝑘0 = 0,2 × 532 × 4
√71,123
𝑘0 = 4,344 kg/cm3
𝑦 = Besarnya pergeseran yang dicari adalah 3 cm. Sesuai dengan
defleksi maksimum yang di peroleh dari SAP2000
1
𝑘 = 4,344 ×
√3
𝑘 = 2,508 kg/cm3
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
𝛿𝑎 = besarnya pergeseran normal 1 cm.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 129


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2,508 × 71,12
𝐻𝑎 = ×1
0,00337
𝐻𝑎 = 52,928 𝑡𝑜𝑛 berdasarkan besarnya kapasitas lateral tersebut dapat
menahan pergeseran horizontal kurang dari 3 cm. (celah antara
jetty & trestle).

 Untuk Tiang Pancang diameter 1,016 m


𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽

4 𝑘ℎ × 𝐷
𝛽 =√
4×𝐸×𝐼

𝐸 = 2,1 × 106 kg/cm2


1
𝐼 = (∅𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 4 − ∅𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚4 ) × 3,14 × 64
1
= (101,64 − 98,44 ) × 3,14 × 64

= 628160,77 𝑐𝑚4
𝑘ℎ = 0,15 × N-SPT (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 0,15 × 19
= 2,85 kg/cm3
𝐷 = 101,6 cm

4 2,85 × 101,6
𝛽 =√
4 × (2,1 × 106 ) × 628160,77

𝛽 = 0,00272 𝑐𝑚−1
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
𝐸0 = 28 × 19 (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 532
1
𝑘0 = 0,2 × 532 × 4
√101,63
𝑘0 = 3,325 kg/cm3

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 130


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝑦 = Besarnya pergeseran yang dicari adalah 3 cm. Sesuai dengan


defleksi maksimum yang di peroleh dari SAP2000
1
𝑘 = 3,325 ×
√3
𝑘 = 1,92 kg/cm3
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
𝛿𝑎 = besarnya pergeseran normal 1 cm.
1,92 × 101,6
𝐻𝑎 = ×1
0,00272
𝐻𝑎 = 71,718 𝑡𝑜𝑛 berdasarkan besarnya kapasitas lateral tersebut dapat
menahan pergeseran horizontal kurang dari 3 cm. (celah antara
jetty & trestle).
Penentuan Daya Tahan Lateral Tiang Pancang Tunggal Miring
𝐻𝑎 = 71,718 𝑡𝑜𝑛 × cos 9,462°
𝐻𝑎 = 70,742 𝑡𝑜𝑛

 Untuk Tiang Pancang diameter 1,200 m


𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
4 𝑘ℎ×𝐷
𝛽 = √4×𝐸×𝐼disp

𝐸 = 2,1 × 106 kg/cm2


1
𝐼 = (∅𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 4 − ∅𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚4 ) × 3,14 × 64
1
= (120,04 − 116,24 ) × 3,14 × 64

= 1228726,85 𝑐𝑚4
𝑘ℎ = 0,15 × N-SPT (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 0,15 × 19
= 2,85 kg/cm3
𝐷 = 120,0 cm

4 2,85 × 120,0
𝛽 =√
4 × (2,1 × 106 ) × 1228726,85

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 131


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝛽 = 0,00240 𝑐𝑚−1
1
𝑘 = 𝑘0 ×
√𝑦
1
𝑘0 = 0,2 × 𝐸0 × 4
√𝐷3
𝐸0 = 28 × 19 (digunakan N-SPT pada kedalaman 6 meter = 19)
= 532
1
𝑘0 = 0,2 × 532 × 4
√1203
𝑘0 = 2,935 kg/cm3
𝑦 = Besarnya pergeseran yang dicari adalah 3 cm. Sesuai dengan
defleksi maksimum yang di peroleh dari SAP2000
1
𝑘 = 2,935 ×
√3
𝑘 = 1,694 kg/cm3
𝑘×𝐷
𝐻𝑎 = × 𝛿𝑎
𝛽
𝛿𝑎 = besarnya pergeseran normal 1 cm.
1,694 × 120,0
𝐻𝑎 = ×1
0,00240
𝐻𝑎 = 84,7 𝑡𝑜𝑛 berdasarkan besarnya kapasitas lateral tersebut dapat
menahan pergeseran horizontal kurang dari 3 cm. (celah antara
jetty & trestle).

Beban Horizonal maksimal yang diterima struktur diperoleh dari


SAP2000 sebesar 35,16 ton.
Berikut adalah hasil rekap perhitungan dan pengecekan daya dukung
lateral setiap tipe tiang pancang.

