Makkiah Madaniah
Makkiah Madaniah
kebudayaannya. Demikian juga umat Islam amat memperhatikan kelestarian risalah Nabi
Muhammad SAW yang memuliakan umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan
sekadar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima oleh akal
dan mendapat respon manusia, tetapi diatas itu semua, ia agama yang sangat melekat pada
akal dan terpateri dalam hati. Oleh sebab itu kita dapati para pengemban petunjuk yang terdiri
atas sahabat, tabiin dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya Al-
Quran ayat demi ayat, baik dalam hal waktu ataupun tempatnya. Mengenai hal ini antara lain
seperti dikatakan oleh Ibn Mas’ud R.A :
"Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia, setiap surah Alquran kuketahui di mana surah itu
diturunkan, dan tiada satu ayat pun dari kitab Allah kecuali pasti kuketahui mengenai apa
ayat itu diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang yang lebih tahu daripadaku mengenai
Kitab Allah, dan dapat kujangkau orang itu dengan untaku, pasti kupacu untaku kepadanya.”
(Hadist Riwayat Bukhari).
Orang yang membaca Al-Quranul Karim akan melihat bahwa ayat-ayat Makkiah
mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat Madaniah, baik dalam irama
maupun maknyanya, sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-
hukum dan perundang-undangannya.
Pada zama jahiliah masyarakat Mekkah sedang dalam keadaan buta dan tuli,
menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, mendustakan hari akhir
dan sebagainya. Mereka ahli bertengkar dengan menggunakan kata –kata pedas dan retorika
luar biasa, sehingga wahyu Makkiah juga berupa goncangan-goncangan yang mencekam,
menyala-nyala seperti api yang memberi tanda bahaya yang disertai argumentasi yang sangat
tegas dan kuat.
Demikianlah kita akan melihat Quran surat makkiah itu penuh dengan ungkapan
yang kedengarannya amat keras ditelinga, huruf-hurufnya seolah melontarkan api ancaman
dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah , sebagai suara pembawa
malapetaka, dengan huruf-huruf hijaiyah pada permulaan surah, dan ayat-ayat yang berisi
tantangan didalamnya, nasib umat-umat terdahulu, dan bukti alamiah yang dapat diterima
oleh akal.
Setelah terbentuknya jamaah yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab dan Rasul-
Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar, juga telah diberi ujian oleh Allah dan dapat
mempertahankan keyakinannya tersebut, maka disaat itu kita melihat ayat-ayat Madaniah
yang panjang-panjang membicarkan hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuannya,
mengajak berjihad dan berkurban di jalan Allah, menjelaskan perundang-undangannya,
meletakan kaidah kemasyarakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan internasional
dan antar-bangsa. Juga menyngkapkan aib dan isi hati orang-orang munafik, berdialog
dengan ahli kitab dan membungkam mulut mereka. Inilah ciri-ciri umum Quran yang Madani.
Perhatian Para Ulama terhadap Surah Makki dan Madani serta contoh dan
Faedahnya.
Para ulama begitu tertarik menyelidiki surah Makki dan Madani. Mereka meniliti
Quran ayat demi ayat dan surah demi surah untuk menertibkan sesuai dengan nuzulnya,
dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka
mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merepukan ketentuan
cermat yang memberikan kepda peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah
tentang ilmu Makki dan Madani. Dan itu pula sikap para ulama dalam melakukan
pembahasan-pembahasannya terhadap aspek kajian Quran lainnya.
1. al-Fatihah
2. ar-Rad
3. ar-Rahman
4. ass-Saff
5. at-Tagabun
6. al-Mutaffifin
7. al-Qadar
8. al-Bayyinah
9. az-Zalzalah
10. al-Ikhlas
11. al-Falaq
12. an-Nas
Selain yang disebutkan diatas adalah makkiah, yaitu 80 surah. Maka jumlah
surah dalam Quran itu seluruhnya 114 surah.
Dengan menamakan sebuah surah itu Makkiah atau Madaniah tidak berarti
bahwa surah itu seluruhnya Makkiah atau Madaniah, sebab didalam surah
Makkiah terkadang terdapat ayah madaniah, dan begitu pula sebaliknya..
َْ وكْأَوْْيُخ ِر ُج
ْوكْْۚ َو َيم ُك ُرونَْْ َويَم ُك ُْر َْ ُوكْأَوْْيَقتُل
َْ ُ كْالَّذِينَْْ َكفَ ُرواْ ِليُثبِت
َْ َِوإِذْْ َيم ُك ُْرْب
َّْ ّللاُْْۖ َو
َّْللاُْخَي ُْرْال َما ِك ِرين َّْ
Misalnya surah al-An’am. Ibn Abbas berkata : “Surah ini diturunkan sekaligus
di Mekah, maka ia Makkiah, kecuali tiga ayat diturunkan di Madinah, yaitu
ayat : “Katakanlah (Muhamamad), Marilah aku bacakan.....” sampai dengan
ayat itu selesai (QS. Al-Anam : 151-153)
Dan surah al-Hajj adalah Makkiah, kecuali 3 ayat diturunkan di Madinah yaitu
QS Al-Hajj : 19-21.
Yang dimaksud oleh para ulama adalah ayat yang dalam surah Madaniah
tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum surah Makkiah.Contohnya :
ْاء َّ ار ْة ًْ ِمنَْْال
ِْ س َم َ ِْْكْفَْأَم ِطر
َ علَينَاْ ِح َج َّْ َو ِإذْْقَالُواْاللَّ ُه َّْمْ ِإنْْ َكانَْْ َهذَاْ ُه َْوْال َح
َْ قْ ِمنْْ ِعند
ْأ َ ِْوْائ ِتنَاْ ِب َعذَابْْأ َ ِليم
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika
betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami
dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih".
