Anda di halaman 1dari 26

fisika bangunan - cahaya

MAKALAH

FISIKA BANGUNAN
“PENGARUH PENCAHAYAAN TERHADAP BANGUNAN”

Disusun oleh :
Yeriko Emmanuel (125724257)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah Fisika Bangunan.
Selesainya makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Krisna Dwi Handayani, ST.,MMT. selaku Dosen Mata Kuliah Fisika
Bangunan.
2. Semua rekan – rekan dan pihak terkait yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki dalam
kesempatan berikutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surabaya, September 2012

penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

a. Pendahuluan............................................................................................................1
b. Perumusan Masalah................................................................................................2
c. Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4

a.Pencahayaan...............................................................................................................4
1. Pencahayaan Alami.....................................................................................4 - 8
2. Pencahayaan Buatan.................................................................................8 - 15
b.Kualitas Pencahayaan....................................................................................15 - 16.
1. Sistem Pencahayaan..........................................................................16 - 19
2. Karakteristik Sistem Penerangan.............................................................19
3. Sistem Penerangan..................................................................................19 - 21
4. Sistem Kontrol Cahaya Otomatis...........................................................21 - 22
5. Perawatan Sistem Pencahayaan...........................................................22 - 23
6. Pencahayaan dan Layar Monitor...........................................................23 - 24
7. Macam Pekerjaan.................................................................................24 - 25
8. Sistem Pencahayaan Di perpustakaan.....................................................25 - 26
BAB III KESIMPULAN....................................................................................27
1. Kesimpulan.................................................................................................27
2. Daftar Pustaka.............................................................................................28

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya hanya dari api,
walaupun lebih banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21 ini kita masih
menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui lampu pijar.
Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan menjadi lebih canggih dan
beraneka ragam. Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian energi oleh penerangan adalah 20 -
45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar 3 - 10% untuk
pemakaian energi total oleh plant industri. Hampir kebanyakan pengguna energi komersial dan
industri peduli penghematan energi dalam sistim penerangan.

Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti dapat didapatkan dengan investasi
yang minim dan masuk akal. Mengganti lampu uap merkuri atau sumber lampu pijar dengan
logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan menghasilkan pengurangan biaya energi dan
meningkatkan jarak penglihatan. Memasang dan menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu
penerangan, dan sistim manajemen energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa.

Walau begitu, dalam beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan modifikasi


rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan
energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien, belum
tentu merupakan sistim penerangan yang efisien.

B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah :
1. Bagaimana pengaruh fisik pada konstruksi ruang ?
2. Apa saja akibat buruk yang akan terjadi ?
3. Jenis dan dimana material akan dipakai ?
4. Bagaimana perhatian aspek ekonomi antara kerugian dan keuntungan ?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain yaitu :
1. Mengetahui pengaruh fisik pada konstruksi ruang tersebut.
2. Mengetahui akibat buruk yang akan terjadi.
3. Mengetahui jenis dan material akan dipakai.
4. Menegetahui perhatian aspek ekonomi antara kerugian dan keuntungan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENCAHAYAAN

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi :

a. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami
mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar
ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari.
Cara Menghitung Kapasitas Cahaya
(Luas jendela di ruangan X Kapasitas cahaya Matahari (1500 Lux)) = bila hasil lebih besar dari
kapasitas normal, maka kapasitas cahaya di ruangan sudah mencukupi atau sesuai kriteria.
Nilai saran 1/12 atau 9%.

Akibat Penerangan yang Kurang


Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang
memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
1. Kelelahan mata sehinga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah sekitar mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indera mata dan lain-lain

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat


keuntungan, yaitu:

· Variasi intensitas cahaya matahari


· Distribusi dari terangnya cahaya
· Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
· Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

Macam-macam sinar matahari :

a. Macam-macam sinar
Ultra Violet (jingga ultra)
Infra merah (infrared)
Adalah pembawa utama daya kalor dari matahari. Sinar ini merupakan sinar panas yang menjadi
syarat mutlak kehidupan dan penghidupan makhluk-makhluk bumi.
Cahaya terang
Sinar kosmik (kosmos = semesta alam)

 Terang alami
Terang yang berasal dari matahari.
a. Terang secara langsung

1) Cahaya langsung dari matahari pada bidang kerja.


