MAKALAH
FISIKA BANGUNAN
“PENGARUH PENCAHAYAAN TERHADAP BANGUNAN”
Disusun oleh :
Yeriko Emmanuel (125724257)
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah Fisika Bangunan.
Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Krisna Dwi Handayani, ST.,MMT. selaku Dosen Mata Kuliah Fisika
Bangunan.
2. Semua rekan – rekan dan pihak terkait yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki dalam
kesempatan berikutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
a. Pendahuluan............................................................................................................1
b. Perumusan Masalah................................................................................................2
c. Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
a.Pencahayaan...............................................................................................................4
1. Pencahayaan Alami.....................................................................................4 - 8
2. Pencahayaan Buatan.................................................................................8 - 15
b.Kualitas Pencahayaan....................................................................................15 - 16.
1. Sistem Pencahayaan..........................................................................16 - 19
2. Karakteristik Sistem Penerangan.............................................................19
3. Sistem Penerangan..................................................................................19 - 21
4. Sistem Kontrol Cahaya Otomatis...........................................................21 - 22
5. Perawatan Sistem Pencahayaan...........................................................22 - 23
6. Pencahayaan dan Layar Monitor...........................................................23 - 24
7. Macam Pekerjaan.................................................................................24 - 25
8. Sistem Pencahayaan Di perpustakaan.....................................................25 - 26
BAB III KESIMPULAN....................................................................................27
1. Kesimpulan.................................................................................................27
2. Daftar Pustaka.............................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya hanya dari api,
walaupun lebih banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21 ini kita masih
menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui lampu pijar.
Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan menjadi lebih canggih dan
beraneka ragam. Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian energi oleh penerangan adalah 20 -
45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar 3 - 10% untuk
pemakaian energi total oleh plant industri. Hampir kebanyakan pengguna energi komersial dan
industri peduli penghematan energi dalam sistim penerangan.
Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti dapat didapatkan dengan investasi
yang minim dan masuk akal. Mengganti lampu uap merkuri atau sumber lampu pijar dengan
logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan menghasilkan pengurangan biaya energi dan
meningkatkan jarak penglihatan. Memasang dan menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu
penerangan, dan sistim manajemen energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah :
1. Bagaimana pengaruh fisik pada konstruksi ruang ?
2. Apa saja akibat buruk yang akan terjadi ?
3. Jenis dan dimana material akan dipakai ?
4. Bagaimana perhatian aspek ekonomi antara kerugian dan keuntungan ?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain yaitu :
1. Mengetahui pengaruh fisik pada konstruksi ruang tersebut.
2. Mengetahui akibat buruk yang akan terjadi.
3. Mengetahui jenis dan material akan dipakai.
4. Menegetahui perhatian aspek ekonomi antara kerugian dan keuntungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENCAHAYAAN
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :
a. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami
mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar
ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari.
Cara Menghitung Kapasitas Cahaya
(Luas jendela di ruangan X Kapasitas cahaya Matahari (1500 Lux)) = bila hasil lebih besar dari
kapasitas normal, maka kapasitas cahaya di ruangan sudah mencukupi atau sesuai kriteria.
Nilai saran 1/12 atau 9%.
a. Macam-macam sinar
Ultra Violet (jingga ultra)
Infra merah (infrared)
Adalah pembawa utama daya kalor dari matahari. Sinar ini merupakan sinar panas yang menjadi
syarat mutlak kehidupan dan penghidupan makhluk-makhluk bumi.
Cahaya terang
Sinar kosmik (kosmos = semesta alam)
Terang alami
Terang yang berasal dari matahari.
a. Terang secara langsung
b. Terang secara tidak langsung yaitu sebagai pantulan cahaya matahari oleh awan-awan serta benda-
benda yang berada di sekitar kita.
a. Pencahayaan alami meliputi perencanaan pencahayaan alami dan penentuan besarnya iluminasi.
b. Bengunan gedung hunian rumah tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan bangunan
pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
c. Pencahayaan buatan, meliputi tingkat iluminasi, konsumsi energi, perencanaan sistem
pencahayaan, penggunaan lampu, daya maksimum yang diizinkan dan daya pencahayaan buatau di
luar bangunan gedung.
d. Pencahayaan buatan untuk pencahayaan darurat harus dapat bekerja secara otomatis dan
mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
a. Ruang Lingkup
Tata cara ini digunakan untuk memperoleh sistem penerangan alami sesuai syarat kesehatan,
kenyamanan untuk rumah dan gedung, meliputi persyaratan-persyaratan pokok sistem penerangan
alami siang hari dalam ruangan.
b. Ringkasan
Penerangan alami siang hari yang baik adalah sekitar jam 08.00 sampai jam 16.00, dimana banyak
cahaya yang masuk dalam ruang dan tingkat penerangannya ditentukan oleh hubungan geometris
antara titik ukur dan lubang cahaya.
c. Penggolongan kualitas penerangan
Kualitas A : kerja halus sekali, pekerja cermat terus (seperti menggambar detail, menjahit kain warna
gelap, dsb.
Kualitas B : kerja halus, cermat tidak intensif (seperti : menulis,
membaca, merakit komponen kecil, dsb).
Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar (seperti : pekerjaan kayu, merakit
suku cadang yang agak besar, dsb).
Kualitas D : Kerja kasar, pekerjaan hanya detail-detail yang besar (seperti : pada gudang, lorong
lalu lintas orang, dsb). Dengan persyaratan teknis : d=jarak lubang cahaya ke dinding (M), fl min
TUS = 40% dari fl min TUU dan tidak boleh kurang 0,10d.TUU = titik ukur utama dan TUS =
titik ukur samping.
Penempatan faktor langit didasarkan atas keadaan langit terang merata dan kekuatan terangnya
dilapangan terbuka sebesar 10.000 lux.
Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan las lubang cahaya dan luas
lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam ruangan.
Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam ruangan, hendaknya ruangan
menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk dapat mengurangi cahaya masuk 15%.
b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan
buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan
alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
3. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
4. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu
lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
· Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi
pencahayaan alami.
· Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan
tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
· Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar
atau tefokus pada satu arah
· Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang
diterangi atau tidak
· Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
· Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.
Sumber terang buatan
a. Lampu Pijar
Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan, menjadi pijar oleh aliran
listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya, memiliki efikasi rendah, mempresentasikan warna
(render) dengan cukup baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh reostat.
Gambar Lampu Pijar
b. Lampu Fluoresens
Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan dari fluresens lapisan
fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber cahaya linier dan memiliki efikasi sebesar 50
sampai 80 lumen per watt. Kemampuan merepresentasikan warna (rendering) yang dimiliki
bervariasi.
United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk
Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area
kegiatannya, seperti berikut:
Tabel 2 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Keperluan Pencahayaan Contoh Area Kegiatan
(LUX)
Pencahayaan 20 Layanan penerangan yang minimum
Umum untuk dalam area sirkulasi luar ruangan,
ruangan dan area pertokoan didaerah terbuka, halaman
yang jarang tempat penyimpanan
digunakan 50 Tempat pejalan kaki & panggung
dan/atau tugas- 70 Ruang boiler
tugas atau 100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
visual sederhana 150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan
ruang penyimpan.
Pencahayaan 200 Layanan penerangan yang minimum
umum untuk dalam tugas
interior 300 Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses
umum dalam industri kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan membuat arsip.
450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin dan
bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin dan diatas meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi kecil
dan instrumen; komponen elektronik,
pengukuran & pemeriksaan bagian kecil
yang rumit (sebagian mungkin
diberikan oleh tugas pencahayaan
setempat)
Pencahayaan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal
tambahansetempat instrumen yang sangat kecil, pembuatan
untuk tugas visual jam tangan, pengukiran
yang tepat
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat komputer,
karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat
berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean menyusun
rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-
700 lux seperti berikut:
Tabel 3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer[2]
Tingkat Pencahayaan
Keadaan Pekerja
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang 300
terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang 400-500
tidak terbaca jelas 500-700
Tugas memasukan data
B. Kualitas Pencahayaan
Lighting quality dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu
a. Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Mata menerima cahaya utama
yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek
yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3
sampai 1 untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut
seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya
yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat
menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam
lensa mata.
Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :
1. Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah.
2. Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.
3. Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan.
4. Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.
Metode-metode reduksi yang dapat dipakai untuk mereduksi silau :
1. Reduksi luminansi sumber cahaya.
2. Jauhkan sumber cahaya dari garis pandang.
3. Posisikan jendela pada jarak yang sama dari aktivitas bekerja.
4. Gunakan level menengah untuk di luminansi secara umum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pencahayaan :
1. Menghindari penempatan sumber cahaya lansung pada pandang pekerja.
2. Gunakan pencahayaan visi untuk memberikan atmosfir kerja yang baik.
3. Hindari sumber cahaya yang tidak stabil.
c. Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial)
yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari.
d. Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar
belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin
dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.
McShane (1997) dalam Badru Munir (2007) mendeskripsikan bahwa 80% hingga 85%
informasi yang diterima pegawai di kantor adalah menggunakan indera penglihatan (mata),
seperti membaca surat atau memerikasa tagihan pembayaran. Hal inilah yang menjadikan
kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat penting karena akan mempengaruhi
produktivitas mereka. Kelelahan pada mata pegawai akan meningkat apabila tingkat cahaya di
tempat kerja tidak sesuai yang akan mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan pada maata,
sehingga mempengaruhi fisiknya. Oleh karena itu, sistem pencahyaan yang efektif harus
memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai denga tugas, ruangan, serta pegawai
itu sendiri.
Keseimbangan cahaya sangat penting. Pencahayaan di lingkungan kerja baru disebut
efektif apa bila pegawai merasa nyaman secara visual akibat pencahayaan yang seimbang. Garris
(2005) dalam Badru Munir (2007) memberikan aturan umum bahwa tingkat pencahayaan pada
area tugas yang dibebankan kepada pegawai sebaiknya 2 hingga 3 kali pencahayaaan sekitar, 5
kali lebih terang dibandingkan dengan kantor secara keseluruhan dan 10 kali lebih terang dari
lingkungan kantor.
Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di
kantor, antara lain:
1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan
biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-
satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja
kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarang
digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alasan kepraktisan.
Beberapa tips sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan system
pencahayaan task lighting, antara lain:
Pekerjaan yang dibebankan pada pegawai
Ukuran pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Jumlah dan jenis pekerjaan
Karakteristik pegawai secara individual dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti usia pegawai.
Pegawai yang berumur 60 membutuhkan tingkat pencahayaan 2,5 klai lebaih banyak
dibandingkan pegawai yang berumurr 25-an
3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju. Biasanya
jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan
penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4. Natural lighting, biasanya beerasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya lanit. Jenis
cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya ini tidak selalu
tersedia apabila langit dalam keadaan mendung atau gelap. Untuk itu, perusahaan perlu
menggunakan system pentimpanan cahaya materi (solar energy saving system) cahaya ijinis
cahaya ini tetap dapat digunakan. Cahaya ini juga tidak mampu menjangkau ke area kerja, dan
pada hari sangat terang, intensitas cahaya alami dapat mengakibatkan cahaya harus dikontrol.
Sementara itu, Quible (2001) menyelakan ada 4 jenis cahaya yang dpat digunakan di kantor,
yaitu:
1. Cahaya alami, yang berasal dari sinar matahari
2. Cahaya Incandescent, dengan menggunakan tabung filament, cahaya ini paling sering
digunakan di rumah. Cahaya ini juga dapat digunakan secara efektif di perkantoran,
meskipun fluorescent lebih efisien. Cahaya ini paling tidak efektif jika dibandingkan dengan
energy yang dikonsumsi, meskipun biaya pemasangannya lebih murah dibandingkan dengan
cahaya fluorescent. Kelemahan yang lain adalah tidak tahan lama, warna yang dihasilkan tidak
alami, memerlukan banyak listrik, dan menghasilkn banyak bayangan serta silau.
3. Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang laim digunakan pada ruangan perkantoran
dengan tingkat terang yagn mirip dengan cahaya alami. Meskipun pemasangan lebih mahal
dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai beberapa kelebihan:
Memproduksi lebih sedikit padas dan silau
Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama daibandingkan dengan incandescent
Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahayaincandescent.
4. High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah sesuatu yang
baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah raga, yang memberikan
pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah efeknya yang menyuilitkan untuk
membedakan beberapa warna.
Ada tiga parameter yang dapat digunakan dalam mengatur efektivitas pencahayaan
kantor:
1. Visiblity, pegawai harus dapat melihat degnan nyaman dan jelas
2. Fokus, pencahayaan harus dapat memusatkan perhatiannya dalam melaksanan tugas yang
diembannya.
3. Indirect, sistem ini direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor, karena cahaya yang
desebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulknan dari penerangan yang digunakan.
Dengan sistem ini 90-100% cahaya pertama diarahkan ke aatas dan kemudian menyebar dan
memantul ke area kerja.
Gambar 2.3 Indirect
Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
4. Semi indirect, sistem ini akan mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian dilantulkan
ke bawah dan sisanya juga diarakan ke area kerja. Meskipun sistem ini menghasilkan jumlah
cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama dengan indeirect,bayangan dan silau masih
menajdi kendala bagi sistem semi indirect.
5. General Diffuse. Sistem ini mengarahkan 40-60% cahaya ke arah area kerja, dan sisanya
diarahkan ke bawah. Meskipun sistem ini menghasilakan lebih banyak cahaya yang lebih dengan
tingkat watt dengan semi indirect, bayangan dan silau jubga lebanyak dari sistemsemiindirect.
Besarnya foot-candle dari cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu dapat diketahui
dengan alat pengukur khusus untuk hal tersebut. Untuk mengetahui ketapatan jumlah ketepatan
jumlah cahaya yang dipakai, dapat meminta bantuan dari perusahaan listik Negara yang meiliki
alat itu. Sebagai patokan yang kasar dapat diingat bahwa senuah lampu biasa sebesar 50 watt
mencarkan cahaya sebesar 3 foof-candle kepada permukaan di bawahnya yang sejauh 130 cm.
jaerak 1,3 meter ini adalah kira-kira jarak dari sebuah lampu yang tergantung dalam rumah
sampai ke permukaan meja.
3.1 KESIMPULAN
Penggunaan system pencahayaan dalam ruang kantor, sangat berpengaruh besar dalam
peningkatan efisiensi kinerja karyawan. Karena itu untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai
dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika pencahayaan
dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa tidak nyaman dan tidak puas
sehingga dapat mengurangi produktivitas. Lingkungan penerangan mempengaruhi kepuasan
pengguna dan suasana ruang melalui desain ruang kerja dan strategi pencahayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Soekoco Munir. 2007. Manajemen Administrasi Kantor Modern. Jakarta: Erlangga
Liang Gie, The. 2000. Manajemen Administrasi Kantor Modern. Edisi 7. Yogyakarta:
Berti