Ini mengingatkan permintaan kaum Musyrikin agar disegerakan azab itu
adalah di Mekkah.
Yang serupa dengan ayat yang diturukan di Madinah dalam Makki
Ayat yang turun pada malam hari dan pada siang hari.
Kebanyakan ayat Quran itu turun pada siang hari. Mengenai yang
diturunkan pada malam hari Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib
an-Naisaburi telah menelitinya. Dia memberikan beberapa contoh, diantaranya
bagian akhir surah Ali Imran. Ibn Hibban dalam kitab sahihnya, Ibn Munzir,
Ibn Mardawaih, dan Ibn Abud-Dunya, meriwayatkan dari Aisyah R.A : “Bilal
datang kepada Nabi untuk memberitahukannya waktu salat subuh tetapi ia
melihat nabi sedang menangis. Ia bertanya : "Rasulullah, apakah yang
menyebabkan engkau menangis? Nabi menjawab : “bagaimana saya tidak
menangis padahal tadi malam diturunkan kepadaku, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-
tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal.” Kemudian katanya :
“Celakalah orang yang membacanya, tetapi tidak memikirkannya.”
Sedangkan untuk yang turun dimusim dingn mereka contohkan dengan ayat-
ayat mengenai “ tuduhan bohong “ yang terdapat dalam surah an-Nur :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu (juga)...” sampai dengan “...Mereka memperoleh ampunan dan
rezeki mulia (surga)” (QS An-Nur : 11-26)
Untuk menentukan dan mengetahui Makki dan Madani para ulama bersandar kepada
dua cara utama :
1. Simaa’i naqli (pendengaran seperti apa adanya)
2. Qiyaasi Ijtihaadi ( kias hasil ijtihad )
Cara yang pertama ataupun Simaa’i Naqli didasarkan pada riwayat shahih dari para
sahabat yang hidup dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabiin yang menerima
dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dan dimana peristiwa apa yang berkaitan
dengan turunnya wahyu tersebut.
Cara yang kedua qiyaasi ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri ayat Makki dan Madani.
Apabila dalam surah Makki terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Madani atau
mengandung peristiwa Madani, maka dikatakan bahwa itu ayat Madani. Dan begitu pula
sebaliknya. Juga apabila dalam satu surah ada ciri Makki maka akan desebut itu surat Makki,
dan begitu sebaliknya. Olehkarena itu, para ahli mengatakan : “Setiap surah yang
didalamnya mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu maka surah itu
adalah Makki. Dan setiap surah yang didalamnya mengandung kewajiban atau
ketentuan, maka surah itu adalah Madani.” Dan begitu seterusnya.
I. Perbedaan Makki dengan Madani
Untuk membedakan Makki dengan Madani, pra ulama mempunyai 3 macam
pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Makki ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan
hubaidiyah. Dan Madani ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti uhud,
Quba dan Sil’. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkret
yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabuk atau baitul Maqdis tidak
termasuk kedalam salah satu bagianya, sehingga tidak dinamakan Makki atau madani.
Juga mengakibatkan bahwa yang turun di Mekkah sesudah hijrah disebut Makki.
َْاسْاعبُدُواْ َربَّ ُك ُْمْالَّذِيْ َخلَقَ ُكمْْ َوالَّذِينَْْ ِمنْْقَب ِل ُكمْْلَ َعلَّ ُكمْْتَتَّقُون
ُْ َّيَاْأَيُّ َهاْالن
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah : 21)
Dan juga surat yang sama dengan ayat lainnya yang seperti itu, yaitu Al-Baqarah ayat
168. Lalu surah an-Nisa itu Madani, tetapi permulaannya “yaa ayyuhan naas” Surah
al-Hajj, Makki, tetapi didalamnya terdapat juga :
Al-Quranul Karim adalah seruan ilahi terhadap semua makhluk. Ia dapat saja
menyeru orang yang beriman dengan sifat, nama atau jenisnya. Begitupula orang yang tidak
beriman dapat diperintahkan konsisten menambah ibadahnya.
Ini adalah dari segi ketentuan, sedangkan dari segi ciri tema dan gaya bahsa adalah
sebagai berikut :
1. Ajakan kepada Tauhid dan Ibadah, pembuktian risalah, kebbangkitan dan hari
pembalasan, hari kiamat dan kengeiannya, neraka dan siksaannya, surga dan
nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dan menggunakan bukti-bukti
rasional dan ayat-ayat kauniah.
2. Peletakan dasar umum bari prundang-undangan dan akhlak mulia yang
menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat dan penyingkapan dosa orang
musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim,
penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi
mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka
dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi
gangguan mereka dan yakin akan menang.
4. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali,
pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras,
menggetarkan hati, dan maknanyapun menyakinkan dengan diperkuat lafal-
lafal sumpah, seperti surah-surah pendek. Dan perkecualiannya sangat sedikit.
1. Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madani.
2. Setiap surah yang didalamnya menyebutkan orang-orang munafik adalah
Madani, kecuali surah al-Ankabut adalah Makki
3. Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli Kitab adalah
Madani.
Ini dari segi ketentuan, sedangkan dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa dapatlha
diringkas sebagai berikut :