2) Cahaya pantulan dari benda-benda sekitar.
3) Cahaya pantulan dari halaman, yang untuk kedua kalinya dipantulkan oleh langit-langit dan/atau
dinding ke arah bidang kerja.
4) Cahaya yang jatuh dilantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit.

b. Terang secara tidak langsung yaitu sebagai pantulan cahaya matahari oleh awan-awan serta benda-
benda yang berada di sekitar kita.

 Persyaratan Bukaan bangunan


Pemerintah memiliki aturan melalui UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung bagian
persyaratan sistem pencahayaan, antara lain :

a. Pencahayaan alami meliputi perencanaan pencahayaan alami dan penentuan besarnya iluminasi.
b. Bengunan gedung hunian rumah tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan bangunan
pelayanan umum harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
c. Pencahayaan buatan, meliputi tingkat iluminasi, konsumsi energi, perencanaan sistem
pencahayaan, penggunaan lampu, daya maksimum yang diizinkan dan daya pencahayaan buatau di
luar bangunan gedung.
d. Pencahayaan buatan untuk pencahayaan darurat harus dapat bekerja secara otomatis dan
mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.

 Syarat teknis dan perhitungan


Standar Nasional Indonesia tenteng tata cara perancangan penerangan alami siang hari
untuk rumah dan gedung (SNI 03-2396-1991) adalah sebagai berikut :

a. Ruang Lingkup
Tata cara ini digunakan untuk memperoleh sistem penerangan alami sesuai syarat kesehatan,
kenyamanan untuk rumah dan gedung, meliputi persyaratan-persyaratan pokok sistem penerangan
alami siang hari dalam ruangan.
b. Ringkasan
Penerangan alami siang hari yang baik adalah sekitar jam 08.00 sampai jam 16.00, dimana banyak
cahaya yang masuk dalam ruang dan tingkat penerangannya ditentukan oleh hubungan geometris
antara titik ukur dan lubang cahaya.
c. Penggolongan kualitas penerangan
Kualitas A : kerja halus sekali, pekerja cermat terus (seperti menggambar detail, menjahit kain warna
gelap, dsb.
Kualitas B : kerja halus, cermat tidak intensif (seperti : menulis,
membaca, merakit komponen kecil, dsb).
Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar (seperti : pekerjaan kayu, merakit
suku cadang yang agak besar, dsb).

Kualitas D : Kerja kasar, pekerjaan hanya detail-detail yang besar (seperti : pada gudang, lorong
lalu lintas orang, dsb). Dengan persyaratan teknis : d=jarak lubang cahaya ke dinding (M), fl min
TUS = 40% dari fl min TUU dan tidak boleh kurang 0,10d.TUU = titik ukur utama dan TUS =
titik ukur samping.
Penempatan faktor langit didasarkan atas keadaan langit terang merata dan kekuatan terangnya
dilapangan terbuka sebesar 10.000 lux.
Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan las lubang cahaya dan luas
lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam ruangan.
Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam ruangan, hendaknya ruangan
menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk dapat mengurangi cahaya masuk 15%.

b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan
buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan
alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat
2. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
3. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
4. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu
lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:
· Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi
pencahayaan alami.
· Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan
tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
· Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar
atau tefokus pada satu arah
· Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang
diterangi atau tidak
· Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
· Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.
 Sumber terang buatan

Ada tiga jenis utama sunber cahaya buatan yaitu :

a. Lampu Pijar
Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan, menjadi pijar oleh aliran
listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya, memiliki efikasi rendah, mempresentasikan warna
(render) dengan cukup baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh reostat.
Gambar Lampu Pijar
b. Lampu Fluoresens
Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan dari fluresens lapisan
fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber cahaya linier dan memiliki efikasi sebesar 50
sampai 80 lumen per watt. Kemampuan merepresentasikan warna (rendering) yang dimiliki
bervariasi.

Gambar Lampu Fluoresens

c. Lampu High-Intensity Discharge (HID)


Lampu High-Intensity Discharge (HID)adalah lampu discharge yang memiliki jumlah cahaya
signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik
melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup. Lampu HID menggabungkan bentuk lampu pijar
dengan efikasi lampu fluoresens.
Lampu-lampu merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik dalam uap merkuri.

Gambar Lampu High-Intensity Discharge (HID)


Lampu logam halida konstruksinya sama dengan lampu
merkuri, tetapi memiliki tabung dimana ligam halida ditambahkan untuk menghasilkan cahaya dan
memperbaiki color rendering.

