KONSTRUKSI
Agregat Halus
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
A. JENIS DAN PERSYARATAN AGREGAT HALUS
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-
butir agregat mempunyai ukuran yang sama(seragam) volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar,
sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada
agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang berkemampatan
tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan juga
sedikit. Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu :
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Kandungan Lumpur
Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase ukuran
butiran yang lolos saringan :
a. no. 200 ASTM , atau
b. no. 200 British Standar, atau
c. no. 80 DIN (Jerman) atau
d. ukuran lubang saringan standar SI = 0,075 mm atau 75 μm
PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan 0,063 mm atau 63 μm atau
no 230 (ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E (DIN) sebagai patokan
pengukuran kandungan lumpur
1. Kadar lumpur
Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase
ukuran butiran yang lolos saringan : no. 200 ASTM , atau no. 200 British
Standar, atau no. 80 DIN (Jerman) atau ukuran lubang saringan standar SI
= 0,075 mm atau 75 μm. PBI 1971.N.I-2 menetapkan ukuran saringan
0,063 mm atau 63 μm atau no 230 (ASTM) atau no 240 (BS) atau 90E
(DIN) sebagai patokan pengukuran kandungan lumpur
Pengujian di laboratorium umumnya dilakukan dengan metoda
pencucian sesuai ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer
than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing). Dan
untuk cara pengukuran kadar lumpur secara praktis di lapangan dilakukan
dengan pengocokan,
maksimal 3% berat kering ( Beton yang mengalami abrasi)
maksimal 5% berat kering ( Beton yang tidak mengalami Abrasi)
2. Kandungan Bahan Organik
Warna 1 dan 2 : dapat digunakan tanpa dicuci
Warna 3 dan 4 : harus dicuci dahulu
Warna 5 : Tidak boleh digunakan
Cara pengujian dengan metoda Abrams-Harder :
Agregat halus (± 150 ml) Direndam dengan larutan NaOH 3%
Dikocok selama 10 menit kemudian didiamkan selama 24 jam
lalu dibandingkan warnanya dengan warna pembanding.
3. Modulus halus (fineness Modulus) 1.5 - 3.8 (ASTM C-33 :2.3 - 3.1)
variasi modulus halus agregat yang digunakan dalam satu campuran
perencanaan beton tidak boleh lebih dari 7% (ASTM C-33)
Fineness modulus Adalah persentase kumulatif dari butiran yang
tidak lebih kecil dari 150 μm total % butiran tertahan (retained) saringan
no 100 atau yang lebih kasar. Untuk pengujian Gradasi pasir,
4. Kekekalan (Soundness)
5 siklus perendaman Natrium Sulfat (Na2SO4) = maks 10% loss
5 siklus perendaman Magnesium Sulfat (MgSO4) + maks 15%
loss
indeks Kekerasan : 2.2 (Standar pasir kursa Bangka)
Penyerapan Air (Water Absorbsion); Maksimum 2% (BS maks 3%; Astm
maks 2.3 %) Hilang Pijar (Loss on igniton): Maks 5%
5. Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali aggregate reaction)-Reaktifitas alkali-
silika (ASR Alkali silica reaction): negatif (untuk beton yang berhubungan
dengan air atau kelembaban)
a. Penggunaan agregat reaktif alkali silika harus diawasi tenaga ahli
b. Menggunakan semen rendah alkali (astm c-150, kadar alkali maks
0,6%) dihitung sebagai kadar akuivalen sodium oksida (Na2O +
0.658K2O)
c. Menggunkakan semen campur (blended Cement:ASTM C-195,
ASTM C-1157)
d. Menggunakan bahan tambahan Pozzolanic (silica fume atau fly ash
kelas F, N- fly Ash kelas C tidak boleh digunakan bersama agregat
reaktif)
e. Menggunakan bahan tambah ground slag (terak tanur tinggi)
f. Menggunakan additiv/bahan tambah berbasis senyawa lithium
Reaktifitas Alkali (AAR= Alkali aggregate reaction)-Reaktifitas
Alkali-karbon (ACR-Alcali-carbonate reaction): negatif (untuk beton yang
berhubungan dengan air atau kelembaban)
a. Penggunaan agregat reaktif alkali karbon harus diawasi tenaga ahli
b. Membatasi kadar ageregat reaktif maksimal 20% untuk beton yang
tidak berhubungan dengan air atau kelembaban
c. Menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih kecil
d. Menggunakan semen yang sangat rendah alkali (ASTM C-150,
kadar alkali maksimal 0.4% dihitung sebagai kadar ekuivalen
sodium oksida (Na2O+0.658K2O)
e. Pozzolan dan ground slag tidak efektif untuk penanganan ACR
1. SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
2. SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar atau Beton)
3. SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara
Perendaman Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat)
4. SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan
Kekerasan)
5. ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and
Coarse Aggregates)
6. ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine
Aggregates for Concrete)
7. ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine
Aggregate)
8. ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use
of Sodium Sulfate or Magnesium Sulfate)
9. ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in
Aggregate)
10. ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No.
200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing)
11. ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and
Friable Particles in Aggregates)
12. ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density
(Specific Gravity), and Absorption of Fine Aggregate)
13. ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture
Content of Aggregate by Drying)