Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton Bertulang

Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar


yaitu pasir, batu pecah, dengan menambahkan secukupnya bahan pengikat
semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama
proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Air yang digunakan haruslah
air bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat
organik atau bahan- bahan lain yang bersifat merusak beton dan baja tulangan.

Nilai kuat tekan beton relatif tinggi bila dibandingkan dengan kuat
tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas. Pada penggunaan sebagai
komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang
tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Terdapat
pembagian tugas dimana batang tulangan baja berfungsi memperkuat dan
menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya menahan gaya tekan. Komponen
struktur beton dengan baja bekerja sama seperti itu disebut sebagai beton
bertulang.

Pada saat sekarang ini, bahan beton bertulang sangatlah penting dalam
berbagai pembangunan, baik untuk gedung bertingkat tinggi, jembatan,
bendungan, maupun dermaga atau pelabuhan. Dalam perkembangannya,
didasarkan pada tujuan peningkatan kekuatan komponen, sering juga dijumpai
beton dan tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada bagian struktur di mana
keduanya menahan gaya tekan.
Definisi beton bertulang menurut SK SNI T-15-1991-03 dan SNI-03-
2847-2002, merupakan beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.

1
2.1.1 . Kelebihan dan Kekurangan Beton Bertulang
Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan beton bertulang sebagai suatu
bahan struktur.
1. Kelebihan beton bertulang:
a. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan kebanyakan bahan lain.
b. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api
dan air, bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan
yang banyak bersentuhan dengan air.
c. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang
sangat panjang. Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton
bertulang dapat digunakan sampai kapan pun tanpa kehilangan
kemampuannya untuk menahan beban.
f. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis
untuk pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan,
dan bangunan - bangunan lainnya.
g. Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan
kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang besar.
h. Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal
yang murah (pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan
sedikit semen dan tulangan baja, yang mungkin saja harus
didatangkan dari daerah lain.
i. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi
beton bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain
seperti struktur baja.

2
2. Kekurangan beton bertulang:
a. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga
memerlukan penggunaan tulangan tarik.
b. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan
beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada
struktur - struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton
yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
c. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi
campuran dan pengadukannya. Selain itu, penuangan dan
perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti seperti yang
dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja
dan kayu.
2.1.2 Bahan Susun Beton
Beton merupakan bahan yang paling banyak dipakai pada pembangunan
dalam bidang teknik sipil, baik pada pembangunan gedung, jembatan, bendungan,
maupun konstruksi yang lainnya.
Secara sederhana, beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen,
air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil). Pada
camuran beton juga sering ditambahkan dengan bahan lain (admixture) yang
berfungsi untuk memperbaiki kualitas beton. Campuran dari bahan susun (semen,
pasir, kerikil, dan air) yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air, yang menyebabkan
pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan yang
tinggi, tetapi ketahanan terhadap tarik rendah.
Campuran antara semen dan air akan membentuk pasta semen, yang
berfungsi sebagai bahan ikat. Sedangkan pasir dan kerikil merupakan bahan
agregat yang berfungsi sebagai bahan pengisi, dan sekaligus bahan yang diikat
oleh pasta semen. Ikatan antara pasta semen dengan agregat ini menjadi satu
kesatuan yang kompak, dan akhirnya dengan berjalannya waktu akan menjadi
keras serta padat yang disebut beton.

3
Skema bahan susun beton dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

SEMEM Air Pasir Kerikil

Agregat
Pasta
semen

Beton

Gambar 2.1 Skema Bahan Susun Beton


( Sumber : Ali Asroni, 2010:3 )

2.2 . Kolom
2.2.1 Pengertian kolom
Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai
pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar
melalui fondasi.Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur. Oleh karena itu dapat didefisikan, kolom ialah suatu struktur yang
mendukung beban aksial dengan atau tanpa momen lentur.

