Oleh
Nadia Asmara
1714111020
Kelompok 5
Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya
mampu bertahan hidup. ada tiga strategi reproduksi yang menonjol: 1). Memijah
hanya bilamana energi cukup tersedia; 2). Memijah dalam proporsi ketersediaan
energi; 3). Memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu
individu tersebut mati. Oleh karena itu fisiologi reproduksi sangat penting untuk
diketahui karena menghasilkan banyak faedah yang baik bagi masyarakat,
mahasiswa, maupun instansi-instansi yang terkait dengan pembudidayaan ikan.
Strategi reproduksi biasanya melalui ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan
dalam hubungannya dengan kemampuan merawat telur dan anak. Satu hal yang
menonjol adalh ikan yang memiliki telur-telur yang kecil biasanya memiliki jumlah
telur yang besar, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.
Parameter yang biasanya diukur adalah tingkat kematangan gonad, indeks
kematangan gonad, dan fekunditas serta beberapa parameter lainnya. Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan
sesudah ikan memijah. Indeks Kematangan Gonad (IKG) adalah indikator untuk
mengukur kematangan seksual ikan betina, sedangkan fekunditas adalah semua
telur-telur yang telah siap untuk dikeluarkan pada waktu pemijahan. Dengan
mengetahui fekunditas, dapat ditaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan
juga dapat ditentukan jumlah ikan yang akan hidup dalam kelas umur yang
bersangkutan.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk
tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut mempunyai garis vertikal
berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat garis melintang yang ujungnya
berwarna kemerah-merahan (Ghufran, 2009).
Telur merupakan fase awal kehidupan ikan nila, dimana bakal anak itu baru
dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat, berwarna
kuning dan bersifat tidak melekat. Telur nila berdiameter antara 2 – 2,5 mm. setiap
butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg. Fase telur merupakan masa kritis dan
dilewati selama 6 – 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian berubah menjadi fase
larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan cadangan. Fase itu dilewati
selama 2 – 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan pakan dari luar, tetapi akan
menghabiskan makanan cadangan itu. (Usni Arie, 2008).
Ikan nila bersifat beranak pinak dan cepat pertumbuhannya. Selain itu, ikan ini
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam sampai 30 promil. Ikan
nila dapat mencapai saat dewasa pada umur 4–5 bulan (sudah mulai kawin dan
bertelur) dan akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai
berumur 1,5–2 tahun. Tanda- tanda ikan nila jantan adalah warna badan lebih gelap
dari ikan betina, alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, dan
tulang rahang melebar ke belakang. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah
alat kelamin berupa tonjolan di belakang anus, dimana terdapat dua lubang. Lubang
yang depan untuk mengeluarkan telur, sedangkan lubang di belakang untuk
mengeluarkan air seni. Pada saat ikan nila berumur lebih dari 1 tahun kira–kira
beratnya mencapai 800g dan saat ini ikan nila bisa mengeluarkan 1200–1500 larva
setiap kali memijah, dan dapat berlangsung selama 6–7 kali dalam setahun.
Sebelum memijah ikan nila jantan selalu membuat sarang di dasar perairan,
daerahnya akan dijaga, dan merupakan daerah teritorialnya sendiri. Ikan nila jantan
menjadi agresif saat musim kawin. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan
sarang oleh ikan jantan berupa lekukan berbentuk bulat dengan diameter sebanding
seukuran tubuhnya di dasar perairan dalam daerah teritorial (Suyanto, 2008).
Genital pavila pada ikan nila betina yang matang berwarna merah, posisinya tegak
terhadap bagian ventral, alat kelamin membulat dan berwarna kemerahan. Bila di
stripping mengeluarkan telur berwarna kuning tua, perut membuncit atau agak
melebar, warna badan menjadi hitam atau merah tua dan ada bagian berwarna agak
dagu putih (Rahardjo, 2008).
Cara menentukan kematangan gonad ikan jantan dilakukan dengan mengurut perut
ikan ke arah anus. Ikan jantan yang telah matang kelamin akan mengeluarkan cairan
kental berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna
merah. Cara menentukan kematangan gonad ikan betina dilakukan dengan meraba
bagian perut dan pengamatan bagian anus. Ikan betina yang telah matang gonad
ditunjukkan dengan telur berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak
kalau diraba, bagian anus menonjol dan kemerahan. Pengambilan telur secara
kanulasi (Samsundari, 2013).
