Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PAJAK PENGHASILAN II

PPH FINAL (PASAL 4 AYAT 2)

DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PAJAK PENGHASILAN II

DOSEN PENGASUH : WIWIK TISWIYANTI, SE. Ak.,MM

DI SUSUN OLEH :

MARIA DAMANIK (C0D016094)

PROGRAM STUDI D-3 PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS

UNIVERSITAS JAMBI

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah

tentang Pajak Penghasilan Final (Pasal 4 Ayat 2) ini dengan baik meskipun

banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Wiwik

Tiswiyanti, SE. Ak.,MM selaku Dosen mata kuliah Pajak Penghasilan II

Universitas Jambi yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai pembukuan dan pencatatan pajak. Saya

juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan

usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan

saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang

akan datang.

Jambi,Oktober 2017

Penyusun
Maria Damanik

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... (2)


DAFTAR ISI......................................................................................... (3)

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................ (4)


1.1. Latar belakang ................................................................... (4)
1.2. Rumusan masalah .............................................................. (6)
1.3. Tujuan penulisan ........................................................... (6)

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................(7)
2.1. Dasar Hukum PPh Final.......................................................... (7)
2.2. Pengertian PPh Final……….................................................... (7)
2.3. Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat Final…………….. (7)
2.3.1.PPh atas Bunga Deposito,Tabungandan Diskonto SBI.. (8)
2.3.2. PPh atas Transaksi Saham dan Sekuritas Lainnya…….. (10)
2.3.3. PPh atas Bunga Obligasi.................................................. (11)
2.3.4. PPh atas Hadiah Undian……………............................... (13)
2.3.5.PPh atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan................ (15)
2.3.6.PPh atas Usaha Jasa Kontruksi......................................... (17)
2.3.7. PPh atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan/atau
Bangunan……………………………………………......... (20)
2.3.8. PPh atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi
kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi ......................... (22)
2.3.9.PPh atas Deviden yang Diterima oleh WP OP…………. (24)
2.4.Sanksi Apabila Melanggar Ketentuan PPh Pasal 4 ayat (2)...... (25)

BAB 3 PENUTUPAN........................................................................... (28)


3.1 Kesimpulan................................................................................. (28)
3.2 Saran........................................................................................... (28)

Daftar Pustaka ..................................................................................... (29)

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang


perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2016).
Pajak juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat
penting dan paling besar dalam menopang pembiayaan pembangunan yang
bersumber dari APBN. Penerimaan atau pendapatan pajak negara akan meningkat
jika tingkat kepatuhan masyarakat sebagai wajib pajak dalam membayar pajak
tinggi, artinya jika semua wajib pajak yang ada memiliki kepatuhan dalam
membayar pajak maka pembangunan akan terlaksana dan target penerimaan pajak
dapat tercapai.
Kepatuhan dalam membayar pajak akan tercapai apabila wajib pajak telah
memahami akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan pajak dan ketentuan
umum mengenai kewajiban dan sanksi yang akan diperoleh jika tidak membayar
pajak (Saepudin, 2012). Kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai kepatuhan
dalam memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Pemahaman akuntansi dalam hal pembukuan ini diatur
berdasarkan UU KUP No 28 tahun 2007 dan pengetahuan yang baik tentang
ketentuan perpajakan dibutuhkan oleh wajib pajak untuk menjamin keakuratan
dalam mengisi surat pemberitahuan pajak penghasilan sesuai dengan syarat-syarat
yang ditetapkan.
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada wajib pajak
(WP) yang memiliki penghasilan dalam satu tahun pajak atau dalam bagian
tahunpajak. Yang termasuk wajib pajak adalah orang Pribadi, Badan, Harta
warisanyang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, dan

