Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh


semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis
(Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 maka Kementerian
Kesehatan menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Renstra Kementerian Kesehatan
merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-
program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan.
Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan:
teknokratik, politik, partisipatif, atas- bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-
up). Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok
RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan
anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3
pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif
dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu
jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
BAB I

Kebijakan Kesehatan

A. Pengertian Kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti
kebijakan.Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government
chooses to do or not to do).
Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan
adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objective) atau kehendak (purpose)
(Abidin, 2002).
Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung makna
bahwa :
a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah.
b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak
dilakukan oleh badan pemerintah (Abidin, 2002).

Menurut Dunn proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yaitu
sebagai berikut :

a. Penyusunan agenda (agenda seting), yakni suatu proses agar suatu masalah
bisa mendapat perhatian dari pemerintah.
b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yakni suatu proses perumusan
pilihan-pilihan atau alternatif pemecahan masalah oleh pemerintah.
c. Penentuan kebijakan (policy adoption), yakni suatu proses dimana
pemerintah menetapkan alternatif kebijakan apakah sesuai dengan kriteria
yang harus dipenuhi, menentukan siapa pelaksana kebijakan tersebut, dan
bagaimana proses atau strategi pelaksanaan kebijakan tersebut.
d. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu suatu proses untuk
melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil, pada tahap ini perlu
adanya dukungan sumberdaya dan penyusunan organisasi pelaksana
kebijakan.
e. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni suatu proses untuk
memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan (Subarsono, 2005).

B. Pengertian Kebijakan Kesehatan


Kebijakan publik bersifat multidisipliner termasuk dalam bidang
kesehatan sehingga kebijakan kesehatan merupakan bagian dari kebijakan
publik. Dari penjelasan tersebut maka diuraikanlah tentang pengertian
kebijakan kesehatan yaitu konsep dan garis besar rencana suatu
pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pelaksanaan pembangunan
kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada
seluruh rakyatnya (AKK USU, 2010).
Kebijakan kesehatan merupakan pedoman yang menjadi acuan
bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta, dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan
memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah (Depkes RI,
2009).

C. Kebijakan Kesehatan sebagai Tanggung Jawab Pemerintah


Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 5 disebutkan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan.
Menurut UU Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 14 disebutkan
bahwa pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
D. Kebijakan Kesehatan dalam Program Pemberantasan DBD
Depkes telah melewati pengalaman yang cukup panjang dalam
penanggulangan penyakit DBD. Pada awalnya strategi utama
pemberantasan DBD adalah memberantas nyamuk dewasa melalui
pengasapan. Kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida
yang ditaburkan ke TPA (Tempat Penampungan Air). Kedua metode ini
sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan terbukti
dengan peningkatan kasus dan bertambahnya jumlah wilayah yang
terjangkit DBD. Mengingat obat dan vaksin untuk membunuh virus
dengue belum ada maka cara yang paling efektiv untuk mencegah
penyakit DBD ialah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang
dilaksanakan oleh masyarakat atau keluarga secara teratur setiap seminggu
sekali. Oleh karena itu saat ini Departemen Kesehatan lebih
memprioritaskan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (Ditjen PP & PL,
2004).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada Bagian
PMK (Pengendalian Masalah Kesehatan) Dinkes Tebing Tinggi tentang
kebijakan pemberantasan DBD di Tebing Tinggi dipaparkan sebagai
berikut :
a. Untuk pencegahan penyakit DBD dilaksanakan PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) melalui 3M Plus dengan melibatkan masyarakat yaitu
3M yakni menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup
rapat tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang dapat
menampung air. Kegiatan lainnya yang melibatkan masyarakat yaitu
gotong royong dan ini dilakukan 1x 1minggu. Plus yakni memelihara
ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa, mengatur ventilasi dan
pencahayaan dalam ruangan, mengganti air vas bunga atau tempat
minum burung, menghindari menggantung pakaian dalam kamar,
menggunakan obat anti nyamuk, menaburkan larvasida di tempat
penampungan air, dan lainnya. Sosialiasi dibuat dalam bentuk leaflet,
spanduk, baliho. Selain kegiatan tersebut pemerintah juga melakukan
fogging massal dan abatesasi.
b. Kegiatan yang melibatkan peran serta masyarakat diwujudkan kembali
dalam kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) yang dilaksanakan 1
bulan 1 kali oleh kader Jumantik ditiap puskesmas. Saat ini di Tebing
Tinggi terdapat 356 kader Jumantik (2 orang kader per lingkungan)
dengan penggajian Rp. 25.000 per bulan untuk setiap jumantik.
c. Survailens / Penyelidikan Epidemiologi di Tebing Tinggi dilakukan
pada setiap kasus yang dimiliki dengan radius 200 meter dari rumah
penderita. Bila ditemukan bukti penularan yaitu adanya penderita DBD
lainnya ataupun ditemukan faktor resiko (jentik) maka dilakukan
fogging fokus dengan siklus 2 kali dan fogging massal bila diperlukan.
d. Setiap RS di Tebing Tinggi memiliki Laporan Kewaspadaan Dini
Rumah Sakit (KD-RS) DBD yang dikirim dalam 24jam setelah
penegakan diagnosis sebagai laporan ke Dinas Kesehatan bahwa ada
ditemukan penderita baru untuk segera dilaksanakan surveilans
epidemiologi. Kriteria penetapan suatu daerah sebagai KLB (Kejadian
Luar Biasa) sesuai dengan Peraturan Menkes RI
No.1501/Menkes/Per/X/2010 yaitu :
1. Timbulnya kasus yang sebelumnya tidak ada, atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
2. Jumlah kasus dalam periode 1 bulan menunjukkan kenaikan 2 kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata kasus perbulan
tahun sebelumnya.
3. Angka kematian (CFR) dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan angka
kematian periode seelumnya dalam kurun waktu yang sama (Ditjen
PP & PL 2011).
BAB II