Ikan nila mulai matang gonad pada umur sekitar 4-5 bulan dengan kisaran berat
120-180 gram per ekornya. Ciri-ciri induk yang matang kelamin, pada individu
jantan seluruh tubuhnya berwarna hitam, kecuali pada dagu berwarna putih dan
merah cerah pada ujung sirip punggung, sirip dada dan sirip ekor. Sebaliknya,
individu betina warna tubuhnya keabu-abuan dan pada individu yang lebih besar,
sedikit warna merah sering terlihat pada ujung sirip ekor (Hardjamula, 2008).
Pengetahuan tentang indeks kematangan gonad (IKG) merupakan salah satu aspek
yang memiliki peran penting dalam biologi perikanan, dimana nilai IKG digunakan
untuk memprediksi kapan ikan tersebut akan siap melakukan pemijahan. Dengan
begitu penangkapan pada waktu ikan mencapai IKG maksimum dapat ditekan agar
keberlangsungan dan ketersedian ikan tersebut dapat berlangsung secara terus
menerus di perairan (Putri, 2012).
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovary ikan betina yang telah
matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada saat memijah. Pengetahuan tentang
fekunditas sangatlah penting di bidang biologi perikanan untuk memprediksi berapa
jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Pulungan, 2011).
Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum dipakai untuk mengukur potensi
produksi pada ikan, karena relatif lebih mudah dihitung, yaitu jumlah telur dalam
ovari ikan betina. Peningkatan fekunditas berhubungan dengan peningkatan berat
tubuh dan berat gonad. Fekunditas berbeda-beda tiap spesies dan kondisi
lingkungan berbeda. Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada
umumnya memijah di daerah permukaan perairan sedangkan spesies yang
mempunyai fekunditas kecil melindungi telurnya pada tanaman atau substrat
lainnya. Besarnya fekunditas spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care), kondisi
lingkungan, kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan bobot
ikan, ukuran diameter telur, dan faktor lingkungan (Nikolsky, 2009).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Berdasarkan tabel tingkat kematangan gonad ikan nila jantan di atas didapatkan
hasil bahwa TKG I berjumlah 0 dan presentasinya 0%. TKG II berjumlah 0 dan
presentasinya 0%. TKG 3 berjumlah 12 ikan dan presentasinya didapatkan 92.3%.
TKG IV terdapat 1 ikan dengan presentasi 7.7%. Sehingga TKG III memiliki
persentase jumlah terbanyak, yaitu jumlah 12 dengan presentase sebesar 92.3%.
Pada TKG I dan II tidak didapatkan hasilnya karena tidak adanya jumlah dari ikan
nila jantan yang sedang berada pada fase TKG I dan II. Maka dapat disimpulkan
bahwa semua ikan nila jantan yang diamati sudah dalam masa siap dipijahkan jika
dilihat dari tingkat kematangan gonadnya. Hal ini juga membuktikan bahwa TKG
III pada ikan nila jantan lebih banyak dibanding dengan TKG IV.
Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila Betina
Adapun hasil dari tingkat kematangan gonad ikan nila betina yaitu :
TKG Morfologi Gonad ∑ Persentase
Gonadnya sangat kecil dan terlihat
I seperti benang yang transparan. Pada
0 0%
ikan betina ada bulat-bulat kemerahan.
Gonad mengisi ¼ tubuh. Warnanya
II kemerahan atau kuning pucat berbentuk
0 0%
bulat dan telurnya tidak terlihat.
Gonad mengisi ½ rongga tubuhnya.
III
Gonad berwarna putih. 5 38,47%
Gonad mengisi ¾ rongga tubuhnya.
IV Gonad jantan berwarna putih berisi
8 61,53%
cairan putih.
