Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Model pembelajaran inkuri merupakan suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari
dan menemukan sendiri konsep-konsep serta prinsip-prinsip mengenai suatu
masalah dalam upaya untuk membangun pengetahuan baru (Anam, 2017). Model
pembelajaran inkuri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada keaktifan siswa agar memiliki pengalaman belajar dalam
menemukan konsep-konsep berdasarkan masalah yang diajukan berdasarkan fakta
dan pengamatan (Shoimin, 2014). Menurut Sani (2013) dalam pembelajaran
berbasis inkuiri mencakup proses mengajukan permasalahan, memperoleh
informasi, berpikir kreatif mengenai penyelesaian masalah, membuat keputusan
serta membuat kesimpulan. Inkuiri terbimbing mendorong siswa untuk bekerja
dalam menemukan penyelesaian masalah yang perlu dipecahkan yang dibimbing
secara hati-hati oleh guru (Anam, 2017).
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang mendorong
siswa untuk bekerja dalam mencari dan menemukan jawaban mengenai
penyelesaian suatu masalah dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan baru
yang dibimbing oleh guru. Menurut Orlich, dkk (dalam Anam, 2017) bahwa
model pembelajaran inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar pada
suatu kajian bidang ilmu tertentu. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
pendekatan inkuiri yang digunakan adalah pendekatan inkuiri terbimbing
(Wisudawati & Sulistyowati, 2015).
Model pembelajaran inkuiri menekankan pada kemampuan siswa untuk
memahami, mengidentifikasi dan memberikan solusi pada masalah yang diamati.
Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa agar berani dan
kreatif dalam berimajinasi yang akan dibimbing untuk menciptakan penemuan-
penemuan, ide atau gagasan baru (Anam, 2017)
Menurut Orlich dkk (dalam Anam, 2017) terdapat beberapa karakteristik
pembelajaran inkuiri terbimbing yang perlu untuk diperhatikan yaitu sebagai
berikut.
 Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui penelitian/observasi
sehingga membuat simpulan logis atau simpulan umum.
 Sasaran dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah mempelajari proses
mengamati suatu kejadian atau objek yang kemudian menyusun simpulan
umum yang sesuai.
 Guru mengontrol bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran seperti kejadian,
materi serta berperan sebagai pemimpin kelas.
 Masing-masing siswa berusaha untuk membangun suatu pola yang bermakna
berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas.
 Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium untuk pembelajaran.
 Sejumlah simpulan umum tertentu dapat diperoleh dari siswa.
 Guru menjadi motivator bagi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil
simpulan umum sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

Proses pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan guru dan siswa.


dalam. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu pengenalan , pertanyaan, perencanaan ,
percobaan/observasi, pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan hipotesa,
penyimpulan, pelaporan (Anam, 2017). Langkah-langkah model pembelajaran
inkuiri terbimbing dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkahlangkah model pembelajaran inkuiri terbimbing

