Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI
Agregat Halus

Nama : MUHAMMAD AMRIN KAHAR


NIM : D011 17 1010
Departemen : TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
A. JENIS DAN PERSYARATAN AGREGAT HALUS

Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah


dan kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik (SNI 03 – 2847 – 2002,
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung).
Menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar
butir maksimum 4,75 mm.
Menurut nevil (1997), agregat halus merupakan agregat yang besarnya
tidak lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir
dari pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu.
Menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu
pecah, kerikil, pasir,atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil
buatan.
Agregat halus merupakan pengisi (filler) yang berupa pasir. Ukurannya
bervariasi di bawah saringan no. 4(0,075 mm) menurut standar ASTM. Agregat
halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, atau bahan-bahan lain yang
dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus
mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari
ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
Tipe Agregat Halus
1. Pasir Galian : bebas dari kandungan garam, hanya kotor oleh lumpur
2. Pasir Sungai : berbutir halus dan berbentuk bulat
3. Pasir Laut : berbutir halus dan bulat, mengandung garam

Fungsi Agregat Halus


Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar (adukan) dan beton. Atau didefinisikan sebagai bahan
yang dipakai sebagai pengisi, dipakai bersama dengan bahan perekat dan
membentuk suatu massa yang keras, padat bersatau yang disebut beton
Selain seperti diuraikan diatas, fungsi utama agregat halus adalah sebagai bahan
pengisi diatara agregat kasar, sehingga ikatan menjadi lebih kuat

Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah


sebagai berikut:
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah
10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.

Persyaratan Agregat Halus – PBI 71, sebagai berikut :

1. Tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 % berat


2. Tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak.
3. Pasir harus terdiri dari butir tajam dan keras
4. Butiran pasir harus terdiri dari beraneka ragam, Jika diuji dengan test
ayakan ISO
a. Sisa di atas ayakan 4 mm minimal 2 % berat total
b. Sisa di ayakan 1 mm minimum 10 % berat total
c. Sisa di ayakan 0.25 mm minimum 80 – 90 % berat total
5. Tidak boleh menggunakan pasir laut
B. BENTUK SECARA GEOMETRIS AGREGAT HALUS

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-
butir agregat mempunyai ukuran yang sama(seragam) volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar,
sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada
agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang berkemampatan
tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan juga
sedikit. Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu :

Zone/Daerah 1 : Pasir Kasar


Zone/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar
Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus
Zone/Daerah 4 : Pasir Halus

Pengaruh Gradasi Agregat


Gradasi Agregat dan Ukuran butir maksimum berkaitan erat dengan
besarnya luas permukaan agregat, banyaknya air yang dibutuhkan dan kadar
smen dalam beton Gradasi yang baik akan memberikan tingkat optimal untuk
mendapatkan density dan kekuatan beton maksimum Berbagai standar
menyarankan dan menetapkan batas-batas susunan besar butir yang baik untuk
beton
Persyaratan Gradasi Agregat Halus

AGREGAT HALUS – ZONE 1


AGREGAT HALUS – ZONE 2

AGREGAT HALUS – ZONE 3

AGREGAT HALUS - ZONE 4


C. STANDAR UJI AGREGAT HALUS UNTUK MUTU BETON

Pemeriksaan Sederhana Di Lapangan :

1. Kandungan Bahan Organik


Cara praktis pemeriksaan kandungan bahan organik agregat halus
(pasir) di lapangan :
a. masukkan pasir dalam gelas atau botol bening
b. campurkan larutan soda api 3%
c. aduk atau kocok
d. diamkan 24 jam
e. jika larutan menjadi berwarna coklat tua : mengindikasikan
kandungan organik dalam agregat cukup tinggi
f. Indikasi kandungan organik juga dapat terlihat jika pasir
ditenggelamkan dalam air jernih, yaitu apabila terlihat partikel
mengambang
2. Kandungan Lumpur
Cara praktis pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir) di
lapangan ada beberapa cara :
a. peremasan atau penggosokan (tidak terukur)
b. dengan penggenggaman (tidak terukur)
c. dengan penenggelaman pasir di air jernih (tidak terukur)
d. dengan pengocokan (terukur)

Tiga pemeriksaan sederhana pertama merupakan pemeriksaan tidak


terukur, yang hanya dilakukan untuk pemeriksaan cepat ketika menerima
material atau melakukan inspeksi cepat.

Cara peremasan atau penggosokan dilakukan dengan mengambil pasir


kering udara atau sedikit lembab lalu diremas-remas dengan satu tangan
atau digosok di antara dua telapak tangan, lalu dilihat partikel yang
menempel di telapak tangan, menunjukkan perkiraan kadar lumpur yang
terkandung dalam pasir
Cara penggenggaman adalah mengambil pasir dengan kelembaban
agak tinggi atau dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu
digenggam kuat-kuat dan dilepas :

a. jika tetap menggumpal maka kadar lumpur cukup tinggi


b. kandungan lumpur juga dapat terlihat di telapak tangan

Cara penenggelaman pasir dilakukan dengan menggenggam pasir


lalu memasukkan tangan ke dalam air jernih, lalu dibuka dan digerak-
gerakkan perlahan, dan akan terlihat partikel lumpur yang terpisah dari
pasir -- jika terdapat partikel yang mengambang/mengapung, maka perlu
dicurigai kandungan organik yang cukup tinggi pada pasir

Cara pengocokan dilakukan dengan :

a. sediakan gelas ukur (misal berukuran 1.000 cc)


b. isikan pasir sampai kira-kira hampir setengah (misal : 450 cc)
c. isikan air jernih sampai total pasir + air dua kali pasir (misal : 900
cc
d. tutup dan kocok-kocok selama sekitar 1 menit (jangan sampai
tumpah)
diamkan supaya mengendap, selama minimal 1 jam untuk
perkiraan/perhitungan cepat kadar lumpur

