Anda di halaman 1dari 6

HUKUM KONSITUSI

Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara
penyelenggaraan suatu pemerintahan. Nah, pada kesempatan kali ini, Zona Siswa akan
mencoba menghadirkan artikel tentang Pengertian Konsitusi. Tetapi tidak cuma sebatas
pengertian saja, pada artikel di bawah ini juga terdapat kedudukan, jensi, sifat, unsur,
tujuan, dan fungsi konstitusi. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
A. Pengertian Konstitusi

Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara.
Demikian pula dalam bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat,
mendirikan atau menyusun. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan
sebutan gronwet yang berarti undang-undang dasar.

Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan


suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan
badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini
dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis.

Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian konstitusi sebagai berikut.

1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.

2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.

3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:

 Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan


kehidupan politik masyarakat.
 Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang
hidup di dalam mayarakat.
 Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang.

4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan pada
kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur.

5. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi
sistem pemerintahan negara.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua
pengertian konstitusi, yaitu

1. Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar
(hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis
yang mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam
suatu negara;
2. Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang
berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari
ketatanegaran suatu negara

B. Kedudukan Konstitusi

Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat


penting karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk
mengetahui aturan-aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara
maupun masyarakat dalam ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Sebagai hukum dasar


Dalam hal ini, konstitusi memuat aturanaturan pokok mengenai penyelengara
negara, yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan
kekuasaan serta prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan
pemerintahan.

2. Sebagai hukum tertinggi


Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap
peraturan-peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan
demikian, aturan-aturan di bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus
sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat pada konstitusi.

C. Jenis-jenis Konstitusi

Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.

1. Konstitusi tertulis, yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan)


kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta
menentukan cara kerja dari badan-badan pemerintahan tersebut. Konstitusi
tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.
2. Konstitusi tidak tertulis, merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada
dan dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi
tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.

D. Unsur-unsur Konstitusi

Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:

1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari


kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak
dan kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan
pemerintah.

E. Sifat Konstitusi

Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi
dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk
mengubah konstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di
negara yang bersangkutan atau belum. Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang
berbeda dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang
bersangkutan;
2. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan bahwa
konstitusi dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat
undang-undang pada negara yang bersangkutan.

F. Tujuan Konstitusi

Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan


penyelenggara negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat
menjamin hak-hak warga negara. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang
dinamakan dengan konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu
gagasan yang memandang pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

G. Fungsi Konstitusi

Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.

1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan


kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang
dicita-citakan dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa
maupun rakyat (sebagai landasan struktural).

Terima kasih sudah berkenan membaca artikel tersebut di atas tentang Pengertian
Konstitusi, semoga bisa bermanfaat bagi sobat sekalian. Tak lupa kami ajak sobat
semua untuk memberikan kritik dan saran apa bila ada dari sobat yang menemukan
kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan dari artikel tersebut di atas. ^^
Maju Terus Pendidikan Indonesia ^^

Pengertian Konstitusi

Istilah Konstitusi (constitution) mempunyai dua pengertian :


a. Constitution dalam pengertian sempit yaitu : untuk menyebut constitusi dalam pengertian
UUD.
b. Constitusi dalam pengertian yang luas yaitu keseluruhan aturan hukum serta ketentuan
hukum tentang sistem ketatanegaraan suatu negara.
K.C. Wheare mengemukakan dua pengertian Constitusi, yaitu :
Pertama : Kata Constitution digunakan untuk menggambarkan seluruh sistem
ketatanegaraan suatu negara, kumpulan peraturan yang mendasari dan mengatur atau
mengarahkan pemerintahan (Pengertian dalam arti luas).
Kedua : Kata Konstitusi digunakan dalam pengertian yang lebih sempit bukan
untuk menggambarkan seluruh kumpulan peraturan baik legal maupun non legal, tetapi
hasil seleksi dari peraturan-peraturan yang biasanya terwujud dalam suatu dokumen yang
terkait secara erat.
Pengertian konstitusi yang sempit ini jelas merupakan pengertian yang paling umum.
Bolingbroke dalam tulisannya “on parties” yang dimaksud dengan konstitusi
adalah “kumpulan hukum, institusi, dan adat kebiasaan, yang ditarik dari prinsip-prinsip
ratio tertentu, yang membentuk sistem umum dengan mana masyarakat setuju untuk
diperintah”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Konstitusi mempunyai arti sebagai prinsip-
prinsip fundamental yang akan menjadi dasar dan pedoman bagi Pemerintahan.

