Anda di halaman 1dari 27

REPRODUKSI IKAN NILA

(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air)

Oleh

Nadia Asmara
1714111020
Kelompok 5

LABORATORIUM PERIKANAN DAN KELAUTAN


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Reproduksi Ikan Nila


Waktu Praktikum : Jum’at, 4 Mei 2018
Tempat Praktikum : Laboratorium Perikanan dan Kelautan
Nama : Nadia Asmara
NPM : 1714111020
Kelompok :5
Program Studi : Budidaya Perairan
Jurusan : Perikanan dan Kelautan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Universitas Lampung

Bandar Lampung, 6 Juni 2018


Mengetahui,
Asisten Dosen

Dzaky Eko Satria Turnip


NPM. 1614111024
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari diferensiasi seksual
hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan tentang ciri reproduksi yaitu
mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan gonad untuk
mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan reproduksi.
Pengetahuan tentang ciri reproduksi tidak akan sempurna apabila tidak di iringi
dengan pengetahun anatomi reproduksi baik jantan maupun betina. Reproduksi
adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu menghasilkan
keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar
individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung
setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun.

Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya
mampu bertahan hidup. ada tiga strategi reproduksi yang menonjol: 1). Memijah
hanya bilamana energi cukup tersedia; 2). Memijah dalam proporsi ketersediaan
energi; 3). Memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu
individu tersebut mati. Oleh karena itu fisiologi reproduksi sangat penting untuk
diketahui karena menghasilkan banyak faedah yang baik bagi masyarakat,
mahasiswa, maupun instansi-instansi yang terkait dengan pembudidayaan ikan.
Strategi reproduksi biasanya melalui ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan
dalam hubungannya dengan kemampuan merawat telur dan anak. Satu hal yang
menonjol adalh ikan yang memiliki telur-telur yang kecil biasanya memiliki jumlah
telur yang besar, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.
Parameter yang biasanya diukur adalah tingkat kematangan gonad, indeks
kematangan gonad, dan fekunditas serta beberapa parameter lainnya. Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan memijah. Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah indikator untuk
mengukur kematangan seksual ikan betina, sedangkan fekunditas adalah semua
telur-telur yang telah siap untuk dikeluarkan pada waktu pemijahan. Dengan
mengetahui fekunditas, dapat ditaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan
juga dapat ditentukan jumlah ikan yang akan hidup dalam kelas umur yang
bersangkutan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilakukannya praktikum ini antara lain:
1. Menjadi suatu pemahaman bagi mahasiswa tentang bagaimana membedakan
tingkat kematangan gonad suatu jenis individu ikan
2. Untuk mengetahui jumlah telur dari seekor hewan uji
3. Untuk mengetahui ukuran telur terhadap perkembangan individu menjelang
pemijahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila


Ikan nila berasal dari Afrika bagian Timur. Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang
pipih ke arah vertikal (compress). Posisi mulutnya terletak di ujung hidung
(terminal) dan dapat disembulkan (Suyanto, 2008).

Kedudukan taksonomi ikan nila adalah sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Sub class : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
(Saanin, 2011 ; Pullin, 1994 ; Nelson, 1999)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk
tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut mempunyai garis vertikal
berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat garis melintang yang ujungnya
berwarna kemerah-merahan (Ghufran, 2009).

Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan nila ini memang berbeda dengan


kelompok tilapia. Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping,
dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya
berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badan
kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang
memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip
punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir
sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Amri, 2009).

2.2 Reproduksi Ikan Nila


Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai testis.
Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di
sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat
menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkat dengan makin
meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad,
terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan
nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah
fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan
itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur
tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva.
Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya
digunakan sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya (Hasni, 2008).

Telur merupakan fase awal kehidupan ikan nila, dimana bakal anak itu baru
dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat, berwarna
kuning dan bersifat tidak melekat. Telur nila berdiameter antara 2 – 2,5 mm. setiap
butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg. Fase telur merupakan masa kritis dan
dilewati selama 6 – 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian berubah menjadi fase
larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan cadangan. Fase itu dilewati
selama 2 – 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan pakan dari luar, tetapi akan
menghabiskan makanan cadangan itu. (Usni Arie, 2008).

Ikan nila bersifat beranak pinak dan cepat pertumbuhannya. Selain itu, ikan ini
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam sampai 30 promil. Ikan
nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4–5 bulan (sudah mulai kawin dan
bertelur) dan akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai
berumur 1,5–2 tahun. Tanda- tanda ikan nila jantan adalah warna badan lebih gelap
dari ikan betina, alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, dan
tulang rahang melebar ke belakang. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah
alat kelamin berupa tonjolan di belakang anus, dimana terdapat dua lubang. Lubang
yang depan untuk mengeluarkan telur, sedangkan lubang di belakang untuk
mengeluarkan air seni. Pada saat ikan nila berumur lebih dari 1 tahun kira–kira
beratnya mencapai 800g dan saat ini ikan nila bisa mengeluarkan 1200–1500 larva
setiap kali memijah, dan dapat berlangsung selama 6–7 kali dalam setahun.
Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan,
daerahnya akan dijaga, dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan nila jantan
menjadi agresif saat musim kawin. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan
sarang oleh ikan jantan berupa lekukan berbentuk bulat dengan diameter sebanding
seukuran tubuhnya di dasar perairan dalam daerah teritorial (Suyanto, 2008).

2.3 Gonad Jantan dan Gonad Betina Ikan Nila


Ciri-ciri gonad ikan nila jantan yang siap bereproduksi adalah bila di stripping
mengeluarkan sperma berwarna putih, mempunyai warna badan yang hitam atau
merah tua. Selain itu bagian dagu berwarna putih, pada alat kelamin meruncing
dengan warna putih bersih dan pada ujung sirip ekor dan sirip punggung berwarna
merah cerah (Rahardjo, 2008).

Genital pavila pada ikan nila betina yang matang berwarna merah, posisinya tegak
terhadap bagian ventral, alat kelamin membulat dan berwarna kemerahan. Bila di
stripping mengeluarkan telur berwarna kuning tua, perut membuncit atau agak
melebar, warna badan menjadi hitam atau merah tua dan ada bagian berwarna agak
dagu putih (Rahardjo, 2008).

Cara menentukan kematangan gonad ikan jantan dilakukan dengan mengurut perut
ikan ke arah anus. Ikan jantan yang telah matang kelamin akan mengeluarkan cairan
kental berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna
merah. Cara menentukan kematangan gonad ikan betina dilakukan dengan meraba
bagian perut dan pengamatan bagian anus. Ikan betina yang telah matang gonad
ditunjukkan dengan telur berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak
kalau diraba, bagian anus menonjol dan kemerahan. Pengambilan telur secara
kanulasi (Samsundari, 2013).

Ikan nila mulai matang gonad pada umur sekitar 4-5 bulan dengan kisaran berat
120-180 gram per ekornya. Ciri-ciri induk yang matang kelamin, pada individu
jantan seluruh tubuhnya berwarna hitam, kecuali pada dagu berwarna putih dan
merah cerah pada ujung sirip punggung, sirip dada dan sirip ekor. Sebaliknya,
individu betina warna tubuhnya keabu-abuan dan pada individu yang lebih besar,
sedikit warna merah sering terlihat pada ujung sirip ekor (Hardjamula, 2008).

2.4 TKG, IKG dan Fekunditas


Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu pengetahuan dasar dari
biologi reproduksi pada suatu ketersediaan ikan. Penentuan TKG secara morfologi
dapat dilihat dari bentuk, panjang, berat dan warna serta perkembangan isi gonad,
sedangkan histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya. Tingkat
kematangan gonad merupakan tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan itu berpijah perkembangan gonad yang semakin matang merupakan
bagian dari pross reproduksi ikan betina dimana perkembangan gonad tersebut
terjadi akibat proses vitellogenesis yaitu proses pegendapan telur kuning telur pada
tiap-tiap individu telur ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang
merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu
sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad (Effendi,
2009).

Tingkat kematangan gonad merupakan bentuk analisis proses kematangan gonad


ikan yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan. Dalam reproduksi, sebagian
hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin
bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya
menurun setelah pemijahan. Kondisi gonad ini dapat dinyatakan sebagai berat
gonad dibagi berat tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100% (Hartono, 2008).
Indeks kematangan gonad merupakan perbandingan antara berat gonad dengan
berat tubuh yang nilainya dinyatakan dalam persen. Gonad akan semakin
bertambah berat dengan semakin bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur.
Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah, kemudian
menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung hingga selesai (Siregar,
2011).

Pengetahuan tentang indeks kematangan gonad (IKG) merupakan salah satu aspek
yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana nilai IKG digunakan
untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap melakukan pemijahan. Dengan
begitu penangkapan pada waktu ikan mencapai IKG maksimum dapat ditekan agar
keberlangsungan dan ketersedian ikan tersebut dapat berlangsung secara terus
menerus di perairan (Putri, 2012).

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovary ikan betina yang telah
matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada saat memijah. Pengetahuan tentang
fekunditas sangatlah penting di bidang biologi perikanan untuk memprediksi berapa
jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Pulungan, 2011).

Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum dipakai untuk mengukur potensi
produksi pada ikan, karena relatif lebih mudah dihitung, yaitu jumlah telur dalam
ovari ikan betina. Peningkatan fekunditas berhubungan dengan peningkatan berat
tubuh dan berat gonad. Fekunditas berbeda-beda tiap spesies dan kondisi
lingkungan berbeda. Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada
umumnya memijah di daerah permukaan perairan sedangkan spesies yang
mempunyai fekunditas kecil melindungi telurnya pada tanaman atau substrat
lainnya. Besarnya fekunditas spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), kondisi
lingkungan, kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan bobot
ikan, ukuran diameter telur, dan faktor lingkungan (Nikolsky, 2009).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu diadakannya percobaan ini yaitu pada hari Jum’at tanggal 4 Mei 2018 pukul
17.00 WIB. Sedangkan tempat berlangsungnya percobaan ini di Laboratorium
Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam percobaan yaitu alat bedah lengkap, botol
sampel (botol film), timbangan digital, tisu, cawan petri (petridisk), gelas ukur 10
ml, pipet tetes, mikroskop dengan mikrometer yang sudah ditera, gelas objek, dan
gelas penutup, sedangkan bahan yang digunakan adalah air pengenceran, pengawet
(formalin 4%) dan telur contoh.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan yang sudah diukur panjang dan beratnya dikeringkan.
2. Lakukan pembedahan dan perhatikan letak gonad ikan.
3. Tentukan jenis kelaminnya berdasarkan klasifikasi diatas tentukan TKGnya
4. Gonad diangkat dan dipisahkan dari usus dengan hati-hati, jangan sampai ada
bagian gonad yang putus.
5. Gonad yang sudah terpisah dikeringkan dengan tisu, kemudian ditimbang (catat
berat gonad tersebut).
6. Gonad yang sudah ditimbang diawetkan dengan formalin 4%.

3.3.1 Pengumpulan dan Analisa Data


3.3.1.1 Menghitung Fekunditas
1. Timbang berat total gonad TKG III dan IV yang akan dihitung.
2. Ambil 5 bagian telur contoh secara acak dari satu gonad yang akan diamati,
kemudian ditimbang seluruh gonad contoh tersebut.
3. Hitung volume gonad tersebut.
4. Encerkan gonad contoh sampai 10 atau 15 cc.
5. Ambil gonad yang sudah diencerkan tadi sebanyak 1 cc dengan menggunakan
pipet tetes
6. Hitung jumlah telur yang ada pada 1 cc tersebut.
7. Hitung fekunditasnya.

3.3.1.2 Langkah-Langkah Pengukuran Diameter Telur


Adapun langkah-langkah pengukuran diameter telur sebagai berikut:
1. Pisahkan ikan yang mempunyai TKG III dan TKG IV.
2. Ambil 50 butir telur yang masih utuh dari masing-masing gonad yang
mempunyai TKG III dan TKG IV tersebut.
3. Letakkan berjejer diatas gelas obyek.
4. Amati dibawah mikroskop dengan metode penyapuan kemudian catat nilai dari
diameter alurnya.
5. Lakukan masing-masing 50 butir untuk tiap ekor gonad, hal ini dilakukan
supaya didapatkan gambaran yang sebenarnya dari sebaran ukuran telur yang
ada di ikan tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Tingkat Kematangan Gonad IkanNila (Oreochromis niloticus)


Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila Jantan

TKG Morfologi Gonad ∑ Persentase

Gonadnya sangat kecil dan terlihat seperti


benang yang transparan. Pada ikan jantan
I 0 0%
penampang dari gonadnya pipih berwarna
kelabu.
Gonad mengisi ¼ tubuh. Warnanya kelabu
II 0 0%
atau putih dan bentuknya pipih.
Gonad mengisi ½ rongga tubuhnya.
III 12 92,3%
Gonad berwarna putih.
Gonad mengisi ¾ rongga tubuhnya.
IV Gonad jantan berwarna putih berisi cairan 1 7,7%
putih.

Berdasarkan tabel tingkat kematangan gonad ikan nila jantan di atas didapatkan
hasil bahwa TKG I berjumlah 0 dan presentasinya 0%. TKG II berjumlah 0 dan
presentasinya 0%. TKG 3 berjumlah 12 ikan dan presentasinya didapatkan 92.3%.
TKG IV terdapat 1 ikan dengan presentasi 7.7%. Sehingga TKG III memiliki
persentase jumlah terbanyak, yaitu jumlah 12 dengan presentase sebesar 92.3%.
Pada TKG I dan II tidak didapatkan hasilnya karena tidak adanya jumlah dari ikan
nila jantan yang sedang berada pada fase TKG I dan II. Maka dapat disimpulkan
bahwa semua ikan nila jantan yang diamati sudah dalam masa siap dipijahkan jika
dilihat dari tingkat kematangan gonadnya. Hal ini juga membuktikan bahwa TKG
III pada ikan nila jantan lebih banyak dibanding dengan TKG IV.
Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila Betina
Adapun hasil dari tingkat kematangan gonad ikan nila betina yaitu :
TKG Morfologi Gonad ∑ Persentase
Gonadnya sangat kecil dan terlihat
I seperti benang yang transparan. Pada
0 0%
ikan betina ada bulat-bulat kemerahan.
Gonad mengisi ¼ tubuh. Warnanya
II kemerahan atau kuning pucat berbentuk
0 0%
bulat dan telurnya tidak terlihat.
Gonad mengisi ½ rongga tubuhnya.
III
Gonad berwarna putih. 5 38,47%
Gonad mengisi ¾ rongga tubuhnya.
IV Gonad jantan berwarna putih berisi
8 61,53%
cairan putih.

Berdasarkan tabel tingkat kematangan gonad ikan nila betina di atas didapatkan
hasil bahwa TKG I berjumlah 0 dan presentasinya 0%. TKG II berjumlah 0 dan
presentasinya 0%. TKG III berjumlah 5 ikan dan presentasinya didapatkan sebesar
38,47%. TKG IV terdapat 8 ikan dengan presentasi sebesar 61,53 %. Sama halnya
seperti tingkat kematangan gonad pada ikan nila jantan, tingkat kematangan gonad
pada ikan nila betina hanya pada TKG III dan TKG IV. Tetapi pada ikan nila betina,
TKG IV lebih mendominasi.

4.2 Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Tabel 3. Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila Betina

Berat Gonad Berat Ikan


TKG IKG Rata-rata (%)
Rata-rata (g) Rata-rata (g)
III 0,776 43,028 2,5%

IV 1,5325 65,0025 2,006375%

Berdasarkan tabel indeks kematangan gonad ikan nila betina di atas didapatkan
hasil bahwa TKG III berat gonad rata-ratanya adalah 0,776 g dengan berat ikan
rata-rata 43,028 g dan menghasilkan IKG rata-rata 2,5%. Pada TKG IV, berat gonad
rata-rata sebesar 1,5325 g dengan berat ikan rata-rata 65,0025 g dan menghasilkan
IKG rata-rata sebesar 2,006375%. Maka dapat disimpulkan bahwa IKG rata-rata
pada TKG III lebih besar dibanding dengan TKG IV.

4.3 Indeks Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Tabel 4. Indeks Gonad Ikan Nila Betina

TKG Frekuensi IG(%)

III 5 38,47%

IV 8 61,53%

Jumlah 13 100%

Berdasarkan tabel indeks gonad ikan nila betina di atas didapatkan hasil bahwa
TKG III memiliki frekuensi 5 dan IG sebesar 38,47%. Sedangkan untuk TKG IV
memiliki frekuensi 8 dan IG sebesar 61,53%. Dapat disimpulkan bahwa IG pada
TKG IV lebih besar persentase nya dibanding dengan IG pada TKG III.

Grafik 1. Indeks Gonad Ikan Nila Betina

Indeks Gonad Ikan Betina

38%
III IV

62%

Berdasarkan grafik di atas, Gonad pada ikan nila betina memiliki persentase yang
berbeda antara TKG III dan IV. Pada persentase TKG III sebesar 38% dan TKG IV
sebesar 62%. Ini menunjukan bahwa sebagian gonad telah berkembang dan
sebagian sudah siap untuk dipijahkan.

4.4 Hubungan IKG dengan Berat Tubuh Ikan Nila Betina


Grafik 2. Hubungan IKG dengan Berat Tubuh Ikan Nila Betina

Hubungan IKG dengan


Berat Tubuh
100
Berat Tubuh Ikan

80
60 Berat tubuh
40 Ikan
20 Linear (Berat
0 tubuh Ikan)
0 2 4 6
y = -3.2913x + 63.779
IKG R² = 0.0901

Berdasarkan grafik hubungan IKG dengan berat tubuh ikan nila betina dapat
disimpulkan bahwa ikan yang memiliki indeks kematangan gonad yang tinggi bisa
jadi memiliki berat tubuh yang besar. Hal ini dikarenakan IKG didapatkan dari
perbandingan berat gonad dan berat tubuh ikan. Semakin berat tubuh ikan maka
dengan berat gonad yang sama akan menghasilkan IKG yamg kecil dikarenakan
faktor membaginya yang besar.

4.5 Hubungan IKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Betina


Grafik 3. Hubungan IKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Betina

Grafik 3. Hubungan IKG


dengan Panjang Tubuh Ikan
Nila Betina
20
Panjang Tubuh Ikan

10 Panjang Ikan
Total
0
Linear (Panjang
0 2 4 6 Ikan Total)
IKG y = -0.1111x + 15.121
R² = 0.0121
Dari grafik yang didapatkan (grafik hubungan IKG dengan panjang tubuh ikan nila
betina) menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara panjang tubuh dan juga
IKG, hasil yang didapatkan fluktuatif atau tidak konstan pada panjang tubuh 18 cm
indeks kematangan gonad yang didapatkan kurang dari 2 kemudian pada selang
kelas panjang 18 sampai 19 didapatkan hasil yang begitu berbeda yaitu IKG
meningkat menjadi besarnya 2 sampai 5 indeks kematangan gonadnya yang
dihasilkan.