Tabel 4.25 Perhitungan Daya Dukung Lateral

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 132


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

KAPASITAS LATERAL
Diameter Tebal Penampang Diameter Tiang Momen
Tiang Pancang Tiang Pancang Pancang Bagian Inersia k (kg/cm3) 𝛽 (cm-1) 𝛿𝑎 (cm) Ha (kg) Ha (ton)
(cm) (cm) Dalam (cm) 4
(cm )
71,12 1,4 68,320 186300,88 2,508 0,00337 1 52928,47 52,928
101,60 1,6 98,4 628160,77 1,92 0,00272 1 71717,65 71,718
120,00 1,9 116,2 1228726,85 1,694 0,00240 1 84700,00 84,700

Tabel 4.26 Pengecekan Kapasitas Lateral Tiang Pancang


Pengecekan Kapasitas Lateral Tiang Pancang
Φ Tiang (m) Beban Horizontal (ton) Kapasitas Lateral (ton) Status
0,711 35,160 52,928 Aman
1,016 (miring) 35,160 70,742 Aman
1,200 35,160 84,700 Aman

4.4.3 Penentuan Daya Tahan Tarik Tiang Tunggal


Penentuan daya tahan tarik tiang tunggal digunakan dari 20% besarnya
nilai kapasitas friksi tiang (Qs).

Gambar 4.54 Ilustrasi Daya Tahan Tarik Tiang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Tanah

Berdasarkan parameter tersebut kami melakukan perhitungan dalam


menentukan besarnya daya tahan tarik tiang pancang tunggal menyesuaikan
dengan kaidah yang terdapat pada buku Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi
oleh Ir. Suyono Sosrodarsono, pada bagian batasan gaya tarik yang diizinkan
menyatakan bahwa. Jika gaya tarik ultimate diperkirakan berdasarkan

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 133


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

perhitungan, maka besarnya gaya geser dinding maksimum untuk daya


dukung vertikal dapat digunakan.
Berdasarkan pernyataan tersebut kami mereduksi besarnya gaya geser
sebesar 80% dikarenakan nilai yang terlalu besar pada gaya geser dinding
maksimum sebagai kapasitas dari daya dukung tarik tiang. Berikut
perhitungan gaya tarik tiang pancang diameter 0,711m, 1,016 (tiang pancang
miring), dan 1,200 m.

𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 𝑄𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 0,711 𝑚 × 20%


𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 442,936 𝑡𝑜𝑛 × 20%
𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 107,162 𝑡𝑜𝑛

𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 𝑄𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 1,016 𝑚 (𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔) × 20% × sin 𝛽


𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 594,661 𝑡𝑜𝑛 × 20% ×0,164
𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 19,504 𝑡𝑜𝑛

𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 𝑄𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 1,200 𝑚 × 20%


𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 702,335 𝑡𝑜𝑛 × 20%
𝑃𝑢𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑎𝑙𝑙 = 𝑡𝑜𝑛

Berikut adalah hasil rekapitulasi perhitungan dan pengecekan daya


dukung tarik setiap tipe tiang pancang.

Tabel 4.24 Pengecekan Kapasitas Tarik Tiang Pancang Tunggal


Pengecekan Kapasitas Tarik Tiang Pancang
Kapasitas Friksi Pull Outall Gaya Angkat
Φ Tiang (m) Status
Tiang (Qs) (ton) (ton) (Mooring) (ton)
0,711 442,936 88,587 17,300 Aman
1,016 (miring) 594,661 19,504 17,300 Aman
1,200 702,335 140,467 17,300 Aman

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 134


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4.4.4 Penentuan Daya Tahan Momen Tiang Pancang Tunggal


Menentukan daya tahan momen tiang pancang tunggal berdasarkan
kekuatan bahan yang digunakan yang di bandingkan dengan momen yang
diperoleh dari program SAP2000, dari program SAP2000 diketahui besarnya
momen maksimum yang bekerja pada struktur dibedakan menjadi 2 lokasi
pada lokasi momen maksimum yang berada 3 meter di bawah seabed (M2)
sebesar 505,286 kN.m serta pada lokasi antara tanah granular dan tanah
kohesif yang berada 19 meter di bawah seabed (M3) sebesar 84,14 kN.m.
PASIR
LEMPUNG

Gambar 4.55 Grafik Momen Tiang Pancang


Perhitungan daya tahan momen tiang pancang tunggal menggunakan
persamaan dalam kekuatan bahan sebagai berikut.
𝑀×𝑦
𝜎𝑦 =
𝐼
𝜎𝑦 × 𝐼
𝑀=
𝑦
Keterangan,
𝑀 = Kapasitas momen tiang pancang tunggal
𝜎𝑦 = Tegangan ijin tiang pancang baja tunggal
𝐼 = Momen inersia tiang pancang tunggal
𝑦 = (1/2) × Diameter luar tiang pancang tunggal

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 135


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Berdasarkan parameter tersebut kami melakukan perhitungan dalam


menentukan besarnya daya tahan tarik tiang pancang tunggal. Tiang pancang
yang kami tinjau dengan tahapan perhitungan detail adalah tiang pancang
berdiameter 0,711 m. Serta terdapat rekapan besarnya daya dukung aksial tipe
tiang pancang lainnya dalam rekap perhitungan.