II. Materi Muatan Konstitusi

Pada hakekatnya konstitusi itu adalah suatu Piagam Negara (Charter of the land) yaitu
manifesto sebuah pengakuan keyakinan, pernyataan cita-cita.
Dalam hubungan ini K.C.Wheare mengemukakan “pertanyaan” . Apa isi Konstitusi
? jawabannya ialah “sesingkat mungkin, dan yang singkat itu menjadi peraturan hukum.
Satu karakter yang paling esensial bagi konstitusi yang ideal adalah bahwa konstitusi itu
sesingkat mungkin.
Sri Soemantri mengemukakan bahwa konstitusi itu, sekurang-kurangnya
mengatur tiga kelompok materi muatan sebagai berikut :
1. Adanya pengaturan tentang perlindungan hak asasi manusia dan warga negara.
2. Adanya pengaturan tentang susunan ketatanegaraan yang mendasar.
3. Adanya pengaturan tentang pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang
juga mendasar.
Dari tiga kelompok materi muatan konstitusi yang dikemukakan oleh Sri Soemantri
tentu sangat sulit bagi pembuat kostitusi untuk menentukan secara cermat problem-
problem yang dihadapi, sebelum menentukan “apa yang merupakan sesingkat mungkin
yang tidak dapat dikurangi lagi dan sudah memadai untuk dimasukkan dalam konstitusi.
Meskipun salah satu karakteristik dari konstitusi yang ideal adalah konstitusi yang
materi muatannya sesingkat mungkin, akan tetapi uga ditentukan oleh bentuk
pemerintahan yang diadopsi dalam konstitusi itu.
Dalam bentuk pemerintahan kesatuan (Negara Kesatuan) biasanya mempunyai
konstitusi yang sesingkat mungkin misalnya dalam pengaturan susunan (struktur)
ketatanegaraan sudah cukup mengatur struktur legislatif, eksekutif, dan secara garis besar
baik Ekstern maupun Intern lembaga itu sendiri.
Akan tetapi bagi konstitusi yang mengadopsi sistem pemerintahan federal, maka
dalam konstitusinya : menyediakan ruang pengaturan :
 Pemerintahan pusat dan pemerintah negara bagian;
 Konstitusi itu menetapkan pembatasan-pembatasan bagi semua legislatif dan harus
mempunyai supremasi konstitusi di atas legislatif;
 Konstitusi federasi berisi ketetapan-ketetapan yang lebih rinci dan lebih rumit dalam
kaitannya dengan pelaksanaan kekuasaan legislatif;
 Juga dalam kaitannya dengan pelaksanaan kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Dalam konstitusi sistem pemerintahan federal pembagian kekuasaan menjadi satu
topik pembahasan yang sangat rumit utamanya berkaitan dengan kekuasaan legislatif.
Ketika konstitusi federal akan disusun, maka yang menjadi permasalahan adalah :
 Apakah yang terbaik menetapkan daftar materi kekuasaan legislatif pusat mempunyai
kekuasaan penuh dan menyerahkan sisanya kepada negara bagian ?
 Atau apakah lebih baik mendaftarkan kekuasaan penuh pada badan legislatif negara
bagian dan menyerahkan sisanya kepada legislatif pemerintah pusat ?
 Atau harus ada dua daftar, yang satu berisi kekuasaan penuh legislatif pusat dan yang satu
lagi berisi kekuasaan penuh legislatif negara bagian.
III. Fungsi Konstitusi

Van Maarseveen, mengemukakan bahwa fungsi konstitusi merupakan :


 Dokumen Nasional, artinya sebuah konstitusi hendak ditujukan kepada dunia luar
identitas negara.
 Dokumen politik dan hukum, artinya konstitusi sebagai pembentuk sistem politik dan
sistem hukum.
 Piagam Kelahiran Negara (Charter of the land).

IV. Otoritas Konstitusi

Dalam hal apa konstitusi bisa mengklaim mempunyai “Otoritas Hukum”?. Jawaban
atas pertanyaan ini adalah bahwa ia mesti dibuat atau disetujui atau diundangkan oleh
badan yang kompeten membuat hukum, tetapi adakah badan yang kompeten membuat
hukum sebelum konstitusi itu ada ? Bukankah konstitusi itu sendiri menciptakan badan-
badan pembuat hukum.
Jika dilihat dari sudut pandang hukum, konstitusi mempunyai otoritas, karena
dibuat oleh badan yang dianggap kompeten memberi kekuatan hukum konstitusi.
Badan yang memberi kekuatan hukum pada kosntitusi, bisa Badan Legislatif, atau
rakyat disuatu wilayah, Dewan Konstituante dan diakui mempunyai otoritas yang
membuat konstitusi.
Sebagian besar konstitusi mengklaim mempunyai otoritas “bukan hanya hukum”,
tetapi juga “hukum tertinggi”. Bagaimana klaim ini bisa disahkan ?
Dengan argumen apa bisa dikatakan bahwa hukum dalam konstitusi lebih tinggi
dari hukum yang dibuat oleh otoritas legislatif yang ditetapkan oleh Konstitusi dalam suatu
negara.
Ada dua jenis jawaban atas pertanyaan ini :
Pertama, bisa dideskripsikan sebagai jawaban yang didasarkan pada logika situasi.
Logika ini menyatakan bahwa sifat dasar dari konstitusi mempunyai otoritas terhadap
institusi-institusi yang diciptakan. Ide umum dari konstitusi adalah bahwa konstitusi bukan
hukum biasa, yang lebih dulu ada sebelum legislatif.
Fungsi Konstitusi disini adalah mengatur institusi-institusi dan mengarahkan
pemerintahan, karena Konstitusi berkedudukan sebagai hukum tertinggi dalam suatu
negara maka semua keputusan legislatif yang bertentangan dengan konstitusi menjadi
tidak sah.
Kedua, Konstitusi juga bertujuan membatasi kekuasaan dalam pengertian
membatasi kekuasaan institusi-institusi yang dibentuknya termasuk legislatif.
Argumen lain yang dapat dikemukakan untuk menunjukkan supremasi hukum
konstitusi adalah “bahwa konstitusi merupakan produk dari badan yang mempunyai
kekuasaan untuk membuat hukum tertinggi.

V. Perubahan Konstitusi

Perubahan terhadap konstitusi, secara teoritis mengandung 2 aspek yaitu :


1. Prosedur dan sistem perubahan;
2. Substansi yang akan diubah.
Ad.1 Prosedur Perubahan UUD 1945
Secara umum nampak bahwa proses amandemen/perubahan sebagian besar
Konstitusi modern dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak
individu dan masyarakat, seperti yang diatur dalam Pasal 37 UUD 1945 pada dasarnya
berisi 3 kaidah hukum yaitu :
1.1 Bahwa yang diberi kewenangan untuk mengubah UUD 1945 adalah MPR.
1.2 Bahwa untuk mengubah Undang-undang Dasar harus sekurang-kurangnya 2/3 dari
seluruh anggota MPR (Quorum).
1.3 Bahwa keputusan tentang perubahan tersebut sah, apabila disetujui sekurang-kurangnya
2/3 dari yang hadir.
Berkenaan dengan perubahan konstitusi hendaknya diperhatikan pandangan dari
K.C. Wheare yang menyatakan :
 Konstitusi diubah harus dengan pertimbangan yang matang dan bukan secara
serampangan.
 Rakyat mestinya diberi kesempatan mengungkapkan pandangan sebelum dilakukan
perubahan.
 Hak-hak individu dan masyarakat baik mayoritas maupun minoritas harus dilindungi.
Selanjutnya K.C. Wheare dalam bukunya “Modern Konstitutions” mengemukakan
tentang bagaimana konstitusi itu bisa berubah, sebagai berikut :
1. Konstitusi berubah dengan “Amandemen Formal”.
2. Konstitusi berubah dengan penafsiran yudisial.
3. Konstitusi berubah dengan kebiasaan dan tradisi.
Proses amandemen Konstitusi merupakan gambaran dari doktrin umum.
Kedaulatan rakyat untuk membuat konstitusi kehendak atau kemauan rakyat bisa
ditemukan dengan berbagai sistem perubahan yaitu :
a. Sistem Perancis, dan
b. Sistem Amerika.
Menurut sistem Perancis, apabila akan dilakukan perubahan terhadap konstitusi,
maka dilakukan dengan cara referendum dalam pengertian rakyat Perancislah yang akan
menentukan apakah menerima konstitusi baru atau menolak.
Hal ini berbeda dengan sistem Amerika Serikat, dimana untuk melakukan
perubahan konstitusi Amerika Serikat, negara-negara bagian, apabila sekurang-kurangnya
2/3 dari seluruh negara bagian, baik melalui konvensinya maupun melalui badan
perwakilan rakyatnya menyetujui usul perubahan, jika tercapai angka 2/3 itu, maka
terjadilah perubahan konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai