Anda di halaman 1dari 7

Amaliyah Didalam 10 Awal Bulan Dzulhijjah

Telah dinyatakan bahwa amal-amal shalih yang dikerjakan pada 10 awal bulan Dzulhijjah
lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam
bersabda :

َّ ‫سو َل‬
،ِ‫َّللا‬ ُ ‫ َيا َر‬:‫ َقالُوا‬،‫َّام ْال َع ْش ِر‬ َ ‫َّللاِ ِم ْن َه ِذ ِه ْاْلَي َِّام» َي ْعنِي أَي‬
َّ ‫صا ِل ُح فِي َها أ َ َحبُّ ِإ َلى‬َّ ‫َما ِم ْن أَي ٍَّام ْال َع َم ُل ال‬
‫ فَلَ ْم َي ْر ِج ْع ِم ْن‬،‫ ِإ ََّل َر ُج ٌل خ ََر َج ِبنَ ْف ِس ِه َو َما ِل ِه‬،ِ‫َّللا‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫ « َو ََل ْال ِج َهادُ ِفي‬:‫َّللاِ؟ قَا َل‬ َ ‫َو ََل ْال ِج َهادُ ِفي‬
َّ ‫س ِبي ِل‬
ٍ‫ش ْيء‬ َ ِ‫ذَ ِل َك ب‬
“Tidak ada hari-hari dimana amal shalih didalam hari tersebut lebih dicintai oleh Allah
daripada hari-hari ini yakni hari-hari 10 pertama bulan Dzulhijjah-. Sahabat bertanya : “Ya
Rasulullah, apa tidak juga jihad fi sabilillah ?”. Rasulullah menjawab : “Tidak juga jihad fi
sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwanya dan hartanya, kemudian
tidak kembali dengan sesuatu apapun”. (HR. Abu Daud, At-Turmidzii dan Ibnu Majjah).

Amal shalih (amal kebajikan) yang disebutkan didalam hadits bersifat umum. Oleh karena
itu, dapat berupa apa saja seperti memperbanyak dzikir, shalawat, shadaqah, puasa, berbuat
baik kepada orang lain, taubat kepada Allah, shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan lain
sebagainya. Pahala amal shalih yang dikerjakan didalamnya pun dilipat gandakan oleh Allah,
bahkan puasa disiangnya sama dengan puasa selama 1 tahun dan shalat malamnya sama
dengan shalat pada malam al-Qadr.

،ٍ‫سنَة‬ ِ ‫صيَا ُم ُك ِِّل يَ ْو ٍم ِم ْن َها ِب‬


َ ‫صيَ ِام‬ َ ‫َّللا أ َ ْن يُت َ َعبَّدَ لَهُ فِي َها ِم ْن‬
ِ ‫ع ْش ِر ذِي‬
ِ ‫ يَ ْع ِد ُل‬،‫الح َّج ِة‬ ِ َّ ‫َما ِم ْن أَي ٍَّام أ َ َحبُّ ِإلَى‬
‫َوقِ َيا ُم ُك ِِّل لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َها ِب ِق َي ِام لَ ْيلَ ِة القَد ِْر‬
“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai oleh Allah yang digunakan untuk beribadah kepada
Allah didalamnya daripada 10 hari-hari Dzulhijjah, nilai puasa setiap hari darinya sama
dengan puasa 1 tahun, sedangkan nilai shalat setiap malam darinya sama dengan shalat
pada lailatul Qadr” (HR. At-Turmidzi, Ibnu Majjah)

Namun, perlu diketahui bahwa yang dimaksud puasa dihari-hari tersebut, tidak termasuk
didalamnya tanggal 10 Dzulhijjah (‘Idul Adlha), karena haram hukumnya berpuasa pada hari
raya. Oleh karena itu, hubungannya dengan puasa, hanyalah pada 9 dari hari-hari awal bulan
Dzuhijjah saja.

Didalam hadits lain juga disebutkan agar memperbanyak beberapa amaliyah seperti bacaan
Tahlil, Takbir dan Tahmid, sebagaimana riwayat Imam Ahmad :

َ‫ َو ََل أ َ َحبُّ ِإلَ ْي ِه ِمنَ ْال َع َم ِل ِفي ِه َّن ِم ْن َه ِذ ِه ْاْلَي َِّام ْال َع ْش ِر فَأ َ ْك ِث ُروا ِفي ِه َّن ِمن‬،ِ‫ظ ُم ِع ْندَ هللا‬
َ ‫َما ِم ْن أَي ٍَّام أ َ ْع‬
ِ ِ‫ َوالت َّ ْكب‬،‫الت َّ ْه ِلي ِل‬
‫ َوالتَّحْ ِمي ِد‬،‫ير‬
“Tidak ada hari yang agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebaikan di dalamnya
daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu Tahlil, Takbir dan
Tahmid”.

Amaliyah diatas merupakan amaliyah yang masih bersifat umum. Ada juga beberapa
amaliyah khusus yang dianjurkan, seperti :
- Puasa tanggal 9 Dzuhijjah, bersamaan dengan wukuf di Arafah. Rasulullah Shallallahu
‘alayhi wa Sallam pernah ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, beliau menjawab :

َ‫اض َيةَ َو ْالبَاقِ َية‬


ِ ‫سنَةَ ْال َم‬
َّ ‫ «يُ َك ِفِّ ُر ال‬:‫ع َرفَةَ؟ فَقَا َل‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫ص ْو ِم َي ْو ِم‬ َ ‫سئِ َل‬
ُ ‫َو‬
“..puasa dihari tersebut menghapus dosa satu tahun yang telah lalu dan yang akan datang”.
(HR. Imam Muslim)
|
ُ‫سنَةَ الَّتِي بَ ْعدَه‬
َّ ‫ َوال‬،ُ‫سنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬
َّ ‫علَى هللاِ أ َ ْن يُ َك ِفِّ َر ال‬ ُ ‫ أَحْ تَس‬،َ‫ع َرفَة‬
َ ‫ِب‬ َ ‫صيَا ُم يَ ْو ِم‬
ِ
“Puasa hari 'Arafah itu, aku berharap kepada Allah agar dapat menebus dosa dari tahun
sebelumnya dan tahun se sudahnya” (HR. Muslim)

- Menghidupkan syi’ar malam hari raya. Menurut Imam Al-Syafi’i rahimahullah, do’a malam
hari raya akan di dijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Didalam hari raya (malam 10
Dzulhijjah) dianjurkan juga melakukan takbir mutlaq, baik di masjid, rumah-rumah maupun
di jalan-jalan. (Tentang menghidupkan malam hari raya, silahkan membaca disini “Anjuran
Menghidupkan Malam Hari Raya dan Komentar Ulama”)

- Shalat 'Idul Adlha. Hukum shalat hari raya adalah sunnah yaitu sunnah muakkad. (Baca
: Landasan dan Hukum Shalat Hari Raya)

- Berkorban. Allahu Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :

‫ص ِِّل ِل َربِ َِّك َوا ْن َح ْر‬


َ َ‫ف‬
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” (QS. Al-Kautsar : 2)

Ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud adalah berkorban setelah shalat ‘Ied pada hari
raya. Hukum korban dihari raya adalah sunnah muakkad, kecuali korban karena nadzar maka
hukumnya wajib. Adapun waktunya adalah setelah shalat ‘Ied sampai hari-hari Tasyriq. Bila
telah keluar dari hari tasyriq namun belum berkorban, maka jika itu korban sunnah, tidak
perlu ditunaikan korban, namun jika itu korban wajib maka tetap ditunaikan korban.
Muslimedianews ~ Qurban merupakan salah satu ibadah yang asal muasalnya dari kisah
Nabi Ibrahim ‘alayhis salam dan Nabi Isma’il ‘alayhis salam, hal ini diabadikan oleh Allah
Subahanhu wa Ta’alaa didalam Al-Qur’an:

‫ما‬ َّ َ‫غ َفل‬ ََ َ‫ي َم َعهَ بَل‬ َّ


ََ ‫الس ْع‬ ََ ‫ي يَا َقا‬
‫ل‬ ََّ ‫م فِي أَرَى إِنِِّي ب َن‬ َِ ‫منَا‬َ ‫ك أَنِِّي ْال‬ ََ ‫ل تَرَى مَا َذا َفانظ َْر أَ ْذبَح‬ ََ ‫أَبَتَِ يَا َقا‬
َْ ‫اف َع‬
‫ل‬ ْ ‫س ََتجِدنِي ت ْؤمَرَ مَا‬ َ ‫شاء إِن‬ َ َّ ََ‫صابِ ِرينََ ِمن‬
َ ‫َللا‬ َّ ‫ال‬. ‫ما‬ َّ َ‫سلَمَا َفل‬ ْ َ‫ين َوتَلَّهَ أ‬
َِ ِ‫جب‬ َْ َ‫يَا أ‬
َ ‫لِ ْل‬. َ‫ن َونَا َد ْينَاه‬
َ‫هيم‬ ِ ‫إِ ْبرَا‬. ‫د‬َْ ‫ت َق‬ََ ‫ص َّد ْق‬ ُّ ‫ك إِنَّا‬
َ ‫الر ْؤيَا‬ ََ ِ‫ج ِزي َك َذل‬ ْ َ‫س ِنينََ ن‬
ِ ‫ح‬ ْ ‫ن‬
ْ ‫الم‬. َ ‫الم ِبينَ ْالب َََلء لَه ََو‬.
ََّ ِ‫ه َذا إ‬ ْ َ‫بِ ِذ ْبحَ و ََف َد ْينَاه‬
َ‫ظيم‬ ِ ‫َع‬
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia: "Hai Ibrahim,. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan
seekor sembelihan yang besar”. (QS. Ash-Shaaffat 37 : 102-107)

Sebelum masuk pada ranah Fiqih, baiknya kita merenungi terlebih dahulu beberapa pelajaran
(hikmah) yang bisa diambil untuk ditauladani yaitu tentang totalitas ketaatan Nabi Ibrahim
dan Nabi Isma’il kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa, pengorbanan serta keikhlasan dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa.

Pengertian dan Hukum Qurban


Qurban berarti dekat, istilah lain yang biasa di gunakan adalah Nahr (sembelihan), dan
Udliyyah (sembelihan atau hewan sembelihan). Dalam Fiqh, biasa menggunakan istilah
ِ َّ‫حي‬
Udlhiyyah (َ‫ة‬ ِ ‫ض‬ ْ
ْ ‫)اْل‬, Tadlhiyyah (‫)التضحية‬, Adlhah (‫ )أضحاة‬dan Dlahiyyah (َ‫حيَّة‬ َ ).
ِ ‫ض‬

Imam Zakariyya Al Anshori didalam Fathul Wahab bi-syarhi Minhajith Thullab mengatakan
: “Udlhiyyah adalah apa-apa yang disembelih dari binatang ternak yang digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah sejak hari ‘Idun Nahr (10 Dzulhijjah) sampai akhir hari
Tasyriq (13 Dzulhijjah)”.

Dari pengertian ini, maka hewan qurban hanya disembelih pada tanggal 10, 11, 12 dan 13
Dzulhijjah, sebab dihari-hari tersebut adalah hari suka cita dan makan-makan bagi umat
Islam. Sehingga diluar hari tersebut, maka itu bukan qurban, melainkan termasuk kategori
shadaqah.

Hukum Qurban adalah sunnah mu’akkad dan merupakan syi’ar yang nampak (dhohir) bagi
setiap muslim yang mampu untuk menjaganya (melestarikannya). Dan secara asal hukum
syara’, qurban tidak wajib, kecuali qurban sebagai bentuk nadzar maka itu wajib sebagaimana
ibadah-ibadah keta’atan lainnya. Sebagian ulama, ada yang mengatakan qurban hukumnya
wajib bagi yang mampu.

Imam An-Nawawi rahimahullah didalam Al Majmu syarah Al-Muhadzdzab mengatakan :


“Telah kami tuturkan bahwa madzhab kami (syafi’iyah) menyatakan sunnah muakkad bagi
orang yang kaya (makmur) namun tidak wajib, seperti inilah juga pendapat Aktsarul Ulama
(kebanyakan ulama), diantara mereka Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Bilal, Abu Mas’ud al-Badri, Sa’id bin al-Musayyab, ‘Atha’, Aqlamah, al-Aswad,
Malik, Ahmad, Abu Yusuf, Ishaq, Abu Tsaur, al-Muzanni, Daud adl-Dhohiri dan Ibnul
Mandzur. Sedangkan Rabi’iah, al-Laits bin Sa’ad, Abu Hanifah dan al-Auza’i berpendapat
wajib bagi orang kaya kecuali orang yang haji di Mina. Muhammad al-Hasan (ulama
Hanafi) berpendapat wajib bagi muqim (penduduk tetap) di semua wilayah namun yang
masyhur dari Abu Hanifah adalah wajib bagi muqim serta mencapai nishob”.

Terkait dasar pensyariatan Qurban, menurut ulama adalah Al-Qur’an, As-Sunnah dan Ijma’ul
ummah. Diantaranya adalah surah Al Kautsar ayat 2:

ِّ ِ ‫َفص‬
َ‫َل‬ َ ِّ ِ‫لِ َرب‬
َ‫ك‬ َ ‫وَا ْن‬
َ‫ح ْر‬
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”

Maksud shalat dalam ayat tersebut adalah shalat ‘Ied (hari raya) dan sembelihlah (hewan)
sembelihan. Diantaranya lagi, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

‫حى‬ َّ ‫ض‬ َُّ ‫ ال َّن ِب‬- ‫َللا صَلَّى‬


َ ‫ي‬ َ َّ ‫ه‬ ََ َّ ‫َسل‬
َِ ‫م َعلَ ْي‬ َِ ‫ْش ْي‬
َ ‫و‬-‫ن‬ َ ِ‫ن ب‬
َ ‫كب‬ َ َ‫ن أَ ْمل‬
َِ ‫ح ْي‬ َِ ‫مى بِ َي ِد َِه َذ َبحَهمَا أَ َق ْرنَ ْي‬ َ ‫ع و ََكبَّ ََر و‬
َّ ‫َس‬ ََ ‫ض‬
َ ‫َو َو‬
َ
َ‫جله‬ ْ ‫ِر‬ َ
‫َعلى‬ ‫ح ِهمَا‬ِ ‫ص َفا‬ِ
“Nabi shallallahu ‘alayhi wa Sallam berqurban dengan dua kambing kibasy berwarna putih
lagi panjang tanduknya, beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri yang mulia
seraya membaca basmalah, bertakbir dan meletakkan kaki beliau yang berkah diatas leher
keduanya”.

Waktu Pelaksanaan Qurban

Adalah sejak terbitnya matahari pada


Yaumun Nahr (10 Dzulhijjah, penj) ) dan telah berlalu terbitnya dengan kadar shalat dua
raka’at serta dua khutbah yang ringan, atau setelah masuk waktu shalat ‘Dluha dengan kadar
shalat dua raka’at beserta khutbahnya yang sedang (ringan). Hal ini berdasarkan riwayat dari
Al Barra’ bin ‘Asib radliyallahu ‘anh, ia berkata :

‫خطَبَنَا‬َ َ‫َللا رَسول‬ َِ َّ ‫ه للاَ صَلَّى‬َِ ‫م َعلَ ْي‬ ََ َّ ‫َسل‬


َ ‫مو‬ ْ ‫د ال َّن‬
ََ ‫ح َِر يَ ْو‬ ََ ‫صَل َ َِة ب َْع‬َّ ‫ال‬، ‫ل‬
ََ ‫ف َقا‬: ْ ‫صَلَتَنَا صَلَّى م‬
َ «َ‫َن‬ َ ،‫ك‬ ََ ‫س‬َ َ‫َون‬
َ
‫سكنَا‬ ْ ‫ن‬، ‫د‬ َ
َْ ‫ك أصَابََ ف َق‬ َ ََ ‫النس‬، ‫َن‬ ُّ َْ ‫َوم‬ ََ ‫س‬
‫ك‬ َ َ‫ل ن‬ َ َ َّ
ََ ‫الصَل َِة ق ْب‬، ‫ك‬ ْ َ
ََ ‫شاةَ فتِل‬ َ َ‫حم‬ْ َ‫َل‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam berkhutbah kepada kami pada yaumun Nahr
(hari raya qurban) setelah shaalt, beliau bersabda : “barangsiapa yang shalat seumpama
kami shalat dan menyembelih seumpama kami menyembelih (yaitu setelah shalat), maka
sungguh ia telah benar, dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka itu daging
kambing biasa (bukan qurban)”. (HR. Al Bukhari)

Oleh karena itu menyembelih qurban sebelum shalat ‘Ied itu tidak mencukupi, tidak sah,
tanpa ada perselisihan diantara ulama.
Adapun berakhirnya, Imam An-Nawawi rahimahullah berkata : “Nas-nas Imam al-Syafi’i
beserta ashhab sepakat bahwa waktu qurban berakhir ketika terbenam matahari pada hari
ketiga dari hari Tasyriq (13 Dzulhijjah), dan ulama sepakat bahwa boleh menyembelih
hewan qurban pada waktu-waktu tersebut (10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, pen), baik malam
hari maupun siang hari, akan tetapi bagi kami (Syafi’iyah) hukumnya makruh menyembelih
hewan pada malam hari pada selain Udlhiyyah, dan pada Udlhiyyah (sembelih qurban)
maka lebih makruh”.

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :

ُّ ‫ك‬
َ‫ل‬ َِ ‫أَيَّا‬
‫م‬ ْ ‫ال َّت‬
َِ ‫ش ِر‬
‫يق‬ َ‫َذ ْبح‬
“Semua hari-hari Tasyriq adalah (waktu) menyembelih qurban” (HR. Ad-Daruquthni dan Al
Baihaqi didalam As-Sunanul Kubro)

Apabila melewati batas waktu qurban ; jika berupa qurban sunnah, maka tidak ada qurban
sebab bukan waktu yang disunnahkan untuk berqurban, sehingga jika ingin berqurban maka
tunggu ditahun berikutnya diwaktu-waktu qurban. Namun, jika berupa qurban nadzar maka
tetap wajib melakukan qurban, sebab merupakan kewajiban bagi yang bernadzar sehingga
tidak gugur hanya karena melewati batas waktu.

Diantara Kriteria Hewan Qurban


- Hewan sembelihan adalah hewan ternak seperti onta, sapi, dan kambing maupun domba,
baik jantan maupun betina, dengan berbagai jenisnya. Namun, tidak mencukupi seperti Sapi
hutan, himar (keledai) dan kuda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ِّ ِ ‫ج َع ْلنَا أ َّمةَ َولِك‬


َ‫ل‬ َ ً ‫س‬
‫كا‬ َ ‫م لِي َْذكروا َم ْن‬ ْ
ََ ‫اس‬ َِ َّ
‫َللا‬ ‫َعلَى‬ َْ ‫ن َرز ََقه‬
‫م مَا‬ َْ ‫ة ِم‬ َ ‫اْل َ ْن َعا ِمَ ب َِهي‬
َِ ‫م‬ ْ
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada
mereka,” (QS. Al Hajj 22 : 34)

- Tidak cacat secara fisik dan tidak sakit. Imam Ibnu Ruslan al-Syafi’i berkata didalam
Nadham Az-Zubad :

“Tidak diperbolehkan hewan yang sangat kurus, sakit, pincang, cacat bagian tubuhnya seperti
sebagian telinga atau ekornya sebagaimana pula buta sebelah matanya, buta keduanya atau
terputus pantatnya. Diperbolehkan hewan yang hanya cacat tanduknya dan hewan yang
dikebiri.”

- Mencapai usia yang ditentukan : Onta harus genap berusia 5 tahun (masuk tahun ke-enam),
sapi berusia 2 tahun (masuk tahun ke-tiga), dan domba / kambing berbulu tebal (‫) الضأن‬
berusia 1 tahun atau sudah tanggal giginya. Adapun kambing (‫ )المعز‬berusia 2 tahun (masuk
tahun ke-tiga) atau tanggal giginya.

Imam Ibnu Qasim Al-Ghazi didalam Fathul Qarib berkata : “Dan mencukupi didalam qurban
yakni jadza’ pada domba (‫ )الضأن‬yakni berumur 1 tahun dan masuk tahun ke-dua, tsaniyya
pada kambing (‫ )المعز‬yakni berusia 2 tahun dan masuk tahun ke-tiga, tsaniyya pada onta
(‫ )اإلبل‬yakni berusia 5 tahun dan masuk tahun ke-enam, dan tsaniyya pada sapi (‫)البقر‬
berusia 2 tahun dan masuk tahun ke-tiga. Boleh qurban kolektif yakni 1 onta untuk 7 orang,
seperti itu juga sapi untuk 7 orang, dan kambing (‫ )الشاة‬untuk satu orang”.
Hewan qurban yang lebih afdlol, menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi adalah onta, kemudian sapi,
dan kambing. Adapun Imam An-Nawawi rahimahullah didalam kitab Al Majmu’
mengatakan : “Onta lebih utama daripada sapi, sapi lebih utama daripada kambing (‫)الشاة‬,
kambing domba (‫ )الضأن‬lebih utama daripada kambing (biasa), jadza’ah domba (berumur 1
tahun lebih) lebih utama daripada tsaniyyah kambing (berumur 2 tahun lebih)”.

“Berqurban dengan seekor kambing (‫ )الشاة‬lebih utama daripada seekor onta atau sapi
untuk 7 orang (gabungan/kolektik), berdasarkan ittifaq ulama” Berqurban dengan 7 ekor
kambing (‫ )الغنم‬lebih utama daripada onta dan sapi berdasarkan yang ashoh dari dua
pendapat, sebab banyaknya darah ternak yang teralirkan. Berqurban dengan onta atau sapi
lebih utama atas pertimbangan banyaknya dagingnya”.

Cara Penyembelihan Hewan Qurban

Disunnahkan, hewan qurban disembelih


sendiri jika mudlohi (orang yang berqurban) itu laki-laki dan mampu menyembelih. Boleh
diwakilkan.

َ‫ن‬ ْ ‫ي أَنَسَ َع‬ ََ ‫ض‬ َ َّ َ‫ َع ْنه‬، ‫ل‬


ِ ‫َللا َر‬ ََ ‫ َقا‬: " ‫حى‬ َّ ‫ض‬ َ َ‫َللا رَسول‬ َِ َّ ‫َللا صَلَّى‬
َ َّ ‫ه‬
َِ ‫م َعلَ ْي‬ ََ َّ‫َسل‬ َِ ‫ْش ْي‬
َ ‫ن و‬ َ ِ‫ن ب‬
َ ‫كب‬ َ َ‫أَ ْمل‬
َِ ‫ح ْي‬
َِ ‫أَ ْق َرنَ ْي‬
‫ن‬ ‫َو َذبَحَهمَا‬ ‫بِيَ ِد َِه‬ ، ‫مى‬ َّ ‫َس‬َ ‫و‬ ‫و ََكبَّ ََر‬ ََ ‫ض‬
‫ع‬ َ ‫َو َو‬ َ‫جلَه‬ْ ‫ِر‬ ‫َعلَى‬ ِ ‫ص َفا‬
‫ح ِهمَا‬ ِ
“Dari Anas ra beliau berkata: “Rasulullah SAW ber-Qorban dengan 2 ekor kambing yang
putih-putih dan bertanduk, beliau menyembelih dengan tangannya sendiri dengan membaca
Basmalah dan Takbir (‫م‬ َِ ‫س‬ َِ َ‫ ) َأ ْك َبَرَ وَللا‬serta meletakkan kakinya di dekat leher kambing
ْ ِ ‫للا ب‬
tersebut.” (HR. Al Bukhari)

َ ‫َف َن‬
َ‫ح َر‬ ‫ثَ ََلثًا‬ ََ‫ستِِّين‬
ِ ‫َو‬ ‫بِيَ ِد َِه‬، ََّ ‫ث‬
‫م‬ ‫أَ ْعطَى‬ ‫ َعلِيًّا‬، َ ‫َف َن‬
‫ح ََر‬ ‫مَا‬ ‫َغبَ ََر‬
"Kemudian beliau menyembelih 63 ekor hewan qurban dengan tangannya sendiri, lalu
menyerahkan kepada Sayyidina Ali, Sayyidina Ali pun menyembelih hewan yang tersisa"
(HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah didalam Al Majmu’ berkata : “Dan mustahab (sunnah)


menyembelih hewan qurbannya sendiri berdasarkan hadits Anas radliyallahu ‘anh…, dan
boleh digantikan oleh lainnya berdasarkan riwayat Jabir…, juga mustahab (sunnah) untuk
tidak mewakilkan kecuali pada orang muslim karena itu adalah qurbah (ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah) maka lebih utama tidak mewakilkan kepada orang kafir, dan
juga karena yang demikian itu menghindar dari perselisihan pendapat, sebab menurut Imam
Malik tidak sah (tidak mencukupi) sembelihannya, maka (adapun) jika mewakilkan pada
orang Yahudi dan Nasrani, itu boleh karena ia termasuk ahli berkurban. Dan mustahab
(disunnahkan) orang yang menyembelih adalah orang alim karena ia lebih mengetahui cara-
cara menyembelih. Disunnahkan pula, apabila diwakilkan pada orang lain, menyaksikan
proses penyembelihan berdasarkan riwayat Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anh”.

Imam Mawardi al-Syafi’I berkata : “.. dan kecuali perempuan, maka disunnahkan
mewakilkan penyembelihan hadiahnya dan qurbannya pada orang laki-laki”.

Tidak boleh mewakilkan pada orang penganut Watsani (penyembah berhala), majusi dan
orang murtad, namun boleh mewakilkan pada ahli kitab, perempunan dan anak kecil, akan
tetapi ulama Syafi’iyyah memakruhkan mewakilkan pada anak kecil (shobiy), dan (menurut
pendapat yang ashoh) tidak makruh mewakilkan pada wanita haidl sebab wanita haidl lebih
utama daripada shobiy, dan adapun shobiy lebih utama daripada orang kafir al-kitabi.

- Mengucapkan basmalah ketika hendak menyembelih


- Mengucapkan Takbir (sebelum membaca basmalah ataupun setelahnya)
- Menghadapkan hewan sembelihan ke arah kiblat
Dianjurkan membaca basmalah dengan sempurna “Bismillahirrahmahmanirrahiim”.
Dianjurkan juga membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam.
Dianjurkan bertakbir sebanyak 3 kali (menurut Imam Mawardi). Dianjurkan berdo’a bil-
Qabul, seperti Allahumma Hadzihi Minka wa Ilayka Fataqabbal.

Anda mungkin juga menyukai