Gambar Lampu logam halida


Lampu high-pressure sodium (HPS) menghasilkan spektrum cahaya putih keemasan yang luas yang
dihasilkan dari pelepasan listrik pada uap sodium.

Gambar Lampu high-pressure sodium (HPS)


Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas
3 macam yakni:
1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan. Sistem
pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual
khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

2. Sistem Pencahayaan Terarah


Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu.
Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas.
Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat
mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat


Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja
yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk:
· memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti
· mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.
· melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus yang ingin
diterangi
· membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya penglihatannya.
· menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan tersebut.
Sedangkan untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka
diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di
ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
a. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi.
Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena
dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung
maupun karena pantulan cahaya.

b. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan
sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang
diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien
pemantulan antara 5-90%
c. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka
sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dindng. Pada sistem ini termasuk sistemdirect-
indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini
masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

d. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan
sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu
diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak
ada serta kesilauan dapat dikurangi.

e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)


Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian
dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan
bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.

Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:


JENIS TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan & ruang
tidak terus – peralatan/instalasi yang
menerus memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin dan
terus – menerus perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan amat 1500 Mengukir dengan tangan,
halus Tidak pemeriksaan pekerjaan mesin dan
menimbulkan perakitan yang sangat halus
bayangan
Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
Tidak sangat halus
menimbulkan
bayangan

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk
Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area
kegiatannya, seperti berikut:
Tabel 2 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Keperluan Pencahayaan Contoh Area Kegiatan
(LUX)
Pencahayaan 20 Layanan penerangan yang minimum
Umum untuk dalam area sirkulasi luar ruangan,
ruangan dan area pertokoan didaerah terbuka, halaman
yang jarang tempat penyimpanan
digunakan 50 Tempat pejalan kaki & panggung
dan/atau tugas- 70 Ruang boiler
tugas atau 100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
visual sederhana 150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan
ruang penyimpan.
Pencahayaan 200 Layanan penerangan yang minimum
umum untuk dalam tugas
interior 300 Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses
umum dalam industri kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan membuat arsip.
450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin dan
bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin dan diatas meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi kecil
dan instrumen; komponen elektronik,
pengukuran & pemeriksaan bagian kecil
yang rumit (sebagian mungkin
diberikan oleh tugas pencahayaan
setempat)
Pencahayaan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal
tambahansetempat instrumen yang sangat kecil, pembuatan
untuk tugas visual jam tangan, pengukiran
yang tepat

Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat komputer,
karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat
berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean menyusun
rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-
700 lux seperti berikut:
Tabel 3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer[2]
Tingkat Pencahayaan
Keadaan Pekerja
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang 300
terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang 400-500
tidak terbaca jelas 500-700
Tugas memasukan data

B. Kualitas Pencahayaan
Lighting quality dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu
a. Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Mata menerima cahaya utama
yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek
yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang.
Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3
sampai 1 untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut
seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
b. Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan mengenai mata. Cahaya
yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
1. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal terhadap
penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat
menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
2. Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya dalam
lensa mata.
Sumber-sumber glare adalah sebagai berikut :
1. Lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah.
2. Jendela-jendela besar yang terdapat tepat di depan mata.
3. Lampu atau cahaya dengan tingkat keterangan yang terlalu berlebihan.
4. Pantulan yang berasal dari permukaan yang terang.
Metode-metode reduksi yang dapat dipakai untuk mereduksi silau :
1. Reduksi luminansi sumber cahaya.
2. Jauhkan sumber cahaya dari garis pandang.
3. Posisikan jendela pada jarak yang sama dari aktivitas bekerja.
4. Gunakan level menengah untuk di luminansi secara umum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pencahayaan :
1. Menghindari penempatan sumber cahaya lansung pada pandang pekerja.
2. Gunakan pencahayaan visi untuk memberikan atmosfir kerja yang baik.
3. Hindari sumber cahaya yang tidak stabil.
c. Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial)
yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya matahari.
d. Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana mungkin. Latar
belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin
dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.