4.6 Hubungan TKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Betina


Tabel 5. Hubungan TKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Betina
Selang JumlahIkanPada TKG
Kelas I II III IV

13-14 0 0 5 1

15-16 0 0 0 5

17-18 0 0 0 2

Grafik 4. Hubungan TKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Betina

Grafik 4. Hubungan TKG dengan


Panjang Tubuh Ikan Nila Betina
7
6
5
Jumlah

4
3 IV
2 III
1
0
13-14 15-16 17-18
Selang Kelas

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada selang kelas 13-14 jumlah
ikan paling tinggi pada TKG III sebesar 5 ikan dan pada TKG IV jumlah ikan
sedangkan pada TKG I dan II tidak didapatkan. Pada selang kelas 15-16 hanya
didapatkan ikan nila pada fase TKG IV dengan jumalh 5 ikan. Dan pada selang
kelas 17-18 hanya didapatkan pada ikan nila fase TKG IV dengan jumlah 2 ikan.
Hubungan antar TKG dan berat tubuh ikan nila betina adalah semakin pada TKG 3
semakin panjang tubuh ikan maka semakin sedikit jumlah ikan yang memiliki TKG
3. Pada TKG 4 semakin panjang tubuh ikan maka jumlah ikan semakin banyak
hingga panjang tertentu dan menurun kembali pada jumlah panjang tertentu.

Tabel 6. Hubungan TKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Jantan


Selang JumlahIkanPada TKG
Kelas I II III IV
12,0-13,0 0 0 6 0

13,1-14,0 0 0 2 1

14,1-15,0 0 0 2 0

15,1-16,0 0 0 2 0

Grafik 5. Hubungan TKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila Jantan

Tabel 5. Hubungan TKG dengan Panjang Tubuh Ikan Nila


Jantan
7
6
5
Jumlah

4
3 IV
2 III
1
0
12,0-13,0 13,1-14,0 14,1-15,0 15,1-16,0
Selang Kelas

Berdasarkan tabel dan grafik diatas diperoleh hasil yaitu pada selang kels 12,0–
13,0 jumlah ikan nila jantan hanya terdapat pada TKG III dengan jumlah ikan
sebanyak 6 ekor. Kemudian pada selang kelas 13,0–14,0 jumlah ikan nila jantan
terdapat di TKG III dan IV dengan masing-masing jumlah yaitu 2 ekor ikan dan 1
ekor ikan. Pada selang kelas 14,1-15,0 jumlah ikan hanya terdapat pada TKG III
dengan jumlah sebanyak 2 ekor ikan. Dan yang terakhir pada selang kelas 15,1-
16,0 jumlah ikan nila jantan hanya terdapat di TKG III yaitu sebanyak 2 ekor ikan.

4.7 Hubungan IKG dengan TKG Ikan Nila Betina


Tabel 7. Hubungan IKG dengan TKG Ikan Nila Betina
Selang Jumlah Ikan Pada TKG
Kelas I II III IV
1,1-2,0 0 0 1 4
2,1-3,0 0 0 0 1
3,1-4,0 0 0 2 0
4,1-5,0 0 0 2 1
1,1-2,0 0 0 0 2

Grafik 6. Hubungan IKG dengan TKG Ikan Nila Betina

Grafik 6. Hubungan IKG dengan TKG Ikan Nila Betina


4.5
4
3.5
3
Jumlah

2.5
2 III
1.5
IV
1
0.5
0
0-1,0 1,1-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 4,1-5,0
Selang Kelas

Berdasarkan tabel 7 dan grafik 6 didapatkan data hubungan IKG dengan TKG ikan
nila betina sebagai berikut. Pada TKG III didapatkan hasil yaitu pada IKG selang
kelas 0.1 sampai 3.0, semakin besar IKG maka didapatkan jumlah individu pada
TKG III semakin sedikit. Kemudian pada selang kelas IKG 3,0 sampai 5,0
didapatkan hasil semakin besar IKG maka jumlah individu ikan pada TKG III
semakin banyak. Sedangkan pada data TKG IV, didapatkan data hasil yang juga
fluktuatif seperti data sebelumnya. Pada selang kelas IKG 0.1 sampai 2 jumlah
individu dengan TKG IV semakin menurun dan semakin meningkatnya IKG.
Kemudian hasil meningkat kembali pada IKG 2 dan konstan hingga IKG IV dan
menurun kembali pada IKG IV sampai V. Jadi hubungan IKG dan TKG ikan nila
betina adalah hubungan yang berbanding terbalik karena dengan meningkatnya
selang IKG maka frekuensi ikan juga turun.

