Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

BIOKIMIA 1

Disusun Oleh:

Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : 1. Novianti (06101181620064)
2. Nur Habibillah (06101181621004)
3. Putri Widia (06101181621012)
4. Mutia (06101281621021)
5. Sari Kusumawati (06101181621056)
6. Ela Novita Sari (06101281621061)

Dosen Pembimbing : Dr. Diah Kartika Sari, M.Si

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

I. Percobaan Ke :1
II. Judul Percobaan : Reaksi Uji Terhadap Asam Amino
III. Tujuan Percobaan : Untuk mengidentifikasi atau menguji gugus fungsi
yang terdapat dalam suatu asam amino melalui
reaksi dengan reagen Millon, Hopkins-Cole, dan
Ninhidrin
IV. Dasar Teori :
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus
fungsion al karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam
biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu
atom karbon (C) yang sama (disebut atom C “alfa” atau α). Gugus
karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa.
Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi
asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini
terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino
termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah
satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun
protein. Rumus umum asam amino adalah

Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon α ialah
atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam
amino juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau
aktivitas optic. Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang
tak berwarna, larut dalam air (kecuali sistin dan tirosin) mereka ada
umumnya larut dalam alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau
dalam eter atau dalam pelarut-pelarut organic yang umum. Ada sejumlah
asam amino seperti: glisin, alanin, serin, mempunyai rasa yang manis.
Glutamat mempunyai rasa gurih, sedangkan asam-asam lainnya
mempunyai rasa yang pahit. Asam-asam amino bersifat ampoter dan bila
bereaksi dapat bersifat sebagai asam atau basa. Telah diketahui bahwa
beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu dengan lain
membentuk suatu senyawa yang disebut peptide.
Kebanyakan asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein,
baik menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam. Pada suatu
sistem elektroforesis yang mempunyai elektroda positif dan negatif, asam
amino akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan
ion asam amino yang terdapat dalam larutan. Oleh karena muatan ion itu
tergantung pada pH larutan, maka pH lerutan diatur sedemikian rupa,
sehingga ion asam amino tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun
negatif dalam elektroforesis. pH yang demikian disebut titik isolistrik. Uji
asam amino dapat dilakukan melalui reaksi dengan reagen Millon,
Hopkins-Cole, dan Ninhidrin.
Pertama Uji Millon, pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan
merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan ke
dalam larutan protein yang mengandung asam amino dengan rantai
samping gugus fenolik, akan menghasilkan endapan putih yang dapat
berubah menjadi merah oleh pemanasan. Tetapi khusus untuk proteosa dan
pepton secara langsung akan menghasilkan larutan berwarna merah.
Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang
ternitrasi. Jika larutan protein yang dianalisis ada dalam suasana basa,
maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan asam, karena dalam basa
ion merkuri dalam pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Pada
penetralan ini digunakan asam selain HCl, karena ion Cl - dapat bereaksi
dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl.). Radikal klor dapat
merusak kompleks berwarna. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-
fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksi fenil
yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil
yang positif. Kedua, Uji Hopkins-Cole. Reagen Hopkins-Cole
mengandung asam glioksilat (HOOC-CHO). Jika reagen ini ditambahkan
ke dalam larutan senyawa yang mengandung cincin indol dan ditambah
larutan asam sulfat pekat, maka akan terbentuk cincin ungu pada interfase
kedua cairan tersebut. Karena triptofan merupakan satu-satunya asam
amino yang mengandung cincin indol, maka uji ini dipakai untuk
identifikasi asam amino triptofan dan protein yang mengandung asam
amino triptofan. Cincin ungu yang tampak pada bidang batas antara kedua
cairan adalah hasil kondensasi ttiptofan dengan gugus aldehida dari asam
glioksilat dalam suasana asam pekat.
Kemudian Uji Ninhidrin, ninhidrin beraksi dengan asam amino
bebas dan protein menghasilkan warna ungu. Reaksi ini termasuk yang
paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil
hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk
mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan
protein oleh cairan tubuh. Apabila ninhidrin (triketohidrin) dipanaskan
bersama asam amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna ungu.
Kompleks berwarna ungu dihasilkan dari reaksi ninhdrin dengan hasil
reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Asam amino dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Pada reaksi ini,
dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino asam amino dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO 2 dan NH3 yang
dilepaskan. Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan kompleks yang
berbeda warnanya dengan asam amino lainya. Kompleks berwarna yang
terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan
amonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino.
V. Alat dan Bahan
Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penjepit
- Gelas ukur
- Pembakar spritus
- Neraca analitik
- Rak tabung reaksi
- Penjepit tabung
Bahan:
- Reagen Millon
- Reagen Hopkins-cole
- Reagen Ninhidrin 0,1 %
- H2SO4 pekat
- Susu cair 1%, 2%, 3% , 4% dan 5 %
- Putih telur 1%, 2%, 3% , 4% dan 5 %
- Kuning telur 1%, 2%, 3% , 4% dan 5 %
- Albumin 1%dan 3%
- Glisin
VI. Prosedur Percobaan
1. Uji Millon
Tambahakan 5 tetes reagen millon kedalam 3 ml larutan protein,
panaskan campuran baik-baik. Jika reagen yang digunakan terllau
banyak, maka warna akan hilanga pada pemanasan.
2. Uji Hopkins-cole
Ke dalam 2 ml laruran protein tambahkan 2 ml reagen Hopkins-cole.
Tambahkan sedikit demi sedikit kira-kira sebanyak 5 ml H 2SO4pekat
melalui sisi tabung. Amati warna yang terbentuk pada pertemuan
kedua cairan. JIka perlu putar perlahan-lahan tabung tersebut, sampai
terbentuk cincin berwarna.
3. Uji Ninhidrin
Tambahkan 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1 % ke dalam 3 ml larutan
protein. Panaskan hingga mendidih. Ulangi percobaan dengan
menggunakan glisin.

VII. Hasil Pengamatan


- Uji Millon
No Sampel (%) Hasil Pengamatan
1. Putih Telur 1 Tidak ada perubahan warna larutan dan tidak
terbentuk endapan
2 Campuran dipanaskan menghasilkan warna
merah bata dan sedikit endapan
3 Setelah dipanaskan menghasilkan warna merah
bata dan sedikit lebih banyak dari konsentrasi
sebelumnya
4 Setelah dipanaskan larutan dan endapan
berwarna merah bata dan lebih banyak dari
konsentrasi sebelumnya
5 Setelah dipanaskan larutan dan endapan
berwarna merah bata dan lebih banyak dan lebih
keruh dari konsentrasi sebelumnya
2. Susu 1 Campuran susu dengan reagen millon
menghasilkan warna putih, setelah dipanaskan
terjadi gumpalan dan endapan berwarna merah
bata dan larutan berwarna merah bata
2 Campuran susu dengan reagen millon
menghasilkan warna putih, setelah dipanaskan
terjadi gumpalan dan endapan berwarna merah
bata dan larutan berwarna merah bata yang lebih
terang dari konsentrasi sebelumnya
3 Campuran susu dengan reagen millon
menghasilkan warna putih, setelah dipanaskan
terjadi gumpalan dan endapan berwarna merah
bata dan larutan berwarna merah bata yang lebih
banyak dari konsentrasi sebelumnya
4 Setelah campuran dipanaskan menghasilkan
warna larutan dan endapan yang lebih banyak
dari konsentrasi sebelumnya
5 Setelah campuran dipanaskan menghasilkan
warna larutan dan endapan yang lebih banyak
dari konsentrasi sebelumnya
3. Kuning Telur 1 Campuran kuning telur dengan reagen millon
berwarna putih, setelah dilakukan pemanasan,
warna larutan menjadi merah bata
2 Campuran kuning telur dengan reagen millon
berwarna putih, setelah dilakukan pemanasan,
warna larutan menjadi merah bata
3 Campuran kuning telur dengan reagen millon
berwarna putih, setelah dilakukan pemanasan,
warna larutan menjadi merah bata yang
jumlahnya lebih banyak dari konsentrasi
sebelumnya
4 Campuran kuning telur dengan reagen millon
berwarna putih, setelah dilakukan pemanasan,
warna larutan menjadi merah bata yang lebih
banyak dari konsentrasi sebelumnya
5 Campuran kuning telur dengan reagen millon
berwarna putih, setelah dilakukan pemanasan,
warna larutan menjadi merah bata dan keruh
4. Albumin 1 Campuran albumin dengan reagen millon
menghasilkan endapan putih,setelah dilakukan
pemanasan menghasilkan larutan dan endapan
berwarna merah bata
3 Campuran albumin dengan reagen millon
menghasilkan endapan putih, setelah dilakukan
pemanasan menghasilkan larutan dan endapan
warna coklat

- Uji Hopkins-cole
No Sampel (%) Hasil Pengamatan
1. Kuning Telur 1 tidak terbentuk cincin coklat di tengah larutan
2 tidak terbentuk cincin coklat di tengah larutan
3 tidak terbentuk cincin coklat di tengah larutan
4 tidak terbentuk cincin coklat di tengah larutan
5 Campuran kuning telur dengan reagen Hopkins-
cole berwarna putih, setelah di tambahkan
larutan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit
terbentuk cincin coklat di tengah larutan
2. Putih Telur 1 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4 pekat
2 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4 pekat
3 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4pekat
4 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4 pekat
5 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4 pekat
3. Susu 1 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4 pekat
2 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4pekat
3 Tidak terbentuk cincin setelah penambahan
H2SO4pekat
4 Setelah di tambahkan larutan H2SO4 pekat sedikit
demi sedikit, menghasilkan cincin coklat di
tengah larutan
5 Campuran susu dengan reagen Hopkins-cole
menghasilkan warna putih, setelah di tambahkan
larutan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit
terbentuk cincin coklat di tengah larutan
4. Albumin 1 Tidak terbentuk cincin coklat di tengah larutan
3 Campuran albumin dengan Hopkins-cole
menghasilkan warna putih, setelah di tambahkan
larutan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit
terbentuk cincin coklat di tengah larutan
- Uji Ninhidrin
No Sampel (%) Hasil Pengamatan
1. Kuning Telur 1 Campuran kuning telur dengan ninhidrin
berwarna putih setelah dipanaskan larutan
berwarna keunguan
2 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu
3 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu
4 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu
5 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu yang lebih terang dari
konsentrasi sebelumnya
2. Putih Telur 1 Campuran putih telur dengan ninhidrin
menghasilkan larutan tidak berwarna, setelah
dilakukan pemanasan tidak terjadi perubahan
2 Tidak terjadi perubahan saat campuran putih
telur dan ninhidrin dipanaskan
3 Tidak terjadi perubahan saat ninhidrin dengan
ninhidrin dipanaskan
4 Tidak terjadi perubahan saat campuran putih
telur dan ninhidrin dipanaskan
5 Larutan ninhidrin dan putih telur tidak terjadi
perubahan saat sebelum pemanasan atau sesudah
pemanasan.
3. Susu 1 Campuran susu dengan ninhirin menghasilkan
warna putih, setelah dipanaskan terbentuk warna
ungu
2 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu
3 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu
4 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu
5 Larutan berwarna putih setelah dipanaskan
larutan berwarna ungu yang lebih terang dari
konsentrasi sebelumnya
4. Albumin 1 Campuran albumin dengan ninhidrin
mengahasilkan larutan tidak berwarna setelah
dipanaskan terjadi perubahan warna ungu
3 Setelah dilakukan pemanasan terjadi perubahan
warna ungu yang lebih gelap dari konsentrasi
sebelumnya
5. Glisin Campuran glisin dan dengan reagen ninhidrin
tidak berwarna setelah dipanaskan, berwarna
biru