Berdasarkan tabel tingkat kematangan gonad ikan nila betina di atas didapatkan
hasil bahwa TKG I berjumlah 0 dan presentasinya 0%. TKG II berjumlah 0 dan
presentasinya 0%. TKG III berjumlah 5 ikan dan presentasinya didapatkan sebesar
38,47%. TKG IV terdapat 8 ikan dengan presentasi sebesar 61,53 %. Sama halnya
seperti tingkat kematangan gonad pada ikan nila jantan, tingkat kematangan gonad
pada ikan nila betina hanya pada TKG III dan TKG IV. Tetapi pada ikan nila betina,
TKG IV lebih mendominasi.
Berdasarkan tabel indeks kematangan gonad ikan nila betina di atas didapatkan
hasil bahwa TKG III berat gonad rata-ratanya adalah 0,776 g dengan berat ikan
rata-rata 43,028 g dan menghasilkan IKG rata-rata 2,5%. Pada TKG IV, berat gonad
rata-rata sebesar 1,5325 g dengan berat ikan rata-rata 65,0025 g dan menghasilkan
IKG rata-rata sebesar 2,006375%. Maka dapat disimpulkan bahwa IKG rata-rata
pada TKG III lebih besar dibanding dengan TKG IV.
III 5 38,47%
IV 8 61,53%
Jumlah 13 100%
Berdasarkan tabel indeks gonad ikan nila betina di atas didapatkan hasil bahwa
TKG III memiliki frekuensi 5 dan IG sebesar 38,47%. Sedangkan untuk TKG IV
memiliki frekuensi 8 dan IG sebesar 61,53%. Dapat disimpulkan bahwa IG pada
TKG IV lebih besar persentase nya dibanding dengan IG pada TKG III.
38%
III IV
62%
Berdasarkan grafik di atas, Gonad pada ikan nila betina memiliki persentase yang
berbeda antara TKG III dan IV. Pada persentase TKG III sebesar 38% dan TKG IV
sebesar 62%. Ini menunjukan bahwa sebagian gonad telah berkembang dan
sebagian sudah siap untuk dipijahkan.
80
60 Berat tubuh
40 Ikan
20 Linear (Berat
0 tubuh Ikan)
0 2 4 6
y = -3.2913x + 63.779
IKG R² = 0.0901
Berdasarkan grafik hubungan IKG dengan berat tubuh ikan nila betina dapat
disimpulkan bahwa ikan yang memiliki indeks kematangan gonad yang tinggi bisa
jadi memiliki berat tubuh yang besar. Hal ini dikarenakan IKG didapatkan dari
perbandingan berat gonad dan berat tubuh ikan. Semakin berat tubuh ikan maka
dengan berat gonad yang sama akan menghasilkan IKG yamg kecil dikarenakan
faktor membaginya yang besar.
10 Panjang Ikan
Total
0
Linear (Panjang
0 2 4 6 Ikan Total)
IKG y = -0.1111x + 15.121
R² = 0.0121
Dari grafik yang didapatkan (grafik hubungan IKG dengan panjang tubuh ikan nila
betina) menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara panjang tubuh dan juga
IKG, hasil yang didapatkan fluktuatif atau tidak konstan pada panjang tubuh 18 cm
indeks kematangan gonad yang didapatkan kurang dari 2 kemudian pada selang
kelas panjang 18 sampai 19 didapatkan hasil yang begitu berbeda yaitu IKG
meningkat menjadi besarnya 2 sampai 5 indeks kematangan gonadnya yang
dihasilkan.
13-14 0 0 5 1
15-16 0 0 0 5
17-18 0 0 0 2
4
3 IV
2 III
1
0
13-14 15-16 17-18
Selang Kelas
Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada selang kelas 13-14 jumlah
ikan paling tinggi pada TKG III sebesar 5 ikan dan pada TKG IV jumlah ikan
sedangkan pada TKG I dan II tidak didapatkan. Pada selang kelas 15-16 hanya
didapatkan ikan nila pada fase TKG IV dengan jumalh 5 ikan. Dan pada selang
kelas 17-18 hanya didapatkan pada ikan nila fase TKG IV dengan jumlah 2 ikan.