4.8 Hubungan TKG dengan Telur Ikan Nila


Tabel 8. Hubungan TKG dengan Telur Ikan Nila

Selang Jumlah Telur Diameter Ikan


Diameter Telur
(mm) III % IV %

0,1-1,0 166 50,31% 164 49,69%

1,1-2,0 83 36,73% 143 63,27%

2,1-3,0 1 2,60% 38 97,40%

3,1-4,0 0 0% 0 0%

4,1-5,0 0 0% 41 100%

5,1-6,0 0 0% 14 100%

Grafik 7. Hubungan TKG dengan Telur Ikan Nila


Grafik 7. Hubungan TKG dengan Telur Ikan Nila
350
Jumlah Telur Diameter

300
250
200
Ikan

150 TKG IV
100 TKG III
50
0
0,1-1,0 1,1-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 4,1-5,0 5,1-6,0
Selang Kelas Diameter Telur (mm)
Grafik 7. Hubungan TKG dengan Telur Ikan Nila
180
Jumlah Telur Diameter Ikan 160
140
120
100
80 TKG III
60 TKG IV
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Selang Kelas Diameter Telur (mm)

Berdasarkan tabel 8 dan grafik 7 mengenai hubungan TKG dengan telur ikan nila
betina. Dapat disimpulkan sebagai berikut semakin berkembangya gonad, telur
yang dikandung didalamnya akan semakin membesar garis tengahnya, sebagai hasil
dari pengendapan kuning telur hidrasi dan pembentukanbutir-butir minyak bejalan
secara bertahap terliput dalam perkembangan tingkat kematangan gonad. Dari teori
tersebut sudah dapat diduga bahwa semakin meningkatnya TKG garis tengah telur
semakin besar. Namun grafik menunjukan garis yang menurun, hal ini menunjukan
ukuran gonad yang kecil lebih banyak dibandingkan yang besar.

4.9 Fekunditas Ikan Nila


Tabel 9. Fekunditas Ikan Nila

Metode Fekunditas Rata-rata Butir

Gabungan 695,307692

Grafik 8. Fekunditas Ikan Nila


Grafik 8. Fekunditas Ikan Nila
2000
Fekunditas

1000
Ikan Ke-
0
Fekunditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213
Ikan Ke-
Disajikan hasil fekunditas ikan nila betina dan jantan dalam bentuk tabel dan grafik.
Pengamatan metode yang digunakan adalah metode gabungan yaitu metode
vokumetrik salah satunya. Kemudian didapatkan hasil fekunditas rata-rata butir
sebanyak 695,307692. Pada ikan ke 1 diperoleh fekunditas sebanyak 668,9. Pada
ikan ke 2 diperoleh fekunditas sebanyak 326,6. Pada ikan ke 3 diperoleh fekunditas
sebanyak 337,5. Pada ikan ke 4 diperoleh fekunditas sebanyak 930,8. Pada ikan ke
5 sebesar 370,7. Pada ikan ke 6 sebesar 886,6. Pada ikan ke 7 sebesar 479,7. Pada
ikan ke 8 sebesar 480. Pada ikan ke 9 sebesar 369. Pada ikan ke 10 sebesar 178,8.
Pada ikan ke 11 sebesar 1140. Dan pada ikan ke 12 sebesar 1800. Serta pada ikan
ke 13 sebesar 1070,4.

Grafik 9. Hubungan Fekunditas dengan Panjang Tubuh Ikan Nila

Grafik 9. Hubungan Fekunditas


dengan Panjang Tubuh Ikan Nila
20
Panjang Tubuh Ikan

15
10
5 Panjang Ikan
0
0 1000 2000
Fekunditas

Grafik 9. Hubungan Fekunditas dengan


Panjang Tubuh Ikan Nila
2000

1500
Fekunditas

1000
Panjang Ikan
500 Fekunditas
0
1 3 5 7 9 11 13
Ikan Ke-

Disajikan hasil hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh ikan nila dapat
dijelaskan bahwa hasil yang ditujukan fluktuatif atau tidak konstan. Fekunditas
tertinggi terdapat pada ikan dengan panjang tubuh 15-20 cm, kemudian grafik
menurun dimulai pada panjang tubuh ikan 10-15 cm, kemudian grafik naik lagi dan
turun lagi di letak panjang tubuh ikan ke 15 cm. Maka dapat disimpulkan hubungan
antara fekunditas dan panjang tubuh ikan tidak konstan yaitu pada panjang tubuh
tertentu ikan memiliki fekunditas yang maksimal dan pada panjang tubuh tertentu
juga ikan memiliki fekunditas minimal

4.10 Rasio Kelamin


Tabel 10. Rasio Kelamin Ikan Nila

Parameter Jantan Betina

Proposi Jenis 50 50

Berdasarkan tabel Rasio Jenis Kelamin Ikan Nila di atas merupakan tabel yang
berisi mengenai frekuensi perbandingan jenis kelamin antara ikan nila jantan dan
betina dari keseluruhan ikan nila yang diamati. Dalam tabel ikan nila tersebut
terdapat rasio kelamin, ini dibuktikan dengan pengamatan yang telah dilakukan
yaitu dihasilkannya rasio kelamin pada ikan nila jantan 50, dan pada ikan betina 50.
Sehingga, pada praktikum reproduksi yang telah dilakukan didapatkan rasio jenis
kelamin ikan nila jantan dan betina seimbang yaitu sama sama berjumlah 50
individu.

.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah di lakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kematangan gonad (TKG) dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dari
gonad tersebut sesuai dengan prosedur yang ada, mulai dari tingkat 1 sampai
dengan tingkat kematangan gonad 5
2. Dapat diketahui jumlah telur yang ada pada ikan nila dengan mengamati serta
dengan pemisahan telur dan memberikan aquades pada telur tersebut.
3. Untuk mengetahui ukuran telur terhadap perkembangan individu dapat dilihat
dengan besar kecilnya dari telur tersebut, jika telur itu sangat kecil ukurannya
dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop, sedangkan pada telur yang
ukurannya lebih besar bisa dilakukan dengan pengukuran tanpa menggunakan
mikroskop.

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum reproduksi ikan nila ini yaitu:
1. Diharapkan untuk peralatan laboratorium lebih lengkap lagi.
2. Diharapkan untuk seluruh praktikan agar disiplin terhadap waktu.
3. Diharapkan untuk membersihkan laboratorium setelah praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan Khairuman. 2009. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. PT


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Arie, Usni. 2008. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya.
Jakarta

Effendi. 2009. Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta. Kanisius.

Ghufran, M dan Kordi, K. 2009. Budidaya Perairan. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.

Hardjamula, A. 2008. Budidaya Perikanan Ikan Mas, Ikan Tawes, Ikan Nila,
SUPM Bogor. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian
Departemen Pertanian. Jakarta.

Hartono. 2008. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty,


Yogjakarta.

Hasni. 2008. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta

Nikolsky, G. V. 2009. The Ecology of Fishes. Academic Press. London

Pulungan, C. P. 2011. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Universitas Riau,


Pekanbaru.

Putri, Maharani. 2012 Meraup Untung Besar dari Budidaya Ikan Nila. LYLY
Publisher. Yogyakarta.

Rahardjo, MF dan Muniarti. 2008. Anatomi Beberapa Jenis Ikan Ekonomi


Penting di Indonesia. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.

Saanin, H. 2011. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Jakarta.


Samsundari dan Ganjar, 2013. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta.
Kanisius

Siregar, Djariah. 2011. Reproduksi Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Suyanto, S.R. 2008. Budidaya Ikan Nila. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan

Pemisahan telur antara satu


dengan yang lain agar
1.
memudahkan dalam proses
pengamatan

2. Telur yang sudah dipisahkan

Penambahan larutan untuk


3.
pengenceran

Penyusunan telur di atas gelas


4.
objek

Pengukuran diameter telur dengan


5.
mistar

Anda mungkin juga menyukai