Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM EDUKASI

PEMBUATAN BIOGAS

DI KANDANG PEMULIABIAKAN SAPI BALI

TAMAN SAFARI INDONESIA II

Oleh
Bagian Edukasi

TAMAN SAFARI INDONESIA II

PRIGEN, PASURUAN, JAWA TIMUR

2015

1
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………….. 3

B. TUJUAN ……………………………….……………………………….. 4

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT ………………………………………………. 5

B. ALAT DAN BAHAN………………………………………………….... 5

C. PROSES PEMBANGUNAN …………………….……………………... 6

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL ………………………………..…………………………………. 9

B. PEMBAHASAN ………………………………………………………... 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN …………………………………………………………. 11

B. SARAN …………………………………………………………………. 11

LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia kebanyakan masih menggunakan sumber energi konvensional


seperti minyak tanah dan gas LPG untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yaitu memasak dan
lain-lain. Disisi lain, harga minyak dunia tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan
dan penggunaan bahan bakar fosil yang terlalu banyak dapat menurunkan kualitas lingkungan,
sehingga diperlukan pemanfaatan sumber energi lain yang digunakan untuk mendampingi
atau bahkan menggantikan bahan bakar fosil tersebut.

TSI II memiliki satwa yang cukup banyak, salah satunya adalah sapi bali. Saat ini
kotoran sapi bali hanya dimanfaatkan sebagai pupuk organik, padahal kotoran sapi bali
tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku energi terbarukan yaitu biogas.

Pembuatan biogas di TSI II berpotensi baik karena selain sebagai lembaga konservasi
ek-situ, TSI II berperan penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, bagaimana
cara mengolah limbah dengan baik dan dapat diubah menjadi sumber energi alternatif, yaitu
biogas.Di Indonesia, kotoran hewan yang biasa digunakan untuk biogas adalah kotoran sapi.
Gas yang dihasilkan dari biogas berasal dari kandungan gas methan pada kotoran
hewan.Biogas umumnya digunakan untuk memasak sebagai pengganti dari LPG, minyak
tanah, kayu bakar, dan lampu penerangan.Sedangkan sisa pembuangan biogas dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.

TSI II memiliki 16 ekor sapi bali yang diletakkan di lokasi pemuliabiakan sapi bali dan
banteng, dimana 11 ekor diantaranya adalah sapi dewasa. Satu ekor sapi bali dewasa dapat
mengeluarkan feses (kotoran) kurang lebih 7 kg setiap harinya, sehingga jumlah feses dalam
satu hari untuk sapi bali dewasa saja mencapai 77 kg. Hal tersebut berarti, dalam satu bulan
jumlah feses yang diproduksi oleh sapi bali dewasa mencapai 2.310 kg. Melihat potensi
tersebut TSI II berusaha membuat reaktor biogas yang berfungsi untuk bahan bakar alternatif
pengganti LPG yang dimanfaatkan untukdapur ransum satwa.

3
B. TUJUAN

1. Membuat reaktor biogas yang sesuai di TSI II.


2. Mengetahui cara memanfaatkan biogas dan limbah biogas di TSI II
3. Menjadikan biogas sebagai sumber energi alternatif dan salah satu sarana edukasi yang
ada di TSI II.

C. MANFAAT
1. Secara umum manfaat yang bisa di ambil adalah diharapkan nantinya dapat dimanfaatkan
sebagai energi alternative pengganti energi berbahan fosil (LPG, minyak tanah, kayu
bakar dll), sehingga nantinya dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan masyarakat
Indonesia.
2. Secara khusus manfaat dari riset ini adalah untuk memanfaatkan limbah organik (dalam
hal ini kotoran sapi bali) guna dimanfaatkan kedalam biogas.

4
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Pembuatan reaktor biogas di TSI II bertempat di kandang pemuliabiakan sapi bali dan
banteng. Pertimbangan pemilihan lokasi pembuatan biogas adalah untuk memudahkan
memasukkan kotoran sapi bali ke dalam reaktor biogas, sehingga kotoran dapat tertampung
dengan maksimal di dalam reaktor dan akan menghasilkan gas dalam jumlah banyak.

Pembuatan reaktor biogas dimulai pada tangggal 22 Agustus 2014 dan selesai pada 12
September 2014.Pembuatan reaktorbiogas di TSI II dilaksanakan olehHivos (Institut Humanis
untuk Kerjasama dengan Negara-negara Berkembang).Hivosadalah pengelola dan pelaksana
pembuatan biogas domestik di Indonesia yang bersertifikat dan telah memperoleh asistensi
teknis dari SNV (Organisasi Pembangunan dari Belanda).

