Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
PENDAHULUAN...................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
Anjing...................................................................................................................3
Anatomi Kolon Anjing.........................................................................................4
Colopexy..............................................................................................................6
Premedikasi dan Anestesi.................................................................................... 7
Teknik Operasi.....................................................................................................8
Manajemen Pasca Operasi.................................................................................12
Mekanisme Kesembuhan Luka..........................................................................12
MATERI DAN METODE.....................................................................................17
Materi.................................................................................................................17
Metode................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
1
BAB I
PENDAHULUAN
Domestikasi anjing oleh manusia yang termanifestasi dalam bentuk
hewan kesayangan (pet animal) berdampak besar pada sistem pengaturan proses
sistem pencernaan hewan merupakan salah satu hal yang penting untuk
hewan. Gangguan pada sistem pencernaan yang dapat terjadi salah satunya ialah
melalui anus. Penyebab kejadian ini adalah proses pengejanan kuat yang terjadi
saat proses defekasi pada diare kronis, proses partus terutama pada kasus dystocia
merupakan salah satu pilihan yang efektif pada kasus prolapsus rektum kronis
Tujuan Penulisan
memahami prosedur dan teknik operasi yang meliputi persiapan operasi, cara
1
2
Manfaat Penulisan
pembelajaran tertulis baik bagi penulis ataupun pihak lainnya dalam hal
pemahaman ilmu mengenai prosedur dan teknik operasi colopexy yang meliputi
persiapan operasi, cara anestesi, teknik operasi colopexy, serta perawatan pasca
operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anjing
Anjing atau yang dikenal dengan nama ilmiah Canis (lupus) familiaris
tahunyang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA.
maupunras.
ini antara lain tubuhnya kecil memanjang, telinga dan moncongnya runcing.
Anjing mempunyai indera penciuman tajam dapat berlari jauh lebih cepat
daripada binatang karnivora lain. Ciri khas anggota keluarga Canidae adalah
mulut dan lidah, melalui faring dan kerongkongan, masuk ke dalam lambung. Di
selanjutnya dikeluarkan melalui rektum dan anus sebagai feses (Subronto, 2015).
3
4
Secara umum usus besar dikenal sebagai sekum. Usus besar dimulai dari
cranial disisi kanan dan dikenal sebagai colon ascenden, kemudian melengkung
dan dikenal sebagai colon transversus dan melanjut ke caudal dan dikenal sebagai
colon descenden. Bagian akhir dari usus besar adalah rektum yang berada di
cavum pelvis dengan ujung rektum disebut dengan anus (Cochran, 2011).
Anjing mempunyai panjang colon ascendens 3-9 cm, colon transversus 6-8
cm dan colon descendens 10-16 cm (Fossum, 2002). Pada anjing jenis Turkish
Shepherd (Karabash) umur 17-18 bulan, berat badan 28,30 ± 1,14 kg dan panjang
tubuh 81,20 ± 2,57 cm mempunyai ukuran colon dengan diameter 28,39 ± 0,76
terletak di bagian dorsal dari cavum abdomen.Bagian cranial colon adalah colon
menyatukan dua bagian ini disebut dengan flexuracoli dextra. Colon trasfersum
Colon ascenden dimulai dari istium ileal, dan berakhir pada fluxura colic
dexter. Panjang colon ascenden ini kira-kira 5 cm. Colon ascenden terhubung
membentuk busur yang dimulai dari kanan ke kiri menuju cranial arteri
5
usus ini meluas dari fluxura colic sinister mengarah secara transfersal masuk ke
pelvis dan melanjut sebagai rektum. Panjang colon desecending ini kira-kira 12
Colopexy
kolon dan rektum. Indikasi operasi ini ditujukan untuk mencegah timbulnya
antara permukaan serosa dari colon descendens dan lateral dinding abdomen yang
dari colon dan rectum. Indikasi dari operasi ini ditujukan untuk mencegah
timbulnya prolap rektal dan torsi usus (Zhang, et al., 2012). Beberapa kasus yang
intestinal, hernia perineal, konstipasi dan pasca operasi anus atau perineal (Slatter,
melindungi jantung dari efek vagal inhibition dan mencegah efek muskarinik.