VIII. Persamaan Reaksi


- Uji Millon
- Uji Hopkins-Cole
O

OH
+ COO-
I
NH2
NH COO-

tryptofan

OH

NH2
CH3

cicin ungu

- Uji Ninhidrin

IX. Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang reaksi uji asam amino dengan
menggunakan tiga uji yaitu uji Millon, uji Hopkins-cole dan uji Ninhidrin.
Adapun sampel yang digunakan yaitu putih telur dengan konsentrasi 1-5%,
kuning telur 1-5%, susu 1-5 %, albumin telur 1 % dan 3% serta glisin.
Pada percobaan ini akan diidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam
suatu asam amino. Uji yang pertama adalah uji millon. Pereaksi millon
adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila
pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung asam amino
dengan rantai samping gugus fenolik, akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Berdasarkan
praktikum diperoleh untuk sampel putih telur dari konsentrasi 1-5 % hanya
konsentari 1 % saja yang tidak terbentuk endapan merah. Sampel kuning
telur dan susu dari konsentrasi 1-5% semuanya terbentuk endapan merah,
sampel albumin konsentrasi 1% dan 3% juga terbentuk endapan merah.
Dari keempat sampel dengan konsentrasi yang semakin meningkat dari
konsentrasi 1% ke konsentrasi 5% terlihat semakin tinggi konsentrasi
maka endapan merah yang terbentuk semakin banyak. Endapan merah
terbentuk karena asam nitrat yang semula berfungsi sebagai pelarut
mengoksidasi Hg+ menjadi Hg 2+
. Hasil praktikum bersesuaian dengan
teori yang ada.
Selanjutnya uji hopkins-cole. Reagen Hopkins-Cole mengandung
asam glioksilat (HOOC-CHO). Jika reagen ini ditambahkan ke dalam
larutan senyawa yang mengandung cincin indol dan ditambah larutan
asam sulfat pekat, maka akan terbentuk cincin ungu pada interfase kedua
cairan tersebut. Berdasarkan teori uji Hopkins-cole akan menghasilkan
cincin ungu. Cincin ungu ini merupakan hasil kondensasi tiptofan dengan
gugus aldehida dari asam glioksilat dalam suasana asam pekat. Akan tetapi
pada percobaan tidak ditemukan larutan dengan cincin ungu, cincin yang
terbentuk berwarna coklat. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh cincin
coklat pada sampel kuning telur pada konsentrasi 5%, pada sampel susu
diperoleh cincin coklat pada konsentrasi 4% dan 5 % dan albumin pada
konsentrasi 3 %. Sedangkan pada sampel putih telur tidak ditemukan.
Kemudian uji ninhidrin. Reagen ninhidrin apabila dipanaskan bersama
asam amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna ungu. Kompleks
berwarna ungu dihasilkan dari reaksi ninhdrin dengan hasil reduksinya,
yaitu hidrindantin dan amonia. Berdasarkan hasil percobaan untuk sampel
kuning telur 1-5 %, susu 1-5 %, albumin 1 dan 3 %, diperoleh larutan
berwarna ungu setelah proses pemanasan dan larutan berwarna biru pada
sampel glisin. Jika ditinjau dari konsentrasi , semakin tinggi konsentrasi
pada sampel maka larutan ungu yang terbentuk semakian pekat.
Sedangkan pada sampel putih telur tidak terjadi perubahan apapun setelah
pemanasan.
X. Kesimpulan
1. Pada uji millon sampel yang memberikan uji positif adalah kuning telur,
putih telur, susu, dan albumin ditandai terbentuknya endapan merah.
2. Pada uji millon endapan merah terbentuk karena asam nitrat yang semula
berfungsi sebagai pelarut mengoksidasi Hg+ menjadi Hg 2+.
3. Pada uji Hopkins-cole sampel yang memberikan uji positif adalah kuning
telur, susu, dan albumin ditandai terbentuknya cincin kecoklatan
sedangkan putih telur negatif.
4. Pada uji ninhidrin sampel yang memberikan uji positif adalah kuning telur,
susu, albumin dan glisin ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna
ungu sedangkan putih telur negatif.
5. Pemanasan pada uji millon dan ninhidrin bertujuan untuk mempercepat
terjadinya reaksi.
6. Pada ketiga uji semakin tinggi konsentrasi maka semakian besar
kemungkinan terbentuk endapan merah (uji millon), terbentuk cincin (uji
Hopkins-cole), dan larutan berwarna ungu (uji ninhidrin).
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Fitria. 2011. Praktikum Biokimia. (Online). http:// www. scrib. com/doc


praktikum-biokimia. html. (Diakses pada tanggal 13 September 2018).

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.


LAMPIRAN

- Uji Millon

Susu Albumin Putih Telur Kuning Telur


- Uji Hopkins-cole

Kuning telur Albumin Susu


- Uji Ninhidrin

Albumin Glisin Susu Kuning telur

Anda mungkin juga menyukai