Anda di halaman 1dari 20

ANALISA PROGRAM PUSKESMAS

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DI PUSKESMAS BOJONG

KABUPATEN PEKALONGAN

FAZARIZA ASHOFI

NIM : 16.0383.N

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PEKAJANGAN-PEKALONGAN

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu


lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata.
Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem
Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi kesehatan untuk
mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi
Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES
/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010). Untuk
melaksanakan program Promosi Kesehatan di Daerah telah ditetapkan Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI. No.1114/Menkes/SK/VIII/2005.
Dalam tatanan otonomi daerah, Visi Indonesia Sehat 2010 akan dapat dicapai
apabila telah tercapai secara keseluruhan Kabupaten/Kota Sehat. Oleh karena itu,
selain harus dikembangkan sistem kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan
subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional, harus ditetapkan pula kegiatan minimal
yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota sesuai yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan
Minimal Promosi Kesehatan yang merupakan acuan Kabupaten/Kota adalah Rumah
Tangga Sehat (65 %), ASI Ekslusif (80 %), Desa dengan garam beryodium (90 %)
dan Posyandu Purnama (40 %)

Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih


terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui
Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama
adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan
diharapkan akan berkembang kearah Desa/Kelurahan, Kecamatan/Puskesmas dan
Kabupaten/Kota sehat.
Pendidikan kesehatan sangat penting diberikan sejak usia dini. Pendidikan
kesehatan yang diberikan sejak dini akan membentuk kesadaran untuk berperilaku
sehat sejak dini. Beberapa penyakit yang sering diderita oleh anak usia dini
merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan adanya perilaku sehat. Saat ini
beberapa data yang berkaitan dengan kesehatan anak usia dini menunjukkan masih
tingginya angka kejadian diare pada balita.

Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan


bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000
penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Pada tahun
2002 namun angka kejadian diare akut masih masuk urutan 5 besar dari penyakit yang
sering menyerang anak Indonesia. Kejadian diare akut di Indonesia diperkirakan
masih sekitar 60 juta episode setiap tahunnya dan 1-5 persen diantaranya berkembang
menjadi diare kronis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dari 35 persen seluruh
kematian balita akibat diare disebabkan oleh diare akut. Dan pada tahun 2003 angka
kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan merupakan
penyakit dengan frekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD.

Survei Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare menjadi penyebab


kematian nomor dua pada balita. Padahal kebijakan pemerintah dalam pemberantasan
penyakit diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB). Departemen Kesehatan RI
melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (PPM & PL) juga telah mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan dan
Pemantauan Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus menurunkan angka
kematian pada balita dari 2,5 per 1.000 balita menjadi 1,25 per 1.000 balita dan
menurunkan angka fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari 1-3,8 persen menjadi
1,5 persen. Selain penyakit diare, penyakit lain yang juga sering diderita oleh anak
usia dini adalah penyakit cacingan. Hasil data laboratorium yang dilakukan oleh
Yayasan Kusuma Buana tahun 2006-2007 menunjukkan 10 % anak usia 4-6 tahun
menderita penyakit cacingan.

Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa berinisiatif untuk melakukan


analisa program puskesmas. Untuk mengetahui keberhasilan penatalaksanaan
program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di lingkungan kerja Puskesmas
Bojong.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari analisa program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) di lingkungan kerja Puskesmas Bojong. yaitu untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menganalisa palaksanaan program PHBS di
Puskesmas Bojong, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
program PHBS di Puskesmas Bojong.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari analisa program PHBS di Puskesmas Bojong


yaitu agar mahasiswa mampu :

a. Mengetahui program PHBS yang ada di Puskesmas Bojong.

b. Mengetahui pelaksanaan Program PHBS di Puskesmas Bojong.

c. Mengetahui kegiatan yang belum terlaksana terkait dengan program PHBS


di Puskesmas Bojong.

d. Mengetahui unsur kekuatan (Strengt) dalam pelaksanaan program.

e. Mengetahui unsur kelemahan (Weaknees) dalam pelaksanaan program.

f. Mengetahui unsur peluang (Opportunity) dalam pelaksanaan program.

g. Mengatahui unsur Ancaman (Threat) dalam pelaksanaan program.

h. Memberikan solusi dari masalah yang muncul dalam pelaksanaan program


PHBS di Puskesmas Bojong.
BAB II

TINJAUAN PROGRAM NASIONAL

1. Pengertian (PHBS)
A. Promosi Kesehatan
Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina
suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai
suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya
sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
C. Rumah Tangga
Adalah wahana atau wadah, dimana keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan
anak-anaknya melaksanakan kehidupan sehari-hari
D. PHBS Tatanan Rumah Tangga
Adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau
dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
E. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan
Adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan
2. Sasaran Intervensi
a. Tatanan Rumah Tangga
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan dan terbagi dalam :
1) Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau
anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah)
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang
bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader
tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait,
PKK
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala
Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dll.
b. Tatanan Institusi Pendidikan
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota
keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam :
1) Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya
atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi
pendidikan yang bermasalah).
2) Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan
yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader
kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait,
PKK
3) Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa,
lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua
murid.
3. STRATEGI PHBS
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya
menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga
dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi
kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke
mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung,
tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam
proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau
pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah
individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama
memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih

juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan
PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan
diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai
bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu
hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-
orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan
lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku
tersebut.

Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya


dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu
dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat
formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan
penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat

informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya
dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan
atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui
advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi
umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari
adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan
masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat,
dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :
- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
- Dikemas secara menarik dan jelas
- Sesuai dengan waktu yang tersedia.

4. MANAJEMEN PHBS
Promosi kesehatan dan PHBS di Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui
tiga sentra, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat
kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun
keluarga dan masyarakat di wilayah Puskesmas. Rumah Sakit bertugas
melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan keluarga yang
datang ke Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan promosi
kesehatan untuk mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh
Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya yang ada di
Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan dan
PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi
kesehatan dan PHBS di wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan
yang ada di Kabupaten/Kota tersebut
Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas
promosi kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor
terkait dengan sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas.
Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsi-
fungsi menejmen secara sederhana untuk memudahkan petugas promosi kesehatan
atau petugas lintas program di Puskesmas dalam pelaksanaan program PHBS di
Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi
tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep sebagai berikut :
Kerangka konsep Manajemen PHBS

1. Pengkajian

4. Pemantauan dan 2. Perencanaan


Penilaian

3.Penggerakan dan
Pelaksanaan

Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku


(PHBS) dan sumber daya. Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS
yang dilanjutkan dengan rumusan masalah.
Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan
intervensi dan jadwal kegiatan,
Penggerakan pelaksanaan, merupakan inplementasi dari intervensi masalah
terpilih, yang penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan,
sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas
program dan lintas sektor terkait.
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format
pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau
akhir tahun berjalan.
Dalam setiap tahapan Manajemen tersebut petugas promosi kesehatan tidak
mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan
lintas sektor terkait terutama masyarakat itu sendiri.
Secara singkat, tahapan Manajemen PHBS di Puskesmas/Desa/Keluarahan
dan luarannya adalah sebagai berikut :

TAHAPAN MANAJEMEN LUARAN


1. Pengkajian 10 penyakit terbanyak, pemetaan
• Pengkajian masalah kesehatan masalah PHBS pada tiap tatanan,
• Pengkajian masalah PHBS masalah strata kesehatan tatanan dan
• Pemetaan wilayah ketersediaan sumber daya
• Pengkajian sumber daya
Rumusan tujuan, rumusan intervensi
2. Perencanaan
dan jadwal kegiatan
Daftar kegiatan dan penanggung
3. Penggerakan dan Pelaksanaan jawab masing-masing kegiatan dan
intervensi masalah PHBS terpilih
Evaluasi dan penilaian hasil kegiatan
4. Pemantauan dan Penilaian
melalui kunjungan rumah.
BAB III

TINJAUAN PROGRAM PUSKESMAS

A. Pelaksanaan Program

1. Program yang sudah terlaksana

Berdasarkan hasil pengkajian dengan programer pada tanggal 4


Mei 2017 didapatkan data bahwa semua program kegiatan PHBS sudah
berjalan dengan cukup baik, pelaksanaan melalui masyarakat melalu
pengakjian dari rumah kerumah melalui kader dan tenaga dari
puskesmas, PHBS 1 tahun sekali dibulan juli

2. Program yang belum terlaksana

Meskipun kegiatan dari program PHBS sudah dilakukan dengan


cukup baik, namun ada beberapa kendala yang muncul dalam
pelaksanaan program PHBS. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas PHBS pada tanggal 3 Mei 2017 didapatkan data, bahwa pada
penerapan pedoman penatalaksanaan PHBS pada kasus dimasyarakat,
terdapat suatu permasalahan yaitu meminta bantuan dari kader karena
jumlah tenaga kesehatan sedikit ketepatan waktu agak kurang tepat data
PHBS melalui pengkajian, masyarakat sudah mengerti tentang PHBS
B. Analisa SWOT

Analisa SWOT S (STRENGTHS) W (WEAKNESSES)


- Terdapat buku - Hanya dilakukan 1
pedoman tahun sekali jadi
pelaksanaan Buku kurang tahu evaluasi
pedoman tiap bulannya
pelaksanaan PHBS
sudah tersusun
disertai
pelaksanaannya.
- Tiap desa sudah
terdapat kader
PHBS
- Terdapat program
kerja PHBS di
Puskesmas.
- Tersedianya posko
atau acara PHBS
O (OPPORTUNITY) - Peningkatan - Mengusulkan
- Pandangan promosi kesehatan untuk mengadakan
masyarakat tentang tentang PHBS pelatihan tentang
kesehatan sudah baik di lingkungan pelaksanaan PHBS
maju/berkembang. tenaga kesehatan,
- Adanya program masyarakat, dan
puskesmas tentang kader kesehatan.
promosi kesehatan - 1 bulan sekali ada
penyuluhan buat
kader dari
puskesmas
T (TREATHS) - Peningkatan - Harus bisa selalu
- Persaaingan semakin promosi kesehatan mengikuti
meningkat dengan tentang PHBS perkembangan
adanya klinik baik di lingkungan kemajuan agar
dokter . tenaga kesehatan, tidak ada kritik dari
masyarakat, dan SDM yang
kader kesehatan. semakin meingkat
- Persaingan antar dngan bertamahnya
puskesmas dengan ilmu pengetahuan
adanya lomba
PHBS tingkat
Puskesmas