sebelum anastesi atau segera sebelum anastesi bila diberikan melalui intravena
Ketamine Hydrochloride
ketamin dengan pemberian tunggal bukan obat anastetik yang bagus, karena obat
puncak pada hewan umumnya tercapai dalam waktu 6-8 menit dan anastesi
berlangsung selama 30-40 menit, sedang untuk recovery dibutuhkan waktu 5-8
Xylazine
juga mempunyai efek analgesi. Dosis xylazine adalah 1-2 mg/Kg BB dengan
potensiasi yang terjadi dapat mencapai 50%. Efek sedasi tercapai maksimal 20
menit setelah pemberian intramuskular dan berakhir setelah satu jam. Xylazine
Anjing yang datang dipuasakan selama 24 jam dan tidak diberi air minum
anesthesia.
Anjing diposisikan rebah dorsal sehingga terlihat bagian ventral abdomen, dan
fiksasi keempat kakinya untuk mempertahankan posisi. Pada daerah linea alba
olesi iodine secara sirkuler, dimulai dari tarikan linear sepanjang garis yang akan
diincisi, lalu melingkar kearah luar, tunggu 2-5 menit agar iodine bekerja.
Sementara itu, cuci dan sterilkan tangan untuk memasang duk dari bagian caudal,
lalu lateral sinister, cranial, dan lateral dexter, kemudian pertahankan posisinya
dengan duk klem. Laparotomi dilakukan di daerah caudal midline (Kumar, et al.,
2012).
9
dilakukan irisan pada linea alba muskulus yang terletak pada kanan kiri garis
median dijepit dengan allis forceps kemudian dengan menggunakan gunting atau
scalpel dibuat irisan kecil pada linea alba. Dengan menggunakan gunting dan
tangan sebagai pemandu supaya tidak menggunting organ visceral, irisan pada
linea alba diperpanjang secukupnya. Tepi irisan dikuakkan dengan allis forceps
sampai rongga abdomen terbuka dan tarik keluar kolon yang akan dioperasi
dari linea alba dengan jahitan sederhana tunggal, dengan benang catgut chromic.
Slatter, 2003). Jahitan antara kolon dan musculus transverses (abdominal wall)
dapat menggunakan benang yang diserap, seperti Catgut chromic, Vicryl, Dexon
yang rata-rata mempunyai durasi kekuatan maksimal selama 10-14, dan diserap
10
cukup lama, sehingga memberikan waktu bagi adhesi antara colon dan musculus
colon dengan dinding jahitan (Kumar, et al.,2012). Kulit atau dinding abdomen
dijahit berturut-turut dalam dan luar yaitu peritoneum dan linea alba dengan
benang catcut chromic secara sederhana tunggal. Subkutan dijahit dengan jahitan
jahitan sederhana tunggal memakai benang vycryl atau katun, kemudian bekas
colon dengan dinding jahitan (Kumar et al., 2012). Kulit atau dinding abdomen
dijahit berturut-turut dalam dan luar yaitu peritoneum dan linea alba dengan
benang catgut chromic secara sederhana tunggal. Subkutan dijahit dengan jahitan
menerus dengan menggunakan catgut plain. Sedang kulit dijahit dengan jahitan
sederhana tunggal memakai benang vycryl atau katun kemudian bekas jahitan
Anjing dan kucing akan merasakan rasa sakit yang sangat setelah paska
hari paska operasi (Tobias, 2010). Morfin efektif untuk manajemen rasa sakit
sebelum hewan sadar secara intravena dengan dosis 0,1 mg/kg pada anjing dan
0,02 pada kucing. Pelembut seperti laktulosa diberikan paska operasi. Laktulosa
diberikan 1ml/4,5kg secara peroral setiap delapan jam sekali pada awalnya dan
20mg/kg secara intramuskuler setiap 8 jam) diberikan selama lima hari. Perilaku
dan nafsu makan, bersama dengan pemeriksaan fisiologis dilakukan sehari dua
13
kali selama 7 hari paska operasi. Air minum dapat diberikan dua jam paska
operasi, sedangkan makan dapat diberikan enam jam paska operasi (Zhanget al.,
2012).