B. ALAT DAN BAHAN

Bahan utama dari riset ini adalah kotoran/limbah organic dari sapi bali dan urine gajah.
Sedangkan bahan dan alat lain yang perlu disiapkan antara lain:

1. Semen
2. Pasir
3. Batu kerikil
4. Air
5. Besi batang
6. Batu-bata
7. Cat akrilik emulsion
8. Pipa gas kubah utama
9. Katup gas utama / Stop kran
10. Pipa
11. Waterdrain
12. Keran gas
13. Pipa selang karet

5
14. Kompor gas
15. Lampu biogas
16. Manometer (Meteran tekanan gas)
17. Mixer (Alat pencampur)

Dalam pembuatan reactor ini penggunaan alat dan bahan harus sesuai dengan standart.
Jika bahan konstruksi tidak bermutu dan berkualitas rendah maka reaktor biogas tidak akan
berfungsi dengan baik, walaupun rancangannya benar dan kinerja tukang yang sangat
baik.Berikut ini Bill Of Quantity pembuatan biogas di TSI II.

HARGA
NO URAIAN UNIT SAT SAT (RP) TOTAL
1 Pekerjaan Persiapan
- Pembersihan lahan 1.00 Ls 250,000.00 250,000.00
- Uitset dan bowplank 1.00 Ls 559,000.00 559,000.00
2 Pekerjaan Galian
A. Digestser dan outlet tank
- Pekerjaan galian dan urugan
 Galian untuk digester dan outlet tank 38.48 M³ 69,030.00 2,656,274.40
 Urugan kembali 8.00 M³ 17,258.00 138,064.00
B. Lubang slury
- Galian untuk slury 3.24 M³ 69,030.00 223,657.20
c. Lubang tangki penampungan
- Galian untuk tangki 0.06 M³ 69,030.00 4,141.80
3 Pekerjaan Struktur
A. Tangki penampungan
- Urugan pasir tebal 10cm sebelum umpak 0.03 M³ 228,900.00 6,867.00
- Lantai kerja tebal 7cm bo dengan tulangan m4 1.33 M² 774,578.00 1,030,188.74
- Floring tebal 10 cm dengan wiremess m6 175 2.43 M² 355,745.00 864,460.35
- Kolom praktis 15/15 4d8 ; d6-150 0.03 M³ 1,125,500.00 33,765.00
- Ringbalk 15/15 4d8 ; d6-150 0.04 M³ 1,125,500.00 45,020.00
- Pasangan bata merah 1 : 3 1.13 M² 147,213.00 166,350.69
- Plester acian 2.26 M² 75,027.00 169,561.02
- Psg pipa pvc d"4 maspion aw 1.00 Ls 275,250.00 275,250.00
B. Digestser dan outlet tank
- Urugan pasir tebal 10cm di bawah lantai beton 1.36 M³ 228,900.00 311,304.00
- Sloof 15/20 6d10: d6-150 M³ 0.00
- Kolom praktis 15/15 4d12 ; d8-150 0.20 M³ 1,182,885.00 236,577.00
- Ringbalk 15/15 4d8 ; d6-150 0.53 M³ 925,500.00 490,515.00
- Pasangan bata merah 1 : 3 21.85 M² 147,213.00 3,216,604.05

6
- Plester acian 39.78 M² 75,027.00 2,984,574.06
- Tutup dan beton tebal 120mm wiremess mb
doubleplayer 0.75 M³ 1,182,885.00 887,163.75
- Pedestal untuk pipa outlet 10/10 0.00 M³
- Pemasangan pipa outlet d1,5 galv + acc 1.00 Ls 650,000.00 650,000.00
- Rabat lantai dengan wiremess m6 tebal 7,5 cm 9.61 M² 355,745.00 3,418,709.45
C. Saluran kearah lubang slury
- Galian saluran 1.20 M³ 69,030.00 82,836.00
- Pasangan bata merah 0.27 M³ 147,213.00 39,747.51
- Plester dan acian M³ 0.00
TOTAL 18,740,631.02
Dibulatkan 18,740,000.00

C. PROSES PEMBANGUNAN

Pembuatan reaktorbiogas dimulai dengan menggambar desain lokasi danmenentukan


tempat yang akan dibangun reaktorbiogas. Setelah diperoleh lokasi yang tepat kemudian
diberi tanda (patok) di tanah, barulah proses pembangunan dimulai sebagai berikut :