2
𝜎𝑦 = 3 × 𝐹𝑦
2 𝑘𝑔⁄
= 3 × 2460 𝑐𝑚2
𝑘𝑔⁄
= 1640 𝑐𝑚2
= 16400 𝑡𝑜𝑛⁄𝑚2

𝐼 = 1,863 × 10−3 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 4


𝑦 = (1/2) × 0,7112 meter
= 0,356 meter
16400 × (1,863 × 10−3 )
𝑀 =
0,356
𝑀 = 858,824 𝑘𝑁. 𝑚 kapasitas momen tiang pada diameter 0,711
meter

Berikut adalah hasil rekap perhitungan dan pengecekan daya tahan


momen setiap tipe tiang pancang.

Tabel 4.25 Pengecekan Kapasitas Momen Tiang Pancang Lokasi M2


KAPASITAS MOMEN TIANG PANCANG BAJA PADA LOKASI M2
Momen
Momen
Diameter Momen Maksimum yang
𝜎𝑦 y Kapasitas Status
Tiang Pancang Inersia Diterima
(ton/m2) (m) Tiang Tiang
(m) (m4) Struktur (M2)
(kNm)
(kNm)
0,711 16400 0,00183 0,356 858,824 505,286 Aman
1,016 (miring) 16400 0,00628 0,508 2027,402 505,286 Aman
1,200 16400 0,01229 0,600 3359,267 505,286 Aman

Tabel 4.26 Pengecekan Kapasitas Momen Tiang Pancang Lokasi M3


KAPASITAS MOMEN TIANG PANCANG BAJA PADA LOKASI M3

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 136


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Momen
Momen
Diameter Momen Maksimum yang
𝜎𝑦 y Kapasitas Status
Tiang Pancang Inersia Diterima
(m) (ton/m2) (m4)
(m) Tiang
Struktur (M3)
Tiang
(kNm)
(kNm)
0,711 16400 0,00183 0,356 858,824 84,139 Aman
1,016 (miring) 16400 0,00628 0,508 2027,402 84,139 Aman
1,200 16400 0,01229 0,600 3359,267 84,139 Aman

4.4.5 Pengecekan Terhadap Keruntuhan Tanah


Penentuan besarnya kapasitas momen pada tiang pancang melalui
pendekatan besarnya defleksi akibat beban lateral untuk pondasi tiang
panjang dengan kondisi kepala tiang terjepit di tanah non-kohesif. Penentuan
besarnya kapasitas momen pada tiang pancang menggunakan persamaan
broms yang diuraikan sebagai berikut.

Gambar 4.56 Defleksi Akibat Beban Lateral untuk Pondasi Tiang Panjang dengan kondisi
Kepala Tiang Bebas pada Tanah Non-kohesif (Broms, 1964)

Keterangan:
Hd = Beban lateral (ton)
Myield = Momen leleh (kN.m)
L = Panjang tiang (m)
D = Diameter tiang (m)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 137


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

F = Jarak momen maksimum dari permukaan tanah (m)


ℽ = Berat isi tanah (kN/m³)
e = Jarak beban lateral dari permukaan tanah (m)

 Lokasi momen maksimum dari permukaan tanah :

𝐻𝑑 35,61
𝑓 = 0,82 × √ = 0,82 × √ = 3,063 𝑚
𝐷 × 𝐾𝑝 × 𝛾 0,711 × 3,42 × 1,561

Lokasi momen maksimum berada pada 3,063 meter dari permukaan


tanah
 Momen Leleh :
2 2
𝐻𝑑(𝑒+ 𝑓) 35,61 (16+ 3,063)
3 3
𝑀𝑦 = 2
= 2
= 321,24 𝑡𝑜𝑛. 𝑚

 Momen Maksimum
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐻𝑑 (𝑒 + 3 𝑓)
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 35,61 (16 + 3,063)
3

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 642.47 𝑡𝑜𝑛. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


Perhitungan keruntuhan tanah terhadap tiang miring
 Lokasi momen maksimum dari permukaan tanah :

𝐻𝑑 35,61
𝑓 = 0,82 × √ = 0,82 × √ = 2,562 𝑚
𝐷 × 𝐾𝑝 × 𝛾 1,016 × 3,42 × 1,561

Lokasi momen maksimum berada pada 2,562 m dari permukaan


tanah
 Momen Leleh :
2 2
𝐻𝑑(𝑒+ 𝑓) 35,61 (16+ 2,562)
3 3
𝑀𝑦 = 2
= 2
= 315,290 𝑡𝑜𝑛. 𝑚 × sin 𝛼