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi ini terjadi sesaat adanya respon kelukaan atau cedera pada
jaringan. Daerah yang mengalami kelukaan maka jaringan yang rusak akan
(Sabirin et al., 2013). Vasodilatasi ini terjadi karena pada jaringan yang rusak dan
sel mast melepaskan histamin dan mediator lainnya, akibatnya pembuluh darah di
yang mengalami kelukaan menjadi bertambah. Pada fase ini terjadi peningkatan
(Morison,2003).
2. Fase proliferasi
akhir minggu ketiga (Balqis et al., 2014). Pada fase ini terjadi proliferasi sel-
14
terbentuk dari gulungan kapiler baru yang menopang kolagen dan substansi dasar
jaringan kolagen, pembentukan jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel (Sabirin
et al., 2013).
3. Fase maturasi
jaringan dan kolagen, maturasi epidermis, dan pengerutan luka (Sabirin et al.,
2013). Fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali
jaringan yang berlebihan, dan akhirnya kembali ke jaringan yang baru (Morison,
2003). Fase ini berlangsung lama sekitar hari ke 24 hingga 1 tahun. fase maturasi
dapat berlangsung berbulan bulan kemudian dan dinyatakan berakhir kalau semua
berwarna, steril dan bebas pirogen yang terdiri dari glukosa anhidrat (50 gr/l)
sebagai sumber energi dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. NaCl (8,6
gr) yaitu garam untuk memelihara tekanan osmotik darah dan organ-organ dalam
tubuh, KCl (0,3 gr) yaitu garam yang terpilih untuk mengatasi hipokalemia dan
hipokloremia, CaCl2 (0,48 gr) yaitu garam penting untuk menjaga fungsi syaraf
dan otot. Indikasinya sebagai pengganti cairan elektrolit dan sumber kalori,
15
sebagai penambah volume darah pada keadaan shock, dehidrasi dan perdarahan,
serta untuk mengatasi alkalosis dan asidosis (menormalkan pH darah) (Kirk dan
Bistner, 1985).
Alkohol 70%
efek anti bakteri dan germicid yang kuat. Alkohol banyak dipakai dalam persiapan
kuman karena sifatnya sinergik (Brander et al., 1991; Subronto dan Tjahajati,
2004).
Iodium tincture 3%
tincture dipakai sebagai antiseptik pada kulit lecet dan luka serta antiseptik
kuman akan mati. Kuman mati di dalam larutan 50 ppm selama satu menit, spora
menghambat sintesa protein bakteri langsung pada ribosom sub-unit 30S dan
Ampicillin
terhadap bakteri gram positif dan negatif seperti E. coli, Klebsiela dan
yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Staphylococcus aureus, dan sebagian bakteri
gram negative seperti E. coli (Plumb, 1999). Ampicillin mampu melawan banyak
bakteri anaerobic walaupun tidak seaktif penicillin alami. Dosis yang digunakan
adalah 22-33 mg/kg berat badan secara peroral dan dengan dosis 10-20 mg/kg
dan lebih rendah lagi jika ada makanan dalam lambung. Pemberian peroral
mencapai puncak konsentrasi setelah dalam jangka waktu dua jam. Distribusi
cerebrospinal dan konsentrasi yang tinggi terdapat di hati dan ginjal (Brander et
al., 1991).