1. Penggalian Tanah
Penggalian tanah dilakukan sesuai ukuran yang diinginkan, di TSI II membuat
reaktorbiogas berukuran 10m³. Penggalian tanah melingkar dilakukan dengan diameter
3 m dan kedalaman 2,5 m.
2. Pemangan Pondasi dan Cor pada Dasar Konstruksi
Pemasangan pondasi pada lantai dasar dilakukan dengan menggunakan besi batang dan
dicor dengan ukuran 20 cm.
3. Pemasangan Bata dan Memplester Melingkar pada DindingReaktor
Pemasangan bata pada dinding reaktor dilakukan melingkar dengan ketinggian 95 cm.
Di tengah diameter lubang diletakkan pipa berukuran 0,5 inci tepat pada posisi tegak,
selanjutnya memplester dinding reaktor dengan ukuran 2-5 cm.
4. Pengurukan Tanah
Pengurukan tanah dilakukan ketika dinding reaktor sudah diplester dan kering.
Pengurukan dibentuk menyerupai kubah untuk memudahkan proses pengecoran.

7
5. Pembutan Menhol
Menhol ini difungsikan sebagai jalan keluar kotoran dari digester(Tempat mengolah
kotoran melalui proses difermentasi oleh bakteri untuk menghasilkan gas) menuju outlet.
6. Proses Pengecoran Kubah
Proses pengecoran kubah dilakukan dengan memasang besi terlebih dahulu sebagai
penguat, dimulai dari atas menhol dengan mengecor balok setebal 25 cm. kemudian
mengecor seluruh kubah dengan ketebalan±15-20 cm.
7. Pembuatan Turret (Menara kecil)
Pembuatan menara kecil dilakukan apabila kubah sudah benar-benar kering dan dilapisi
semen, pembuatan ini bertujuan untuk melapisi pipa gas utama yang masuk kedalam
kubah agar tidak terjadi kebocoran.Turret dibentuk persegi dengan ukuran tinggi 40cm
dan lebar 30 cm.
8. Pembuatan Outlet (Ruang pemisah)
Sebelum membuat outlet, tanah yang ada di dalam digester harus dikeluarkan dahulu
melalui menhol.Pembuatan outlet dilakukan di belakang menhol.
9. Pembutan Penutup Outlet
Pembuatan penutup outlet dapat dilakukan di tanah yang rata sesuai ukuran.Pembuatan
dilakukan dengan pemberian besi sebagai penguat, kemudian dicor.Penutup outlet
berjumlah 3 buah, tujuaannya untuk memudahkan ketika membuka.
10. Pembuatan Inlet
Pembuatan inlet difungsikan untuk mencampur kotoran dengan air, sehingga
menghasilkan campuran dengan kandungan padat 8% - 10% sebelum dimasukkan
kedalam digester.
11. Pembuatan Slurry (Pembuangan)
Pembuatan slurry ini dilakukan untuk menyalurkan kotoran yang sudah siap untuk
dijadikan pupuk organik dari biogas.
12. Pengecatan
Proses pengecatan dilakukan setelah proses pembuatan reaktor selesai dikerjakan.
Bagian yang dicat adalah kubah di dalam digester.Cat harus dicampur dengan semen
supaya lebih kuat.Pengecatan ini difungsikan agar tidak ada kebocoran dalam digester.

8
Setelah reaktorbiogas selesai di buat, reaktor akan diisi dengan kotoran sapi bali
sejumlah ±1 ton pada pengisian pertama dan dicampur dengan air. Selanjutnya digesterakan
terus diisi dengan kotoran yang dicampur dengan air agar bakteri tetap bisa memproduksi gas
yang optimal.

Gambar 1.Sketsa Reaktor Biogas


Keterangan :
1. Inlet / Mixer
2. Pipa Inlet
3. Digester
4. Penampung Gas
5. Menhole
6. Outlet
7. Slurry
8. Pipa Gas Utama

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari riset yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pembuatan reaktor biogas di
kandang pemuliabiakan sapi bali ternyata dapat dijadaikan sebagai pengganti LGP di dapur
ransum satwa. Dengan menggunakan kompor yang berasal dari biogasakan lebih aman,
karena terhindar dari resiko meledaknya tabung gas LPG. Gas yang dihasilkan dari biogas
lebih banyak, sehingga dapat dipergunakan yang lebih banyak pula.

Gas yang dihasilkan ini memiliki warna yang lebih biru.Warna api yang biru pada
kompor biogas menunjukkan bahwa api yang dihasilkan cukup panas, sehingga membuat
masakan lebih cepat matang. Warna nyala api ini hampir sama dengan warna api pada
kompor gas LPG, sehingga jika kita ingin memasarkannya akan lebih mudah, karena
kebanyakan pengguna selalu menginginkan nyala api pada kompor yang berwarna biru.
Gambar nyala api dari biogas dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Nyala api pada kompor yang menggunakan biogas

Dengan adanya biogas,Dapur ransum satwa bisa menghemat ±3 tabung LPG berukuran
12 kg atau sekitar Rp. 405.000,- per bulannya.Hal ini membuktikan bahwa penggunaan
Biogas di dapur ransum satwa cukup efektif dan bermanfaat.