4
Struktur bangunan gedung terdiri atas dua bangunan utama, yaitu struktur
bangunan bawah dan struktur bangunan atas. Struktur bangunan bawah, yaitu
struktur bangunan yang berada dibawah permukaan tanah yang lazim disebut
fondasi. Fondasi berfungsi sebagai pendukung struktur bangunan diatasnya untuk
diteruskan ketanah dasar. Sedangkan struktur bangunan atas, yaitu struktur
bangunan yang berada di atas permukaan tanah, yang meliputi atap, pelat lantai,
balok, kolom dan dinding. Selanjutnya balok dan kolom menjadi satu kesatuan
yang kokoh dan sering disebut sebagai kerangka (portal) dari suatu gedung.

Definisi kolom menurut SNI 03-2847-2002 : kolom adalah komponen


struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan dengan
rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3. Apabila rasio tinggi
terhadap dimensi lateral terkecil kurang dari 3 maka di sebut pedestal.

Pada struktur bangunan kolom merupakan komponen struktur yang


paling penting untuk diperhatikan, karena apabila kolom ini mengalami
kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan struktur bangunan atas dan gedung
secara keseluruhan. Oleh karena itu merencanakan struktur kolom harus
diperhitungkan secara cermat cadangan kekuatan yang lebih tinggi dari komponen
struktur lainnya.

2.2.2 Jenis-jenis kolom


Secara umum kolom dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan jenis tulangan :
a. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun
bujur sangkar, dengan tulangan memanjang dan sengkang.
b. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral.
c. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja
struktural yang berada dalam beton.

5
Gambar 2.2 Jenis-jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Jenis Tulangan

( Sumber : Ali Asroni, 2010:2 )

Dalam ketiga jenis kolom tersebut, kolom bersengkang segi empat


dan bujur sangkar merupakan jenis yang paling banyak dijumpai karena
pelaksanaan pekerjaanya mudah dan harganya murah.

2. Berdasarkan posisi atau letak beban aksial


Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang
kolom, kolom dibedakan menjadi 2 macam yaitu kolom dengan posisi
beban sentris dan kolom dengan posisi beban eksentris, seperti pada
gambar di bawah.
Untuk kolom dengan posisi beban sentris, berarti kolom ini
menahan beban aksial tepat pada sumbu kolom (gambar a) . pada keadaan
ini seluruh permukaan penampang beton beserta tulangan kolom
menerima beban tekan. Untuk kolom dengan posisi beban eksentris,
berarti beban aksial bekerja di luar sumbu kolom dengan eksentrisitas
sebesar e (gambar b) . beban aksial P dan eksentrisitas sebesar e ini akan
menimbulkan momen M sebesar M-P.e dengan demikian kolom yang
menahan beban eksentris ini pengaruhnya sama dengan kolom yang
menahan beban aksial sentris P serta momen M (gambar c)

6
Gambar 2.3 letak beban aksial
( Sumber : Ali Asroni, 2010:3 )

Pada kolom dengan beban eksentris ini dibedakan lagi menjadi


beberapa bagian berdasarkan nilai eksentrisitasnya e,yaitu :

1) Nilai eksentrisitas e kecil.


Untuk nilai e kecil, maka momen M (M = P x e) yang
ditimbulkan juga kecil. Pada keadaan ini kolom akan melengkung
sesuai arah momen lentur, sehingga ada sebagian kecil beton serta
baja tulangan di sebelah kiri menahan tegangan tarik,dan sebagian
besar beton serta baja tulangan di sebelah kanan menahan tegangan
tekan. Karena tegangan tarik yang terjadi pada baja tulangan sebelah
kiri cukup kecil, maka kegagalan kolom akan ditentukan oleh
hancurnya material beton tekan sebelah kanan. Keadaan ini disebut
kolom pada kondisi beton tekan menentukan, atau kolom pada
kondisi patah tekan.
2) Nilai eksentrisitas e sedang.
Momen M yang ditimbulkan tidak begitu besar. Pada keadaan
ini,sebagian beton serta baja tulangan sebelah kiri menahan tegangan
tarik, sedangkan sebagian beton serta baja tulangan sebelah kanan
akan menahan tegangan tekan. Tegangan tarik yang terjadi pada baja
tulangan sebelah kiri dapat mencapai leleh pada saat yang bersamaan
dengan hancurnya material beton sebelah kanan yang menahan