BAB III
2 gunting (bengkok dan lurus), 1 gagang skalpel dan pisau skalpel No.10,
forceps, 6 forceps (Rocester pean, carmalt, ochner),6 towel/duk clamp dan jarum
B. Bahan
1. Duk bahan katun warna hijau, ukuran Panjang 60 inci (150 cm), lebar 36
inci (90 cm) dan lubang duk (1x2 inc; 1,5x3,5 inc; 2x5,5 inc)
2. Benang catgut chromic dan catgut plain (diserap) dan katun (tidak
diserap).
C. Obat
dan streptomicin
D. Perlengkapan
2. Spuit 3 cc
17
18
Metode Operasi
A. Persiapan pra-operasi
yang
pernah diderita, vaksinasi, alergi obat tertentu dan signalement anjing (breed,
Persiapan Hewan
dilakukan dengan cara rambut dibasahi air sabun, pencukuran dilakukan searah
dengan rebah bulu, setelah dicukur daerah yang akan dioperasi dibersihkan
dengan kapas yang dibasahi air kemudian dikeringkan dengan handuk kering.
Anjing dipuasakan selama 8-12 jam dan tidak diberi minum selam 2-6 jam.
Anjing yang telah siap dibawa ke ruang operasi dan diberi premedikasi atropin
teranastesi, anjing yang ada diatas meja operasi diposisikan rebah dorsal dan
diikatatau difiksasi di meja operasi dengan tali pada masing-masing kaki. Duk
steril dipasang mulai dari caudal searah jarum jam dan difiksir dengan duk klem.
19
Bagian yang akan dioperasi diolesi dengan iodium tincture 3% secara sirkuler
Alat operasi yang telah disterilkan, diletakkan di atas meja alat. Alat
operasi tidak steril dan bahan operasi lainnya diletakkan di bagian bawah meja
alat. Baskom berisi alkohol 70% digunakan untuk merendam gunting dan jarum,
iodine. Kain pembungkus alat operasi dibuka. Duk, tampon, benang dan blade
dengan pemasangan blade pada handel scalpel, dan mengambil gunting dari
baskom yang berisi larutan antiseptic. Kemudian dilakukan penataan alat dan
bahan operasi.
masker, membersihkan tangan dan celah kuku dengan cara menggosok telapak
tangan sebanyak 40 kali dan celah kuku 20 kali, tangan dicuci dari ujung jari
sampai siku dengan sabun dan disikat. Tangan dibilas dengan air yang mengalir
dan akan lebih baik jika memakai air hangat kemudian dikeringkan dengan
menitdan dibiarkan kering sendiri atau dikeringkan dengan handuk steril. Tangan
dengan bantuan co-operator dengan kondisi tangan sudah steril. Sarung tangan
20
steril dipakai dengan tidak menyentuh bagian luar dan harus menutup lengan gaun
operasi.
Prosedur Operasi
dianastesi. Pasien diposisikan rebah dorsal, diberikan underpad pada meja operasi,
anjing difiksasi di meja, diberi antisepik pada daerah yang akan di incisi, dan
ditutup duk lalu di fiksasi duk klem. Incisi daerah caudal midline, lalu cari bagian
kolon yang akan difiksasi. Colopexy dapat dilakukan dengan teknik appositional
sederhana tunggal dengan benang catgut chromic yang dilewatkan dari lapisan
pola jahitan sederhana menerus dengan benang catgut plain. Kulit dijahit
BAB IV
Hasil
a.) Ambulatoir
Anjing bernama Himawari dengan jenis kelamin betina berumur 6 bulan
dengan berat badan 8 Kg, domestik dan berwarna coklat. Anjing Himawari ini
mempunyai nafsu makan dan minum baik, belum pernah divaksin dan belum
diberi obat cacing serta tidak diare. Anjing Himawari juga diketahui tidak
Indikator Hasil
Frekuensi nafas 56 kali/menit
Frekuensi pulsus 100 kali/menit
Suhu tubuh 38,90C
Kulit dan rambut Rambut tidak rontok, turgor kulit baik
Selaput lendir Konjungtiva pink, ginggiva pink, CRT
< 2 detik.
