Anda di halaman 1dari 7

dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.

Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

TERAPI CAIRAN, ELEKTROLIT DAN METABOLIK

HIPOKALEMI
Definisi :
- Kadar K serum < 3,5 mEq/L

Manisfestasi Klinis :
- Gastrointestinal : Anoreksia, nausea, muntah, kembung, distensi abdomen, ileus
paralitik
- Jantung : Gangguan irama, EKG (Gelombang T datar atau terbalik, segmen
ST depresi)
- Ginjal : Poliuria
- Neuromuskular : Malaise, ngantuk, lemah otot, tendon menurun, paralisa pernafasan.

Etiologi :
Perpindahan Kehilangan Kehilangan diluar ginjal Intake kurang
transel lewat ginjal
Alkalosis Diuresis Diare Malnutrisi
Hiperventilasi Alkalosis Keringat berlebihan Anoreksia
metabolik nervosa
Insulin
Defek tubuli ginjal
B-adrenergik
Ketoasidosis
Hipomagnesemi
diabetik
Muntah
Obat-obatan
(Diuretik,
amoniglikosid,
amphoterisin B.
Penatalaksanaan :

Tujuan : Menyelamatkan pasien dari keadaan kritis, bukan untuk


mengkoreksi defisit kalium secara keseluruhan.

Defisit K+ (mEq total) = (K+ serum yg diinginkan – K+ serum yg diukur) x 0,25 x BB

1. Penghentian pemberian obat pencetus (jika mungkin), koreksi hipomagnesemia dan


gangguan elektrolit yang lain, serta mengatasi alkalosis.
2. Jika kadar kalium >3 mEq/L dan pasien asimtomatik, pemberian kalium dapat
dilakukan secara enteral (oral atau nasogatrik tube).
3. Jika kalium <2-2,5 mEq/L, (<3 mEq/L, jika dengan pengobatan digoksin), atau jika
muncul gejala, berikan KCl 20-40 mEq setiap 4-6 jam, secara intra vena.
4. Jika terjadi aritmia atau paralisis yang mengancam jiwa, berikan KCl 20-30 mEq/jam
melalui kateter vena sentral (masukkan secara perlahan 10 mEq) dalam 100 ml

1
dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.
Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

cairan lebih dari 20 menit. Pemberian infus dapat diperlambat setelah gejala-gejala
hilang. Jika gejala yang mengancam hilang, berikan 10 mEq/jam secara intra vena.
5. Monitoring EKG perlu selama pemberian KCl parenteral konsentrasi tinggi. Kadar K
harus sering dimonitor selama pemberian (setiap 1-2 jam pada pemberian awal).
6. Jika ada asidemia, perbaiki dulu kadar kalium sebelum memperbaiki pH, karena
perubahan kalium intrasel berpengaruh pada peningkatan pH.
7. Kalium merupakan ion utama intrasel, perkiraan defisit tidak dapat dihitung dari nilai
serum. Oleh karena itu, harus dititrasi pada saat pengecekan kembali kadarnya
dalam serum.

Syarat pemberian infus K :


1. Konsentrasi < 40 mEq/L
2. Kecepatan 10 mEq/jam (bila kadar serum 2 – 3 mEq/L)
3. Jumlah < 100 mEq/hari
4. Monitor EKG, periksa K serum
5. Urin > 0,5 ml/kgbb/jam

- Asupan K < 10 mEq/hari = Defisit kumulatif 250 – 300 dalam 7 – 10 hari


- Penurunan K serum dari 4 mEq/L menjadi 3 mEq/L = defisit K total 100 – 200 mEq
- Penurunan K serum dari 4 mEq/L menjadi < 3 mEq/L = defisit K total 200 – 499 mEq.

HIPERKALEMI
Definisi :
Kadar K serum > 5,5 mEq/L
Etiologi :
a. Ekresi adrenal tidak adekuwat.
Gagal ginjal akut atau kronis, diuretik hemat kalium, penghambat ACE
b. Beban kalium dari nekrosis sel yang masif.
Trauma (Crush Injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut,
hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomiolisis
c. Sumber Eksogen.
Suplemen kalium dan pengganti garam, transfusi darah, penisilin dosis tinggi.
d. Perpindahan dari intra ke ekstraselular.
Asidosis, digitalis, defisiensi insulin, peningkatan cepat osmolaritas darah
e. Insufisiensi renal ( Penyakit Addison)
f. Pseudohiperkalemia.
Sekunder terhadap hemolisis sampel darah, pemasangan tornoket terlalu lama
g. Hipoaldesteron.

Manisfestasi Klinis :
- Jantung (EKG) : K > 6,5 mEq/L = Gelombang T Runcing
K 7 – 8 mEq/L = Interpal PR memanjang, amplitudo P mengecil,
kompleks QRS melebar, & Interval QT memanjang
K > 10 mEq/L = Cenderung terjadi fibrilasi ventrikel dan Asistole
- Neuromuskular : Parestesia, kelemahan, arefleksia, & paralisis asenden (menjalar
ke atas),

2
dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.
Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

Penatalaksanaan :
1. Pemantauuan EKG (jika ada kelainan EKG atau K > 7 mEq/L)
2. Kalsium Glukonat
10 ml larutan 10 % (diberikan IV selama 10 menit) untuk menstabilkan miokard dan
sistim konduksi jantung, bisa diulang 2x dengan interval 5 menit jika tidak berespon.
Tidak boleh diberikan pada keracunan digitalis dan dapat menyebabkan keracunan
digitalis pada pasien yang mendapat terapi digitalis.
3. Natrium Bikarbonat
40 – 150 mEq/L NaHCO3 ( diberikan IV selama 30 menit atau bolus IV pada
kedaruratan)
Membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke
intra sellular. Bisa memperburuk gagal jantung (bendungan) karena menambah
beban natrium. Efeknya sementara namun akan bekerja sekalipun pH serum normal.
4. Insulin
5 – 10 unit regular insulin, sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50 % IV
selama 5 menit
Menyebabkan perpindahan kalium dari ekstra selular ke intra selular. Mungkin tidak
berespon selama 50 – 60 menit dan efek berlangsung selama beberapa jam
5. Dialisis
Dibutuhkan pada kasus hiperkalemi berat dan refrakter
6. Aerosol Beta 2 - agonis
Nebulizer Albuterol, mendorong K ke intra sel, memiliki mamfaat khusus pada gagal
ginjal
7. Pembatasan Kalium
Pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml / menit
8. Hidrokortison suksinat
Pada kasus insufisiensi adrenal.

HIPONATREMIA
Definisi :
- Kadar Na serum < 135 mEq/L

Etiologi :

Euvolemik Hipovolemik Hipervolemik


SIADH Diuretik CHF
Polidipsi psikogenik Defisiensi aldosteron Chirrosis
Hipotiroidisme Disfungsi tubuli ginjal Nefrosis
Pemberian air yang tidak tepat Diare
pada bayi/anak Kehilangan cairan lewat
“Third Space”
SIADH : Syndrome of inappropriate ADH

Hiponatremi juga dapat terjadi akibat adanya larutan non natrium, seperti glukosa dan
mannitol. Hal ini ditandai oleh meningkatnya osmolalitas serum. Pseudohiponatremi dapat
terjadi bila ada hiperlipidemi, hipoproteinemi, atau hipoglikemi yang berat..

3
dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.
Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

Manifestasi Klinis :
Manifestasi klinik hiponatremia meliputi :
- Gangguan sistem saraf pusat dan sistem muskular dan termasuk disorientasi,
penurunan kesadaran,
- muntah, kelemahan dan kegagalan respirasi akibat kelainan CNS.
- irritabilitas,
- kejang,
- letargi,
- koma.

Penatalaksanaan :

Defisit Na+ (mEq total) = (Na+ serum yg diinginkan – Na+ serum yg diukur) x 0,6 x BB

1. Atasi penyakit yang mendasarinya, penghentian pemberian obat, dan meningkatkan


kadar natrium dalam sirkulasi.
2. Hiponatremik hipovolemik biasanya berespon baik dengan pemberian volume
intravaskuler (normal saline). Volume intravaskuler diperbaiki, ADH ditekan dan air
diekskresi oleh ginjal. Insufisiensi adrenal harus diatasi pada penderita seperti ini.
Hiponatremik hipovolemik biasanya tidak berat dan akan membaik, bila penyakit yang
mendasarinya dapat diatasi. Mayoritas pasien dengan hiponatremik euvolemik sekunder
akibat kadar ADH nya meningkat. Diagnosis lebih mudah dengan pemeriksaan
osmolalitas urin sebelum pengobatan (utamanya diuretik) untuk dibandingkan dengan
kadar osmolalitas darah. Osmolalitas urin lebih tinggi daripada osmolalitas darah
(biasanya > 300 mOsm/l).
3. Jika hiponatremia terjadi secara akut atau pasien menampakkan gejala hiponatremia,
kadar natrium harus ditingkatkan dengan pembatasan intake air, meningkatkan
“bersihan” air dengan diuretic (loop diuretic) dan memperbaiki volume intravaskuler
dengan “normal saline” (154 mEq/l, 154 mmol/l) atau saline 3% hipertonik (513 mEq/L).
Sasaran terapi pada keadaan ini yaitu untuk menghilangkan air tanpa pengeluaran Na.
4. Peningkatan Na serum sebaiknya secara perlahan-lahan.
Gejala asimptomatik hiponatremia : batas terapi kenaikan Na darah 0,5 mEq/L per jam,
atau 12 mEq/L per 24 jam.
Gejala simptomatik hiponatremia (gejala cerebral berat) : 1,5 – 2 mEq/L untuk 3 – 4 jam
atau 12 mEq/L per 24 jam pertama.
Salah satu indikasi untuk mempercepat pemberian Na pada awal proses pengobatan,
bila ada gejala-gejala yang timbul seperti kejang, dan memperlambat pemberiannya bila
gejala-gejala sudah hilang.
5. Jika saline (garam) hipertonik yang digunakan, 1 mEq/kgbb harus diberikan lebih dahulu
lewat infus (3% saline 0,5 mEq/L. Dalam jumlah yang sama, dapat diberikan sebagai
tambahan sampai maksimum 3-5 mEq/kg atau sampai gejala menghilang.
6. Bila Na serum ≥ 130 mEq/L kurangi pemberian air untuk memperlambat kadar natrium
kembali ke normal. Pengembalian kadar Na yang terlalu cepat. dapat mengakibatkan
gangguan pada SSP. Jika terjadi hiponatremi kronik asimtomatik, hiponatreminya tidak
terlalu diperhatikan. Pembatasan pemberian air dengan sendirinya sudah cukup untuk
mengembalikan kadar natrium ke keadaan normal.
7. Kadar Na darah harus seringkali dimonitor selama terapi akut hiponatremia.

4
dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.
Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

HIPERNATREMIA
Definisi :
- Kadar Na serum > 145 mEq/L

Manifestasi Klinis :
1. Na serum 160 meq/L : Anoreksia, iritabilitas, ataksia, kram
2. Na serum 180 meq/L : Koma, stupor, seizure.

Penatalaksanaan :
1. Tentukan volume cairan ekstrasesular
2. a. Hipernatremi dengan volume meningkat
Terapi : - Diuresis ( misal : Furosemid)
- Penggantian urin dengan air (Glukosa 5 %).

b. Hipernatremia dengan volume normal


Terapi : - Terapi akut adalah pergantian air (Glukosa 5 %)
- Evaluasi untuk kemungkinan diabetes insipidus.

c. Hipernatremia dengan volume menurun (Air hilang, Na hilang)


Terapi : - Perkiraan jumlah air degan rumus : (0,6 x BB) x [(Na serum/140)-1].
- Koreksi volume dengan Ringger Asetat / Ringger Laktat dan lanjutkan
dengan cairan hipotonik, misal KA-EN 1B.
- Jika Na serum awal > 175 mEq/L, cegah terjadinya edema otak dengan
monitoring setiap jam sampai kadar Na serum 155 mEq.

