PENDAHULUAN
Disadari ataupun tidak, kita sering melakukan khiyar dalam kehidupan sehari-hari.
Yakni dalam proses jual-beli. Misalnya saja, ketika kita membeli baju atau barang yang lain
tetapi ketika dibawa ke rumah barang itu tidak tidak sesuai dengan kebuthan kita / terdapat
cacat pada barangnya sehingga kita mengembalikan dan menukarnya kepada pedagang
karena ketika membeli kita sudah ada perjanjian dengannya pabila tidak muat boleh
dikembalikan. Hal itu adalah salah satu contoh daripada khiyar.
Khiyar adalah pemilihan di dalam melakukan akad jual beli apakah mau meneruskan
akad jual beli atau mengurungkan / menarik kembali kehendak untuk melakukan jual beli.
Dalam pertimbangan bisnis dan ekonomi khiyar ini menjadi penting karena dengan adanya
khiyar orang yang melakukan transaksi bisnis yang berjual beli dapat memikirkan
kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan tejadi penyesalan dikemudian
hari lantaran merasa tertipu.
1.3 Tujuan
d. untuk menambah wawasan bagi para pembaca makalah ini baik itu mahasiswa/I.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara terminologi, para ulama fiqh telah mendefinisikan al-khiyar, antara lain
menurut Sayyid Sabiq:
ِ اال ْلغ
َاء ِ اء أ َ ْو
ِ ض ِ َب َخي ُْر ْالأل َ ْم َري ِْن ِمن
َ اال ْم ُ َطل
َ الخيار ُهو
ُ
Artinya :
Kyihar adalah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau meninggalkan
(jual-beli).
ب ا َ ْو ا َ ْن َ س ٍة ا َ ْو
ٍ ع ْي َ ْط ا َ ْو ُرؤ ُ اء ْال َع ْقدَ ا َ ْو فَس ِْخ ِه ا ِْن َكانَ ْال ِخ َيا َ ُر ِخ َي
ٌ ار ش َْر ِ ض َ ا َ ْن َي ُك ْونَ ِل ْل ُمت َ َعا قِ ِد ْال َح ُّق فِى ا ِْم
ار ت َ ْع ِيي ٍْنُ َار ِخي
ُ َلخيِ َْار ا َ َحدُ اْلبَ ْيعَي ِْن اِ ْنكِانَ اَ يَ ْخت
Artinya :
“suatu keadaan yang menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan akadnya,
yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat,’aib atau
ru’yah, atau hendaklah memilih diantara barang jika khiyar ta’yin.” ( Al – Juhaili. 1989 :
250.).
Jadi khiyar secara bahasa dapat diartikan ‘’pilihan, kebebasan memilih, kemauan
sendiri, kebaikan, berdasarkan kemauan sendiri.
Adapun dasar hukum khiyar dalam jual beli tardapat pada hadist utamanya yaitu pada
hadist Bukhari 1937 :
2
ث َرفَعَهُ إِلَى ِ ار ِ َّللاِ ب ِْن ْال َح َ ع ْن
َّ ع ْب ِد َ صا ِلحٍ أَبِي ْال َخ ِلي ِل َ ع ْن َ َ ع ْن قَت َادَةَ ُش ْعبَة
ُ ب َحدَّثَنَا ٍ ان ب ُْن َح ْر ُ سلَ ْي َم
ُ َحدَّثَنَا
ار َما لَ ْم َيتَفَ َّرقَا أ َ ْو قَا َل ِ ان ِب ْال ِخ َيِ سلَّ َم ْالبَ ِي َع
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َّ سو ُل
َ َِّللا ُ ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر َّ ي
َ َُّللا َ ض ِ َح ِك ِيم ب ِْن ِحزَ ٍام َر
ت بَ َر َكةُ بَ ْي ِع ِه َما ْ َُوركَ لَ ُه َما فِي بَ ْي ِع ِه َما َو ِإ ْن َكت َ َما َو َكذَبَا ُم ِحق
ِ صدَقَا َوبَيَّنَا بَ َحتَّى يَتَفَ َّرقَا فَإ ِ ْن
Artinya :
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ”Dua orang yang melakukan jual beli
boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama
keduanya belum berpisah”. Jika keduanya jujur dan menampakkan dagangannya maka
keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembuyikan dan berdusta maka akan
dimusnahkan keberkahan jual belinya”.
Jumlah khiyar sangat banyak dan diantara para ulama telah terjadi perbedaan pendapat.