Kelenjar-kelenjar limfe Lgl. Superficial tidak ada
thoracoabdominal,auskultasi vesikular
pulmonaris
Peredaran darah Sistol dan diastol dapat dibedakan,
ritmis
Pencernaan Mulut bersih, tidak ada lesi, palpasi
22
peristaltik normal
Kelamin dan Perkencingan Palpasi ren tidak ada respon sakit, vu
kosong
Saraf Reflek palpebra, pedal dan pupil baik
Anggota gerak Berjalan dengan 4 kaki
b.) Pemeriksaan darah
awal anjing. Hewan direstrain terlebih dahulu, serta vena cephalica pada kaki
data Tabel 2.
Indikator Hasil
Eritrosit 10 sel/mm3
6
5,94
Hematokrit (%) 40,5
Hemoglobin g/dL 13,7
MCHC (g/dL) 33,8
MCH (pg) 23,1
MCV (fl) 68,2
Leukosit 103/mm3 17,4
Limfosit sel/mm3 4,8
Monosit 103sel/mm3 0,8
Neutrofil 103sel/mm3 11,7
Basofil (%) 0
Eosinofil (%) 0,1
Trombosit 103/mm3 227
23
perubahan suhu, pulsus dan frekuensi nafas, hal ini dilakukan untuk menjaga
kestabilan kondisi hewan pasca operasi. Apabila suhu tidak di monitor secara
berkala hingga mencapai suhu tubuh normal, maka hal berbahaya dapat terjadi
Data monitoring suhu, frekuensi nafas dan pulsus tidak hanya dilakukan
post operasi setelah suhu stabil namun juga dilakukan pada hari pertama hingga
hari ke-7 pasca operasi. Data monitoring suhu, pulsus, dan frekuensi nafas dapat
yang baik dan benar, namun beberapa tambahan obat diberikan menyesuaikan
Pembahasan
24
Ambulatoir
Berdasarkan pengamatan pada hewan didapatkan frekuensi nafas sebanyak
56x/menit, frekuensi pulsus 100x/menit dan suhu tubuh 38,9˚C. Berdasarkan data
anjing berkisar 24-42 x/menit, frekuensi pulsus berkisar 76-148x/menit dan suhu
literatur mengalami peningkatan pada frekuensi napas, hal ini dapat terjadi karena
anjing meningkat.
Pengamatan pada kulit dan rambut tidak ditemukan adanya caplak dan
kutu. Selaput lendir baik dari konjungtiva, vulva, CRT tidak terlihat adanya
kelainan. Menurut Subronto (2015) adanya perubahan warna pucat pada selaput
Pengamatan pada organ pernapasan dan pencernaan juga tidak ditemukan adanya
jantung, terdengar suara sistol dan diastol dapat dibedakan. Sistem saraf mulai
kelainan antar inervasi syaraf. Anggota gerak anjing Himawari tidak mengalami
rujukan
sel/mm3)
Hematokrit (%) 40,5 37,0-55,0 Normal
Hemoglobin g/dL 13,7 12,0-18,0 Normal
MCHC (g/dL) 33,8 32,0-36,0 Normal
MCH (pg) 23,1 19,5-26 Normal
MCV (fl) 68,2 60,0-77,0 Normal
Leukosit 17,4 6,0-17,0 Leukositosis
103sel/mm3
Limfosit sel/mm3 4800 1000-4800 Normal
Basofil (sel/mm3) 0 0-100 Normal
Eosinofil(sel/mm3) 1000 1000-1250 Normal
Monosit (sel/mm3) 800 180-1350 Normal
Neutrofil 11700 3000-11.500 Neutrofilia
(sel/mm3)
Trombosit 227000
(sel/mm3)
( Williams, 2000)
antigen penyakit.
terhadap invasi bakteri dan benda asing. Neutrofilyang tinggi menandakan adanya
dan benda asing, apabila diduga ada invasi bakteri atau ikutan sekunder maka
neutrofil akan naik dan merespon adanya benda asing dengan mekanisme
fagositosis.