Hubungan antar TKG dan berat tubuh ikan nila betina adalah semakin pada TKG 3
semakin panjang tubuh ikan maka semakin sedikit jumlah ikan yang memiliki TKG
3. Pada TKG 4 semakin panjang tubuh ikan maka jumlah ikan semakin banyak
hingga panjang tertentu dan menurun kembali pada jumlah panjang tertentu.
13,1-14,0 0 0 2 1
14,1-15,0 0 0 2 0
15,1-16,0 0 0 2 0
4
3 IV
2 III
1
0
12,0-13,0 13,1-14,0 14,1-15,0 15,1-16,0
Selang Kelas
Berdasarkan tabel dan grafik diatas diperoleh hasil yaitu pada selang kels 12,0–
13,0 jumlah ikan nila jantan hanya terdapat pada TKG III dengan jumlah ikan
sebanyak 6 ekor. Kemudian pada selang kelas 13,0–14,0 jumlah ikan nila jantan
terdapat di TKG III dan IV dengan masing-masing jumlah yaitu 2 ekor ikan dan 1
ekor ikan. Pada selang kelas 14,1-15,0 jumlah ikan hanya terdapat pada TKG III
dengan jumlah sebanyak 2 ekor ikan. Dan yang terakhir pada selang kelas 15,1-
16,0 jumlah ikan nila jantan hanya terdapat di TKG III yaitu sebanyak 2 ekor ikan.
2.5
2 III
1.5
IV
1
0.5
0
0-1,0 1,1-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 4,1-5,0
Selang Kelas
Berdasarkan tabel 7 dan grafik 6 didapatkan data hubungan IKG dengan TKG ikan
nila betina sebagai berikut. Pada TKG III didapatkan hasil yaitu pada IKG selang
kelas 0.1 sampai 3.0, semakin besar IKG maka didapatkan jumlah individu pada
TKG III semakin sedikit. Kemudian pada selang kelas IKG 3,0 sampai 5,0
didapatkan hasil semakin besar IKG maka jumlah individu ikan pada TKG III
semakin banyak. Sedangkan pada data TKG IV, didapatkan data hasil yang juga
fluktuatif seperti data sebelumnya. Pada selang kelas IKG 0.1 sampai 2 jumlah
individu dengan TKG IV semakin menurun dan semakin meningkatnya IKG.
Kemudian hasil meningkat kembali pada IKG 2 dan konstan hingga IKG IV dan
menurun kembali pada IKG IV sampai V. Jadi hubungan IKG dan TKG ikan nila
betina adalah hubungan yang berbanding terbalik karena dengan meningkatnya
selang IKG maka frekuensi ikan juga turun.
3,1-4,0 0 0% 0 0%
4,1-5,0 0 0% 41 100%
5,1-6,0 0 0% 14 100%
300
250
200
Ikan
150 TKG IV
100 TKG III
50
0
0,1-1,0 1,1-2,0 2,1-3,0 3,1-4,0 4,1-5,0 5,1-6,0
Selang Kelas Diameter Telur (mm)
Grafik 7. Hubungan TKG dengan Telur Ikan Nila
180
Jumlah Telur Diameter Ikan 160
140
120
100
80 TKG III
60 TKG IV
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Selang Kelas Diameter Telur (mm)
Berdasarkan tabel 8 dan grafik 7 mengenai hubungan TKG dengan telur ikan nila
betina. Dapat disimpulkan sebagai berikut semakin berkembangya gonad, telur
yang dikandung didalamnya akan semakin membesar garis tengahnya, sebagai hasil
dari pengendapan kuning telur hidrasi dan pembentukanbutir-butir minyak bejalan
secara bertahap terliput dalam perkembangan tingkat kematangan gonad. Dari teori
tersebut sudah dapat diduga bahwa semakin meningkatnya TKG garis tengah telur
semakin besar. Namun grafik menunjukan garis yang menurun, hal ini menunjukan
ukuran gonad yang kecil lebih banyak dibandingkan yang besar.
Gabungan 695,307692
1000
Ikan Ke-
0
Fekunditas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213
Ikan Ke-
Disajikan hasil fekunditas ikan nila betina dan jantan dalam bentuk tabel dan grafik.