Menurut ulama hanafiyah, jumlahnya ada 17.1
Ulama malikiyah2 membagi khiyar menjadi dua bagian, yaitu khiyar al-taammul
(melihat,meneliti), yakni khiyar secara mutlak dan khiyar naqish (kurang), yakni apabila
terdapat kekurangan atau ‘aib pada barang yang dijual (khiyar al-hukmy).
Ulama syafi’iyah3 berpendapat bahwa khiyar terbagi menjadi dua, khiyar at-tasyahi
adalah khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transaksi sesuai dengan seleranya
terhadap barang, baik dalam majlis maupun syarat. Kedua adalah khiyar naqhisah yang
disebabkan adanya perbedaan dalam lafazh atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau
adanya penggantian. Adapun khiyar yang didasarkan pada syara’ menurut ulama syafi’iyah
ada 16 (enam belas) dan menurut ulama hanabilah jumlah khiyar ada 8 (delapan) macam. 4
[Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh Al Mishri] berkata, telah
memberitakan kepada kami [Al Laits bin Sa'd] dari [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar] dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika dua orang saling bertransaksi,
maka setiap dari keduanya mempunyai hak pilih selama belum berpisah. Keduanya, atau
masing-masing di antara keduanya sama-sama mempunyai hak pilih (untuk meneruskan atau
membatalkan jual beli). Jika salah satunya memberi tawaran lantas keduanya terjadi
kesepakatan, maka jual beli telah berlaku. Jika keduanya berpisah setelah terjadi kesepakatan,
dan salah satunya tidak menggagalkan transaksi, jual beli telah berlaku."]
ع ْن
َ يء
ِ ضِ ع ْن أ َ ِبي ْال َو َ َ ع ْن َج ِمي ِل ب ِْن ُم َّرة َ ع ْبدَة َ َوأَحْ َمدُ ب ُْن ْال ِم ْقدَ ِام قَ َاال َحدَّثَنَا َح َّمادُ ب ُْن زَ ْي ٍد
َ َحدَّثَنَا أَحْ َمدُ ب ُْن
ِ َان بِ ْال ِخي
َار َما لَ ْم يَتَفَ َّرق ِ َسلَّ َم ْالبَيِع
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو ُل ُ أَبِي بَ ْرزَ ة َ ْاْل َ ْسلَ ِمي ِ قَا َل قَا َل َر
1
Wahbah Al-Juhaili, Al-fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz IV, hlm. 250
2
Ibn Rusyd., Bidayah al-mujtahid wa al musqtashid, juz II, hlm.
3
Hasyiah li asy-syarqawi., juz II, hlm. 40-50
4
Kasyf al-qana., juz III, hlm. 166-224
3
Dua orang yg melakukan jual beli mempunyai pilihan selama keduanya belum
berpisah. [HR. ibnumajah No.2173].
Ibnu majah :
[Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Abdah] dan [Ahmad Ibnul Miqdam]
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Jamil bin
Murrah] dari [Abu Al Wadli'i] dari [Abu Barzah Al Aslami] ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang yang melakukan jual beli mempunyai
pilihan selama keduanya belum berpisah."]
Dalam menetapkan pembahasan ini, hanya akan dibahas khiyar yang paling
masyhur,diantaranya :
1. khiyar syarat
4
“suatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad atau masing-masing
yang akad atau selain kedua pihak yang akad memiliki hak atas pembatalan atau penetapan
akad selama waktu yang ditentukan.”
Misalnya, seorang pembeli berkata, “saya beli dari kamu barang ini, dengan catatan
saya ber-khiyar (pilih-pilih) selama sehari atau tiga hari.”
Khiyar disyariatkan antara lain untuk menghilangkan unsur kelalaian atau penipuan
bagi pihak yang akad.
1. khiyar masyru’
khiyar yang di syariatkan adalah khiyar yang ditetapkan batasan waktunya. Hal itu
didasarkan pada hadist Rasulullah SAW. Tentang Riwayat Hibban ibn Munqid yang menipu
dalam jual beli, kemudian perbuatannya itu dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau
bersabda.
“Jika kamu bertransaksi (jual-beli), katakanlah, tidak ada penipuan dan saya khiyar
selama tiga hari.” (HR. Muslim)
2. Khiyar rusak
Menurut ulama syafi’iyah dan hanabilah, jual beli seperti itu batal. Khiyar sangat
menentukan akad, sedangkan batasannya tidak diketahui , sehingga akan menghalangi aqid
(orang yang melakukan akad) untuk menggunakan (tasharruf) barang tersebut.