Persiapan hewan
kaki depan tepat pada v.cephalica untuk memudahkan dalam proses pemasangan
dengan air sabun kemudian rambut dicukur searah dengan rebah rambut
menggunakan silet, daerah yang telah dicukur dibilas dengan air bersih dan dilap
kering dengan handuk. Hal ini sesuai pendapat Kumar et al., (2012), bahwa
searah rebah rambut dengan dibasahi air sabun untuk mempermudah pencukuran
dan membersihkan kotoran yang tidak larut air. Pencukuran rambut minimal
sepanjang 15 cm dari tepi luka yang akan diincisi untuk mencegah kontak dengan
daerah non-operasi dan dapat digunakan untuk memodifikasi panjang incisi ketika
melakukan operasi.
jam sebelum dilakukan operasi. Menurut Zhang et al., (2012) puasa dilakukan
dengan tujuan untuk mengosongkan gastrium seehingga saat operasi tidak terjadi
isi lambung tidak penuh, karena lambung yang penuh dapat mengurangi
27
lambung yang penuh dapat menyebabkan terjadinya vomit sehingga terjadi sleek
pneumonia( Sardjana et al., 2015). Puasa dapat menurunkan kadar darah sehingga
hewan menjadi lebih tenang, menekan tonus dan mencegah refleks muntah
(Subronto, 2015). Dosis pemberian atropin sulfat yaitu 0,02- 0,04 ml/kgBB
atropin sulfat dengan volume 1,2 ml. Setelah dilakukan pramedikasi dilanjutkan
dengan pemasangan infus Natrium Cloride, Menurut Brander et al., (1991) infus
menggunakan NaCl 0,9% merupakan pilihan yang paling tepat saat akan
Himawari sebanyak 1,2 ml. Sedangkan dosis xylazin sebanyak 1-2 mg/ml dengan
konsentrasi 2 %, volume pemberian Xylazin pada anjing Himawari 0,8 ml. Dalam
obatan golongan alfa agonis baik itu dengan Xylazin, metedomidin dan lainnya,
hal ini disebabkan karena cara kerja ketamin yang menekan kontraksi otot yang
28
musculo relaxan agar gerakan ritmik jantung stabil (Sardjana et al., 2015).
Efek puncak pada hewan umumnya tercapai dalam waktu 6-8 menit dan
waktu 5-8 jam(Sardjana et al., 2015). Sedangkan untuk Xylazine apabila dipakai
dengan golongan barbiturat potensiasi dapat mencapai 50% dan efek sedasi
Setelah anjing dipastikan tidak sadar, anjing dibawa ke meja operasi yang
menampung urin, feses ataupun darah hewan saat dilakukan operasi atau anastesi
meja operasi dengan posisi rebah dorsal. Anjing yang sudah direbahkan difiksasi
dengan meja opersi agar menggunakan tali yang diikatkan dikaki meja operasi.
Kemudian pada bagian daerah yang akan diincisi diolesi iodine povidone lalu di
Sebelum operasi dimulai semua peralatan operasi harus ditata dengan rapi
agar memudahkan operator saat melakukan operasi. Alat yang perlu disiapkan
yaitu blade dan scalpel, gunting, needle holder, pinset, mosquito forcep, allis
29
forcep, homeostatik forcep, duk clamp, jarum, benang, duk, dan tampon.