Pemeriksaan Laboratorium :

1. Kandungan Lumpur
Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase ukuran
butiran yang lolos saringan :
a. no. 200 ASTM , atau
b. no. 200 British Standar, atau
c. no. 80 DIN (Jerman) atau
d. ukuran lubang saringan standar SI = 0,075 mm atau 75 μm
PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan 0,063 mm atau 63 μm atau
no 230 (ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E (DIN) sebagai patokan
pengukuran kandungan lumpur

Pengujian di laboratorium umumnya dilakukan dengan metoda


pencucian sesuai ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer
than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing)

2. Modulus halus (fineness modulus)


Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari
150 μm (total % butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang
lebih kasar) :
Standard Pemeriksaan Agregat Halus (SNI-03-2461-1991/2002; SII.0052.80;
ASTM C-33):

1. Kadar lumpur
Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase
ukuran butiran yang lolos saringan : no. 200 ASTM , atau no. 200 British
Standar, atau no. 80 DIN (Jerman) atau ukuran lubang saringan standar SI
= 0,075 mm atau 75 μm. PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan
0,063 mm atau 63 μm atau no 230 (ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E
(DIN) sebagai patokan pengukuran kandungan lumpur
Pengujian di laboratorium umumnya dilakukan dengan metoda
pencucian sesuai ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer
than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing). Dan
untuk cara pengukuran kadar lumpur secara praktis di lapangan dilakukan
dengan pengocokan,
 maksimal 3% berat kering ( Beton yang mengalami abrasi)
 maksimal 5% berat kering ( Beton yang tidak mengalami Abrasi)
2. Kandungan Bahan Organik
 Warna 1 dan 2 : dapat digunakan tanpa dicuci
 Warna 3 dan 4 : harus dicuci dahulu
 Warna 5 : Tidak boleh digunakan
Cara pengujian dengan metoda Abrams-Harder :
 Agregat halus (± 150 ml) Direndam dengan larutan NaOH 3%
 Dikocok selama 10 menit kemudian didiamkan selama 24 jam
 lalu dibandingkan warnanya dengan warna pembanding.
3. Modulus halus (fineness Modulus) 1.5 - 3.8 (ASTM C-33 :2.3 - 3.1)
variasi modulus halus agregat yang digunakan dalam satu campuran
perencanaan beton tidak boleh lebih dari 7% (ASTM C-33)
Fineness modulus Adalah persentase kumulatif dari butiran yang
tidak lebih kecil dari 150 μm total % butiran tertahan (retained) saringan
no 100 atau yang lebih kasar. Untuk pengujian Gradasi pasir,
4. Kekekalan (Soundness)
 5 siklus perendaman Natrium Sulfat (Na2SO4) = maks 10% loss
 5 siklus perendaman Magnesium Sulfat (MgSO4) + maks 15%
loss
indeks Kekerasan : 2.2 (Standar pasir kursa Bangka)
Penyerapan Air (Water Absorbsion); Maksimum 2% (BS maks 3%; Astm
maks 2.3 %) Hilang Pijar (Loss on igniton): Maks 5%
5. Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali aggregate reaction)-Reaktifitas alkali-
silika (ASR Alkali silica reaction): negatif (untuk beton yang berhubungan
dengan air atau kelembaban)
a. Penggunaan agregat reaktif alkali silika harus diawasi tenaga ahli
b. Menggunakan semen rendah alkali (astm c-150, kadar alkali maks
0,6%) dihitung sebagai kadar akuivalen sodium oksida (Na2O +
0.658K2O)
c. Menggunkakan semen campur (blended Cement:ASTM C-195,
ASTM C-1157)
d. Menggunakan bahan tambahan Pozzolanic (silica fume atau fly ash
kelas F, N- fly Ash kelas C tidak boleh digunakan bersama agregat
reaktif)
e. Menggunakan bahan tambah ground slag (terak tanur tinggi)
f. Menggunakan additiv/bahan tambah berbasis senyawa lithium
Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali aggregate reaction)-Reaktifitas
Alkali-karbon (ACR-Alcali-carbonate reaction): negatif (untuk beton yang
berhubungan dengan air atau kelembaban)
a. Penggunaan agregat reaktif alkali karbon harus diawasi tenaga ahli
b. Membatasi kadar ageregat reaktif maksimal 20% untuk beton yang
tidak berhubungan dengan air atau kelembaban
c. Menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih kecil
d. Menggunakan semen yang sangat rendah alkali (ASTM C-150,
kadar alkali maksimal 0.4% dihitung sebagai kadar ekuivalen
sodium oksida (Na2O+0.658K2O)
e. Pozzolan dan ground slag tidak efektif untuk penanganan ACR

Peraturan terkait dengan parameter-parameter yang harus dipenuhi


terdapat pada :

1. PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)


2. SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung)
3. SNI-03-2461-1991/2002 (Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan
Struktural)
4. SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan
Besar Butir)
5. SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)
6. SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
7. ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)
8. ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)

Peraturan terkait dengan pengujian agregat halus antara lain :

1. SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
2. SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar atau Beton)
3. SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara
Perendaman Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat)
4. SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan
Kekerasan)
5. ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and
Coarse Aggregates)
6. ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine
Aggregates for Concrete)
7. ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine
Aggregate)
8. ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use
of Sodium Sulfate or Magnesium Sulfate)
9. ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in
Aggregate)
10. ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No.
200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing)
11. ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and
Friable Particles in Aggregates)
12. ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density
(Specific Gravity), and Absorption of Fine Aggregate)
13. ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture
Content of Aggregate by Drying)

Anda mungkin juga menyukai