7
tegangan tekan. Keadaan ini sering disebut kolom pada keadaan
seimbang (balance).
3) Nilai eksentrisitas e besar.
Untuk nilai e besar, maka momen M yang ditimbulkan juga
besar. Pada keadaan ini, tegangan tarik pada baja tulangan sebelah
kiri makin besar sehingga mencapai leleh, tetapi material beton
sebelah kanan masih kuat menahan beban tekan. Maka dari itu
kegagalan yang terjadi ditentukan oleh lelehnya baja tulangan
tersebut. Keadaan ini sering disebut kolom pada kondisi tarik
menentukan, atau kolom pada kondisi patah tarik. (sumber: Asroni, A.
2010).
4) Nilai eksentrisitas e sangat besar.
Momen M yang ditimbulkan sangat besar,sehingga beban aksial
P dapat diabaikan (relative kecil terhadap momen M). Pada keadaan
ini seolah-olah kolom hanya menahan momen lentur saja, sehingga
dapat dihitung seperti balok biasa.
3. Berdasarkan ukuran panjang-pendeknya kolom dalam hubungannya
dengan dimensi lateral, yaitu :

a. Kolom pendek ( kolom tidak langsing / kolom gemuk )


Pada kolom pendek, kehilangan stabilitas karena tekuk tida pernah
dijumpai. Jadi kegagalan pada kolom pendek disebabkan oleh
kegagalan materialnya (lelehnya baja tulangan dan atau hancurnya
beton).

b. Kolom panjang ( kolom langsing / kolom kurus )


Beban yang bekerja pada kolom panjang, dapat menyebabkan terjadi
kegagalan atau keruntuhan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral
karena bahaya tekuk. (sumber: Asroni, A. (2010)
2.2.3 Material Pembentuk Kolom
Kolom pada umumnya dapat terbentuk dari beton bertulang, maupun
kolom komposit yaitu gabungan antara beton bertulang dan baja profil struktural.
Material kolom tersebut disesuaikan dengan fungsi kolom tersebut dalam
penggunaannya pada suatu konstruksi. Berikut material pembentuk kolom :

8
1. Beton
Beton adalah material yang dibentuk dari pengerasan campuran
anatra air,agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau
kerikil) dan kadang-kadang ditambahkan juga campuran bahan
tambahan untuk memperbaiki kualitas beton.Beton merupakan
material yang paling umum digunakan dalam konstruksi kolom. Dalam
sebuah konstruksi beton memiliki fungsi untuk menahan gaya tekan
dan biasanya di tambahakan baja tulangan untuk menambah daya
tahan terhadap gaya tarik pada beton. Bahan susun beton antara lain :
a. Semen
Semen atau biasa disebut semen portland adalah bahan
perekat hidrolis yaitu bahan perekat yang dapat mengeras apabila
bersenyawa dengan air dan berbentuk benda padat yang tidak larut
dalam air. Bahan baku semen terdiri dari kapur, silika, alumina,
dan besi.
Menurut SII 0031-81 (Tjokordimuljo,1996), semen yang dipakai di
Indonesia di bagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusus.
2. Jenis II : Semen Portland untuk beton tahan sulfat dan
mempunyai panas hidrasi sedang.
3. Jenis III : Semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal
tinggi (cepat mengeras)
4. Jenis IV : Semen Portland untuk beton yang memerlukan panas
hidrasi rendah.
5. Jenis V : Semen Portland untuk beton yang sangat tahan
terhadap sulfat.
Semen portland yang digunakan untuk pembuatan beton,
yaitu semen yang berbutir halus. Kehalusan butir semen ini dapat
dirasakan dengan tangan. Semen yang tercampur/mengandung
gumpalan-gumpalan (meskipun kecil), tidak baik untuk pembuatan
beton.