Pengamatan metode yang digunakan adalah metode gabungan yaitu metode
vokumetrik salah satunya. Kemudian didapatkan hasil fekunditas rata-rata butir
sebanyak 695,307692. Pada ikan ke 1 diperoleh fekunditas sebanyak 668,9. Pada
ikan ke 2 diperoleh fekunditas sebanyak 326,6. Pada ikan ke 3 diperoleh fekunditas
sebanyak 337,5. Pada ikan ke 4 diperoleh fekunditas sebanyak 930,8. Pada ikan ke
5 sebesar 370,7. Pada ikan ke 6 sebesar 886,6. Pada ikan ke 7 sebesar 479,7. Pada
ikan ke 8 sebesar 480. Pada ikan ke 9 sebesar 369. Pada ikan ke 10 sebesar 178,8.
Pada ikan ke 11 sebesar 1140. Dan pada ikan ke 12 sebesar 1800. Serta pada ikan
ke 13 sebesar 1070,4.
15
10
5 Panjang Ikan
0
0 1000 2000
Fekunditas
1500
Fekunditas
1000
Panjang Ikan
500 Fekunditas
0
1 3 5 7 9 11 13
Ikan Ke-
Disajikan hasil hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh ikan nila dapat
dijelaskan bahwa hasil yang ditujukan fluktuatif atau tidak konstan. Fekunditas
tertinggi terdapat pada ikan dengan panjang tubuh 15-20 cm, kemudian grafik
menurun dimulai pada panjang tubuh ikan 10-15 cm, kemudian grafik naik lagi dan
turun lagi di letak panjang tubuh ikan ke 15 cm. Maka dapat disimpulkan hubungan
antara fekunditas dan panjang tubuh ikan tidak konstan yaitu pada panjang tubuh
tertentu ikan memiliki fekunditas yang maksimal dan pada panjang tubuh tertentu
juga ikan memiliki fekunditas minimal
Proposi Jenis 50 50
Berdasarkan tabel Rasio Jenis Kelamin Ikan Nila di atas merupakan tabel yang
berisi mengenai frekuensi perbandingan jenis kelamin antara ikan nila jantan dan
betina dari keseluruhan ikan nila yang diamati. Dalam tabel ikan nila tersebut
terdapat rasio kelamin, ini dibuktikan dengan pengamatan yang telah dilakukan
yaitu dihasilkannya rasio kelamin pada ikan nila jantan 50, dan pada ikan betina 50.
Sehingga, pada praktikum reproduksi yang telah dilakukan didapatkan rasio jenis
kelamin ikan nila jantan dan betina seimbang yaitu sama sama berjumlah 50
individu.
.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah di lakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kematangan gonad (TKG) dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dari
gonad tersebut sesuai dengan prosedur yang ada, mulai dari tingkat 1 sampai
dengan tingkat kematangan gonad 5
2. Dapat diketahui jumlah telur yang ada pada ikan nila dengan mengamati serta
dengan pemisahan telur dan memberikan aquades pada telur tersebut.
3. Untuk mengetahui ukuran telur terhadap perkembangan individu dapat dilihat
dengan besar kecilnya dari telur tersebut, jika telur itu sangat kecil ukurannya
dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop, sedangkan pada telur yang
ukurannya lebih besar bisa dilakukan dengan pengukuran tanpa menggunakan
mikroskop.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum reproduksi ikan nila ini yaitu:
1. Diharapkan untuk peralatan laboratorium lebih lengkap lagi.
2. Diharapkan untuk seluruh praktikan agar disiplin terhadap waktu.
3. Diharapkan untuk membersihkan laboratorium setelah praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, Usni. 2008. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya.
Jakarta
Effendi. 2009. Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta. Kanisius.
Ghufran, M dan Kordi, K. 2009. Budidaya Perairan. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Hardjamula, A. 2008. Budidaya Perikanan Ikan Mas, Ikan Tawes, Ikan Nila,
SUPM Bogor. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian
Departemen Pertanian. Jakarta.
Putri, Maharani. 2012 Meraup Untung Besar dari Budidaya Ikan Nila. LYLY
Publisher. Yogyakarta.
Suyanto, S.R. 2008. Budidaya Ikan Nila. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI