Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KASUS PT ASURANSI ALIANZ LIFE INDONESI

Dosen Pengampu : Dr. Dien Noviany Rahmatika, MM.,Akt

Disusun Oleh :

1. Indar Satria Legowo (4315500063)


2. Lestari Ayu Handayani
3. Rachel Larasati
4. Tanti Wulandari

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2018
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Profil PT Asuransi Alianz Life Indonesia
B. Skandal Akuntansi PT Asuransi Alianz Life Indonesia
C. Solusi PT Asuransi Alianz Life Indonesia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Berbicara mengenai sebuah perusahaan tak lepas dari bidang
akuntansi, karena dalam akuntansi mencakup semua informasi yang
dibutuhkan oleh pihak internal maupun eksternal mengenai keuangan
perusahaan dengan tujuan untuk bahan pertimbangan dalam mengukur kinerja
operasional sebuah perusahaan. Dalam akuntansi terdapat sebuah proses dari
transaksi sampai dengan menjadi sebuah informasi laporan keuangan dalam
hal ini laporan keuangan dibuat oleh seorang akuntan.
Didalam pekerjaan seorang akuntan pasti tidak terlepas dari
kemungkinan kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.
Jika kesalahan yang tidak disengaja biasa disebut dengan kekeliruan (error),
sebaliknya jika kesalahan itu terjadi karena kesengajaan seorang akuntan biasa
disebut dengan kecurangan (fraud). Untuk membuktikan bahwa fenomena
tersebut adalah sebuah kekeliruan atau kecurangan dalam bidang akuntansi
ada yang dikenal dengan auditing.
Auditing merupakan proses penelaahan atau pemeriksaan
sebuah organisasi/perusahaan/Instansi terkait benar atau tidaknya semua
kegiatan yang terjadi dalam organisasi/perusahaan/Instansi terkait. Siklus
auditing berkebalikan dengan siklus akuntan, jika auditing dimulai dari
pemeriksaan Laporan keuangan, Buku besar dan Transaksi sedangkan akuntan
dimulai dari proses transaksi, jurnal, buku besar dan laporan keuangan.
Dengan adanya auditing diharapkan dapat menjadi jalan tengah
untuk bisa menilai antara kekeliruan dengan kecurangan (fraud). Kedua
kesalahan tersebut memiliki perbedaan yang sangat tipis yaitu ada atau
tidaknya unsur kesengajaan. dari keduanya, seorang profesional lebih sulit
mendeteksi adanya kecurangan dibandingkan dengan kekeliruan. Karena
pihak manajemen dapat menyembunyikan kecurangan yang dilakukan
tersebut. Fraud atau kecurangan akhir-akir ini sedang marak di berbagai
kalangan. Fraud menjadi sosok yang sangat mengkhawatirkan baik dunia
bisnis, akademik, politik, hingga pada pemerintahan. Kecurangan ini
dilakukan dengan cara sengaja untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dengan cara-cara yang instan. Kecurangan biasanya terjadi karena tekanan
untuk melakukan tindakan penyelewengan untuk memanfaatkan kesempatan
yang ada.
Fraud merupakan konsep legal yang beredar luas, kecurangan
menggambarkan setiap upaya penipuan yang di sengaja, yang di maksudkan
untuk mengambil aset atau hak orang atau pihak lain. fraud adalah penipuan
yang disengaja, umumnya diartikan sebagai kebohongan, penjiplakan,
pencurian dan kecurangan ini dapat dilakukan oleh kreditor, investor,
pemasok, pelanggan, banker, penjamin asuransi atau pihak pemerintah. Hal
ini dilakukan tidak hanya pihak internal saja melainkan tidak menutup
kemungkinan pihak eksternal pun dapat melakukannya selagi pelaku
organisasi tersebut mmemiliki kecerdasan. Sejalan dengan ini Albrecht, et al
(2009) menyatakan bahwa secara umum fraud dapat didefinisikan sebagai
satu istilah umum dan mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh
kecerdasan manusia, yang melalui perorangan, guna memperoleh keuntungan
dari orang lain dengan menyajikan yang dimanipulasi atau penyajian yang
salah.
Dari uraian materi tersebut, makalah ini dibuat untuk
membahas kasus PT Asuransi Alianz Life Indonesia yaitu terkait dengan
dugaan pelanggaran UU Perlindungan Konsumen yang dilakukan oleh
Presiden Direktur dan juga Manajer Claim PT Asuransi Alianz Life Indonesia
pada Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Profil PT Asuransi Alianz Life Indonesia ?
2. Bagaimanakah Skandal dari kasus PT Asuransi Alianz Life Indonesia ?
3. Bagaimanakah Solusi Skandal dari kasus PT Asuransi Alianz Life
Indonesia ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil PT Asuransu Alianz Life Indonesia


Allianz Group adalah perusahaan asuransi dan manajer aset
terkemuka di dunia dengan 86 juta nasabah personal dan perusahaan. Nasabah
Allianz mendapatkan manfaat dari berbagai layanan asuransi personal dan
perusahaan, mulai dari asuransi properti, jiwa dan kesehatan sampai layanan
bantuan asuransi kredit dan asuransi bisnis secara global. Allianz adalah salah
satu investor terbesar di dunia dengan dana kelolaaan nasabah asuransi lebih
dari 650 miliar Euro sementara Allianz Global Investors dan PIMCO, sebagai
manajer aset, mengelola 1,4 triliun Euro aset tambahan milik pihak ketiga.
Berkat integrasi sistematik ekologis dan kriteria sosial pada proses bisnis dan
keputusan investasi, kami memegang posisi terdepan untuk perusahaan
asuransi dalam Dow Jones Sustaibility Index. Pada tahun 2017, lebih dari
140.000 karyawan di lebih dari 70 negara meraih total pendapatan 126 miliar
Euro dan laba operasional sebesar 11 miliar Euro.
Allianz memulai bisnisnya di Indonesia dengan membuka
kantor perwakilan di tahun 1981. Pada tahun 1989, Allianz mendirikan PT
Asuransi Allianz Utama Indonesia, perusahaan asuransi umum. Kemudian,
Allianz memasuki bisnis asuransi jiwa, kesehatan dan dana pensiun dengan
mendirikan PT Asuransi Allianz Life Indonesia di tahun 1996. Di tahun 2006,
Allianz Utama dan Allianz Life memulai bisnis asuransi syariah. Kini Allianz
Indonesia didukung oleh lebih dari 1.400 karyawan dan lebih dari 20.000
tenaga penjualan dan ditunjang oleh jaringan mitra perbankan dan mitra
distribusi lainnya untuk melayani lebih dari 7 juta tertanggung di Indonesia.
B. Skandal Kasus dan Solusi PT Asuransi Alianz Life Indonesia
Pada April 2017 dua petinggi PT Asuransi Alianz Indonesia
yaitu Joachim Wesling selaku Presiden Direktur dan Yuliana Firmansyah
selaku Manajer Claim Asuransi di laporkan ke Polda Metro Jaya oleh dua
nasabahnya yaitu Ifranius Akgadri dan Indah Geona Nanda. Mereka
melaporkan dugaan penipuan yang dilakukan oleh kedua petinggi perusahaan
tersebut terkait dengan penolakan claim biaya rumah sakit oleh PT Asuransi
Alianz Life Indonesia.
Permasalahan ini bermula ketika Ifranius pada bulan
September 2016 mengalami sakit tifus yang mengharuskan dirinya dirawat di
Rumah Sakit. Ketika dia sudah mulai merasa baik memutuskan untuk pulang
karena sudah terlalu lama dirawat di Rumah Sakit dan dia juga
mengkhawatirkan bisnisnya tidak jalan.
Akhirnya Frans sapaan akrabnya bisa pulang meskipun Dokter
masih menyarankan dia untuk dirawat sekitar 10 hari lagi. Setelah
kepulangannya dari Rumah Sakit, belakangan Frans mengklaim biaya
perawatan itu ke PT Allianz Life, perusahaan asuransi yang baru dipakainya.
Total klaim itu Rp12 juta, dan Alianz langsung membayarnya tanpa ada
masalah. Frans mengisi formulir klaim dan hanya dimintai kuitansi legalisir,
hasil pemeriksaan dari laboratorium, dan resume medis. Yang disebut terakhir
adalah catatan dokter memuat ringkasan kondisi kesehatan pasien.
Pada November 2016 Frans kembali mengalami masalah pada
perutnya dan akhirnya dia dibawa di Rumah Sakit terdekat karena pada saat
itu ia sedang berada di Bandara Singapura dan pada Januari 2017 Frans
kembali mengalami masalah pada perutnya lagi yang mengharuskan dia
dirawat di Rumah Sakit. Pada saat itu Frans dibawa ke Rumah Sakit
Mayapada di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Klaim biaya kedua perawatan
itu diajukan oleh Frans. Namun, berbeda dari klaim pertama, Allianz
mengulur-ulur waktu. Frans akhirnya menelepon layanan konsumen Allianz,
yang diingatnya dijawab oleh pegawai bernama Dian, dengan niat
menanyakan kabar klaim bulan November yang belum dicairkan sampai
Januari 2017. Pihak asuransi menjawab bahwa klaim itu “masih dalam
investigasi.”
Pada Maret 2017 Frans mulai mencoba mencari infromasi
dengan mendatangi kantor perusahaan tersebut dan menanyakan pada bagian
pelayan konsumen dan menanyakan klaimnya di bulan November dan Januari
yang masih belum dicairkan. Yang dia ketahui bahwa syarat klaim yang
diajukan tidak boleh melebihi dari 30 hari setelah konsumen keluar dari
Rumah Sakit. Merasa tidak puas dengan jawaban dari salah satu karyawan
perusahaan, Frans meminta jika memang klaim asuransi yang dia ajukan tidak
dapat dicairkan dia minta dibuatkan surat karena dia juga sudah tidak
mempermasalahkan nilai klaim yang diajukan yaitu Rp 16,5 Juta. Namun sang
CS berdalih bahwa surat pemberitahuan sudah dikrimkan kepada seseorang
yang bernama Hariyadi yang mengaku sebagai sekuriti Frans. Namun dia
merasa tidak mengenal yang namanya Hariyadi.
Ketegangan mulai muncul ketika dalam surat pemberitahuan
tersebut menyuruh Frans untuk melengkapi syarat rekam medis dalam waktu
14 hari, tentu saja dia sudah melewati waktu tersebut. Dari pihak frans dan
perusahaan juga mengetahui bahwa rekam medis tidak bisa diminta oleh
siapapun kecuali kebutuhan pengadilan dan penyidikan.
Kasus itu akhirnya memang berlabuh di Polda Metro Jaya. Ia
menyeret mantan presiden direktur Allianz Life Joachim Wessling dan
mantan manajer klaim Yuliana Firmansyah, dengan pasal 62 UU 8/1999
tentang perlindungan konsumen. Kedua petinggi Allianz itu sempat dicari-cari
karena tak datang setelah dipanggil polisi, terutama Wessling yang diduga
berada di luar negeri. Rekam medis yang diminta Allianz kepada Frans
dianggap sebagai cara perusahaan asuransi mempersulit proses klaim biaya
pengobatan. Hal ini dianggap melanggar hak konsumen.
Berikut gambaran alur dari kasus ini :
Permintaan rekam medis lengkap adalah melanggar hukum
karena dalam Permenkes No 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam
medis, hak pasien hanyalah resume medis, berupa ringkasan catatan medis
yang umumnya hanya 1-2 halaman. Berdasarkan pasal 12, berkas rekam
medis memang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan, dalam hal ini rumah
sakit. Namun, isi rekam medis yang boleh dicatat, disalin, dan diberikan
kepada pasien adalah dalam bentuk ringkasan rekam medis.
Hal ini dibenarkan dokter Daeng Mohammad Faqih, ketua
umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dokter yang punya latar
pendidikan master di jurusan hukum ini berkata bahwa kasus permintaan
rekam medis oleh asuransi baru kali itu terjadi. Rekam medis, menurut Faqih,
adalah berkas pribadi pasien yang sirkulasinya tidak bisa diberikan
sembarangan. Ia hanya bisa diminta oleh pihak pengadilan atau penyidik
dalam kasus peradilan. Hal ini juga diatur dalam Permenkes tersebut.

C. Solusi dari Skandal Kasus PT Asuransi Alianz Life Indonesia


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171110204446-12-254883/polisi-
hentikan-kasus-eks-bos-allianz-indonesia

https://tirto.id/kasus-allianz-life-syarat-klaim-berbelit-bikin-nasabah-meringis-
cAjn

https://www.allianz.co.id/tentang-kami/profil/tentang-allianz#tentang-allianz

Anda mungkin juga menyukai