2.3 Sistem Pencahayaan

McShane (1997) dalam Badru Munir (2007) mendeskripsikan bahwa 80% hingga 85%
informasi yang diterima pegawai di kantor adalah menggunakan indera penglihatan (mata),
seperti membaca surat atau memerikasa tagihan pembayaran. Hal inilah yang menjadikan
kenyamanan visual bagi pegawai di kantor sangat penting karena akan mempengaruhi
produktivitas mereka. Kelelahan pada mata pegawai akan meningkat apabila tingkat cahaya di
tempat kerja tidak sesuai yang akan mengakibatkan pegawai mengalami ketegangan pada maata,
sehingga mempengaruhi fisiknya. Oleh karena itu, sistem pencahyaan yang efektif harus
memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai denga tugas, ruangan, serta pegawai
itu sendiri.
Keseimbangan cahaya sangat penting. Pencahayaan di lingkungan kerja baru disebut
efektif apa bila pegawai merasa nyaman secara visual akibat pencahayaan yang seimbang. Garris
(2005) dalam Badru Munir (2007) memberikan aturan umum bahwa tingkat pencahayaan pada
area tugas yang dibebankan kepada pegawai sebaiknya 2 hingga 3 kali pencahayaaan sekitar, 5
kali lebih terang dibandingkan dengan kantor secara keseluruhan dan 10 kali lebih terang dari
lingkungan kantor.
Badru Munir (2007) menjelaskan, bahwa ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di
kantor, antara lain:

1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh ruangan dan
biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis ini merupakan satu-
satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai, misalnya meja
kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarang
digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena alasan kepraktisan.
Beberapa tips sebelum perusahaan memutuskan untuk menggunakan system
pencahayaan task lighting, antara lain:
Pekerjaan yang dibebankan pada pegawai
Ukuran pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Jumlah dan jenis pekerjaan
Karakteristik pegawai secara individual dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti usia pegawai.
Pegawai yang berumur 60 membutuhkan tingkat pencahayaan 2,5 klai lebaih banyak
dibandingkan pegawai yang berumurr 25-an
3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju. Biasanya
jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang membutuhkan
penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4. Natural lighting, biasanya beerasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya lanit. Jenis
cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun cahaya ini tidak selalu
tersedia apabila langit dalam keadaan mendung atau gelap. Untuk itu, perusahaan perlu
menggunakan system pentimpanan cahaya materi (solar energy saving system) cahaya ijinis
cahaya ini tetap dapat digunakan. Cahaya ini juga tidak mampu menjangkau ke area kerja, dan
pada hari sangat terang, intensitas cahaya alami dapat mengakibatkan cahaya harus dikontrol.
Sementara itu, Quible (2001) menyelakan ada 4 jenis cahaya yang dpat digunakan di kantor,
yaitu:
1. Cahaya alami, yang berasal dari sinar matahari
2. Cahaya Incandescent, dengan menggunakan tabung filament, cahaya ini paling sering
digunakan di rumah. Cahaya ini juga dapat digunakan secara efektif di perkantoran,
meskipun fluorescent lebih efisien. Cahaya ini paling tidak efektif jika dibandingkan dengan
energy yang dikonsumsi, meskipun biaya pemasangannya lebih murah dibandingkan dengan
cahaya fluorescent. Kelemahan yang lain adalah tidak tahan lama, warna yang dihasilkan tidak
alami, memerlukan banyak listrik, dan menghasilkn banyak bayangan serta silau.
3. Cahaya Fluorescent, menjadi jenis cahaya yang laim digunakan pada ruangan perkantoran
dengan tingkat terang yagn mirip dengan cahaya alami. Meskipun pemasangan lebih mahal
dibandingkan dengan incandescent, cahaya ini mempunyai beberapa kelebihan:
Memproduksi lebih sedikit padas dan silau
Tabung fluorescent tahan sepuluh kali lebih lama daibandingkan dengan incandescent
Cahaya fluorescent kira-kira lima kali lebih efisien dibandingkan dengan cahayaincandescent.
4. High Intensity discharge lamp, penggunaan cahaya ini pada perkantoran adalah sesuatu yang
baru. Lampu ini biasanya digunakan pada jalan raya dan stadion olah raga, yang memberikan
pencahayaan yang sangat efisien. Kekurangannya adalah efeknya yang menyuilitkan untuk
membedakan beberapa warna.

Ada tiga parameter yang dapat digunakan dalam mengatur efektivitas pencahayaan
kantor:
1. Visiblity, pegawai harus dapat melihat degnan nyaman dan jelas
2. Fokus, pencahayaan harus dapat memusatkan perhatiannya dalam melaksanan tugas yang
diembannya.