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa jual beli tersebut fasid, tetapi tidak batal.5 jika
syarat tersebut belum sampai tiga hari atau tidak bertambah dari tiga hari, atau memberikan
penjelasan tentang masa khiyar, akad menjadi sah sebab telah hilang penyebab yang
merusaknya.6 Selain itu, syarat khiyar berubah sesuai dengan landasan asalnya, yaitu tiga hari
sebagaimana dinyatakan dalam hadist riwayat hibban ibn munqid. Dengan demikian,
persyaratan khiyar tanpa batas dengan sendirinya gugur oleh landasan asal tersebut.
5
Abu ishaq asy-syirazi, muhadzdab, hlm.259, ibn qudamah, op.cit, hlm 589
6
Alaudin al-kasani, badai’ as-shanai fi tartib syara’, juz V hlm. 174.
5
lama melewati batasan khiyar yang telah ditetapkan atau membatasi khiyar dengan sesuatu
yang tidak jelas, seperti mensyaratkan khiyar turunnya hujan atau sampai datangnya
seseorang”.7
: البيع وقال.م. فابطل رسول هللا ص.ان رجَل اشتر ى من رجل بعيرا واشترط عليه الحيار اربعة ايام
الخيار ثَلثة ايام.
Artinya :
Ulama hanafiyah ja’far berpendapat bahwa waktu tiga hari adalah cukup dan
memenuhi kebutuhan seseorang. Dengan demikian, jika melewati tiga hari, jual beli tersebut
batal. Akan tetapi akad tersebut dapat menjadi shahih, juka diulangi dan tidak melewati tiga
hari, tidak dapat menjadi akad shahih.
Imam syafi’I8 pun berpendapat bahwa khiyar yang melebihi tiga hari membatalkan
jual-beli,sedangkan bila kurang dari tiga hari, hal itu adalah rukhshah(keringanan).
Dimaklumi bahwa akad atau jual-beli yang di dalamnya terdapat khiyar adalah akad
yang tidak lazim. Dengan demikian, akad tersebuat akan menjadi lazim jika khiyar tersebut
gugur.
Pengguguran sharih adalah pengguran oleh orang yang berkhiyar, seperti menyatakan
“saya batalkan khiyar dan saya ridha” dengan demikian, akad menjadi lazim (sahih).
Sebaliknya, akad gugur dengan pernyataan, “saya batalkan atau saya gugurkan akad ini.”9
7
Ibn Rusyd, op.cit. juz II,hlm.208
8
Al-kasani, op-cit juz V,hlm.174
6
2. pengguguran dengan dilalah
a. habis waktu
khiyar menjadi gugur setelah habis waktu yang telah ditetapkan walaupun tidak ada
pembatalan dari yang khiyar. Dengan demikian, akad menjadi lazim hal itu sesuai dengan
pendapat ulama syafi’iyah dan hanabillah.
jika orang yang memberikan syarat meninggal dunia, khiyar menjadi gugur, baik yang
meninggal itu sebagai pembeli maupun penjual lalu akad pun menjadi lazim, sebab tidak
mungkin membatalkannya.
tentang rusaknya barang dalam rentang waktu khiyar terdapat beberapa masalah
apaka rusaknya setelah diserahkan kepada pembeli atau masih dipegang penjual,dan lain-lain,
sebagaimana akan dijelaskan dibawah ini.
9
Loc. cit
10
Ibid. hlm. 272
7
Jika khiyar berasal dari penjual,dan cacat terjadi dengan sendirinya, khiyar gugur dan
jual belipun batal.
Jika khiyar berasal dari pembeli da nada cacat,khiyar gugur,tetapi jual beli tidak
gugur,sebab barang berada pada tanggung jawab pembeli.
2. Khiyar Majlis
ام فِى َمجْ ِل ٍس ْال َع ْق ِد لَ ْم يَتَفَ َّرقَا َ بِا َ ْبدَانِ َهايُخَيِ ُرا َ َحد ُ ُه َمااْال خ ََر
َ َفََ ْس ُح ْال َع ْق ِد َماد
َ ا َ ْن يَ ُك ْونَ ِل ُك ِل ِمنَ ْالعَا قِدَي ِْن َح ٌّق
َار لُ ُز ْو ُم اْلعَ ْق ِد
ُ فَي ُْخت.