4
BUT.Wajib Pajak tersebut dapat di klasifikasikan menjadi Wajib Pajak dalam
negeri atau pun luarnegeri. Jenis Pajak Penghasilan antara lain, PPh pasal 15, PPh
pasal 21, PPh pasal22, PPh pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 25, PPh pasal 26,
BUT, PersetujuanPenghindaran Pajak Berganda, PPh final.
Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 sangat penting peranannya dalam
perusahaan. Dalam prosedur pemotongan, penyetoran dan pelaporan ini dilakukan
berdasarkan permohonan wajib pajak (perusahaan) kepada Kantor Pelayanan
Pajak yang penghasilannya dipungut dari transaksi yang dilakukan dengan
perusahaan lain, yang selanjutnya akan diproses atau ditindak lanjuti oleh petugas
kantor pelayanan pajak.
Pencatatan dalam Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 sangat penting
peranannya dalam perusahaan karena dari analisis di gunakan oleh pihak intern,
maupun ekstern perusahaan untuk mengetahui jumlah peredaran atau penerimaan
penghasilan bruto serta penghasilan yang dikenakan PPh final sehingga bisa
dihitung besarnya pajak yang terutang, serta dapat menggambarkan jumlah
peredaran / penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha atau tempat usaha
yang bersangkutan, diantaranya dari hasil penyewaan tanah kepada perusahaan
lain, transaksi penjualan saham serta penghasilan yang didapat dari jasa
konstruktif (Pelaksanaan, Perencanaan, Pengawasan).
Pada tahun 2013 pemerintah mengeluarkan pajak final yang
mengaturperlakuan khusus Pajak Penghasilan untuk usaha kecil, mikro dan
menengah.Berdasarkan ketentuan ini, Wajib Pajak yang memenuhi kriteria
dikenakan PPhFinal dengan tarif 1% dan dasar pengenaan pajaknya adalah
peredaran brutosetiap bulan. Wajib pajak yang dimaksud adalah Wajib Pajak
orang pribadi atauWajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap dan
menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaanbebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun
pajak. Peraturan Pemerintah tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 yang terbit tanggal 12 Juni 2013 dan mulai diberlakukan tanggal 1
Juli 2013. Peraturan ini merupakan peraturan yang dimulai dalam bagian tahun

5
pajak, yang mana kita ketahui bersama bahwa dalam perhitungan pajak
penghasilan PPh 25/29 kita menggunakan 1 tahun pajak (januari – desember)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan yang
munculdalam makalah ini adalah
1. Apa yang memuat dalam peraturan tentang Pajak Penghasilan FinalPasal 4
ayat 2?
2. Bagaimana cara menghitung Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2 ?
3. Apa saja sanksi yang terkait dengan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2
?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui apa saja yang terkait dengan Pajak Penghasilan Pasal 4
ayat 2.
2. Untuk mengetahui tata cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2.
3. Untuk mengetahui sanksi apa saja yang ada dalam Pajak Penghasilan Pasal
4 ayat 2.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum PPh Final


1. UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, mulai berlaku 1 Januari 2009. Pasal
4 UU PPh No. 36 tahun 2008 mengatur mengenai penghasilan-penghasilan
yang termasuk dalam Objek Pajak. Selain mengatur mengenai penghasilan
yang termasuk sebagai Objek Pajak, Pasal 4 UU PPh No. 36 tahun 2008
juga mengatur mengenai penghasilan yang dikenakan PPh Final dan tidak
termasuk Objek Pajak.
2. UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan
(KUP)
2.2 Pengertian PPh Final
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1983tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang
UndangRepublik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000. PPh Final adalah pajak
penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban
pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final
tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak
penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap
jenis penghasilan, transaksi atau usahatertentu. Laba Akuntansi adalah laba
atau rugi bersih.
PPh Pasal 4 (2) bersifat final sehingga apabila wajib pajak telah
dipotong PPh Pasal 4 (2) maka atas bukti potong tersebut tidak dapat
dikreditkan.
2.3 Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat Final
2.3.1 PPh atas Bunga Deposito, Tabungan danDiskonto SBI
Pajak Penghasilan ini diatur dalamPasal 4 ayat 2 Undang-undang Pajak
Penghasilan, Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000, Keputusan

7
Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001 dan Surat Edaran Dirjen Pajak
Nomor SE-19/PJ.43/2001.
1. Pengertian
Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito, dan “deposit on call”,
baik dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing (valuta
asing),yang ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank. Tabungan adalah
simpanan pada bank dengan nama apa pun, termasuk giro, yang
penarikannya dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu yang diterapkan
oleh masing-masing bank.Termasuk dalam pengertian deposito dan
tabungan seperti tersebut di atas adalah deposito dan tabungan dalam rupiah
maupun valuta asing yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang
didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak untuk PPh ini Wajib Pajak orang pribadi atau badan dalam
negeri dan luar negeri sertaBentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima
penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat
Bank Indonesia.
Objek Pajak untuk PPh ini adalah Penghasilan berupa bunga dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diterima/diperoleh dari Deposito,
Tabungan, dan Diskonto SBI. Termasuk bunga yang diterima/diperoleh
dari Deposito dan Tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank
luar negeri di Indonesia. Diskonto SBI adalah selisih antara nominal dan
harga jual SBI yang dilakukan oleh Dana Pensiun dan bank yang menjual
kembali Sertifikat Bank Indonesia kepada pihak lain yang bukan bank atau
kepada Dana Pensiun yang pendirinya belum disahkan oleh Menteri
keuangan.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan
a. 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)