2.4 Karakteristik Sistem Penerangan


System penerangan mempunya beberapa karakteristik yang selalu berubah dari tahun ke
tahun. Dalam dua dekade penerangan menggunakan foot-candle (setara 50 watt) dan foot
lambert. Namun, sekaang ada beberapa ukuran baru, diantaranya (Quible, 2001):
1. Equivalent spherical illumination, ESI digunakan untuk mengukur tingkat efisensi sistem
penerangan. Nilai ini dipengaruhi secara negatif oleh silau dan pemantulan pada area kerja dan
benda dimana karyawan bekerja. ESI juga digunakan untuk memberikan ukuran tentang
keseragaman sistem cahaya.
2. Visual comfort probability. Sumber cahaya yang dapat dilihat degnan mata telanjang atau
pemantulan yang terlihat menyebabkan penggunaan VCP berkurang.
3. Task illumination. Dinilai dengan menggunakan ukuran foot-candle, alat ukur ini mengukur
jumlah cahaya pada area kerja. Nilai TI yang tinggi memastikan pencahyaan yang ckukup pada
area kerja, khususnya ika terjadi silau dan pemantulan. Keanyakan area perkantoran
membutuhkan nilai TI 100-150 foot candle

2.5 Sistem Penerangan


Ada 5 jenis sistem penerangan yang dapat digunakan oleh organisasi, antara lain:

1. Direct,dengan mengarahkan cahaya 90-100%


secara langsung ke area kerja, sistem ini akan mengakibatkan munculnya silau dan bayangan
karena hanya sedikit cahaya yang tersebar. Kecuali cahaya berada dekat satu sama lain, area
kerja tidak akan mendapat cahaya yang sama.

Gambar 2.1 Direc


Sumber. Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
2. Semi direct, dengan pencahayaan semi direct 60-90%, cahaya diarahkan ke bawah dan sisanya
diarakhakn ke atas lalu dilpantulkan kembali ke bawah. Sistem ini menghilangkan beberapa
bayangan yang merupakan kelemahan sistem direct.

Gambar 2.2 Semi direct


Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie

3. Indirect, sistem ini direkomendasikan untuk kebanyakan ruang kantor, karena cahaya yang
desebarkan mengurangi bayangan dan silau yang ditimbulknan dari penerangan yang digunakan.
Dengan sistem ini 90-100% cahaya pertama diarahkan ke aatas dan kemudian menyebar dan
memantul ke area kerja.
Gambar 2.3 Indirect
Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie
4. Semi indirect, sistem ini akan mengarahkan 60-90% cahaya ke atas dan kemudian dilantulkan
ke bawah dan sisanya juga diarakan ke area kerja. Meskipun sistem ini menghasilkan jumlah
cahaya yang lebih dengan tingkat watt yang sama dengan indeirect,bayangan dan silau masih
menajdi kendala bagi sistem semi indirect.

Gambar 2.4 Semi Indirect


Sumber Manajemen Perkantoran Modern The Liang Gie

5. General Diffuse. Sistem ini mengarahkan 40-60% cahaya ke arah area kerja, dan sisanya
diarahkan ke bawah. Meskipun sistem ini menghasilakan lebih banyak cahaya yang lebih dengan
tingkat watt dengan semi indirect, bayangan dan silau jubga lebanyak dari sistemsemiindirect.

2.6 Sistem Kontrol Cahaya Otomatis


Sistem kontrol cahaya otomatis kini mulai digunakan pada gedung perkantoran,
meskipun tidak terlalu banyak yang menintegrasikan ke dalam sebuah sistem manajemen energy
gedung (BEMS-building energy management system). Sistem ini mempunyai dampak positif
pada konservasi energi, dan memungkinkan perusahaan untuk menutup biaya pembelian dalam
waktu singkat.
Salah satu jenis sistem ini adalah menggunakan sel cahaya untuk mengukur jumlah
tenaga yang dibutuhkan pada beberapa area. Dengan dukungan mekanisme elektronik, sistem ini
mampu menjaga tingkat pencahayaan yang diinginkan. Saat lampu bertambah tua dan kotor,
cahaya yang dihasilkan akan berkurang. Untuk mengatasinya, sistem ini meningkatkan jumlah
cahaya untuk menjaga tingkat terang yang diinginkan. Pada area dekat jendela dan cahaya luar,
sistem ini otomatis menyesuaikan kuantitas cahaya lampu agar tidak terlaklu terang akibat
adanya cahaya dari luar. Keuntungan utama dari sistem ini adalah konsitensi cahaya yang
didukungnya.
Jenis sistem yang lain adalah mengetahui kehadiran orang pada area yang ditentukan.
Sistem ini menggunakan dua jenis sensor; gelombang ultrasonic yang mendeteksi gerakan, dan
sensor infra merah yang mendeteksi tubuh. Sensor ini berfungsi secara otomatis dengan
mengaktikan sistem cahaya ketika seseorang masuk ke ruang kantor.