9
b. Pasir
Pasir merupakan agregat halus yang mempunyai ukuran
diameter 1mm-5mm. Pasir yang digunakan sebagai bahan beton,
harus memenuhi syarat berikut :
1. Berbutir tajam dan keras
2. Bersifat kekal, yaitu tidak mudah lapuk/hancur oleh perubahan
cuaca.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
keringnya jika kandungan lumpur lebih dari 5% maka pasir
harus dicuci.
4. Tidak boleh menggunakan pasir laut. Kandungan garam pada
pasir laut dapat merusak beton/nbaja tulangan.
c. Kerikil
Kerikil merupakan agregat kasar yang mempunyai uuran
diameter 5mm-40mm. Sebagai pengganti kerikil dapat juga dipakai
batu pecah. Kerikil atau batu pecah penyusun beton harus
memenuhi syarat :
1. Bersifat padat dan keras, tidak berpori.
2. Harus bersih, tidak boleh mengsndung lumpur lebih dari 1%.
Jika kandungan lumpur lebih dari 1 % maka kerikil/batu pecah
tersebut harus dicuci.
3. Pada keadaan terpaksa, dapat dipakai kerikil bulat.
d. Air
Air untuk pembuatan beton sebaiknya digunakan air bersih
yang dapat diminum. Air yang diambil dari dalam tanah (misalnya
air sumur) atau air yang bersal ari perusahaan air minum, pada
umumnya cukup baik bila dipakai untuk pembuatan beton.
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia tahun 1971
(PBI-1971), air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan
beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton
dan atau baja tulangan.

10
2. Baja tulangan
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan
pada elemen beton bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan
kawat baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan
tulangan lain, selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebut.
Baja tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu baja
tulangan polos dan baja tulangan ulir atau deform (BJTD). Tulangan
polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan
mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 240 Mpa. Tulangan
ulir/deform digunakan untuk tulangan longitudinal atau tulangan
memanjang dan mempunyai tegangan leleh (fy ) minimal 300 Mpa
(disebut BJTD-30) .
a. Baja profil struktural
Baja adalah paduan logam yang tersusun dari besi sebagai
unsur utama dan karbon sebagai unsur penguat. Baja untuk
pemakaian structural dapat dibedakan atas baja karbon, baja
paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat-
syarat umum untuk baja ini diberikan dalam spesifikasi
ANSI/ASTM A6.
b. Baja karbon
Sebutan baja karbon berlaku untuk baja yang mengandung
unsur bukan besi dengan presentase maksimum sebagai berikut:
(a) karbon, 1.7; (b) mangan, 1.65; (c) silikon, 0.60; dan (d)
tembaga, 0.60. karbon dan mangan adalah unsur utama untuk
menaikkan kekuatan besi murni. Kategori ini meliputi bahan
dari besi acuan (ingot) yang tidak mengandung karbon sampai
besi tuang yang mengandung karbon minimal 1.7%. baja ini
dibagi atas 4 kategori: karbon rendah (kurang dari 0.15%);
karbon lunak (0.15-0.29%); karbon sedang (0.30-0.59%);
karbon tinggi (0.60-1.70%). Baja karbon srtuktural termasuk
kategori karbon lunak; baja seperti A36 (biasa dipakai untuk
gedung) mengandung karbon maksimum yang berkisar antara

11
0.25 dan 0.29% tergantung pada tebalnya. Baja karbon
struktural ini memiliki tegangan leleh (fy) antara 210 – 250 MPa.
Penambahan presentase karbon menaikkan tegangan leleh tetapi
mengurangi dektilitas (ductility), sehingga lebih sukar dilas
pengelasan yang ekonomis dan memadai dengan tanpa
pemanasan awal, pemanasan akhir, atau elektroda las khusus
umumnya hanya dapat dicapai bila kandungan karbon tidak
lebih dari 0.30%.
c. Baja Paduan Rendah Kekuatan Tinggi
Kategori ini meliputi baja yang tegangan lelehnya berkisar
antara 290 – 550 MPa dengan titik leleh yang sama seperti
untuk baja karbon. Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan
menambah unsur paduan seperti chorom, columbium, tembaga,
mangan, molybdenum, nikel, fosfor, vanadium atau zirconium,
agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik. Sementara baja
karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan kandungan
karbon, unsur paduan menaikkan kekuatan dengan memperhalus
mikrostruktur yang terjadi selama pendinginan baja. Baja
paduan rendah kekuatan tinggi (high-strength low-alloy steel)
dipakai pada kondisi penggilingan atau penormalan (tanpa
perlakuan panas).
d. Baja paduan
Baja paduan rendah (low alloy) dapat ditempa dan
dipanaskan untuk memperoleh tegangan leleh antara 550 sampai
760 MPa. Titik peralihan leleh tidak tampak dengan jelas.
Tegangan leleh dari baja paduan biasanya ditentukan sebagai
tegangan yang terjadi saat timbul regangan permanen sebesar
0.002%, atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada saat
regangan mencapai 0,5%.
Baut yang biasa digunakan sebagai alat pengencang mempunyai
tegangan putus minimum 415 Mpa hingga 700 Mpa. Baut mutu
tinggi mempunyai kandungan karbon maksimum 0.30%, dengan