Tahapan Guru Siswa


Pengenalan Mengenalkan pada siswa Memperhatikan guru dan
mengenai topik bahasan yang memikirkan pengalaman
akan dipelajari serta meminta terkait topik bahasan
siswa untuk menggali tersebut.
pengalaman terkait topik
tersebut.
Pertanyaan Membimbing siswa untuk Merumuskan masalah
merumuskan masalah
berdasarkan pengalaman
tersebut.
Perencanaan Merencanakan cara Memberikan respon (dapat
pembelajaran yang disukai berupa pertanyaan,
oleh siswa. penyusunan prosedur
percobaan, menentukan alat
dan bahan, menentukan
teknik percobaan)
Percobaan/ observasi Membimbing siswa dalam Memberikan respon yang
melakukan percobaan mana siswa terlibat aktif
dalam kegiatan percobaan
Pengumpulan data Membimbing siswa untuk Melakukan percobaan dan
mengobservasi dan merekam data yang diperoleh
memperoleh data. dari hasil percobaan.
Penyusunan hipotesa Mendorong dan Menjelaskan suatu
membimbing siswa agar pengetahuan yang telah
dapat menemukan diperoleh dari hasil
pengetahuan baru yang percobaan dengan
diperoleh melalui kegiatan menggunakan pendapat
percobaan. siswa (tidak berasal dari
buku)
Penyimpulan Mengklarifikasi dan Menyimpulkan hasil
membimbing siswa untuk percobaan yang telah
merumuskan suatu diklarifikasi oleh guru.
kesimpulan yang diperoleh
dari pengetahuan-
pengetahuan baru.
Pelaporan Membimbing siswa dalam Melaporkan hasil percobaan
melaporkan hasil percobaan dan mempresentasikan pada
yang telah dilakukan. guru dan teman-teman.
2.2 Pemahaman konsep
Konsep IPA merupakan suatu konsep yang memerlukan penalaran dan
proses mental yang kuat pada seorang peserta didik. Proses mental peserta didik
dalam mempelajari IPA merupakan kemampuan mengintegrasikan
pengetahuan/ranah kognitif peserta didik yang terdiri dari atribut-atribut dalam
bentuk ketrampilan dan nilai untuk mempelajari fenomena-fenomena alam.
Konsep IPA yang disampaikan oleh guru belum banyak digunakan oleh seorang
peserta didik dalam memecahkan masalah yang mereka temui. Peserta didik yang
mempelajari IPA relatif belum mampu menggunakan pengetahuan IPA yang telah
diperoleh untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata (Wisudawati &
Sulistyowati, 2015).
Konsep IPA bagi sebagain peserta didik merupakan konsep yang sulit.
Seorang guru dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran IPA bila guru
tersebut mampu untuk mengubah pembelajaran yang semula sulit menjadi mudah,
yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna
menjadi bermakna. Apabila hal tersebut berhasil dilakukan maka peserta didik
menjadikan belajar IPA sebagai suatu kebutuhan bukan sebagai suatu
keterpaksaan. Hal tersebut dapat dicapai apabila seorang guru menguasai
kompetensi dan mampu melaksanakannya dengan baik. Kemampuan
melaksanakan kompetensi dapat dicapai dengan mempraktikkan strategi
pembelajaran dengan baik (Wisudawati & Sulistyowati, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sadikin, dkk. (2017)
pengetahuan awal diperlukan oleh siswa sebagai dasar dalam memecahkan
masalah. Pengetahuan awal siswa berupa pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang merupakan dasar bagi siswa agar dapat memecahkan masalah.
Selain itu, saat siswa mampu menyerap dan menghubungkan pengatahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural maka pemahaman siswa akan konsep-
konsep yang sedang dipelajari dapat meningkat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sadiqin, dkk. (2017)
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diperoleh siswa terkait
masalah yang sedang dibahas membuat siswa mampu merangkum dan mengolah
pengetahuan tersebut menjadi suatu pemahaman. Pengetahuan deklaratif dan
prosedural dapat diserap dengan baik karena memori pada siswa mengalami
perluasan cakupan berpikir yang disebabkan karena siswa terlatih
menghubungkan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah. Siswa dapat
membangun pemahaman konsep baru dengan berbekal pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang telah dihubungkan. Kemampuan siswa dalam
memahami konsep menjadi lebih berkembang. Pemahaman konsep siswa
mengalami peningkatan disebabkan oleh perkembangan kemampuan menalar
dalam membentuk konsep yang meliputi kemampuan abstaksi dan diskriminasi.
Kemampuan abstaksi dan diskriminasi yang optimal memudahkan siswa untuk
menghubungkan berbagai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif
yang diperlukan untuk memecahkan masalah pembelajaran.

2.3 Getaran, Gelombang, Bunyi, Sistem Pendengaran dan Sistem Sonar


2.3.1 Getaran

Semua benda akan bergetar apabila diberi gangguan. Benda yang bergetar
ada yang dapat terlihat secara kasat mata karena simpangan yang diberikan besar,
ada pula yang tidak dapat dilihat karena simpangannya kecil. Benda dikatakan
bergetar apabila benda bergerak secara bolak-balik disekitar titik setimbangya
pada waktu tertentu. Jadi dapat diartikan bahwa getaran merupakan gerak bolak-
balik suatu benda yang melalui titik setimbang dengan waktu tertentu
(Priyambodo & Jati, 2009).

Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran disebut periode
getar yang dilambangkan dengan T. Banyaknya getaran dalam satu sekon disebut
frekuensi (f). Satuan periode adalah sekon dan satuan frekuensi adalah getaran per
sekon atau disebut dengan Hertz (Hz).

Hubungan periode (T) dan frekuensi (f) dinyatakan oleh persamaan :

3 T= 1/f

(Halliday, dkk., 2010)


2.3.2 Gelombang
Gelombang merupakan getaran yang merambat yang hanya memindahkan
energi tanpa disertai dengan perpindahan medium gelombang. Gelombang juga
dapat dikatakan sebagai usikan atau gangguan yang diberikan pada suatu benda
tanpa menyebabkan medium gelombang berpindah. Gelombang tersusun dari
lembah dan bukit pada gelombang transversal atau regangan. Rapatan pada
gelombang longitudinal dan panjang dari 1 bukit dan 1 lembah pada gelombang
disebut dengan panjang gelombang (Priyambodo & Jati, 2009).

Gelombang berdasarkan mediumnya dibedakan menjadi 2 macam :

1. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang dalam perambatannya


membutuhkan medium.
Contoh : gelombang mekanik adalah gelombang bunyi.
2. Gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang dalam perambatannya tidak
membutuhkanmedium.
Contoh : gelombang elekromagnetik adalah gelombang cahaya.

Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam :

1. Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar


dengan arah getarnya.
Contoh : adalah gelombang bunyi.
2. Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus
dengan arah getarnya.
Contoh : gelombang cahaya.

(Priyambodo & Jati, 2009).

2.3.3 Bunyi

Bunyi atau suara adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui


medium yang dihasilkan oleh getaran mekanis. Sumber bunyi sebagai sumber
getar memancarkan gelombang gelombang longitudinal ke segala arah. Bunyi
yang dihasilkan oleh sumber bunyi dapat terdengar karena bunyi merambat
melalui suatu medium yaitu udara. Jika tidak ada medium, maka bunyi tidak bisa
merambat karena dalam perambatannya bunyi memerlukan suatu medium baik
berupa benda maupun udara (Priyambodo & Jati, 2009).