Persiapan alat disusun sesuai kebutuhan dan ditata agar memudahkan dalam
penggunaan. Persiapan alat dan penyusunannya dapat dilihat pada Gambar 11.
penutup kepala (kopiah) dan masker terlebih dahulu, sebelumnya membuka gaun
menggosok telapak tangan sebanyak 40 kali dan celah kuku 20 kali, tangan dicuci
dari ujung jari sampai siku dengan sabun dan disikat, tangan dibilas dengan air
yang mengalir kemudian dikeringkan dengan handuk kering dan bersih. Tangan
disemprot dengan Alkohol 70 % selama 1 menit dan dibiarkan kering sendiri atau
dikeringkan dengan handuk steril. Dalam aplikasi alkohol hanya disemprot karena
operasi yang terkontaminasi benda asing dan bakteri. Sedangkan Alkohol 70%
30
ke atas). Selanjutnya gaun operasi dipakai oleh operator dengan bantuan co-
operator dengan kondisi tangan sudah steril. Sarung tangan steril dipakai dengan
tidak menyentuh bagian luar dan harus menutup lengan gaun operasi.
Pelaksanaan operasi
Proses operasi dimulai ketika anjing sudah terjadi efek anastesi. Pasien
diposisikan rebah dorsal, selanjutnya difiksasi dengan cara ditalikan keempat kaki
iodine 10% pada bagian yang akan di incisi dengan arah olesan dari arah central
dalam.
Incisi dilakukan pada caudal midline dari daerah abdomen posisi incisi
bagian daerah caudal dari umbilikus, segaris dengan linea alba yang berada
dibagian lapisan bawah subcutan. Menurut Mann et al,. (2011), posisi memegang
scalpel dan blade benar-benar diperhatikan agar dapat dilakukan sayatan langsung
hanya sekali tidak ada pengulangan dalam megincisi kulit dan subkutan agar
31
dilakukan pada operasi colopexy kurang lebih sepanjang 7 cm dari ujung pangkal
agar dapat memudahkan operator dalam mencari letak colon descendenn. Untuk
operator memasukkan termometer pada lubang anus agar tembus rektum, salah
satu operator meraba untuk mencari letak colon descendens. Menurut Evan, et al.,
jahitan selanjutnya dilakukan uji kekuatan dengan cara ditarik perlahan dengan
hasil jahitan sudah terfiksasi dengan kuat karena setelah ditarik tidak longgar.
aposisikan letak usus dan sebagainya kembali pada tempat semula,serta tidak lupa
pemberian penstrep selama proses aposisi dan pasca penjahitan colon. Penjahitan
musculus dengan benang silk dengan pola jahitan sederhana tunggal dengan
jahitan sederhana menerus. Menurut Tobias et al., 2012 subkutan dapat dijahit
tunggal .Menurut Tobias et al.,( 2012) penjahitan pada kulit harus memiliki jarak
gambar 19.
operasi pada tabel 3 dapat disimpulkan terjadi kenaikan suhu yang normal pada
36
kondisi anjing pasca operasi. Menurut Sardjana, 2015 kenaikan suhu pasca
pemberian ketamin xylazin memang terjadi kurang lebih 4-5 jam tergantung
individu, dan pasca anastesi terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang membuat
Waktu (15;
menit);
0 30;0 0 45; 0 60; 0 75; 0 90; 0 105; 0 120; 0 135; 0 150; 0 0
Gambar 20. Grafik monitoring suhu, pulsus dan frekuensi post operasi
harus ada keseimbangan anatar perawatan dari dalam dan luar tubuh. Perawatan
disuntikkan pada anjing Himawari sebesar 0,8 ml diberikan pada pagi hari dan
yang bekerja dengan caramenghambat sistesis dinding sel bakteri sehingga bakteri
2011).