12
tegangan putus berkisar antara 733 hingga 838 Mpa.
2.2.4 Fungsi Kolom
Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk pekerjaan struktur suatu
konstruksi bangunan ada 2 jenis kolom sesuai fungsinya, yaitu:
1. Kolom Utama, adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada di atasnya. Jarak kolom utama minimal adalah 3,5
m, dan jika lebih dari 3,5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung.
2. Kolom Praktis, adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama
dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-
sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10,
begel d 8-20.
2.2.5 Asumsi Dasar Perencanaan Kolom

Pada perencanaan kolom terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan,


yaitu sebagai berikut :

a) Pasal 12.2.2 SNI 03-2487-2002 : Distribusi regangan di sepanjang


tebal kolom dianggap berupa garis lurus (linear),
b) Pasal 12.2.2 SNI 03-2487-2002 : Tidak terjadi slip antara beton dan
tulangan
c) Pasal 12.2.3 SNI 03-2487-2002 : Regangan tekan maksimal beton
dibatasi pada kondisi ultimit ɛcu = 0,003
d) Pasal 12.2.5 SNI 03-2487-2002 : Kekuatan beton tarik diabaikan
e) Pasal 12.2.4 SNI 03-2487-2002 : Tegangan baja tulangan tarik
maupun tekan (fs maupunfs’) yang belum mencapai leleh (< fy)
dihitung sebesar modulus elastisitas baja tulangan (Es) dikalikan
dengan regangannya (εs maupun εs’)
f) Pasal 12.2.6 SNI 03-2487-2002 : Hubungan antara distribusi tegangan
tekan beton dan regangan beton dapat diasumsikan persegi,
trapezium, parabola atau bentuk lainnya
g) Pasal 12.2.7.1 SNI 03-2487-2002 : Bila hubungan antara distribusi
tegangan dan regangan beton diasumsikan berbentuk tegangan beton

13
persegi ekuivalen, maka dipakai nilai tegangan beton sebesar 0.85 fc’
yang terdistribusi secara merata pada daerah tekan ekuivalen yang
dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar garis
netral berjarak a = β1.c dari serat tekan maksimal
h) Pasal 12.2.7.3 SNI 03-2487-2002 : Faktor β1 diambil sebagai berikut :
1) UntukFc’≤30MPa,β1=0,85
𝑓𝑐 ′ −30
2) Untukfc’>30MPa,β1=0,85–( )
7

3) Untukfc’>55MPa,β1=0,65
2.2.6 Prosuder Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Kolom

Secara umum prosedur pelaksanaan pekerjaan struktur kolom


pembangunan pada suatu gedung sebagai berikut :

1. Persiapan peralatan, bahan, dan gambar kerja.


Untuk proses pengecoran berjalan lancar maka dengan semua
perlengkapan peralatan harus disediakan terlebih dahulu segala sesuatu
yang akan digunakan pada saat pekerjaan dilaksanakan agar tidak
menghambat jalan pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Pengukuran, pemotongan, pembengkokan;
Pabrikasi besi beton, potong sesuai bestat yang telah dibuat dan rakit
sesuai pada gambar kerja. Untuk pekerjaan penulangan, pemotongan
besi dan pembengkokannya digunakan alat bar cutter dan dan bar
bending
3. Pemasangan begisting Kolom;
Sebelum di pasang, tiap sisi bagian dalam bekisting terlebih dahulu di
olesi dengan minyak pelumas (oli) fungsinya agar pada saat
pembongkaran bekisting, kolom tetap rapi dan tidak melengket pada
begisting.
4. Pengecekan kelurusan kolom sebelum pengecoran atau penyetelan
kolom.
Setelah bekisting kolom di dirikan, kontrol ketegakannya menggunakan
unting-unting kemudian dipaku pada perancah agar begesting tidak
bergeser dan tetap kuat pada saat pengecoran.

14
5. Proses pengadukan campuran dan pengecoran
Setelah semua langkah diatas selesai dan kolom sudah siap untuk dicor,
selanjutnya adalah tahap pengadukan dan pengecoran kolom..
6. Pemadatan adukan beton dalam bekisting
Pemadatan campuran beton dilakukan tiap kali memasukkan campuran
kedalam bekisting, agar campuran beton betul – betul padat setelah
pengecoran.
7. Pembongkaran begisting kolom setelah beton sudah cukup umur.
8. Perawatan kolom
Setelah selesai pengecoran, di lanjutkan dengan perawatan kolom yang
sudah jadi dengan cara penyiraman dengan air dan menghindari
pekerjaan tersebut dari benturan-benturan benda keras yang akan
mempengaruhi kekuatan dari kolom tersebut. Perawatan yang dimaksud
yaitu menjaga agar proses hidrasi berlangsung dengan baik.
2.2.7 Begesting Kolom
Dalam pengecoran kolom pada setiap pembangunan diperlukan ketelitian
baik mulai dari pembesian, pembuatan cetakan/begesting hingga pengecoran
betonnya sendiri. Untuk itu sangatlah penting pembuatan cetakan/begesting yang
baik, kuat, tegak, siku dan lurus antara kolom yang satu dengan kolom yang lain
guna menghasilkan kolom yang diinginkan.

Pada umumnya sebuah bekisting merupakan sebuah konstruksi yang


bersifat sementara dengan fungsi utama, yaitu:

1. Untuk memberi bentuk kepada sebuah konstruksi beton


2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan
3. Untuk memikul beton, hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk
dapat memikul diri sendiri maupun beban luar.
4. Mencegah hilangnya air semen pada saat pengecoran.
5. Sebagai isolasi panas pada beton.

Sebaiknya kolom tidak dicor pada waktu yang bersamaan dengan balok
atau plat lantai yang menumpang diatasnya, tetapi harus dicor lebih dahulu karena

15
kolom-kolom yang dicor terlebih dahulu dapat memberikan keamanan stabilitas
kepada konstruksi bekisting bagi coran berikutnya.

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi tanggung


jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan
tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya
hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan
memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan nantinya.
Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari
beberapa alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan
keunggulan dari masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor
pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini juga tergantung dari
pengalaman dan jam terbang dari pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan penting
yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu:
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan
keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari
pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor
keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga
seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau
berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya
dalam proses pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan
owner(pemilik).
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu
keputusan mengenai metode bekisting yang akan dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting
menjadi komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas

16
dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam bestek. Metode
bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur
besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur
kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat
pakai
ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas
bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama untuk penentuan
berapa kali siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan
pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau
kesulitan untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem
bekisting yang akan diterapkan. Selain faktor-faktor tersebut masih
banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek (work-
time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana
transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan
secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diambil keputusan
mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.
2.2.7.1 Bagian Bagian Begesting Kolom
Dalam pekerjaan begesting walaupun menggunakan alat dan bahan yang
beraneka ragam dan sederhana namun mempunyai tujuan akhir yang sama, yaitu
ingin mewujudkan bentuk beton yang sesuai dengan yang diinginkan maupun
yang telah rencanakan sebelumnya.
Berikut di bawah ini adalah bagian – bagian dari begesting kolom adalah:
e. Acuan
Acuan merupakan bagian penting dari begesting yang mempunyai
fungsi sebagai pembentuk beton dan dimensi yang diinginkan, serta
merupakan bagian penting untuk menentukan hasil akhir dari pemukaan

17
permukaan beton. Acuan terbuat dari bahan papan yang disambung pada
arah memanjang maupun melebar menggunakan klam.
f. Klam atau papan perangkai.
Klam merupakan bagia penting begesting yang berfungsi sebagai
bahan untuk menyambung papan – papan acuan dan merangkaikan atau
mnyatukan papan – papan acuan tersebut agar menjadi satu kesatuan
baik pada arah memanjang maupun melebar.
Papan perangkai di pasang pada jarak-jarak tertentu melalui proses
perhitungan, sehingga dengan jarak tersebut setelah mendapatkan tekan
samping masih dalam kondisi layak.
g. Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang
ada serta dapat berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari
acuan. Gelagar dapat terbuat dari bahan kayu berukuran balok atau
papan.
Penggunaan bahan gelagar dari kayu berukuran balok maupun papan
tergantung dari perencanaan pemakaian bahan. Jarak pemasangan
gelagar tergantung dari :
1. Ukuran penampang bahan gelagar.
2. Beban yang ditopangnya.
3. Ketebalan papan acuan.
d. Tiang Penyangga
Tiang penyangga merupakan bagian dari acuan yang berfungsi
untuk menopang langsung kedudukan gelagar, sehinggah panjang tiang
penyangga merupakan fungsi dari ketinggian kedudukan acuan. Jarak
pemasangan tiang penyangga tergantung dari :
1. Beban Yang ditopang
2. Ukuran balok
3. Ukuran penempang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri
e. Sekur atau Pengakuan
Sekur merupakan bagian begesting yang berfungsi untuk
memperkokoh atau memperkaku dari sistem begesting yang ada. Agar

18
di dapat suatu sistem begesting yang memenuhi persyaratan kekakuan ,
maka sekur di pasang pada dua posisi, yaitu :
1. Sekur horizontal
Sekur horizontal merupakan sekur yang mempunyai fungsi
untuk mempersatukan tiang penyanggah yang ada, sehingga tiang-
tiang tersebut akan bekerja bersamaan jika mendapatkan gaya.
2. Sekur diagonal
Sekur diagonal merupakan sekur yang dipasang miring pada
arah vertical, yang mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-
gaya horinzontal(goyangan) yang timbul pada tiang penyangga.
f. Papan alas tiang perancah
Papan alas yang dimaksud di sisni bukan berarti papan alas harus
dibuat dari papan, tetapi papan alas tersebut bias saja dibuat dari balok
kayu, baja atau beton. Papan alas mempunyai fungsi yaitu :
1. sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung
ujung tiang penyangga.
2. sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung
tiang akibat adanya gaya-gaya horizontal.
3. sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang-tiang
apabila tiang-tiang tersebut harus di pasang pada tempat-tempat yang
bergelombang.
g. Alat sambung
Alat sambung yang digunakan untuk pekerjaan bekesting pada
umumnya menggunakan paku. Pemakaian paku pada pekerjaan begestng
tergantung dari tebalnya papan acuan dan papan perangkai yang
digunakan.
2.2.7.2 Proses Pembuatan Begesting Kolom
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Ukur dan potong multipleks sesuai dengan kebutuhan
3. Ukur dan potong usuk 5/7 sesuai kebutuhan
4. Rakitlah acuan kolom sesuai dengan gambar kerja dan ukuran kolom

19
Berikut di bawah adalah gambar diagram alir proses pembuatan struktur
kolom
Diagram alir proses pembuatan kolom

Persiapan alat dan bahan

Pembengkokan besi

Pembesian

Pembuatan bekisting
kolom

Pemasangan bekisting
kolom

Pengecoran kolom

Pembongkaran bekisting
kolom

Gambar 2.4 Diagram alir proses pembuatan struktur kolom

( Sumber penulis sendiri )

20

Anda mungkin juga menyukai