𝑀𝑦 = 310,876 𝑡𝑜𝑛. 𝑚

 Momen Maksimum
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝐻𝑑 (𝑒 + 3 𝑓)
2
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 35,61 (16 + 3 3,063)

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 630,600 𝑡𝑜𝑛. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 × sin 𝛼

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 138


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝑀𝑚𝑎𝑥 = 621,771 𝑡𝑜𝑛. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui Mmax > Myield maka hasil
perhitungan diatas menyatakan tidak adanya keruntuhan tanah. Berikut
adalah hasil rekap pengecekan keruntuhan tanah terhadap momen tiang.
Tabel 4.27 Pengecekan Keruntuhan Tanah Terhadap Momen
Pengecekan Keruntuhan Tanah Terhadap Momen
Diameter Momen Lapangan Momen maksimum Status
Tiang (m) (tonm) (tonm) Keruntuhan
0,711 321, 240 642,480 Aman
1,016 (meter) 310,876 621,771 Aman
1,200 312,860 625,720 Aman

4.4.6 Pengecekan Perpindahan Kelompok Tiang


Pada pondasi tiang kelompok bekerja gaya aksial, gaya lateral, dan
momen putar. Gaya-gaya luar tersebut berada dalam keadaan setimbang
dengan gaya-gaya yang menyebabkan perpindahan pada tumpuan yang kaku.
Perpindahan yang terjadi adalah perpindahan mendatar, perpindahan arah
vertikal, serta perpindahan rotasi (berputar). Perpindahan-perpindahan
tersebut diuraikan dalam displacement method dimana analisis yang
dilakukan berdasarkan hubungan keseimbangan terhadap reaksi yang terjadi
pada tiang pancang.

a. Anggapan-anggapan mengenai perhitungan menurut cara


perpindahan :
1. Pondasi tiang dianggap sebagai bangunan dua dimensi
2. Tiang dianggap bersifat elastic-line terhadap gaya tekan, gaya
tarik tiang, lenturan dan konstanta pegas dalam arah vertikal, arah
mendatar dan rotasi pada kepala tiang dianggap konstan.
3. Tumpuan dianggap kaku dan berputar ke pusat gabungan tiang.
b. Cara perhitungan, perhitungan berdasarkan cara perpindahan
dilakukan sebagai berikut :

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 139


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1. Buatlah sistem koordinat pada gambar rencana kelompok pondasi


2. Jadikan titik pusat koordinat sebagai pusat dasar tumpuan dan
tetapkanlah perpindahan-perpindahan berdasarkan titik pusat
koordinat
3. Kemudian perpindahan titik pusat ditentukan dengan persamaan
dibawah ini.
𝐴𝑥𝑥 . 𝛿𝑥 + 𝐴𝑥𝑦 . 𝛿𝑦 +𝐴𝑥𝑎 . 𝛼 = 𝐻0
𝐴𝑦𝑥 . 𝛿𝑥 + 𝐴𝑦𝑦 . 𝛿𝑦 +𝐴𝑦𝑎 . 𝛼 = 𝑉0
𝐴𝛼𝑥 . 𝛿𝑥 + 𝐴𝛼𝑦 . 𝛿𝑦 +𝐴𝑎𝑥 . 𝛼 = 𝑉0
4. Anggaplah bahwa alas tumpuan adalah mendatar dan setiap
koefisien ditentukan berdasarkan persamaan berikut.

𝐴𝑥𝑥 = ∑(𝐾1 . cos2 𝜃𝑖 + 𝐾𝑣 . sin2 𝜃𝑖 )

𝐴𝑥𝑦 = 𝐴𝑦𝑥 = ∑( 𝐾𝑣 − 𝐾1 ) sin 𝜃𝑖 cos 𝜃𝑖

𝐴𝑥𝑎 = 𝐴𝑎𝑥 = ∑{( 𝐾𝑣 − 𝐾1 )𝑥𝑖 sin 𝜃𝑖 cos 𝜃𝑖 − 𝐾2 . cos 2 𝜃𝑖 }

𝐴𝑦𝑦 = ∑(𝐾𝑣 . cos2 𝜃𝑖 + 𝐾1 . sin2 𝜃𝑖 )

𝐴𝑦𝑎 = 𝐴𝑎𝑦 = ∑{(𝐾𝑣 . cos 2 𝜃𝑖 + 𝐾1 . sin2 𝜃𝑖 )𝑥𝑖 + 𝐾2 . sin 𝜃𝑖 }

𝐴𝑥𝑥 = ∑{(𝐾𝑣 . cos2 𝜃𝑖 + 𝐾1 . sin2 𝜃𝑖 )𝑥𝑖 2 + (𝐾2 + 𝐾3 )𝑥𝑖 sin 𝜃𝑖 + 𝐾4 }

Keterangan,
H0 : Beban mendatar yang bekerja (ton)
V0 : Beban vertikal yang bekerja(ton)
M0 : Momen luar terhadap titik pusat tumpuan (ton.m)
ẟx : Perpindahan mendatar terhadap titik pusat (cm)
ẟy : Perpindahan vertikal terhadap titik pusat (cm)
α : Sudut rotasi tumpuan (radial)
xi : Koordinat x untuk kepala tiang ke i (m)

Tabel 4.28 Penentuan Nilai Konstanta (K1, K2, K3, & K4)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 140


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4 𝑘𝐷
β : Nilai karaktersistik tiang, 𝛽 = √4 𝐸𝐼 (m-1)
1
λ : ℎ + 𝛽 (m)

k : Koefisien daya tangkap reaksi permukaan (t/m3)


D : Diameter tiang (m)
EI : Kekuatan lentur tiang (t.m2)
h : panjang aksial tiang yang tidak tertanam (m)
5. Konstanta pegas K1,K2, dan K3 pada arah othogonal ke sumbu
tiang, berdasarkan tabel diatas jika koefisien K dari reaksi tanah
di bawah permukaan dalam arah tegak lurus padanya adalah
konstan, tanpa menghiraukan kedalaman tiang pancang.
Berdasarkan pergeseran yang terjadi horizontal, vertikal, dan
rotasi (ẟx, ẟy, α). Diperkirakan dari perhitungan di atas, maka gaya
aksial yang bekerja di kepala tiang serta momen yang bekerja di
kepala tiang di tentukan dengan persamaan di bawah ini.
PNi = Kv . ẟ’yi
PHi = K1 . ẟ’xi – K2 . α
Mti = – K3 . ẟ’xi + K4 . α
Keterangan,
ẟ’xi = ẟx . cos θi – (ẟy + α . xi).sin θi
ẟ’yi = ẟx . sin θi – (ẟy + α . xi).cos θi
ẟ’xi = Perpindahan kepala tiang arah mendatar
ẟ’yi = Perpindahan kepala tiang arah vertikal
Kv = Konstanta pegas dalam arah aksial untuk tiang
Mti adalah momen yang diperhitungkan sebagai gaya luar yang
didistribusikan ke kepala tiang. Momen lentur Mbi adalah gaya
dalam kepala tiang (Mbi = Mti).

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 141


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6. Reaksi vertikal Vi dan reaksi mendatar Hi pada kepala tiang


didapat dari persamaan berikut ini.
Vi = PNi . cos θi – PHi . sin θi
Hi = PNi . sin θi – PHi . cos θi
Karena,
Σ Hi = Ho
Σ Vi = Vo
Σ (Mti + Vi xi) = M0
Persamaan diatas merupakan cara pengecekan terhadap
perhitungan.

c. Jika tiang-tiang disusun secara simetris dan tegak lurus, maka


sebagian besar perencanaan tiang dimaksudkan untuk tiang-tiang
yang dipasang secara simetris dan di pancang tegak lurus ke tanah
(θi = 0) dan semua tiang memiliki K1, K2, K3, K4, dan Kv yang sama
besarnya untuk setiap jenis tiang.
Persamaan dalam perhitungan perpindahan diuraikan dengan
persamaan di bawah ini.
𝑛 × 𝐾2 × 𝑀0
𝐻0 +
(𝐾𝑣 × ∑ 𝑥𝑖 2 ) + (𝑛 × 𝐾4 )
𝛿𝑥 =
(𝑛 × 𝐾2 )2
(𝑛 × 𝐾1 ) −
(𝐾𝑣 × ∑ 𝑥𝑖 2 ) + (𝑛 × 𝐾4 )
𝑉0
𝛿𝑦 =
𝑛 × 𝐾𝑣
𝜆 × 𝐻0
𝑀0 +
𝛼= 2
𝐾2 2
(𝐾𝑣 × ∑ 𝑥𝑖 2 ) + 𝑛 × (𝐾4 −
𝐾1 )

𝜆 . 𝐻0
𝑉0 𝑀0 +
𝑃𝑁𝑖 = × 2 × 𝑥𝑖
𝑛 𝑛 𝐾22
Σ𝑥 2 + 𝐾𝑣 4 𝐾1 )
𝑖 (𝐾 −

𝐻0
𝑃𝐻𝑖 =
𝑛

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 142


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1
𝑀𝑡𝑖 = (𝑀 − Σ𝑃𝑁𝑖 . 𝑥𝑖 )
𝑛 0