ASIDOSIS
Manisfestasi Klinis :
1. Hiperpnea (nafas dalam tak terputus), edema paru
2. Penurunan kontraktilitas miokard, aritmia, dilatasi arteri, hipotensi

Asidosis Respiratori :
 Terjadi saat pertukaran CO2 alveolar terhambat, Penyebabnya antara lain :
1. Obstruksi / retriksi respiratori
2. Obstruksi akut jalan udara
3. Pembatasan respiratori (obesitas atau kondisi yang mempengaruhi otot
pernafasan)
 Penatalaksanaan
1. Koreksi dilakukan dengan pemberian bikarbonat
2. Pada neonatus bikarbonat 4,2 %, pada anak-anak dan dewasa bikarbonat 8,4 %

Asidosis Metabolik :
 Disebabkan oleh :
1. Senyawa – senyawa disebabkan asam yang ditambahkan ke dalam darah sebagai
hasil metabolisme
2. Senyawa asam yang berasal dari sumber eksogen
3. Penurunan senyawa senyawa basa

5
dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.
Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

 Diklasifikasikan :
1. Anion gap tinggi
2. Anion gap normal

 Anion gap dihitung : Anion gap = Na – (Cl + HCO3)

Normal nilai anion gap = 10 – 12 mEq/L


 Penatalaksanaan :
NaHCO3 = BE x 30 % x BB

Biasanya diberikan 50 % dari jumlah yang di hitung.

Contoh : BE = -10 mEq/L, BB = 70 kg


Jawab : 10 x 30 % x 70 kg = 210 mEq.
- Umumnnya BicNat tidak dianjurkan pada asidosis anion gap tinggi, misalnnya
asidosis laktat, ketoasidosis diabetik. Pada keadaan ini BicNat diberikan jika pH < 7,
dengan target pH 7,2
- Base Excess = Jumlah asam atau basa yang dibutuhkan untuk mengembalikan pH
darah ke nilai normal (pH 7,4) pada pCO2 40 mmHg.

Ascidosis   Alkalosis
pH 7,35 - 7,45
pCO2 45 - 35
Base -2 - +2
Excess

PO2 80 mmHg - 110 mmHg


Kadar CO2 24 mEg/L - 33 mEg/L
HCO3- 22 mEg/L - 26 mEg/L

HIPOGLIKEMIA

Definisi :
Glukosa plasma < 50 mg/dl. Bisa saja asimptomatik.

Penatalaksanaan :
1. Karbonhidrat oral jika mungkin.
2. Dekstrose 50 % (IV) 1 ampul atau lebih.
3. Jika vena tidak bisa di akses, Glukagon 1 mg IM ( dapat menyebabkan nausea,
muntah & aspirasi)
4. Monitor GDS setiap 15 – 30 menit.

6
dr.Peter H.Y.Singal Anestesi FK UNHAS Makassar.
Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik

KOREKSI HEMOGLOBIN (HB)

PACKED RED CELL (PRC)


Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 3 ml/kgbb

PRC (ml) = (Hb yg diinginkan – Hb skrg ) x BB(Kg) x 3 ml

Cote CJ, Dsida RM. Strategies for Blood Product Management and
Transfusion Reduction in : A Practice of Anesthesia for Infant and
Children. Third Edition. W.B Saunders Company, Philadelphia.2001,
pp: 235-56

DARAH LENGKAP (WHOLE BLOOD)

WB(ml) = (Hb yg diinginkan – Hb skrg) x BB(Kg) x Konstanta (ml)

Konstanta : 0 – 1 tahun = 5 ml
1 – 5 tahun = 6 ml
> 5 tahun = 7 ml

Kecepatan pemberian 20 ml / Kgbb / hari.

Anda mungkin juga menyukai