Artinya:
“hak bagi semua pihak yang melakukan akad untuk membatalkan akad selagi masih
berada ditempat akad akan kedua pihak belum berpisah. Keduanya saling memilih sehingga
muncul kelaziman dalam akad.11
Dengan demikian akad akan menjadi lazim,jika kedua pihak telah berpisah atau
memilih. Hanya saja, khiyar majlis tidak dapat berada pada setiap akad. Khiyar majlis hanya
ada pada akad yang sifatnya pertukaran, seperti jual-beli,upah-mengupah dan lain-lain.
Berkaitan dengan khiyar majlis,pendapat para ulama terbagi atas dua bagian :
Golongan ini berpendapat bahwa akad dapat menjadi lazim dengan adanya ijab
qabul,serta tidak bisa hanya dengan khiyar,sebab Allah SWT. Menyuruh untuk menepati
janji. Selain itu, suatu akad tidak akan sempurna, kecuali dengan adanya keridhaan.
arti dan landasan khiyar ‘aib (cacat) menurut ulama fiqh adalah yang artinya :
“keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad memiliki hak untuk
membatalkan akad atau menjadikannya ketika ditemukan aib (kecacatan) dari salah satu yang
dijadikan alat tukar-menukar yang tidak diketahui pemiliknya waktu akad.”
11
Al-juhaili, Op.cit, juz IV. Hlm. 250
8
Dengan demikian khiyar ‘aib adalah adanya cacat dan barang yang dijual-belikan
(ma’qud alaih) atau harga (tsaman), karena kurang nilainya atau tidak sesuai dengan
maksud,atau orang dan yang akadnya tidak meneliti kecacatannya ketika akad.
Khiyar ‘aib disyariatkan dalam islam,yang didasarkan pada hadis-hadis yang cukup
banyak, diantaranya :
)عيْبٌ اِالَ بَيَنَ (رواه ابن مجة َ الَيَ ِح ُل ِل ُم ْس ِل ٍم بَا،ْال ُم ْس ِل ُم ا َ ُخو ْال ُم ْس ِل ِم
َ ع ِم ْن ا َ ِخ ْي ِه بَ ْيعًا َوفِ ْي ِه
Artinya :
“seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah halal bagi seorang
muslim untuk menjual barang bagi saudara-nya yang mengandung kacacatan, kecuali jika
menjelaskannya terlebih dahulu.”
َ شنَا فَلَي
ْس ِمنَّا َ َم ْن:َطعَا ًمافَا َ ْد َخ َل يَدَهُ فِ ْي ِه فَ ِاذَا ُه َو َم ْبلُ ْو ٌل فَقَال
َّ غ َ بِ َر ُج ٍل يَبِ ْي ُع.م.ي ص
ُّ ِ َم َّرالنَّب.
Artinya :
ulama hanafiyah dan hanabillah12 berpendapat bahwa ‘aib pada khiyar adalah segala
sesuatu yang menunjukkan adanya kekurangan dari aslinya, misalnya berkurang nilainya
menurut adat, baik berkurang sedikit atau banyak.
Menurut ulama syafi’iyah adalah segala sesuatu yang dapat dipandang berkurang
nilainya dari barang yang dimaksud atau tidak adanya barang yang dimaksud,seperti
sempitnya sepatu,potongnya tanduk binatang yang akan dijadikan korban.
1. adanya ‘aib setelah akad atau sebelum diserahkan,yakni aib tersebut telah lama ada. Jika
adanya setelah penyerahan atau ketika berada ditangan pembeli, aib tersebut tidak tetap.
12
Al-kasani, Op-cit juz V,hlm. 274
9
2. pembeli tidak mengetahui adanya cacat ketika akad dan ketika menerima barang.
Sebaliknya, jika pembeli sudah mengetahui adanya cacat ketika menerima barang,tidak ada
khiyar sebab ia dianggap setelah rida.
3. pemilik barang tidak mensyaratkan agar pembeli membebaskan jika cacat . dengan
demikian, jika penjual mensyaratkannya, tidak ada khiyar. Jika pembeli membebaskannya,
gugurlah hak dirinya. Hal itu sesuai dengan pendapat ulama hanafiyah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadist-hadist khiyar terdapat pada penjelasan hadist abu daud 3000,ibnu majah
2173,bukhari 1937 hadist-hadist tersebut menjelaskan tentang khiyar (pilihan) dalam jual
beli.
a. khiyar syarat
b. khiyar majlis
3.2 Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah
ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12