TINEA KORPORIS
Oleh:
Preseptor:
dr.Fiona Putria
ROTASI II
PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang
1
disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit).Tinea
korporis merupakan infeksi jamur dermatofit didaerah inguinal, bokong, perut
bagian bawah, perineum dan perianal. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun
menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup.1,3
1.2 Epidemiologi
Tinea lebih sering dijumpai pada daerah beriklim tropis/subtropis, dimana
Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dengan kelembapan yang
tinggi yang mempermudah timbulnya infeksi tinea korporis sehingga infeksi
jamur ini banyak ditemukan.6,7
Tinea lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Biasanya
mengenai penderita usia 18-60 tahun, tetapi paling banyak dijumpai pada usia
antara 18-25 tahun serta antara 40-50 tahun. Tinea mempunyai angka
kekambuhan yang cukup tinggi yaitu 20-25%.8
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
1. Tinea kapitis
Merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
2. Tinea barbe
Merupakan dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
3. Tinea korporis
Merupakan dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,
bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
4. Tinea pedis et manum
Merupakan dermatofitosis pada kaki dan tangan.
5. Tinea unguium
Merupakan dermatofitosis pada kuku jari kaki dan tangan.
6. Tinea korporis
Merupakan dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk
bentuk 6 tinea diatas.
1.4 Patofisiologi
Dermatofitosis bukanlah patogen endogen. Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau
tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.4,9 Transmisi
dermatofit kemanusia dapat melalui 3 sumber masing-masing memberikan gambaran tipikal. Karena dermatofit tidak memiliki virulensi
secara khusus dan khas hanya menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit.2,10,11
2
Tipe dermatofita berdasarkan transmisi
Kategori Transmisi Tampilan klinis
Antropofilik Manusia ke manusia Ringan, tanpa inflamasi, kronik
Zoofilik Hewan ke manusia Inflamasi hebat (mungkin
pustula dan vesikel), akut.
Geofilik Tanah ke manusia atau hewan Inflamasi sedang
1.5 Gejala
Pruritus merupakan gejala yang umum, bisa terdapat nyeri jika daerah
yang terinfeksi terkena maserasi atau terjadi infeksi skunder. Lesi berbatas tegas,
3
tepi meninggi yang dapat berupa papulovesikel eritematosa, atau kadang terlihat
pustule. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman berskuama.
Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.10
1.7 Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau
pemeriksaan sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk
melihat elemen jamur dermatofit. Biakan jamur diperlukan untuk identifikasi
spesies jamur penyebab yang lebih akurat.3,6,8
Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora untuk mengetahui
infeksi dermatofit. Infeksi dapat dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan ini
diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh kultur jamur.10
4
1.9 Penatalaksanaan
Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan
daerah lesi selalu kering dan memakai baju yang menyerap keringat.11-12
a. Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup
pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia
dalam berbagai formulasi dan semuanya memberikan keberhasilan terapi
(70-100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu
tergantung agen yang digunakan.Topikal azol dan allilamin menunjukkan
angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.
Berikut obat yang sering digunakan :
1) Topical azol terdiri atas :
a) Econazol 1 %
b) Ketoconazol 2 %
c) Clotrinazol 1%
d) Miconazol 2% dll.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-
dimetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.
a. Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3
epoksidase sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan
ergosterol membran sel jamur.(10) yaitu aftifine 1 %, butenafin 1%
Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti inflamasi ) yang mampu bertahan
hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari berturut-turut.
b. Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat
masuknya bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah
permeabilitas sel jamur merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal
dan fungistatik, antiinflamasi dan anti bakteri serta berspektrum luas.
c. Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada
regimen anti jamur topikal untuk menurunkan gejala. Tetapi steroid hanya
diberikan pada beberapa hari pertama dari terapi.
b. Terapi sistemik
5
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology
menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada
kasus hiperkeratosis terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas,
infeksi kronis, pasien imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun
intoleran terhadap OAJ topikal.
1) Griseofulvin
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap
baku emas pada pengobatan infeksi dermatofit genus Trichophyton,
Microsporum, Epidermophyton. Berkerja pada inti sel, menghambat
mitosis pada stadium metafase.
2) Ketokonazol
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik,
termasuk golongan imidazol.Absorbsi optimum bila suasana asam.
3) Flukonazol
Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun
absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan atau kadar asam lambung.
4) Itrakonazol
Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas,
bersifat fungistatik dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik
maupun jamur dematiacea.Absorbsi maksimum dicapai bila obat
diminum bersama dengan makanan.
5) Amfosterin B
Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh
Streptomyces nodosus.Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah akan
menghambat pertumbuhan jamur, protozoa dan alga. Digunakan sebagai
obat pilihan pada pasien dengan infeksi jamur yang membahayakan jiwa
dan tidak sembuh dengan preparat azol.
6
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis Penyakit (Disease)
1. Keluhan Utama : Bercak merah pada pada kedua ketiak yang terasa gatal
sejak dua hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Bercak merah pada pada kedua ketiak yang terasa gatal sejak dua
hari sebelum berobat ke puskesmas
Bercak awalnya tidak disadari. Dan disadari setelah bercak besar
dan semakin gatal.
Bercak dirasakan bertambah gatal jika pasien berkeringat.
Riwayat menggunakan pakaian berlapis-lapis ada
Pasien mandi 2 kali sehari.
Riwayat menggunakan handuk bersama tidak ada.
Tidak memiliki riwayat kontak dengan binatang peliharaan seperti
anjing dan kucing.
Riwayat berkebun atau kontak dengan tanah tidak ada.
Keluhan kuku dan rambut tidak ada
Pasien belum memakai obat apa-apa.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Pasien memiliki riwayat alergi ikan asin.
7
Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diabetes
mellitus.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan gatal seperti pasien.
Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit jantung, hipertensi
dan diabetes mellitus
5. Riwayat Personal Sosial
Pendidikan terakhir SD dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga.
Suami pasien menderita diabetes melitus, penyakit jantung, asma
dan pembesaran prostat.
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 87x/ menit
Nafas : 18x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37,2 0C
BB : 72 Kg
TB : 156 cm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Thorax
Paru :
Perkusi : sonor
8
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Kanan: LSD
Atas : RIC II
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ekstremitas : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, edem tungkai -/-
Status Dermatologikus :
Lokasi : Pada axilla dextra et sinistra
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Lentikuler sampai plakat
a. Differential Diagnosis:
9
2.6 Data Anggota Keluarga Inti (Keluarga Asal)
3. Anak I Perempuan DM
10
Umur Kesehatan
Keterangan:
X : DM
: Asma
Anak
Relig I
i
11
Anak II
Menantu
Anak III
Saudar
a
Tetangga Anak
IV
12
4. SCREEM Keluarga (family SCREEM)
( Social-Cultural-Religious-Educational-economic-Medical)
Aspek SCREEM
Usia
Tahun (tah Life events / Crisis Severity of Illness
un)
13
J. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Ya Tidak
14
Kesimpulan : kurang nya perilaku hidup bersih dan sehat
BAB 3
DISKUSI
15
- Kurangnya kesadaran pasien dan anggota keluarga untuk berobat ke pusat
pelayanan kesehatan jika sakit.
- Lingkungan rumah pasien kurang tertata rapi.
a. Promotif :
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa penyakit
gatal-gatal dan bercak merah diselangkangan kanan dan kiri serta
kedua bokong yang dideritanya disebabkan oleh infeksi jamur yang
16
menyerang kulit yaitu tinea korporis. Penyakit ini terutama
menyerang daerah-daerah yang lembab dan banyak berkeringat
oleh karena itu disarankan untuk mengganti pakaian ketika
berkeringat banyak, tidak menggunakan pakaian berlapis-lapis,
tidak menggunakan pakaian ketat, membuka jendela sehingga
sirkulasi udara dan pencahayaan yang masuk cukup dan
lingkungan tidak menjadi lembab.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa gatal-
gatal dan bercak merah yang dideritanya mudah menular melalui
kontak langsung atau pun tidak langsung misalnya melalui benda-
benda yang terkontaminasi jamur seperti pakaian, handuk, alat
mandi atau sprei.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa tinea ini
dapat ditularkan melalui manusia, binatang, maupun tanah yang
mengandung elemen jamur, oleh sebab itu pasien dilarang untuk
menggaruk kulitnya karena elemen jamur tersebut bias menempel
di kulit sehingga dapat menularkan ke bagian tubuh yang lain.
