Anda di halaman 1dari 3

1.

Nama : Ines Via Shara


2. NIM : 16302244017
3. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta
4. Kelas : Pendidikan Fisika A 2016
5. Kelompok : 7 – Alat Optik

LEMBAR KERJA CALON GURU 3

Analisis Siswa

Tujuan : Membedakan tingkat perkembangan siswa berdasarkan fisik, kognitif, sosial,


emosional dan moral

1. Deskripsikan karakteristik siswa dalam proses belajar mengajar materi fisika sesuai
dengan materi pada kelompok Anda !
Jawab :
a. Kognitif
1) Kognitif berdasarkan teori Piaget
Pada pembelajaran materi alat optik di jenjang SMA, siswa mengalami
asimilasi yang merupakan proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif
yang sudah ada dalam benak siswa. Saat di jenjang SMP, siswa mendapatkan
informasi mengenai cahaya dan alat-alat optik secara sederhana seperti
pengertian dan sifat-sifat cahaya, pengenalan struktur alat-alat optik dan
fungsinya, serta pengenalan dan penggunaan rumus-rumus atau persamaan-
persamaan dalam alat optik. Selain itu, siswa juga melakukan percobaan secara
sederhana dengan menggunakan Kit alat-alat optik yang telah tersedia di
sekolah. Informasi-informasi yang sudah siswa dapatkan saat di SMP tersebut
kemudian menyatu dengan informasi-informasi baru yang mereka dapatkan di
SMA. Di jenjang SMA, siswa mendapatkan informasi yang lebih kompleks dan
sistematis. Guru di jenjang SMA lebih menekankan pengenalan konsep alat-alat
optik dengan melakukan percobaan seperti semacam proyek, dimana siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok praktikum untuk membuat model atau alat
peraga alat optik tertentu agar dapat mengetahui bagaimana cara kerjanya dan
bagaimana penggunaan rumus atau persamaannya. Saat praktikum tersebut,
siswa melakukan manipulasi variabel-variabel agar mengetahui adanya
hubungan kausal (sebab-akibat) dalam percobaan, misal apa akibatnya jika
siswa mengatur jarak lensa atau benda yang berbeda-beda saat percobaan lup
atau apa akibatnya jika siswa melakukan variasi pada perbesaran lensa objektif
dan lensa okuler pada mikroskop. Sehingga dengan melakukan percobaan-
percobaan yang lebih sistematis di jenjang SMA, siswa dapat menentukan
hipotesis-hipotesis terhadap gejala-gejala yang ada pada alat optik, meskipun
masih membutuhkan informasi tambahan dari guru agar informasi yang
didapatkan siswa benar-benar informasi yang tepat.

2) Kognitif berdasarkan teori Vigotsky


Pembelajaran materi alat-alat optik di jenjang SMA dilakukan dengan
menciptakan suasana belajar di kelas atau laboratorium dimana siswa
mendapatkan pembelajaran tidak hanya dari guru, tetapi di dalam kelas siswa
mampu melakukan tutorial kepada teman sebaya dalam mempelajari alat optik.
Sumber belajar berasal dari buku, internet, teman sebaya, guru, dll, sehingga
siswa mampu belajar secara mandiri tentang alat optik. Misalnya, saat
percobaan dengan menggunakan mikroskop, siswa ingin mengetahui
bagaimana cara kerja mikroskop dengan mencoba-coba atau menebak-nebak
instrument yang ada pada mikroskop. Guru berperan untuk membantu dan
membimbing fungsi sebenarnya dari instrumen yang ada pada mikroskop.
Sehingga, setelah siswa benar-benar paham siswa dapat melakukan percobaan
secara mandiri tanpa dibimbing oleh guru. Atau misal saat di dalam kelas
dibentuk kelompok-kelompok belajar, salah satu siswa di dalam kelompok tidak
mengerti bagaimana proses pembentukan bayangan pada mata yang dijelaskan
di dalam buku Fisika. Kemudian ia bertanya kepada teman satu kelompoknya
yang ia anggap lebih paham, sehingga siswa tersebut mendapatkan informasi
yang lebih dari teman sebaya yang lebih paham tersebut.
b. Sosial – Emosional
Pada jenjang SMP dan SMA, siswa biasanya masih melakukan pencarian jati
diri mereka. Siswa pada umumnya akan meniru apa yang ada di lingkungannya atau
meniru apa yang menjadi role model-nya. Seperti misalnya, saat SMP siswa akan
menceritakan hal-hal pribadi pada keluarga atau teman, sedangkan saat SMA siswa
akan menceritakannya kepada gurunya. Dalam hal ini, biasanya siswa akan
melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri, apakah yang ia pikirkan selama ini
benar atau tidak, apakah yang ia rasakan selama ini benar atau tidak, atau bagaiman
seharusna mereka berbuat untuk suatu permasalahan. Pada umumnya, siswa akan
menilai dirinya sendiri kemudian membandingkannya dengan orang lain dan
terkadang merubah pola pikir mereka. Siswa cenderung akan membentuk suatu
kelompok pertemanan yang ia anggap cocok dengan dirinya dan kemudian menilai
apakah ia benar-benar cocok dengan karakteristik teman sekelompoknya tersebut,
atau bagaimana ia harus bersikap yang benar dalam kelompok pertemanan yang ia
masuki. Misalnya, salah satu siswa di kelas merasa dirinya tidak pintar dalam materi
alat-alat optik dan berada di peringkat terendah dalam ulangan harian materi alat
optik. Ia merasa bingung dan sedih untuk sekedar bercerita kepada teman atau
keluarga. Sehingga kemudian, siswa tersebut bercerita kepada gurunya tentang apa
yang ia rasakan dan pikirkan. Guru memberikan pengertian dan pemahaman apa
yang seharusnya siswa lakukan agar siswa tersebut tidak memikirkan dan
merasakan hal-hal yang buruk dan memotivasi siswa agar hasil belajarnya baik.

c. Moral
Siswa SMP biasanya memiliki pola pikir bahwa apa yang ia lakukan dalam hal
belajar biasanya bertujuan untuk mendapatkan hadiah atau penghargaan lainnya.
Namun, saat siswa berada di jenjang SMA, biasanya tujuan mereka berubah. Siswa
belajar bukan untuk mendapat hadiah atau penghargaan, tetapi untuk mencapai
tujuan selanjutnya yang telah ia susun, seperti keinginan untuk melanjutkan studi
ke jenjang perkuliahan atau bekerja. Selain itu, saat SMP biasanya siswa akan
berpacu pada perintah, saat guru mengatakan harus melakukan sesuatu maka siswa
benar-benar akan melakukan hal yang diperintahkan oleh guru. Sedangkan saat
siswa berada di jenjang SMA, mereka biasanya akan memikirkan kenapa siswa
harus melakukan perintah guru, apa saja yang dapat siswa lakukan dengan perintah
tersebut, dan bagaimana cara melakukan perintah tersebut dengan benar. Siswa
SMA biasanya akan lebih memahami karakteristik temannya dalam suatu
lingkungan pertemanan atau kelompok kerja. Dalam pembelajaran alat optik,
terutama saat percobaan atau eksperimen, terkadang siswa melakukan manipulasi
data. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki sikap jujur.

Anda mungkin juga menyukai