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019


merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan
(RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
lndonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh
meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,
menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi
pembangunan kesehatan 2005- 2025 adalah: 1) pembangunan nasional
berwawasan kesehatan; 2) pemberdayaan masyarakat dan daerah; 3)
pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan; 4) pengembangan dan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; dan 5) penanggulangan keadaan
darurat kesehatan. Dalam RPJMN 2015-2019, sasaran yang ingin dicapai adalah
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan
finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan
pada RPJMN 2015-2019 sebagai berikut:
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan
dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan
jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan
pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama
dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan
kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif.
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:

1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,


dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah


kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Untuk menjamin
dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif dan efisien
maka yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam
pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya secara terintegrasi
dalam fokus dan lokus dan fokus kegiatan, kesehatan, pembangunan kesehatan.

Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni:

1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)


Puskesmas
mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenis
upaya yaitu:
a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.
b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat
c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.
d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.

Untuk penguatan ke tiga fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi Puskesmas,


dengan fokus pada 5 hal, yaitu:

1) peningkatan SDM;
2) peningkatan kemampuan teknis dan manajemen Puskesmas;
3) peningkatan pembiayaan;
4) peningkatan Sistem Informasi Puskesmas (SIP); dan
5) pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
Peningkatan sumber daya manusia di Puskesmas diutamakan untuk
ketersediaan 5 jenis tenaga kesehatan yaitu: tenaga kesehatan masyarakat,
kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kefarmasian dan analis kesehatan.
Upaya untuk mendorong tercapainya target pembangunan kesehatan nasional,
terutama melalui penguatan layanan kesehatan primer, Kementerian
Kesehatan mengembangkan program Nusantara Sehat. Program ini
menempatkan tenaga kesehatan di tingkat layanan kesehatan primer dengan
metode team-based. Kemampuan manajemen Puskesmas diarahkan untuk
meningkatkan mutu sistem informasi kesehatan, mutu perencanaan di tingkat
Puskesmas dan kemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi dini masalah
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pemantauan kualitas kesehatan
lingkungan. Pembiayaan Puskesmas diarahkan untuk memperkuat
pelaksanaan promotif dan preventif secara efektif dan efisien dengan
memaksimalkan sumber pembiayaan Puskesmas. Pengembangan sistem
informasi kesehatan di Puskesmas diarahkan untuk mendapatkan data dan
informasi masalah kesehatan dan capaian pembangunan kesehatan yang
dilakukan secara tepat waktu dan akurat. Pelaksanaan akreditasi Puskesmas
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan difokuskan
pada daerah yang menjadi prioritas pembangunan kesehatan.

2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of


Care). Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu,
dan keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan
ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.
3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.
Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada
bayi, balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin,
kelompok-kelompok berisiko, serta masyarakat di daerah terpencil,
perbatasan, kepulauan, dan daerah bermasalah kesehatan.
Strategi Kemenkes disusun sebagai jalinan strategi dan tahapan-tahapan
pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan baik yang tertuang dalam
tujuan 1 (T1) maupun tujuan 2 (T2). Tujuan Kemenkes diarahkan dalam
rangka pencapaian visi misi Presiden. Untuk mewujudkan kedua tujuan
tersebut Kementerian Kesehatan perlu memastikan bahwa terdapat dua
belas sasaran strategis yang harus diwujudkan sebagai arah dan prioritas
strategis dalam lima tahun mendatang. Ke dua belas sasaran strategis
tersebut membentuk suatu hipotesis jalinan sebab-akibat untuk
mewujudkan tercapainya T1 dan T2. Kementerian Kesehatan
menetapkan dua belas sasaran strategis yang dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu kelompok sasaran strategis pada aspek input (organisasi, sumber
daya manusia, dan manajemen); kelompok sasaran strategis pada aspek
penguatan kelembagaan; dan kelompok sasaran strategic pada aspek upaya
strategic.

Sementara menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam


RAKERNAS 2017 GERMAS menjadi kebijakan terbaru kemenkes untuk
Kesehatan keluarga di Indonesia. Pada intinya, pembangunan kesehatan yang
semula bersifat kuratif dan rehabilitatif kini lebih diarahkan pada upaya kesehatan
yang bersifat promotif dan preventif. Untuk itu diperlukan upaya penguatan tiga
pilar pembangunan kesehatan yaitu: Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional. Utamanya pada pilar pertama
paradigma sehat diimplementasikan melalui dua pendekatan yaitu:

1) Pendekatan keluarga dimana aktivitas kegiatannya sepenuhnya dilakukan


oleh jajaran kesehatan khususnya ditingkat Puskesmas
2) Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang mana kegiatannya
tidak hanya dilakukan oleh jajaran kesehatan saja, namun juga lintas sektor.

Kegiatan GERMAS difokuskan pada tiga kegiatan :

1) Melakukan aktivitas fisik


2) Mengonsumsi sayur dan buah
3) Memeriksa kesehatan secara rutin.

Pelaksanaan GERMAS harus dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat,


lintas kementrian dan lintas sektor baik pemerintah pusat dan daerah, swasta,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, serta masyarakat, untuk bersama-
sama berkontribusi mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 Keputusan


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
HK.02.02/MENKES/53/2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


44 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN PUSKESMAS

www.depkes.go.id/rakernas2017

Anda mungkin juga menyukai