Reaktor biogas yang berhasil dibuat dapat dijadikan sebagai percontohan bagi
masyarakat sekitar untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi biogas.Selain itu
kotoran yang keluar dari lubang slurry dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.Apabila
dimanfaatkan dengan baik pupuk tersebut bisa menjadi nilai jual yang tinggi bagi TSI II.

10
B. PEMBAHASAN

Melalui Riset ini terbukti bahwa kotoran sapi jika dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik akan menjadi suatu bahan yang sangat berguna, yakni sebagai biogas. Dalam
pembuatannya biogas berbahan dasar kotoran sapi bali dan dicampur dengan urine gajah.
Maksud dari pencampuran dengan urine gajah ini bertujuan agar proses reaksi lebih cepat dan
lebih sempurna. Karena seperti yang kita ketahui bahwa urine gajah mengandung amonia
yang cukup tinggi.Dari hasil riset ini menunjukkan bahwa dengan adanya pencampuran urine
gajah dapat mempercepat proses reaksi, yang semestinya api baru bisa menyala pada hari ke 5
– 7, ternyata dengan pencampuran ini dalam waktu 3 hari kompor sudah bisa menyala.

Dari sisi ekonomi, biogas ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.Karena dari
hasil yang ada menunjukkan bahwa, penghematan dengan menggunakan biogas ini cukup
tinggi. Dapur ransum satwa bisa menghemat Rp. 405.000,- / bulan. Dari sisi ekonomi inilah
yang dapat kita tonjolkan. Dengan modal awal sekitar Rp. 18.000.000,- dan bahan baku yang
gratis (karena kita sudah punya). Ini hanya baru dapur ransum satwa saja, bukan tidak
mungkin jika kita salurkan dan gunakan ke lokasi yang lain maka penghematan akan lebih
besar lagi.Hal ini didukung pula denganmassa penggunaan biogas yang bisa dipergunakan
sekitar 5- 10 tahun.

Dari sisi edukatif, adanya biogas ini tentunya akan lebih meningkatkan mutu dari TSI II
itu sendiri yang merupakan wahana wisata berbasis edukasi. Dengan adanya biogas ini,
diharapkan pengunjung (dalam hal ini yang berhubungan dengan edukasi) akan lebih tertarik
untuk datang dan mempelajari tentang biogas yang ada di TSI II ini.

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari riset yang telah kita lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Biogas yang telah dibuat di TSI II ini (Uk. 10 m³) telah dimanfaatkan dengan baik di
dapur ransum satwa sebagai penganti LPG.
2. Penggunaan biogas ini dapat menghemat kebutuhan LPG yang ada di Dapur ransum
satwa hingga ± 3 Tabung Gas (Uk. 12 Kg) atau setara Rp. 405.000,00/bulan.
3. Biogas ini dapat menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung / peserta
edukasi di TSI II.
4. TSI II bisa menjadi salah satu percontohan untuk pengolahan limbah kotoran hewan
menjadi biogas.

B. SARAN

1. Diharapkan TSI II mampu mengembangkan produkbiogas ini dengan skala yang lebih
besar (Mass Production) untuk memenuhi kebutuhan dapur,sehingga nantinya
diharapkan mampu mengurangi pemakaian bahan bakar fosil.
2. Pupuk yang berasal dari Biogas bisa dijual sebagai daya tarik pengunjung untuk
datang ke TSI II .
3. Riset lanjutan mengenai kemungkinan pengemasan biogas dengan menggunakan
tabung, sehingga nantinya bisa diproduksi secara masal.

12
Lampiran
Foto-foto proses pembuatan reaktor Biogas

Penggalian tanah Pemasangan pondasi dasar konstruksi

Pembuatan dinding reactor Pengurukan tanah pada dinding reactor

Pembentukan kubah dari tanah sebagai cetakan Pembuatan rancangan besi kubah

13
Pengecoran kubah Pembuatan outlet

Pembuatan inlet Pengangkatan tanah dari dalam kubah

Pembuatan slurry Pembuatan penutup outlet

14
\

Proses pengisian biogas Pencampuran kotoran dengan air

Pemanfaatan biogas di dapur ransum satwa Lampu biogas

Biogas sebagai pupuk kandang

15

Anda mungkin juga menyukai