Perhitungan perpindahan diuraikan sebagai berikut :


1. Kriteria Perencanaan
a. Bentuk pondasi, tiang pancang baja dengan diameter 1,2 meter
serta panjang tiang 36 meter
b. Gaya luar yang bekerja pada pusat struktur dermaga pada tabel
dibawah ini
c. Bentuk bagian bangunan dermaga dan posisi tiang pancang
seperti gambar dibawah ini,

Gambar 4.57 Tampak Melintang Dermaga

Tabel 4.29 Gaya yang Terjadi pada Dermaga


Gaya Pada Dermaga Arah Aksial Dermaga
Beban Aksial (V0) 93,81 ton
Beban Lateral (H0) 35,16 ton
Momen (M0) 505,29 ton

2. Daya Dukung yang Diijinkan untuk Kelompok Tiang

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 143


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

a. Daya dukung kekuatan pemancangan (press-driving) yang


diizinkan untuk satu tiang (arah aksial) Ra = 230 ton
b. Konstanta Pegas dalam arah aksial untuk tiang, Kv = 410
ton/cm = 41000 ton/m
c. Kekuatan tarik ( pull out force) yang di izinkan untuk satu
tiang Pa = 100 ton
d. Koefisien k dari reaksi tanah di bawah permukaan arah tegak
lurus = 2,5 kg/cm3
e. β = 0,00398 cm-1 = 0,398 m-1
f. λ = 16,4 m.
g. ẟ = 3,0 cm jarak toleransi antara jetty dan trestle
h. Ha = 35,16 ton
3. Perhitungan reaksi pada kepala tiang dengan cara perpindahan
(Displacement Method) semua kepala tiang dianggap kaku
(rigid), maka untuk besaran-besaran lainnya yang belum
diketahui dapat dihitung dalam arah tegak lurus dermaga.
Perhitungan konstanta pegas pada tiang dalam arah sejajar
sumbu, dengan h ≠ 0
12 𝐸𝐼𝛽
a. 𝐾1 = (1+𝛽ℎ)3 +2 = 1575,92 𝑡𝑜𝑛/𝑚
𝜆
b. 𝐾2 = 𝐾1 × 2 = 15381,89 𝑡𝑜𝑛/𝑚

c. 𝐾3 = 15381,89 𝑡𝑜𝑛/𝑚
4 𝐸𝐼𝛽 (1+𝛽ℎ)3 +0,5
d. 𝐾4 = 1+𝛽ℎ × = 825,37 𝑡𝑜𝑛/𝑚
(1+𝛽ℎ)3 +2

e. 𝐾𝑣 = 41000 𝑡𝑜𝑛/𝑚

4. Perhitungan Perpindahan Pada Tumpuan.


a. Perpindahan Tiang Arah Mendatar
𝑛 × 𝐾2 × 𝑀0
𝐻0 +
(𝐾𝑣 × ∑ 𝑥𝑖 2 ) + (𝑛 × 𝐾4 )
𝛿𝑥 = = 1,6 𝑐𝑚
(𝑛 × 𝐾2 )2
(𝑛 × 𝐾1 ) −
(𝐾𝑣 × ∑ 𝑥𝑖 2 ) + (𝑛 × 𝐾4 )
b. Perpindahan Tiang Arah Vertikal

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 144


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝑉
0
𝛿𝑦 = 𝑛×𝐾 = − 0,148 𝑐𝑚 (-) menandakan arah berlawanan
𝑣

dengan arah momen


c. Perpindahan Tiang Berotasi
𝜆 × 𝐻0
𝑀0 +
𝛼= 2 = 0,000965 𝑟𝑎𝑑
𝐾2 2
(𝐾𝑣 × ∑ 𝑥𝑖 2 ) + 𝑛 × (𝐾4 −
𝐾1 )

Gambar 4.58 Perpindahan Tiang

4.4.7 Perhitungan Kapasitas Lentur Tiang Pancang


Pengecekan kapasitas lentur tiang pancang dilakukan dengan mengikuti
kaidah dari SNI 03-1729-2015 tentang Spesifikasi Bangunan Baja Struktural.
Langkah perhitungan kapasitas lentur tiang pancang adalah sebagai berikut.
 Pengecekan Kekompakan Material Tiang Pancang

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 145


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kekompakan tiang pancang mempengaruhi formulasi


perhitungan kapasitas lentur tiang pancang. Syarat kekompakan
ditunjukkan pada Tabel dibawah ini. Perhitungan pengecekan
kekompakan adalah sebagai berikut.
𝐸 2,1 × 105
𝜆𝑃 = 0,07 × = 0,07 × = 61,25
𝑓𝑦 240
𝐸 2,1 × 105
𝜆𝑟 = 0,31 × = 0,31 × = 87,5
𝑓𝑦 240
𝐷 0,711
= = 50,786
𝑡 0,014

Tabel 4.30 Syarat Kekompakan Tiang Pancang

 Pengecekan Kelangsingan Material Tiang Pancang


Dalam SNI 1729-2015 menyarankan, untuk elemen struktur yang
akan bertindak sebagai elemen tekan, rasio kelangsingan efektif
sebaiknya tidak melebihi 200. Nilai rasio kelangsingan dihitung dengan
persamaan berikut.

