Anda di halaman 1dari 11

Semua bangsa berusaha keras untunk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi

kebudayaannya. Demikian juga umat Islam amat memperhatikan kelestarian risalah Nabi
Muhammad SAW yang memuliakan umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan
sekadar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima oleh akal
dan mendapat respon manusia, tetapi diatas itu semua, ia agama yang sangat melekat pada
akal dan terpateri dalam hati. Oleh sebab itu kita dapati para pengemban petunjuk yang terdiri
atas sahabat, tabiin dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunnya Al-
Quran ayat demi ayat, baik dalam hal waktu ataupun tempatnya. Mengenai hal ini antara lain
seperti dikatakan oleh Ibn Mas’ud R.A :

"Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia, setiap surah Alquran kuketahui di mana surah itu
diturunkan, dan tiada satu ayat pun dari kitab Allah kecuali pasti kuketahui mengenai apa
ayat itu diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang yang lebih tahu daripadaku mengenai
Kitab Allah, dan dapat kujangkau orang itu dengan untaku, pasti kupacu untaku kepadanya.”
(Hadist Riwayat Bukhari).

Orang yang membaca Al-Quranul Karim akan melihat bahwa ayat-ayat Makkiah
mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat Madaniah, baik dalam irama
maupun maknyanya, sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-
hukum dan perundang-undangannya.

Pada zama jahiliah masyarakat Mekkah sedang dalam keadaan buta dan tuli,
menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, mendustakan hari akhir
dan sebagainya. Mereka ahli bertengkar dengan menggunakan kata –kata pedas dan retorika
luar biasa, sehingga wahyu Makkiah juga berupa goncangan-goncangan yang mencekam,
menyala-nyala seperti api yang memberi tanda bahaya yang disertai argumentasi yang sangat
tegas dan kuat.

Demikianlah kita akan melihat Quran surat makkiah itu penuh dengan ungkapan
yang kedengarannya amat keras ditelinga, huruf-hurufnya seolah melontarkan api ancaman
dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah , sebagai suara pembawa
malapetaka, dengan huruf-huruf hijaiyah pada permulaan surah, dan ayat-ayat yang berisi
tantangan didalamnya, nasib umat-umat terdahulu, dan bukti alamiah yang dapat diterima
oleh akal.

Setelah terbentuknya jamaah yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab dan Rasul-
Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar, juga telah diberi ujian oleh Allah dan dapat
mempertahankan keyakinannya tersebut, maka disaat itu kita melihat ayat-ayat Madaniah
yang panjang-panjang membicarkan hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuannya,
mengajak berjihad dan berkurban di jalan Allah, menjelaskan perundang-undangannya,
meletakan kaidah kemasyarakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan internasional
dan antar-bangsa. Juga menyngkapkan aib dan isi hati orang-orang munafik, berdialog
dengan ahli kitab dan membungkam mulut mereka. Inilah ciri-ciri umum Quran yang Madani.
Perhatian Para Ulama terhadap Surah Makki dan Madani serta contoh dan
Faedahnya.

Para ulama begitu tertarik menyelidiki surah Makki dan Madani. Mereka meniliti
Quran ayat demi ayat dan surah demi surah untuk menertibkan sesuai dengan nuzulnya,
dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka
mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merepukan ketentuan
cermat yang memberikan kepda peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah
tentang ilmu Makki dan Madani. Dan itu pula sikap para ulama dalam melakukan
pembahasan-pembahasannya terhadap aspek kajian Quran lainnya.

Yang terpenting dipelajari para ulama dalam pembahasan ini adalah :

 Yang diturunkan di Mekkah, Madinah, dan yang diperselisihkan.


Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah
Makkiah dan Madaniah ialah bahwa Madaniah ada 20 surah. Yaitu :
1. Al-Baqarah
2. Ali-Imran
3. an-Nisa
4. al-Maidah
5. al-Anfal
6. at-Taubah
7. an-Nur
8. al-Ahzab
9. al-Mujadalah
10. al-Hasyr
11. al-Mumtahanah
12. al-Jumu’ah
13. al-Munafiqun
14. at-Talaq
15. at-Tahrim
16. an-Nasr

Sedangkan yang diperselisihkan ada 12 surah. Yaitu :

1. al-Fatihah
2. ar-Rad
3. ar-Rahman
4. ass-Saff
5. at-Tagabun
6. al-Mutaffifin
7. al-Qadar
8. al-Bayyinah
9. az-Zalzalah
10. al-Ikhlas
11. al-Falaq
12. an-Nas

Selain yang disebutkan diatas adalah makkiah, yaitu 80 surah. Maka jumlah
surah dalam Quran itu seluruhnya 114 surah.

 Ayat-ayat Makkiah dalam Surah-Surah Madaniah.

Dengan menamakan sebuah surah itu Makkiah atau Madaniah tidak berarti
bahwa surah itu seluruhnya Makkiah atau Madaniah, sebab didalam surah
Makkiah terkadang terdapat ayah madaniah, dan begitu pula sebaliknya..

Diantara sekian contoh ayat-ayat Makiah dalam surah Madaniah ialah


surah al-Anfal itu Madaniah, tetapi banyak uolama mengecualikan ayat :

َْ ‫وكْأَوْْيُخ ِر ُج‬
ْ‫وكْْۚ َو َيم ُك ُرونَْْ َويَم ُك ُْر‬ َْ ُ‫وكْأَوْْيَقتُل‬
َْ ُ ‫كْالَّذِينَْْ َكفَ ُرواْ ِليُثبِت‬
َْ ِ‫َوإِذْْ َيم ُك ُْرْب‬
َّْ ‫ّللاُْْۖ َو‬
َْ‫ّللاُْخَي ُْرْال َما ِك ِرين‬ َّْ

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya


terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu
daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (Q.S Al-Anfal/8 : 30 ).

Mengenai ayat ini Muwatil mengatakan : “Ayat ini diturunkan di


Mekah, dan pada lahirnya memang demikian, sebab ia mengandung apa yang
dilakukan orang Musrikin di Darun Ndwah ketika mereka merencanakan tipu
daya terhadap Rasulullah SAW sebelum hijrah.”

 Ayat-ayat Madaniah dalam Surah Makkiah.

Misalnya surah al-An’am. Ibn Abbas berkata : “Surah ini diturunkan sekaligus
di Mekah, maka ia Makkiah, kecuali tiga ayat diturunkan di Madinah, yaitu
ayat : “Katakanlah (Muhamamad), Marilah aku bacakan.....” sampai dengan
ayat itu selesai (QS. Al-Anam : 151-153)
Dan surah al-Hajj adalah Makkiah, kecuali 3 ayat diturunkan di Madinah yaitu
QS Al-Hajj : 19-21.

 Ayat yang diturunkan di Mekkah sedangkan hukumnya Madani.

Mereka memberi contoh dengan firman Allah :

َّْ ‫ارفُواْْۚ ِإ‬


ْ‫ن‬ ُ ْْ‫اسْ ِإنَّاْ َخلَقنَا ُكمْْ ِمنْْذَ َكرْْ َوأُنثَىْْ َو َج َعلنَا ُكم‬
َْ ‫شعُوبًاْ َوقَبَا ِئ‬
َ ‫لْ ِلتَ َع‬ ُْ َّ‫يَاْأَيُّ َهاْالن‬
ْ‫ع ِليمْْ َخ ِبير‬ َّْ ‫ّللاِْأَتقَا ُكمْْْۚ ِإ‬
ََّْ ْ‫ن‬
َ ْ‫ّللا‬ َّْ َْ‫أَك َر َم ُكمْْ ِعن ْد‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al-Hujurat :
13)

Ayat ini diturunkan di mekah pada hari penaklukankota Mekkah, tetapi


sebenarnya Madaniah karena diturunkan sesudah hijrah, disamping itu
seruannya juga bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak
dinamakan Makki juga tidak dikatakan Madani secara pasti. Tetapi mereka
katakan “ayat yang diturunkan di Mekkah tapi hukumnya Madani”.

 Ayat yang diturunkan di Medinah tetapi Hukumnya Makkiah

Mereka memberi contoh dengan surah al-Mumtahanah. Surat ini diturunkan di


Medinah tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk
Mekkah. Juga seperti permulaan surah al-Baqarah ia diturunkan di Madinah
tetapi seruannya ditunjukan kepada orang musyrik penduduk Mekah.

