Tugas Ikm Putri Nindya
Tugas Ikm Putri Nindya
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang sangat menular, disebabkan oleh
atau mukosa.
KLASIFIKASI
Berdasarkan kasus
Suspected case
Orang dengan gejala faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis atau kombinasinya disertai
demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah
Probable case
Orang dengan suspected case ditambah dengan salah satu gejala berikut:
- Stridor
- Pembengkakan/edema leher
- Meninggal
Confirmed case
- Isolasi strain toksigenik C. diphtheriae dari lokasi tipikal (hidung, tenggorok, ulkus
- Atau > 4x kenaikan serum antitoksin, tapi hanya bila kedua sampel serum diambil
Berdasarkan klinis
Difteria tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun secara nyata setelah perang
dunia II, setelah penggunaan toksoid difteria. Demikian pula terdapat penurunan mortalitas
yang berkisar antara 5-10%. Delapan puluh persen kasus terjadi dibawah 15 tahun, meskipun
demikian dalam suatu keadaan wabah, angka kejadian menurut umur tergantung status
imunitas populasi setempat. Faktor sosial ekonomi, permukiman yang padat, nutrisi yang
jelek, terbatasnya fasilitas kesehatan, merupakan faktor penting terjadinya penyakit ini.
Difteria ditularkan dengan cara kontak dengan pasien atau karier melalui droplet (infeksi
tetesan) ketika batuk, bersin, atau berbicara. Muntahan/debu bisa merupakan wahana
775 kasus pada tahun 2013 (19% dari total kasus SEAR), selanjutnya jumlah kasus menurun
menjadi 430 pada tahun 2014 (6% dari total kasus SEAR). Jumlah kasus Difteri di Indonesia
sedikit meningkat pada tahun 2016 jika dibandingkan dengan tahun 2015 (529 kasus pada
tahun 2015 dan 591 pada tahun 2016). Demikian pula jumlah Kabupaten/Kota yang
terdampak pada tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan jumlah
Kabupaten/ Kota pada tahun 2015. Tahun 2015 sebanyak 89 Kabupaten/ Kota dan pada tahun
pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati pada pamanasan 60oC, tahan
dalam keadaan beku dan kering. Dengan pewarnaan, kuman bisa tampak dalam susunan
palisade, bentuk L atau V atau merupakan kelompok dengan formasi mirip huruf cina.
Kuman tumbuh secara aerob, bisa dalam media sederhana tetapi lebih baik dalam media yang
mengandung K-tellurit atau media Loeffler. Pada membran mukosa manusia, C. diphteriae
dapat hidup bersama-sama dengan kuman diphtheroid saprofit yang mempunyai morfologi
serupa, sehingga untuk membedakan kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus dengan
Secara umum dikenal 3 tipe utama C. diphtheria yaitu tipe gravis, intermedius dan
mitis, namun dipandang dari sudut antigenitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang
bersifat heterogen dan mempunyai banyak tipe serologik. Hal ini mungkin bisa menerangkan
mengapa pada seorang pasien bisa terdapat kolonisasi lebih dari satu jenis C. diphtheriae.
maupun in vitro. Eksotoksin ini merupakan suatu protein dengan berat molekul 62.000
diproduksi oleh C. diphtheriae yang terinfeksi oleh bakteriofag yang mengandung toxigene.
2.4 MORFOLOGI
bakteri ini adalah pembengkakan tidak teratur pada salah satu ujungnya, yang
menghasilkan bentuk seperti ”gada”. Di dalam batang tersebut (sering di dekat ujung)
secara tidak beraturan tersebar granula-granula yang dapat diwarnai dengan jelas dengan
zat warna anilin (granula metakromatik) yang menyebabkan batang tersebut berbentuk
seperti tasbih. Tiap korinebakteria pada sediaan yang diwarnai cenderung terletak paralel
atau membentuk sudut lancip satu sama lain. Percabangan jarang ditemukan dalam
biakan.