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 146


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.59 Faktor Panjang Efektif

𝐾×𝐿 1,2×20000
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 = = = 97,166
𝑟 247

𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 < 200, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛

 Pengecekan Kapasitas dan Syarat Kelenturan


Untuk penampang yang termasuk kategori kompak, kekuatan
lentur nominal ditentukan dengan keadaan batas dari leleh. Kekuatan
lentur dari kondisi batas leleh dihitung dengan persamaan sebagai
berikut.
240 × 524 × 104 𝑚𝑚3
𝑀𝑛 = 𝑓𝑦 × 𝑍 = = 12576 𝑘𝑁. 𝑚
106
𝜙 × 𝑀𝑛 = 0,9 × 1257,6 𝑘𝑁. 𝑚 = 1131,84 𝑘𝑁. 𝑚
𝜙𝑀𝑛 > 𝑀𝑢 = 1131,84 𝑘𝑁. 𝑚 > 1079,2 𝑘𝑁. 𝑚

Maka tiang pancang dengan diameter 0,711 meter serta ketebalan


0,014 meter aman terhadap lentur.
Berikut merupakan rekap besarnya kapasitas dan syarat
kelenturan pada setiap diameter tiang pancang secara keseluruhan.

Tabel 4.31 Pengecekan Kapasitas dan Syarat Kelenturan Tiang Pancang

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 147


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Diameter Modulus of
fy ϕMn Mu
Tiang Pancang Section (Z) Status
(MPa) (kN.m) (kN.m)
(m) (mm3)
0,711 240 5,24 × 106 1,13 × 103 1,08 × 103 Aman
7
1,016 240 1,24 × 10 2,98 × 103 1,08 × 103 Aman

1,200 240 2,05 × 107 4,92 × 103 1,08 × 103 Aman

4.4.8 Perhitungan Penurunan Elastis Tiang Tunggal


Penurunan tiang tunggal diuraikan dengan rumus Poulus – Davis
 Tiang apung atau friksi
𝑄×𝐼
𝑆=
𝐸𝑠 × 𝐷
Keterangan :
𝐼 = 𝐼0 × 𝑅𝑘 × 𝑅ℎ × 𝑅𝜇
 Tiang ujung / end bearing
𝑄×𝐼
𝑆=
𝐸𝑠 × 𝐷
Dimana,
𝐼 = 𝐼0 × 𝑅𝑘 × 𝑅𝑏 × 𝑅𝜇
Keterangan,
Q = besar beban yang bekerja (kg)
D = diameter tiang (cm)
Es = modulus elastisitas tanah (kg/cm2)
I0 = faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat
(Incompressible) dalam massa semi tak terhingga,
Rμ = faktor koreksi angka poisson untuk μ = 0,3
Rk = faktor koreksi kemudahmampatan tiang
Rh = faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada
tanah
Rb = faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung.
K adalah suatu ukuran kompressibilitas relatif dari tiang dan tanah
yang dinyatakan oleh persamaan :

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 148


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

𝐸𝑝 × 𝑅𝑎
𝐾=
𝐸𝑠
Dengan besarnya Ra ditentukan dengan persamaan,
𝐴𝑝 3970,57
𝑅𝑎 = = =1
1 2 1 2
4×𝜋×𝐷 4 × 3,14 × 71,12
Keterangan,
K = faktor kekakuan tiang
Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/m2)
Es = modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (kN/m2)
Eb = modulus elastisitas tanah di dasar tiang (kN/m2).

qc untuk pasir :
qc = 4 × N. (Pada kedalaman 20 nilai N = 60)
maka qc = 4 × 60 = 240 kg/cm2 = 24 MPa.
Modulus elastisitas di sekitar tiang (Es) dapat dihitung dengan : Es
= 3 × 212 kg/cm2 = 636 kg/cm2 = 63,6 MPa
Menentukan modulus elastisitas tanah di dasar tiang :
Eb = 10 × 63,6 Mpa = 636 Mpa
Menentukan modulus elastisitas dari bahan tiang :
Ep = 4700 × 600,5 = 36.406,043 Mpa
𝐸𝑝 × 𝑅𝑎 36.406,043 × 1,0
𝐾= = = 572,42
𝐸𝑠 63,6
𝑑𝑏 71,12
Nilai = 71,12 = 1, diameter ujung dan atas sama besarnya
𝑑
𝐿 2000
Nilai 𝑑 = = 33,3
60