2.7 Perawatan Sistem Pencahayaan


Semakin lama, lampu yang digunakan utnuk memberikan cahaya mulai berkurang.
Penurunan cahaya lampu mulai terjadi pada kira-kra 100 jam penggunaan dan pada beberapa
situasi, kadang kala lebih efektif mengganti dengan lampu yang baru, meskipun belum mati. Saat
ini semakin banyak perusahaan menjalankan program penggantian lampu secara berkala pada
area yang ditentukan. Jadwal penggantian mempertimbangkan umur lampu. Berdasarkan
penghitungan, secara keseluruhan lebih efektif lebih dibandingkan menunggu sampai lampu
benar-benar mati.
Program pembersihan atap dan bagian permanen lain pada perkantoran secara berkala
juga menjadi aspek penting dalam perawatn cahaya. Saat bagian tersebut semakin kotor,
permukaan memantulkan cahaya tidak lagi efektif yang tentunya akan mengurangi keefektifan
sistem penerangan. Kotoran atau debu ditambah usia pemakaian lampu yang sudah tua akan
mengurangi cahaya hingga 50%.

2.8 Pencahayaan dan Layar Monitor


Untuk mendesain sistem penerangan yang efektif, keberadaan layar monitor akan
menambah tingkat kompleksitanya. Kurangnya perhatian pada pencahayaan yang sesuai dimana
layar monitor berada dapat mengaakibatkan ganguan yang signifikan pada penglihatan karywan.
Mendesain sistem penerangan pada sekitar layar monitor, antara lain:
1.Mengurangi silau dengan mengurnaig jumalah cahaya lampu aau cahaya alami mengenai laar
monitor
2.Menyesuaikan tingkat kontras dan terang pada layar monitor untuk meminimalakan silau.
3.Menggunakan layar untuk mengurangi jumlah cahaya pada layar monitor.
4.Meminimalkan jumah cahaya langsung mengarah ke bawah dan memaksimalkan jumlah cahaya
yang tidak langsung pada area computer.
5.Menggunakan layar datar dari pada layar cembung.
Dari pembahasan diatas, berikut akan dibahas perbedaan penataan cahaya pada dua
ruangan utama di sebuah kantor
1.Ruang rapat, ruang rapat menggunakan lampu fluorescent yang linear, sedangkan yang terakhir
menggunakan chandelier dengan cahaya yang terfusi. Dengan cahaya yang tidak langsung dua
ruangan terakhir akan menghasilakan cahaya yang lembut.
Penataan cahaya yang jelek. Penata cahaya tidak focus pada meja itu sendiri sehingga tampak
membosankan bagi peserta rapat.
Penata cahayaan yang baik telah fokus pada meja rapat namun pencahayaan dari luar melalui
jendela terlalu membuat fokus cahaya menjadi pudar.
Penataan cahaya yang terbaik adalah dengan penata cahaya yang berimbang, tampak lebih
elegan. Kondisi ini ditambah adanya kemungkinan menggukan dua hingga tiga jenis lampu yang
dapat dimatikan atau dihidupkan sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dibutuhakn perserta
rapat.
2.Ruang lobby. Pada ruang lobby, kafetaria maupun ruang publik lain dibutuhkan pencahayaan
yang secara visual melegakan.
Penataan cahaya yang baik adalah penatacahayaan telah memenuhi unsure yang baik. Cahaya
difokuskan pada resepsionis yang siap menyambut pengunjung atau tamu deng kesna ruangan
lebih lembut dan nyaman.
Penaracahyaan yang terbaik adalah penggunaan cahaya matahari membuat kesan kantor lebih
alami dan penggunaan lampu bercahaya tidak langsung akan dapat memfokuskan perhatian
pengunjung pada resepsionis dan panapan nama perusahaan
2.7 Macam Pekerjaan

Macam Pekerjaan Perhitungan Cahaya


Dengan Foot-Candle
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan tajam. Imi 50
meliputi perkerjaan yang mengenai huruf-huruf atau
angka-angka lembut, perbedaaan warna yang samar-
samar, atau pekerjaan untuk jangka waktu lama secara
terus menerus.
Contoh: memeriksa perhitungan, melakukan pembukun,
menggambar.
Pekerjaan yang membutuhkan pekerjaan biasa 30
Contoh: membuat surat, mengurus arsip, pekerjaan di
bagian pengiriman dan penerimaan surat.
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sepintas 10
Contoh: ajtivitas dalam ruangan resepsi, tangga gedung,
atau kamar mandi
Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sederhana. 5
Penerangan sebesar ini misalnya untuk lorong atau jalan
lalu-lintas dalamgedung.

Besarnya foot-candle dari cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu dapat diketahui
dengan alat pengukur khusus untuk hal tersebut. Untuk mengetahui ketapatan jumlah ketepatan
jumlah cahaya yang dipakai, dapat meminta bantuan dari perusahaan listik Negara yang meiliki
alat itu. Sebagai patokan yang kasar dapat diingat bahwa senuah lampu biasa sebesar 50 watt
mencarkan cahaya sebesar 3 foof-candle kepada permukaan di bawahnya yang sejauh 130 cm.
jaerak 1,3 meter ini adalah kira-kira jarak dari sebuah lampu yang tergantung dalam rumah
sampai ke permukaan meja.

2.8 Sistem Pencahayaan Di perpustakaan


Sumber pencahayaan dari matahari biasanya melalui atap/vide, jendela, genting kaca dan
sebagainya. Cahaya dari sumber alam ini sangat baik untuk kesehatan. Sedangkan pencahayaan
buatan dalam perancangan ruang dapat bersumber dari lampu atau permainan bidang kaca.
Berikut contoh pemakaian lampu dalam ruang perpustakaan.
Pada umumnya suasana gelap dalam ruang perpustakaan kurang memberikan suasana nyaman.
Suasana gelap dapat memberikan dampak sebagai berikut :
1. rasa takut
2. rasa tidak jelas
3. rasa menyeramkan
Tapi tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan rasa ketakutan, tergantung faktor
pengalaman dan kebiasaan. Terbatasnya cahaya penerangan sebuah ruang memberi persepsi
menyeramkan pada ruang tersebut.
Suasana gelap dan terang ini dapat menghasilkan suatu nilai dan kesan menarik atau tidak
menarik pada sebuah ruang perpustakaan. Menurut Hakim (2004:174), untuk mendapatkan
cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Sumber cahaya di atas mata manusia
2. Sumber cahaya setinggi mata manusia
3. Sumber cahaya di bawah mata manusia
Sedangkan dilihat dari segi arah sumber cahaya, dapat pula dikategorikan menjadi 3 bagian :
1. Arah cahaya tegak lurus ke bawah
2. Arah cahaya tegak lurus ke atas
3. Arah cahaya membentuk sudut
Cahaya yang dipantulkan oleh lampu dari arah atas kepala akan lebih baik untuk kegiatan
membaca. Karena sinar dari lampu tidak menimbulkan bayangan manusia yang jatuh ke
permukaan meja ketika orang sedang membaca seperti gambar di bawah ini :
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Penggunaan system pencahayaan dalam ruang kantor, sangat berpengaruh besar dalam
peningkatan efisiensi kinerja karyawan. Karena itu untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai
dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
Dalam ruang kerja, kondisi pencahayaan yang baik harus tersedia. Ketika pencahayaan
dalam ruang kantor kurang memenuhi, pekerja dapat merasa tidak nyaman dan tidak puas
sehingga dapat mengurangi produktivitas. Lingkungan penerangan mempengaruhi kepuasan
pengguna dan suasana ruang melalui desain ruang kerja dan strategi pencahayaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Zane, K. Quible. 2001. Administration Office Management an Introduction. 7thedition.


New Jersey: Prantice Hall

Badri, Soekoco Munir. 2007. Manajemen Administrasi Kantor Modern. Jakarta: Erlangga

Liang Gie, The. 2000. Manajemen Administrasi Kantor Modern. Edisi 7. Yogyakarta:
Berti

Anda mungkin juga menyukai