Awal post operasi anjing Himawari masih infus Nacl 0,9 % untuk
menstabilkan kondisi tubuh pasca operasi tanpa makan dan minum. Apabila
peristaltik usus yang akan membuat colon juga ikut bergerak. Cairan infus yang
,pemberian iodine merupakan antiseptik berpelarut air yang sangat stabil terhadap
yang efektif untuk membunuh bakteri dalam waktu sekitar 1 menit (Barzah et al.,
2016).
tubuh normal 38,2˚C , sudah mau makan air kaldu. Luka bekas jahitan setiap
Kondisi Anjing Himawari hari kedua dan ketiga tercatat suhu tubuh
normal hari kedua (pagi 37,9˚C, sore 38,2˚C), suhu hari ketiga (pagi 37,9˚C, dan
sore38,7˚C), mau makan pakan basah anjing merek pedigree tanpa nasi dan
minum dan sudah melakukan urinasi dan defikasi walaupun mengejan kuat. Luka
bekas jahitan setiap harinya saat pagi dan sore dibersihkan dengan menggunakan
Suhu tubuh anjing pada pagi dan sore hari normal, feses terlihat padat dan tidak
tercerna secara baik karena makanan terlihat belum hancur, tepi luka berwarna
Kondisi anjing Himawari pada hari kelima memiliki nafsu makan dan
minum dengan baik, dan mampu beraktifitas dengan normal, namun mulai
dan minum dengan baik, dan mampu beraktifitas dengan normal, dan sudah tidak
menggaruk luka.
Kondisi anjing Himawari pada hari ketujuh sudah mau makan pakan padat
Hari kedelapan anjing Himawari mulai ceria, tidak lemas, mau makan nasi
A B
C D
E F
40
(B) kondisi hari kedua, (C) kondisi hari ketiga, (D) kondisi hari
keempat, (E) kondisi hari kelima, (F) kondisi hari keenam, (G)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
42
berjalan lancar dan luka sudah memasuki fase. Grafik monitoring suhu, pulsus,
dan frekuensi napas berjalan stabil tanpa adanya kenaikan yang signifikan.
SARAN
dibagian kesembuhan luka, respon anjing dalam makan, minum, cara defikasi dan
DAFTAR PUSTAKA
Balqis, U., Mayitha, D., Febrina, F. 2014. Proses penyembuhan luka bakar dengan
gerusan daun kedondong (Spondias dulcis f.) dan vaselin pada tikus
putih(Rattus norvegicus) secara histopatologis. Jurnal Medika
VeterinariaISSN : 0853-1943 Vol. 8 No. 1.
43
Brander, GC., Pugh, DM., Bywatyer, RJ dan Jenkins, WL. 1991. Veterinary
Applied Pharmacology and Therapeutics 5th edition. The English
Language Book Society and Bailliere Tindall: London. Hal. 180,
582-583.
Kumar, V., Ahmad, R.A., dan Amarpal. 2012. Colopexy as a treatment for
recurrent rectal prolapsed in dog. Indian Journal of Canine Pratice.
Volume 4 Issue 2
Konig, H.E, dan Liebich, H.G. 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mammals.
Germany : Schattauer
Mann, F.A ., Constantinescu, G.M., dan Yoon, H.Y. 2011. Fundamental of Small
Animal Surgery. Blackwell Publishing: UK
Plumb. 2008. Plumbs Veterinary Drugs Handbook 6th Edition. USA. Blackwell
Publishing
Sabirin, I.P.R., Maskoen, A.M., Hernowo, B.S. 2013. Peran Ekstrak EtanolTopikal
Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) pada PenyembuhanLuka
Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan Kolagen pada Tikus Galur
Wistar. MKB, Volume 45 No. 4, Desember 2013.
Slatter, D. 2003. Texbook of Small Animal Surgery 3rd edition. Saunders Elseiver
Science: Philadelphia.
Subronto dan Ida Tjahajati. 2004. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
44
Tobias, K. M. 2010. Manual of small animal soft tissue surgery. Ames, IA: Wiley
Blackwell
Yildiz, HS., Arslan, K., Yildiz, H. 2005. A Geometric Modeling of Dog Intestine.
Turk. J. Vet. Anim. Sci. 30 (2006) 483-488. T. BUTAK 09.11.2005.
Zhang, S., Zhang, J., Zhang, N., Shi, J., Wang, H. 2012. Comparasion of
Laparoscopic-Asisted and Open Colopexy in Dogs. Bull Vet Inst
Pulawy 56, 415-417