Dari masing–masing parameter yang diplotkan ke grafik diperoleh


nilai masing-masing :
Io = 0,059 ( untuk L/d = 33,33, db/d = 1) (Gambar 2)
R𝜇 = 0,93 ( untuk 𝜇s = 0,3, K = 572,42) (Gambar 3)
Rk = 1,512 ( untuk L/d = 33,33, K = 572,42) (Gambar 4)
Rh = 0,769 ( untuk L/d = 33,33, h/L = 1,26 ) (Gambar 5)
Rb = 0,804 ( untuk L/d = 33,33, Eb/Es = 10, K =572,42)
(Gambar 6)

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 149


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4.60 Grafik Faktor Koreksi

Maka diperoleh penurunan tiang apung atau tiang friksi


𝐼 = 𝐼0 × 𝑅𝑘 × 𝑅ℎ × 𝑅𝜇
𝐼 = 0,059 × 1,512 × 0,769 × 0,93 = 0,0638
𝑄×𝐼 491108 𝑘𝑔 × 0,0638
𝑆= = = 6,927 𝑚𝑚
𝐸𝑠 × 𝐷 𝑘𝑔
636 ⁄𝑐𝑚2 × 71,12 𝑐𝑚

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 150


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Untuk tiang dukung ujung


𝐼 = 𝐼0 × 𝑅𝑘 × 𝑅𝑏 × 𝑅𝜇
𝐼 = 0,059 × 1,512 × 0,804 × 0,93 = 0,0667
𝑄×𝐼 491108 𝑘𝑔 × 0,0667
𝑆= = = 7,24 𝑚𝑚
𝐸𝑠 × 𝐷 𝑘𝑔
636 ⁄𝑐𝑚2 × 71,12 𝑐𝑚

Penurunan tiang elastis


S = Se(1) + Se(2) + Se(3)
(𝑄𝑤𝑝 + 𝜉𝑄𝑤𝑠) × 𝐿
𝑆𝑒(1) =
𝐴𝑝 × 𝐸𝑝
𝑄𝑤𝑝 × 𝐶𝑝
𝑆𝑒(2) =
𝐷 × 𝑞𝑝
𝑄𝑤𝑠 × 𝐶𝑠
𝑆𝑒(3) =
𝐿 × 𝑞𝑝
Keterangan,
S = penurunan total (mm)
Se(1) = penurunan elastis dari tiang (mm)
Se(2) = penurunan tiang oleh beban di ujung tiang (mm)
Se(3) = penurunan tiang oleh beban di sepanjang batang tiang (mm)
Qwp = daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung friction (kN)
Qws = daya dukung friction (kN)
Ap = luas penampang tiang pancang (m2)
L = panjang tiang pancang (m)
Ep = modulus elastisitas dari bahan tiang (kN/m2)
ξ = koefisien dari skin friction = 0,67
D = diameter tiang (m)
qp = daya dukung ultimit (kN)
Cp = koefisien empiris = 0,02
Cs = konstanta empiris = (0,93 + 0,16 (L/D)0,5) × Cp.
Qwp = 547,415-535,810 = 11,605 ton = 116,05 Kn
Qws = 5358,10 kN
Ep = 36.406.043,45 kN/m2

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 151


D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

5474,15+5358,1
𝑞𝑝 = = 4332,9 𝑘𝑁
2,5

20
𝐶𝑆 = (0,93 + (0,16 × √ )) × 0,02 = 0,0356
0,7112

(116,05 + (0,67 × 5358,1)) × 20


𝑆𝑒(1) = = 5,128 𝑚𝑚
0,397 × 36.406.043,45
116,05 × 0,02
𝑆𝑒(2) = = 0,753 𝑚𝑚
0,7112 × 4332,9
5358,1 × 0,0356
𝑆𝑒(3) = = 2,201 𝑚𝑚
20 × 4332,9
𝑆𝑒 = 5,128 + 0,753 + 2,201 = 8,082 𝑚𝑚
Penurunan elastis tiang tunggal pada tiang pancang diameter 0,7112
m sebesar 8,082 mm.
Adapun penurunan elastis tiang tunggal pada tiap diameter tiang
pancang adalah :
 Diameter Tiang 0,7112 m sebesar 8,082 mm
 Diameter Tiang 1,016 m sebesar 9,640 mm
 Diameter Tiang 1,200 m sebesar 11,910 mm

RNO OCTY PRADITYA, SYAMSUL ANWAR, PERHITUNGAN STRUKTUR BAWAH..... 152

Anda mungkin juga menyukai