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Strengths (S)

1. Terdapat buku pedoman pelaksanaan PHBS dari KEMENKES.

Dalam rangka menciptakan indonesia sehat, KEMENKES selalu


memperbaharui/ mengevaluasi dari tingkat keberhasilan program yang
sudah dilakukan. Dalam pelaksanaan program PHBS KEMENKES
mengeluarkan buku pedoman tentang pelaksanaan program PHBS, dalam
buku pedoman tersebut dijelaskan tentang tanda-gejala masalah yang
terjadi pada balita dan disertai dengan panduan penatalaksanaannya.

- Terdapat buku pedoman pelaksanaan Buku pedoman pelaksanaan PHBS sudah


tersusun disertai pelaksanaannya.
- Tiap desa sudah terdapat kader PHBS
- Terdapat program kerja PHBS di Puskesmas.
- Tersedianya posko atau acara PHBS
Dari beberapa faktor kukuatan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa, pada program management terpadu balita sakit (PHBS) memiliki
kekuatan yang cukup baik yang dapat memberikan keberhasilan pada
pelaksanaan program Perilaku (PHBS) di masyarakat.

B. Weaknesses (W)

Hanya dilakukan 1 tahun sekali jadi kurang tahu evaluasi tiap bulannya,
program PHBS ini hanya dilakukan tiap 1 tahun sekali dan itu saja hanya
pas kejuaraan jadi mungkin dengan hanya 1 tahun sekali penilaianya
kurang adanya evaluasi tiap bulannya mungkin hanya pas bulan itu saja
masyarakat melakukan PHBS

C. Oportunity (O)
- Pandangan masyarakat tentang kesehatan sudah maju/berkembang. Sehingga
masyarakat sudah tahu tentang PHBS dan tau dampak dan manfaat dari
PHBS ini, Adanya program puskesmas tentang promosi kesehatan
- Peningkatan promosi kesehatan tentang PHBS baik di lingkungan tenaga
kesehatan, masyarakat, dan kader kesehatan. Sehingga masyarakat melalui
kader bisa saling mengrevaluais dan tahu tentang PHBS ini
- 1 bulan sekali ada penyuluhan buat kader dari puskesmas dengan adanya
penyuluhan ini bisa saling meshare untuk mengupdate ilmu atau
pengetahuan PHBS terbaru atau setidaknya mengevaluasi kembali pemahan
tentang PHBS yang di miliki kader

D. Treaths (T)

- Persaaingan semakin meningkat dengan adanya klinik dokter .

- Peningkatan promosi kesehatan tentang PHBS baik di lingkungan tenaga


kesehatan, masyarakat, dan kader kesehatan. Persaingan antar puskesmas
dengan adanya lomba PHBS tingkat Puskesmas Harus bisa selalu mengikuti
perkembangan kemajuan agar tidak ada kritik dari SDM yang semakin
meingkat dngan bertamahnya ilmu pengetahuan. Mengusulkan untuk
mengadakan pelatihan tentang pelaksanaan PHBS

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan program PHBS di lingkungan kerja Puskesmas


Bojong sudah berjalan dengan cukup baik. Meskipun demikian, tenaga
kesehatan masih perlu melakukan promosi kesehatan terkait dengan
pelaksanaan program PHBS tersebut yang masih dilakukan 1 tahun sekali.
Untuk meningkatkan pelaksanaan program (PHBS) juga perlu diimbangi
dengan kemampuan tenaga kesehatan dalam memahami pedoman
pelaksanaan PHBS yang diterbitkan oleh KEMENKES agar dapat
selaras/sesuai dengan program kesehatan Kementerian Kesehatan
Indonesia.

B. Saran

1. Meningkatkan promosi kesehatan tentang pelaksanaan PHBS di


lungkungan tenaga kesehatan, masyarakat dan juga kader kesehatan.

2. Meningkatkan sosialisasi dan keterampilan tenaga kesehatan dalam


mengaplikasikan buku pedoman pelaksanaan (PHBS) yang diterbitkan
dari KEMENKES agar terdapat keselarasan terkait buku pedoman
yang ada dengan aplikasi buku pedoman dimasyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dalam bentuk pelatihan ataupun Work Shop.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat
Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2009

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan


Daerah, Pusat
Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun
2010

Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Manajemen Penyuluhan Kesehatan


Masyarakat Tingkat Puskesmas, Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Tahun 1996/1997

Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga, Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tahun 2006/2007

Departemen Kesehatan RI, Panduan Manajemen PHBS Menuju


Kabupaten/Kota
Sehat Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2008

Departemen Kesehatan RI, Standar Pelayanan Minimal Bidang


Kesehatan di
Kabupaten/Kota, Jakarta 2009

Anda mungkin juga menyukai