Selain itu beritahukan kepada pasien bahwa penggunaan pakaian
dan handuk bersamaan dengan pasien tinea dapat menularkan
tinea. Untuk binatang, diterangkan bahwa penularannya pada
binatang peliharaan seperti anjing, kucing yang mempunyai
kelainan kulit dengan gambaran bulu-bulu rontok dan ada bintik-
bintik pada kulit atau kurap. Untuk tanah, diterangkan untuk
menggunakan sandal atau alas kaki jika berjalan ditanah atau jika
mempunyai hobi berkebun, anjurkan untuk menggunakan sarung
tangan dan setelah berkebun cuci tangan dengan sabun.
- Memberikan penjelasan dan edukasi kepada pasien bahwa gatal-
gatal dan bercak merah yang dideritanya sangat berhubungan
dengan faktor kebersihan diri maupun lingkungan, sehingga
diperlukan untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi
minimal 2 kali sehari, tidak menggunkan pakaian kotor berulang-
ulang, mencuci pakaian yang digunakan secara bersih dan dijemur
dibawah sinar matahari hingga kering serta disetrika, memakai alas
17
kaki tiap keluar rumah. Menjaga kebersihan lingkungan dengan
membuang sampah ditempat pembuangan sampah, tidak
menggantung banyak pakaian di dinding rumah.
- Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk-garuk bagian
yang gatal, diusahakan hanya ditepuk-tepuk atau ditekan-tekan
bagian yang gatal, karena dengan menggaruk bisa menyebabkan
timbul luka yang baru dan menjadi tempat masuk kuman sehingga
pengobatan bisa lebih lama.
- Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa untuk pengobatan
penyakit kulit yang dideritanya memerlukan waktu yang lama 2
sampai 4 minggu dan kontrol teratur.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi berhubungan dengan
keturunan, sehingga selain ibu pasien, pasien juga perlu untuk
mulai mengatur pola hidup dengan menjaga agar berat badan
normal, peningkatan konsumsi sayur dan buah-buahan,
mengurangi konsumsi garam dan olahraga teratur.
b. Kuratif :
- Griseofulvin tablet diminum 1 kali sehari sebanyak 4 tablet sekali
minum, diminum menggunakan air susu setelah makan malam.
- CTM diminum 3 kali sehari sebanyak 1 tablet tiap kali minum.
- Salep AAV DOEN dioleskan 2 kali sehari pagi dan sore, setelah
mandi, 3 cm diluar batas lesi.
- Vitamin B Complex diminum 3 kali sehari sebanyak 1 tablet tiap
kali minum.
c. Rehabilitatif :
- Kontrol ke puskesmas 5 hari lagi untuk melihat perkembangan
penyakit setelah minum obat.
- Kontrol ke puskesmas apabila keluhan menetap atau bertambah.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
principle of internal medicine. 16th edition. New York : McGraw Hill; 2005. p.
1463-80.
10. U.S. Department of Health and Human Services. The Seventh Report of
the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. National Institute of Health : 2004.
11. Bickley LS. Bate’s Guide to physical examination and history taking. 8 th
edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2003.p.75-80.
12. Benowitz NL. Antihypertensive agents. In : Katzung, Bertram G, editor.
Basic & clinical pharmacology. 9th edition. Singapore : The McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2004.p.160-83.
13. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran’s Pathologic Basis of
Diesease. 7th edition. Boston: Elsevier B. V.: 2004
20