8
b. 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib
Pajak luar negeri selain BUT.
4. Pemotong PPh
Pemotong PPh atas Bungan deposito dan tabungan serta diskonto SBI :
a. Bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
b. Cabang bank luar negeri yang berada di Indonesia
c. Bank Indonesia
d. Dana pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan dan bank yang
menjual kembali SBI kepada pihak yang bukan dana pensiun yang
pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan dan bukan bank
wajib memotong PPh atas diskonto SBI tersebut.
5. Dikecualikan dari Pemotongan PPh
Pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI
tidak dapat dilakukan terhadap :
a. Jumlah deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp
7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan
Jumlah yang dipecah pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan
di Indonesia atau cabang Bank luar negeri di Indonesia.
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 Undang-undang 11 tahun 1992
tentang Dana Pensiun, diberikan berdasarkan Surat Keterangan Bebas
(SKB), yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat dana
pensiun terdaftar.
d. Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka
pemilikan Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana; kavling
siap bangun untuk Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana
atau Rumah Susun Sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

9
untuk dihuni sendiri. Ketentuan pada butir 3 dan 4 diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri terkait.
6. Contoh Soal
Tuan Budi menyimpan uang di Bank A berbentuk deposito sebesar
100.000.000 dengan tingkat suku bunga 12 % per tahun sehingga
menerima bunga setiap bulan sebesar 1.000.000.
Jawab :
Atas bunga sebesar 1.000.000 dipotong PPh Pasal 4 (2) sebesar :
1.000.000 x 20 % = 200.000
Uang yang diterima tuan budi dari bunga deposito per bulan sebesar
:1.000.000-200.000 = 800.000
2.3.2 PPh atas Transaksi Saham dan Sekuritas Lainnya
Pajak Penghasilan atas transaksi saham dan sekuritas lainnya diatur dalam
Pasal 4 ayat (2) Undang Undang PPh, Peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun
1994 Tanggal 23 Desember 1994 dan KMK Nomor 282 / KMK.04 / 1997
Tanggal 20 Juni 1997 yang mengatur maslah pengenaan Pajak Penghasilan
atau penghasilan yang diterimaatau diperoleh dari transaksi penjualan saham
di bursa efek.
1. Pengertian
Saham Pendiri adalah saham yang dimiliki oleh pendiri yang diperoleh
dengan harga kurang dari 90% dari harga saham pada saat penawaran
umum perdana. Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya
tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum
dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum pernyataan
pendaftaran yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) dalam rangka penawaran umum perdana (initial public
offering – IPO) menjadi efektif.Termasuk dalam pengertian saham pendiri
adalah:
a. Saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio yang
dikeluarkan setelah penawaran umum perdana (initial public offering –
IPO)
b.Saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.

10
Tidak termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah:
a. Saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen
dalam bentuk saham.
b. Saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana
(initial public offering) yang berasal dari pelaksanaan hak pemesanan
efek terlebih dahulu (right issue), waran, obligasi konversi, dan efek
konversi lainnya,
c. Saham yang diperoleh pendri perusahaan reksadana.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak dalam PPh ini adalah Orang Pribadi atau Badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek.
Objek Pajak dalam PPh ini adalah transaksi penjualan saham di Bursa
Efek Indonesia.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan
Tarif dan Dasar Pengenaan PPh atas transaksi saham dan sekuritas lainnya
adalah :
a. 0,1 % dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.
b. 0,1 % dan tambahan 0,5% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan,
kecuali penjualan saham pendiri oleh perusahaan modal ventura atas
penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usahanya.
4. Contoh Soal
Tuan Galan menjual 1000 lembar saham dengan harga Rp3.000 per
lembar. Berapa pajak yang harus dikenakan atas transaksi penjualan saham
tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat 2 atas penjualan saham adalah 0,1% x Rp3.000 x 1000 =
Rp3.000.
2.3.3 PPh atas Bunga Obligasi
Pajak Penghasilan atas bunga obligasi diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 100 Tahun 2013 dan PMK No. 07/PMK.011/2012.
1. Pengertian

11
Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara yang berjangka
waktu lebih dari 12 bulan. Sementara, bunga obligasi adalah imbalan yang
diterima pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak dari PPh ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri
dan luar negeri serta bentuk usaha tetap yang menerima bunga obligasi
termasuk diskonto obligasi.
Objek Pajak ini adalah penghasilan berupa bunga obligasi termasuk
diskonto obligasi.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan

Dasar Pengenaan
Objek Pemotongan Saat Pemotongan Tarif
Pajak

Jumlah bruto bunga


Bunga dari obligasi Jatuh tempo bunga sesuai dengan
dengan kupon obligasi Jika penerima obligasi masa kepemilikan
adalah: obligasi
 WPDN/BUT : 15%
Diskonto dari obligasi Jatuh tempo bunga Selisih lebih harga
 WPLN: 20% atau
dengan kupon obligasi jual/nilai nominal di
sesuai dengan Tax
atas harga
Treaty
Diskonto dari obligasi perolehan obligasi
Jatuh tempo obligasi tidak termasuk
tanpa bunga
bunga berjalan
Bunga dan/atau Selisih lebih
diskonto dari obligasi  5% untuk tahun harga jual atau
yang diterima atau 2014 – 2020 nilai nominal
diperoleh wajib pajak Saat transaksi  10% untuk tahun
reksadana yang 2021 dan
terdaftar pada Otoritas seterusnya
Jasa Keuangan (OJK)

4. Pemotong PPh
Pemotong PPh atas penghasilan berupa bunga obligasi adalah :
a. Penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang
ditunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang
obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan

12
diskonto yang diterima pemegang obligasi tanpa bunga pada saat jatuh
tempo obligasi; dan/atau
b. Perusahaan Efek, dealer, atau bank selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual obligasi pada
saat transaki.
5. Dikecualikan dari Pemotongan PPh
Pemotongan PPh atas bunga obligasi tersebut tidak berlaku apabila
penerimaan penghasilan bunga obligasi adalah :
a. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan.
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia.
6. Contoh Soal
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT. BABE menjual seluruh Obligasi yang
dimilikinya kepada PT. REKKI melalui perusahaan efek PT. KINO
Sekuritas di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp10.400.000,00
per lembar termasuk bunga berjalan. Penghitungan bunga berjalan,
diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT. BABE pada saat penjualan
Obligasi tanggal 31 Maret 2012 adalah sebagai berikut :
● bunga berjalan
(3/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 = Rp4.000.000,00
● diskonto
[(Rpl0.400.000,00 - Rp400.000,00) - Rp9.000.000,00] x 10=
Rp10.000.000,00
karena dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan
diskonto dapat dihitung sekaligus yaitu :
● bunga berjalan dan diskonto
(Rp10.400.000,00 - Rp9.000.000,00) x 10 = 14.000.000,00
● PPh final = 15% x Rp14.000.000,00 = Rp2.100.000,00= dipotong oleh
PT. KAO Sekuritas selaku perantara.
2.3.4 PPh atas Hadiah Undian

13
Pajak Penghasilan atas hadiah undian diatur dalam Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang PPh, Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2002,
Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-395/PJ/2001 dan Surat Edaran Dirjen
Pajak SE-19/PJ.43/2001
1. Pengertian
Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan melalui undian. Adapun, pengertian dari hadiah
atau penghargaan perlombaan adalah imbalan yang diberikan melalui
suatu perlombaan atau yang diberikan sehubungan dengan prestasi
dalam kegiatan tertentu.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak PPh ini adalah orang pribadi atau badan yang
menerima hadiah undian.
Objek Pajak PPh ini adalah Penghasilan berupa hadiah undian
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan
Besarnya tarif PPh ini adalah 25%. Dasar pengenaan pajak ini
adalah jumlah bruto hadiah undian. PPh terutang bersifat Final
dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.
4. Pemungut atau Pemotong
Pemungut PPh atas hadiah undian adalah penyelenggara undian, baik
orang pribadi atau badan, kepanitiaan, organisasi maupun
penyelenggara dalam bentuk apapun yang telah mendapat izin dari
pihak yang berwenang. Pemotong atau pemungut wajib menyetorkan
pajak yang telah dipotong kepada bank presepsi atau Kantor Pos paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dan melaporkannya ke
Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah masa pajak berakhir.
5. Contoh Soal
PT. Aliza mengadakan penarikan undian atas kupon-kupon yang telah
dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah senilai Rp
150.000.000,00. Dalam penarikan undian tersebut nama Danny

14
Pedrosa yang muncul sebagai pemenang hadiah undian. Penghitungan
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 atas hadiah undian yang harus
dipotong oleh PT. Aliza adalah sebagai berikut :
PPh Final : 25% x Rp 150.000.000,00 = Rp 37.500.000,00
2.3.5 PPh atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Pajak Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan diatur dalam
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh, PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana
telah disempurnakan denganPP Nomor 5 Tahun 2002, Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah disempurnakan
dengan Nomor 120/KMK.03/2002dan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
227/PJ/2000.
1. Pengertian
Sewa atas tanah dan bangunan yang dimaksud adalah persewaan
tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko,
rumah toko, gudang dan Industri, terutang Pajak Penghasilan (PPh)
yang bersifat final.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak dari PPh ini adalah orang pribadi atau badan yang
menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan.
Objek Pajak dari PPh ini adalah Penghasilan berupa sewa atas
tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan,
atau gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko,
rumah toko, gudang dan bangunan industri.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan
Besarnya tarif PPh ini adalah 10 persen. Dasar pengenaan pajak
adalah jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan. PPh
terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan
pajak.

15
4. Pemotong PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan tanah
dan/atau bangunan adalah:
a. Apabila penyewa adalah badan pemerintah, Subjek Pajak badan,
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
kerjasama operasi, perwakilian perusahaan luar negeri lainnya dan
orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak, maka Pajak Penghasilan yang terutang wajib dipotong oleh
penyewa dan penyewa wajib memberikan bukti potong (formulir
F.1.33.12) kepada yang menyewakan atau yang menerima
penghasilan.
b. Apabila penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak
Penghasilan selain yang tersebut pada butir 1 di atas, maka Pajak
Penghasilan yang terutang wajib dibayar sendiri oleh pihak yang
menyewakan.
5. Contoh Soal
Rafi Moreno menyewa rumah milik Damas Wibowo selama 5 tahun
dari tahun Desember 2011sampai dengan Desember 2015 sebesar
Rp350.000.000 yang dibayar pada awal sewa. Atas pembayaran sewa
tersebut Damas Wibowo telah membayar Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan
sebesar Rp35.000.000.Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa
Rafi Moreno dapat menyewakan kembali rumah yang disewanya
tersebut kepada orang lain meskipun tanggungjawabnya tetap berada
di Rafi Moreno.Pada bulan Juli 2013 Rafi Moreno, tanpa membatalkan
sewa dengan Damas Wibowo, menyewakan rumah tersebut kepada
adik kandungnya Kinan Pali yang berprofesi sebagai pedagang kue
sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp110.000.000,00 yang
dibayar pada tanggal 3 Juli 2013.Bagaimanakah kewajiban PPh Pasal 4
ayat 2 terkait transaksi sewa antara Rafi Moreno dan Kinan Pali?
Jawab:
Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Rafi
Moreno wajib menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP

16
tempat dia terdaftar. Besarnya PPh Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final
yang wajib disetorkan adalah:10% x Rp110.000.000 =
Rp11.000.000,00
2.3.6 PPh atas Usaha Jasa Kontruksi
Pajak Penghasilan atas usaha jasa kontruksi diatur dalam Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang PPh, Peraturan Pememerintah No. 51 tahun 2008
sebagaimana telah disempurnakan dalam Peraturan Pemerintah No. 40 tahun
2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008.
1. Pengertian
a. Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan
pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan konstruksi;
b. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal,
dan tata lingkungan
c. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi
atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
perencanaan jasa konstruksi
d. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi
atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidangnya
termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu
penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan
perencanaan, pengadaan, dan pembangunan serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
e. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi
atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan
pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai dan diserahterimakan.
f. Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk
usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.

17
g. Penyedia jasa adalah orang perseorangan/badan termasuk BUT,
yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa kontruksi baik
sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas
konstruksi maupun sub-subnya.
h. Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam
suatu kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak dari PPh ini adalah penyedia jasa konstruksi, yaitu
orang pribadi atau badan termasuk BUT yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi, baik sebagai perencana
konstruksi, pelaksana konstruksi, pengawas konstruksi maupun sub-
subnya.
Objek Pajak dari PPh ini adalah jasa konstruksi berupa
pelaksanaan konstruksi,perencanaan konstruksi, dan pengawasan
konstruksi.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b.
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau
Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
 Besarnya Dasar Pengenaan Pajak adalah :
a. Jumlah pembayaran tidak termasuk PPN, dalam hal PPh
dipotong oleh pengguna jasa.

18
b. Jumlah penerimaan pembayaran tidak termasuk PPN, dalam
hal PPh disetor sendiri oleh penyedia jasa.
4. Tata Cara Pemotongan, Pembayaran, dan Pelaporan
a. Bila pengguna jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan
dalam negeri, bentuk usaha tetap atau Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, dipotong
oleh pengguna jasa pada saat pembayaran uang muka dan termin.
b. Bila pengguna jasa adalah selain huruf a, disetor sendiri oleh
penerima penghasilan pada saat pembayaran uang muka dan
termin.
c. Dalam hal Pajak Penghasilan yang terutang melalui pemotongan,
maka Pembayaran atau penyetoran pajak disetor ke bank persepsi
atau kantor pos, paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir.
d. Dalam hal Pajak Penghasilan terutang harus disetor sendiri oleh
yang penyedia jasa, maka wajib menyetor ke bank persepsi atau
kantor pos, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa
masa pajak berakhir.
e. Wajib Pajak wajib menyampaikan laporan pemotongan dan atau
penyetoran pajaknya melalui Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor
Pelayan Pajak atau KP2KP, paling lama 20 hari setelah masa pajak
berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak
bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur
nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya.
5. Contoh Soal
Pada tanggal 22 April 2010, PT One Piece kontraktor kecil mendapat
proyek jasa konstruksi dari orang pribadi yang bukan pemotong PPh
pasal 4(2), nilai proyeknya adalah Rp. 100.000.000, Berapakah PPh
pasal 4 (2) terutang?
Jawab :

19
Karena bukan pemotong PPh pasal 4 (2), maka PT One Piece harus
melakukan penyetoran sendiri.Atas pendapatan jasa konstruksi ini
disetor sendiri oleh PT One Piece sebesar 2 % x 100.000.000 =
2.000.000
2.3.7 PPh atas Pengalihan Harta berupa Tanah dan/atau Bangunan
Pajak Penghasilan atas pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994. Peraturan ini telah
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016.
1. Pengertian
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, meliput :penjualan,
tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris,
atau cara lain yang disepakati antara para pihak.
Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan
beserta perubahannya, meliputi :
a. pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli pada saat pertama kali ditandatangani atau
b. pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli sebelum terjadinya perubahan atau
adendum perjanjian pengikatan jual beli, atas terjadinya
perubahan pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli
tersebut.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak dari PPh ini adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau
bangunan.
Objek Pajak dari PPh ini penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan karena pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau
bangunan.

20
3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif PPh final atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunann dan dasar pengenaannya diatur sebagai berikut:

Jenis Pengalihan Jenis Bangunan Yang Tarif Dasar Pengenaan Pajak


Diserahkan
Pengalihan hak Bangunan selain rumah 2,5% Jumlah bruto nilai pengalihan:
atas tanah sederhana atau rumah susun
dan/atau sederhana yang dilakukan oleh a. Nilai yang tercantum dalam
bangunan Wajib Pajak yang usaha risalah lelang;
pokoknya melakukan pengalihan b. Nilai yang seharusnya diterima
hak atas tanah dan/atau bangunan atau diperoleh atas jual beli
Rumah sederhana atau rumah 1% yang dipengaruhi hubungan
susun sederhana yang dilakukan
istimewa;
oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan c. Nilai yang sesungguhnya
hak atas tanah dan/atau bangunan diterima atau diperoleh atas jual
beli yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa; atau
d. Nilai yang seharusnya diterima
atau diperoleh berdasarkan
harga pasar apabila pengalihan
dilakukan melalui tukar
menukar, pelepasan hak,
penyerahan hak, hibah, waris,
atau cara lain yang disepakati.

Pengalihan hak atas tanah 0% Nilai pengalihan berdasarkan


dan/atau bangunan kepada keputusan pejabat yang berwenang
pemerintah, BUMN yang
mendapatkan penugasan khusus
dari pemerintah, atau BUMD
yang mendapat penugasan
khusus dari kepala daerah
Perjanjian Bangunan selain rumah 2,5% a. Nilai yang sesungguhnya
Pengikatan Jual sederhana atau rumah susun diterima atau diperoleh atas jual
Beli beserta sederhana yang dilakukan oleh beli yang tidak dipengaruhi
Perubahannya Wajib Pajak yang usaha hubungan istimewa; atau
pokoknya melakukan pengalihan
b. Nilai yang seharusnya diterima
hak atas tanah dan/atau bangunan
atau diperoleh atas jual beli
Rumah sederhana atau rumah 1%
yang dipengaruhi hubungan
susun sederhana yang dilakukan
oleh Wajib Pajak yang usaha istimewa
pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan

21
4. Contoh Soal
Calvin Wijaya membeli 1 unit rumah dari developer PT Bali Griya
Persada seharga Rp500.000.000,00 secara tunai. Antara PT Bali Griya
Persada dengan Calvin Wijaya belum dilakukan penandatanganan
Akta Jual Beli (AJB), karena sertifikat rumah tersebut masih dalam
proses pemecahan sehingga dilakukan terlebih dahulu dengan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara PT Bali Griya Persada
sebagai penjual dan Calvin Wijaya sebagai pembeli. Sertifikat rumah
tersebut masih atas nama PT Bali Griya Persada. Sebelum dilakukan
AJB antara PT Bali Griya Persada dengan Odik Wijaya, rumah
tersebut oleh Odik Wijaya dijual kepada Adi Asep, sehingga akibat
transaksi tersebut nama penjual dan pembeli yang tercantum dalam
PPJB rumah tersebut menjadi PT Bali Griya Persada sebagai penjual
dan Adi Asep sebagai pembeli.
Jawab
Dalam kasus ini Calvin Wijaya harus membayar PPh Final sebesar
2,5% dari nilai pengalihan.
2.3.8 PPh atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi
Pajak Penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112 Tahun
2010.
1. Pengertian
Penghasilan berupa bunga simpanan adalah imbalan berupa bunga
simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi dari dana yang
disimpan anggota koperasi orang pribadi pada koperasi tempat orang
pribadi tersebut menjadi anggota.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak dari PPh ini adalah OrangPribadi yang sebagai
anggota Koperasi yang mempunyai simpanan dikoperasi dan
memperoleh atau menerima bunga atas simpanannya.

22
Objek Pajak dari PPh ini adalah bunga simpanan yang diterima
oleh anggotanya.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
 Besarnya tarif ini adalah :
a. Sebesar 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai
denganRp.240.000,00 per bulan.
b. Sebesar 10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa
bunga simpanan lebih dari Rp.240.000,00 per bulan
 Dasar Pengenaan Pajak ini adalah jumlah bruto bunga simpanan
yangditerima oleh anggota koperasi. PPh terutang bersifat final
dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.
4. Contoh Soal
Koperasi Sumber Rezeki membagikan bunga simpanan koperasi
kepada anggotanya setiap bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25,
anggota koperasi yang memperoleh bunga simpanan antara lain
Rahmawati dan Koperasi Kasih Rezeki(bukan merupakan koperasi simpan
pinjam). Berdasarkan data yang ada dibawah
ini Januari 2016 Rp1.000.000
Januari 2016 Rp350.000
Februari 2016 Rp200.000 Februari 2016 Rp600.000
Maret 2016 Rp500.000
Maret 2016 Rp1.300.000
April 2016 Rp240.000
Mei 2016 Rp250.000 April 2016 Rp650.000

Juni 2016 Rp300.000 Mei 2016 Rp700.000

Simpanan Bunga Rahmawati Juni 2016 Rp850.000

Simpanan Bunga
Koperasi Kasih
Rezeki
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat 2
atas bunga simpanan tersebut?
Jawab:

23
Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga simpanan koperasi yang
dibayarkan kepada orang pribadi adalah sebagai berikut:
a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan
Rp240.000 per bulan atau
b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga
simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan.
Penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga simpanan koperasi
yang diperoleh Rahmawati adalah:

Januari 2016 10% x Rp350.000 = Rp35.000

Februari 2016 0% x Rp200.000 = Rp0

Maret 2016 10% x Rp500.000 = Rp50.000

April 2016 0% x Rp240.000 = Rp0

Mei 2016 10% x Rp250.000 = Rp25.000

Juni 2016 10% x Rp300.000 = Rp30.000

Sedangkan atas penghasilan yang diterima oleh Koperasi Kasih


Rezeki dari pembagian bunga simpanan koperasi tersebut tidak
termasuk yang dikenai PPh yang bersifat final, tetapi termasuk dalam
pengertian bunga yang wajib dipotong PPh Pasal 23.

2.3.9 PPh atas Deviden yang Diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak Penghasilan atas Deviden yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111 Tahun 2011.
1. Pengertian
Deviden merupakan bagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang diterima oleh pemegang saham atas kepemilikan saham
dalam sebuah perseroan. Termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2. Wajib Pajak dan Objek pajak

24
Wajib pajak disini adalah orang pribadi dalam negeri yang
bertindak sebagai pemegang saham sebagai suatu perseroan,pemegang
polis suatu perusahaan asuransi,dan anggota koperasi yang menerima
sisa hasil usaha.
Objek pajaknya adalah Dividen sebagaimana dijelaskan pada
pengertian.
3. Tarif dan dasar pengenaan Pajak
Besarnya pajak penghasilan atas dividen yang diterima oleh WP
OP adalah 10%.Dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah bruto
dividen. PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan
dasar pengenaan pajak.
4. Contoh Soal
PT. Angin Topan akan membagikan Dividen sebesar RP.
100.000.000,00 kepada Tn Bagus, atas kepemilikan saham di PT
Angin Ribut sebanyak 60%, dividen yang akan diterima Tn. Bagas
sebesar Rp. 60.000.000,00
Jawab :
Atas penerimaan penghasilan dividen dari PT. Angin Topan sebesar
Rp. 60.000.000,00 bukan dipotong PPh Pasal 23, akan tetapi dipotong
dengan Pajak final yaitu PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10%, jadi pajak
yang harus dipotong atas dividen yang diterima Tn. Bagas adalah
10% x Rp. 60.000.000,00 = Rp. 6.000.000,00
Dividen yang diterima Tn. Bagus dipotong pajak final karena
penerimanya WP OP, sehingga hal ini dianggap tidak satu kesatuan
karena wajib pajaknya beda, yang satu wajib pajak orang pribadi
sedangkan yang satu lagi wajib pajak badan.
2.4 Sanksi Apabila Melanggar Ketentuan PPh Pasal 4 ayat (2)
Ada dua jenis sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi
administrasi dapat berupa denda dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana dapat
berupa kurungan dan penjara.

25
1. Sanksi administrasi berupa denda
Sanksi ini diberikan apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya
atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT (Pasal 7 ayat (1) Undang-
Undang Ketentuan Umum Perpajakan). Adapun besaran denda, sebagai
berikut
a. Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN
b. Rp100.000 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya
c. Rp1.000.000 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak badan
d. Rp100.000 (seratus ribu rupaih) untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak
orang pribadi.
 Pengenaan sanksi ini tidak dilakukan terhadap:
a. Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia.
b. Wajib pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas.
c. Wajib pajak orang pribadi yang berstatus warga negara asing yang tidak
tinggal lagi di Indonesia.
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia.
e. Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi
belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi.
g. Wajib pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
h. Wajib pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan, antara lain: Kerusahan massal, Kebakaran, Ledakan bom atau
aksi terorisme, Perang antarsuku, dan Kegagalan sistem komputer
administrasi penerimaan negara atau perpajakan.
2. Sanksi administrasi berupa kenaikan.
Sanksi ini dapat dikenakan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKP-KB) apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

26
Jumlah pajak yang dibayar adalah jumlah pajak yang tercantum dalam
SKP-KB ditambah dengan sanksi kenaikan sebesar:
1. 50% (lima puluh persen) dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang
dibayar dalam satu tahun pajak.
2. 100% (seratus persen) dari pajak penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
3. 100% (seratus persen) dari pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan
pajak atas barang mewah yang tidak atau kurang dibayar.
3. Sanksi pidana berupa kurungan.
Pasal 38 UU KUP menyebutkan bahwa, “Setiap orang yang karena
kealpaannya (a) tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT atau (b)
menyampaikan SPT namun isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A,
didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
tahun.”
4. Sanksi pidana berupa penjara.
Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan setiap orang dengan
sengaja (1) tidak menyampaikan surat pemberitahuan, (2) menyampaikan
surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6
tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang Pajak Penghasilan Final (Pasal 4
ayat 2), maka diambil kesimpulan :

1. Dasar Hukum yang dikenakan pada PPh Final terdapat pada UU No.
36danUU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
caraperpajakan (KUP).
Pasal 4 ayat 2 Undang-undang pajak penghasilan menybutkan, bahwa
:”Atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan
lainya,penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya di bursa
efek,penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
serta penghasilan tertentu lainya, pengenaan pajaknya diatur dengan
peraturan pemerintah”.
2. Cara menghitung Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 2 adalah
Tarif x Dasar Pengenaan Pajak, yang mana dalam masing-masing
penghasilan yang bersifat final Pasal 4 ayat 2 mempunyai tarif yang
berbeda-beda sehingga dalam menghitungnya harus diketahui tarif
penghasilan yang digunakan.
3. Ada dua jenis sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi
administrasi dapat berupa denda dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana
dapat berupa kurungan dan penjara.
3.2 Saran
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita
untuk melakukan penghitungan dan pembayaran pajak, agar kita dapat
mewujudkan Indonesia menjadi negara yang maju dan lebih baik.Dalam
makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang sayamiliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan ke depannya.

28
Daftar Pustaka

Ibnu Pawoko, Sigit. 2008. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata


CaraPerpajakan (KUP) 2007. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mardiasmo.2016. Perpajakan.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Resmi, Siti. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 10 Buku 1. Yogyakarta:
Penerbit Salemba Empat.

Saepudin, Ade. 2012. Pengaruh pemahaman akuntansi dan ketentuan perpajakan


serta transparansi dalam pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak Badan
(Survei pada wajib pajak Badan PPh Berbentuk CV dan PT di Kota
Tasikmalaya)
.
Suharto,Rudy.,dan Wirawan Ilyas. 2010. Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajaakan (KUP). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sumber dari Website :

Haniefha, Suchie. 2013.Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu.


http://sucihanifa.blogspot.co.id/2013/04/pajak-penghasilan-atas
penghasilan.html. (diakses pada tanggal 7 Oktober 2017)

Noor Aeny, Suci. 2017. Contoh Soal Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat 2 Bag. 2.
http://news.ddtc.co.id/artikel/10590/pph-pasal-4-ayat-2-10-contoh-soal
perhitungan-pph-pasal-4-ayat-2-bag-2/. (diakses pada tanggal 7 Oktober
2017)

Slamet Gemiadi, Kuwat. 2012. Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban


penyampaian SPT. https://kuwatslametgemiadi.wordpress.com/2012/08/0
sanksi-karena-tidak-memenuhi-kewajiban-penyampaian-spt/. (diakses
pada tanggal 7 Oktober 2017)

29
30

Anda mungkin juga menyukai