 Ayat serupa yang diturunkan di Mekah dalam Madani

Yang dimaksud oleh para ulama adalah ayat yang dalam surah Madaniah
tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum surah Makkiah.Contohnya :
ْ‫اء‬ َّ ‫ار ْة ًْ ِمنَْْال‬
ِْ ‫س َم‬ َ ْْ‫ِكْفَْأَم ِطر‬
َ ‫علَينَاْ ِح َج‬ َّْ ‫َو ِإذْْقَالُواْاللَّ ُه َّْمْ ِإنْْ َكانَْْ َهذَاْ ُه َْوْال َح‬
َْ ‫قْ ِمنْْ ِعند‬
ْ‫أ َ ِْوْائ ِتنَاْ ِب َعذَابْْأ َ ِليم‬

“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika
betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami
dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih".
Ini mengingatkan permintaan kaum Musyrikin agar disegerakan azab itu
adalah di Mekkah.
 Yang serupa dengan ayat yang diturukan di Madinah dalam Makki

Mereka memberikan contoh :


‫ّلْاللَّ َمم‬
ْ َّ ‫شْ ِإ‬ ِ ْ‫الَّذِينَْْ َيجتَ ِنبُونَْْ َك َبا ِئ َْر‬
ِ ‫اْلث ِْمْ َوالفَ َو‬
َْ ‫اح‬
“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang
selain dari kesalahan-kesalahan kecil.....” (an-Najm : 32)
As-Suyuti mengatakan : “Perbuatan keji adalah setiap dosa yang ada
sanksinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang akibatkan siksa neraka. Dan
kesalahan kecil ialah apa yang ada diantara batasan kedua dosa tersebut.
Sedang di Mekkah belum ada sanksi yang serupa dengannya.
 Ayat yang dibawa dari Mekah ke Madinah

Contohnya adalah surah al-Ala. Diriwayatkan oleh Bukhari dari al-


Barra bin Azib yang mengatakan : Orang yang pertama datang kepada kami
dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah Mush'ab Bin Umair
dan Ibnu Ummi Maktum yang mereka berdua kemudian membacakan Al
Quran kepada kaum muslimin. Kemudian datanglah Amar dan Bilal. Sa'd
berkata; kemudian datang setelahnya Umar bin Khattab beserta dua puluh
orang. Setelah itu, datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka aku
tak pernah melihat penduduk Madinah begitu sangat bahagia sebagaimana
kebahagiaan mereka (di hari itu), sampai aku melihat anak-anak kecil saling
berkata: "Inilah adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau telah
datang." Dan tidaklah beliau datang hingga saya selesai membaca surat Al
A'la. Pengertian ini cocok dengan Alquran yang dibawa oleh golongan
Muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum Anshar.

 Ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekkah.

Contohnya ialah awal surah al Baqarah, yaitu ketika Rasulluah memerintahkan


kepada Abu Bakr untuk berhaji pada tahun ke 9. Ketika awal surah al-Baqarah
turun, Rasul memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk membawa ayat tersebut
kepada Abu Bakr, agar isa sampaikan kepada kaum Musyrikin. Maka Abu
Bakr membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah
tahun ini tidak seorang musyrikpun diperbolehkan berhaji.

 Ayat yang turun pada malam hari dan pada siang hari.

Kebanyakan ayat Quran itu turun pada siang hari. Mengenai yang
diturunkan pada malam hari Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib
an-Naisaburi telah menelitinya. Dia memberikan beberapa contoh, diantaranya
bagian akhir surah Ali Imran. Ibn Hibban dalam kitab sahihnya, Ibn Munzir,
Ibn Mardawaih, dan Ibn Abud-Dunya, meriwayatkan dari Aisyah R.A : “Bilal
datang kepada Nabi untuk memberitahukannya waktu salat subuh tetapi ia
melihat nabi sedang menangis. Ia bertanya : "Rasulullah, apakah yang
menyebabkan engkau menangis? Nabi menjawab : “bagaimana saya tidak
menangis padahal tadi malam diturunkan kepadaku, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-
tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal.” Kemudian katanya :
“Celakalah orang yang membacanya, tetapi tidak memikirkannya.”

 Yang turun dimusim panas dan musim dingin


Para ulama memberikan contoh ayat yang turun dimusim panas dengan ayat
tentang kalalaah yang terdapat di akhir surah an-Nisa. Dalam shahih Muslim,
dai Umar, dikemukakan :
“Tidak ada yang sering kutanyakan kepada Rasulullah tentang sesuatu
seperti pertanyaanku mengenai Kalalaah, Dan iapun tidak pernah bersikap
kasar tentang sesuatu urusan seperti sikapnya kepadaku mengenai soal
Kalaalah ini, sampai sampai ia menekan dadaku dengan jarinya sambil
berkata : “Umar, belum cukupkah bagimu satu ayat yang diturunkan pada
musim panas yang terdapat di akhir surah an-Nisa?.”

Sedangkan untuk yang turun dimusim dingn mereka contohkan dengan ayat-
ayat mengenai “ tuduhan bohong “ yang terdapat dalam surah an-Nur :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu (juga)...” sampai dengan “...Mereka memperoleh ampunan dan
rezeki mulia (surga)” (QS An-Nur : 11-26)

 Yang diturunkan waktu menetap dan yang turun di dalam perjalanan.

Kebanyakan dari Quran itu turun diwaktu menetap.Tetapi


perikehidupan Rasulullah penuh dengan jihad dan peperangan dijalan Allah,
sehingga wahyupun turun juga dalam perjalanan tersebut. As-Suyuti
menyebutkan banyak contoh ayat yang turun dalam perjalanan. Diantaranya
ialah diawal surah al-Anfal yang turun di Badr setelah selelsai perang,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad melalui Sa’ad bin Abi Waqqas. Dan
ayat : “.... Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menginfakkannya di jalan Allah...” ( at-Taubah : 34)

Diriwayatkan oleh Ahmad melalui Sauban, bahwa ayat tersebut turun


ketika Rasulullah sedang dalam suatu perjalanan.
Faedah mengetahui Makki dan Madani

Pengetahuan tentang Makki dan Madani banyak faedahnya, diantaranya :

A. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Al-Quran, sebab pengetahuan


mengenai tempat turunnya ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan
menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah
pengertian umum dari suatu lafadz, bukan sebab yang khusus.
B. Meresapi gaya bahasa Alquran dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah
menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri.
Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus
dalam ilmu retorika. Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Al-Quran
memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian
dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan bicara dan menguasai
pemikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh
kebijaksanaan. Setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan pola penyampaian
tersendiri. Hal yang demikian nampak jelas dalam berbagai cara Quran menyeru
berbagai golongan : orang yang beriman, yang musyrik, yang munafik dan Ahli Kitab.
C. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Quran, sebab turunnya wahyu
kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala peristiwanya, baik pada
periode Mekkaah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga
ayat terakhir diturunkan.

Pengetahuan tentang Makki dan Madani serta Perbedaannya.

Untuk menentukan dan mengetahui Makki dan Madani para ulama bersandar kepada
dua cara utama :
1. Simaa’i naqli (pendengaran seperti apa adanya)
2. Qiyaasi Ijtihaadi ( kias hasil ijtihad )

Cara yang pertama ataupun Simaa’i Naqli didasarkan pada riwayat shahih dari para
sahabat yang hidup dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabiin yang menerima
dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dan dimana peristiwa apa yang berkaitan
dengan turunnya wahyu tersebut.

Cara yang kedua qiyaasi ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri ayat Makki dan Madani.
Apabila dalam surah Makki terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Madani atau
mengandung peristiwa Madani, maka dikatakan bahwa itu ayat Madani. Dan begitu pula
sebaliknya. Juga apabila dalam satu surah ada ciri Makki maka akan desebut itu surat Makki,
dan begitu sebaliknya. Olehkarena itu, para ahli mengatakan : “Setiap surah yang
didalamnya mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu maka surah itu
adalah Makki. Dan setiap surah yang didalamnya mengandung kewajiban atau
ketentuan, maka surah itu adalah Madani.” Dan begitu seterusnya.
I. Perbedaan Makki dengan Madani
Untuk membedakan Makki dengan Madani, pra ulama mempunyai 3 macam
pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.

Pertama : Dari segi waktu turunnya.


Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekkah.
Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah meskipun bukan di Madinah. Yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekkah ataupun Arafah adalah madani,
seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Mekkah, misalnya firman Allah
berikut :
ِ ْ‫ضيتُْْلَ ُك ُْم‬
ْۚ ‫اْلس ََل َْمْدِينًا‬ َ ُْْ‫اليَو َْمْأَك َملتُْْلَ ُكمْْدِي َن ُكمْْ َوأَت َممت‬
ِ ‫علَي ُكمْْنِع َمتِيْ َو َر‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Kedua : Dari segi tempat turunnya.

Makki ialah yang turun di Mekkah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan
hubaidiyah. Dan Madani ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti uhud,
Quba dan Sil’. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara konkret
yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di Tabuk atau baitul Maqdis tidak
termasuk kedalam salah satu bagianya, sehingga tidak dinamakan Makki atau madani.
Juga mengakibatkan bahwa yang turun di Mekkah sesudah hijrah disebut Makki.

Ketiga : Dari segi sasarannya.

Makki adalah yang seruannya ditunjukan kepada penduduk Mekkah dan


Madani adalah yang seruannya ditunjukan kepada penduduk Madinah. Berdasarkan
pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Quran yang mengandung
seruan yaa ayyuhan naas adalah Makki sedangkan ayat yang mengandung yaa
ayyuhal laziina aamanuu adalah Madani. Namun melalui pengamatan cermat,
nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Quran tidak selalu dibuka dengan salah
satu seruan itu. Dan ketentuan demikianpun tidak konsisten. Misalnya surah al-
Baqarah itu Madani, tetapi didalamnya terdapat ayat :

َْ‫اسْاعبُدُواْ َربَّ ُك ُْمْالَّذِيْ َخلَقَ ُكمْْ َوالَّذِينَْْ ِمنْْقَب ِل ُكمْْلَ َعلَّ ُكمْْتَتَّقُون‬
ُْ َّ‫يَاْأَيُّ َهاْالن‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah : 21)

Dan juga surat yang sama dengan ayat lainnya yang seperti itu, yaitu Al-Baqarah ayat
168. Lalu surah an-Nisa itu Madani, tetapi permulaannya “yaa ayyuhan naas” Surah
al-Hajj, Makki, tetapi didalamnya terdapat juga :

۩ ‫ون‬ ْ ‫س ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم َو‬


َ ‫افعَلُوا ا ْل َخ ْي َر لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
ْ ‫ِين آ َمنُوا‬
ْ ‫ار َكعُوا َوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu
dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (al-Hajj : 77)

Al-Quranul Karim adalah seruan ilahi terhadap semua makhluk. Ia dapat saja
menyeru orang yang beriman dengan sifat, nama atau jenisnya. Begitupula orang yang tidak
beriman dapat diperintahkan konsisten menambah ibadahnya.

II. Ciri Khas Makki dan Madani


Para Ulama telah meneliti surah-surah Makki dan Madani dan menyimpulakn
beberapa ketentuan analogis bagi keduanya yang menerangkan ciri-ciri khas gaya
bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat
menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri tersebut

Ketentuan Makki dan Ciri Khas Temanya


1. Setiap surah didalamnya mengandung “sajdah” maka surah itu Makki.
2. Setiap surah mengandung lafal kallaa, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat
dalam separuh terakhir dari Quran. Dan disebut sebanyak 30 kali dalam 15
surah.
3. Setiap surah yang mengandung yaa ayyuhan naas dan tidak mengandung yaa
ayyuhal laziina aamanuu, berarti Makki, kecuali surah al-hajj yang pada akhir
surah terdapat yaa ayyuhal laziina aamanur-ka’uu wasjuduu . Namun
demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah Makki.
4. Setiap surah mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu adalah Makki,
kecuali surah Al-Baqarah
5. Setiap surah mengandung kisah Adam dan Iblis adalah Makki, kecuali surah
Al-Baqarah.
6. Setiap surah yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Laam
Mim, Alif Laam Raa, Haa Miim, dan lain sebagainya, adalah Makki, kecuali
surah Al-Baqarah dan Ali Imran. Sedangkan surah Ar-Rad masih
diperselisihkan.

Ini adalah dari segi ketentuan, sedangkan dari segi ciri tema dan gaya bahsa adalah
sebagai berikut :

1. Ajakan kepada Tauhid dan Ibadah, pembuktian risalah, kebbangkitan dan hari
pembalasan, hari kiamat dan kengeiannya, neraka dan siksaannya, surga dan
nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dan menggunakan bukti-bukti
rasional dan ayat-ayat kauniah.
2. Peletakan dasar umum bari prundang-undangan dan akhlak mulia yang
menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat dan penyingkapan dosa orang
musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim,
penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi
mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka
dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi
gangguan mereka dan yakin akan menang.
4. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali,
pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras,
menggetarkan hati, dan maknanyapun menyakinkan dengan diperkuat lafal-
lafal sumpah, seperti surah-surah pendek. Dan perkecualiannya sangat sedikit.

Ketentuan Madani dan Ciri Khas Temanya

1. Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madani.
2. Setiap surah yang didalamnya menyebutkan orang-orang munafik adalah
Madani, kecuali surah al-Ankabut adalah Makki
3. Setiap surah yang didalamnya terdapat dialog dengan ahli Kitab adalah
Madani.

Ini dari segi ketentuan, sedangkan dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa dapatlha
diringkas sebagai berikut :

1. Menjelaskan ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan


sosial, hubungan internasional, baik dalam waktu damai maupun perang,
kaidah hukum mdan masalah perundang-undangan.
2. Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan
kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan
mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran
dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa
dengki diantara sesama mereka
3. Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka
kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
4. Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang
memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.

Sumber : Mabahist fi Uluumil Qur’aan, Mannaa Khalil Al Qattaan

Anda mungkin juga menyukai