Syarat terdengarnya bunyi ada 3 macam:

1. Ada sumber bunyi


2. Ada medium
3. Ada pendengar

Bunyi dapat didengar oleh telinga karena bunyi memiliki frekuensi dalam
perambatannya. Telinga manusia dapat mendengar bunyi pada rentang frekuensi
20-20.000 Hz dan rentangan tersebut disebut dengan kisaran dengar (audible
range). Bunyi tidak selalu dapat didengar oleh mansuia, ada bunyi tertentu yang
berada diluar kisaran dengar manusia dan tidak menyadari akan adanya bunyi
tersebut yang disebut dengan ultrasonik yaitu bunyi yang memiliki frekuensi
diatas 20.000 Hz yang dilakukan oleh anjing yang dapat mendengar bunyi dengan
frekuensi 50.000 Hz dan kelelawar yang dapat mendengar bunyi dengan frekuensi
100.000Hz (Giancoli, 2014)

2.3.4 Sistem Pendengaran pada Manusia

Proses mendengar pada manusia melalui beberapa tahap. Tahap tersebut


diawali dari lubang telinga yang menerima gelombang dari sumber suara.
Gelombang suara yang masuk ke dalam lubang telinga akan menggetarkan
gendang telinga (yang disebut membran timpani). Telinga adalah alat indra yang
memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita
dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus
melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar
disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah
dan bagian dalam.

1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar
(meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian
telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau
gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani
(gendang telinga) (Starr, dkk., 2013).
2. Telinga tengah
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang
temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang
martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang
tersebut mentransmisikan gaya gelombang bunyi dari gendang telinga ke
permukaan yang lebih kecil pada jendela oval yang merupakan batas antara
telinga tengah dan telinga dalam (Starr, dkk., 2013).
3. Telinga dalam (labirin)
Telinga dalam tersusu atas aparatus vestibular yang berfungsi sebagai organ
keseimbangan. Telinga dalam juga memiliki koklea yang berukuran sebesar
kacang polong dan berisi cairan yaang menyerupai cangkang siput (Starr, dkk.,
2013).

Mendengar merupakan suatu proses dimana bunyi dapat sampai pada


telinga manusia. Proses mendengar terjadi melalui beberapa tahapan dimana
tahapan awal dimulai dari pengumpulan bunyi di organ pinna, kemudian
mengarahkannya ke saluran auditori yang membawa bunyi menuju telinga tengah.
Bunyi yang dibawa menuju telinga tengah berupa gelombang tekanan yang
menyebabkan gendang telinga bergetar. Gaya gelombang bunyi yang masuk
melalui gendang telinga, ditransmisikan oleh tulang-tulang pendengaran ke
permukaan yang lebih kecil pada jendela oval. Kemudian, jendela oval membusur
ke dalam dan menciptakan gelombang tekanan cairan. Gelombang bergerak
melalui cairan saluran vestibular dan membran timpani hingga mencapai jendela
bulat yang membusur keluar sebagai respon. Ketika cairan kembali dan menetap
antara jendela bulat dan jendela oval, gelombang tekanan menyebabkan dinding
lebih rendah saluran koklea bergetar ke atas dan kebawah yang disebut membran
basilar. Pergerakan membran basilar mendorong silia terhadap membrak tektorial
dan ketia silia membelok, sel rambut mengalami potensial aksi kemudian
bergerak sepanjang saraf auditori ke otak (Starr, dkk., 2013).
2.3.5 Sistem Sonar pada Hewan
Pantulan bunyi dimanfaatkan dalam berbagai penerapan untuk
menentukan jarak. Teknik pulsa gema atau biasa disebut sonar dapat
dimanfaatkan untuk menemukan benda-benda di bawah air. Sistem kerjanya,
pemancar akan mengirimkan pulsa bunyi melalui air dan detektor akan menerima
pantulannya. Sonar tersebut digunakan untuk mengukur kedalaman laut, lokasi
terumbu karang, mencari kapal yang tenggelam, kapal selam dan bahkan beberapa
hewan laut juga memanfaatkan sonar. Sonar memanfaatkan frekuensi ultrasonik
dengan kisaran frekuensi 20 kHz-100kHz. (Giancoli, 2014).
Hewan yang memanfaatkan sistem sonar antara lain adalah kelelawar dan
lumba-lumba. Hewan tersebut memanfaatkan sistem sonar untuk mencari
makanan dan untuk menemukan pupolasi hewan tersebut. Saat mangsa
mengirimkan pulsa bunyi maka hewan-hewan tersebut akan menerima
pantulannya dan dapat menemukan mangsa tersebut beberapa waktu kemudian.
Interval waktu diukur dengan cermat sehingga jarak objek dapat diketahui dengan
cepat (Giancoli, 2014).

Anda mungkin juga menyukai