Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG


KINERJA PEMERINTAH TERHADAP PARTISIPASI
POLITIK
TAHUN 2017/2018

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metodelogi penelitian

Disusun Oleh;
Rifqi Azhar Fadillah
4115162130

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan A 2016


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kesehatan dan umur yang panjang, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai dengan judul " PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KINERJA
PEMERINTAH TERHADAP PARTISIPASI POLITIK"

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Yaitu Metodologi Penelitian .Dalam makalah ini mengulas tentang
Pengertian politik,Pengertian partisipasi politik,Faktor partisipasi politik Dan lain
lain.Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 24 Juni 2018

Rifqi Azhar Fadillah

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................................. 2
C. Batasan Masalalah .................................................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
KAJIAN TEORI.................................................................................................................................... 4
A.Deskripsi Teori .............................................................................................................................. 4
A. Persepsi................................................................................................................................... 4
B. Kinerja ................................................................................................................................... 5
C. Partisipasi Politik .................................................................................................................. 6
A. Pengetian Partisipasi Politik................................................................................................. 6
B. Faktor-Faktor Partisipasi Politik......................................................................................... 9
C. Tipologi Partisipasi Politik ................................................................................................. 10
D. Bentuk Partisipasi Politik ................................................................................................... 12
B.Penelitian yang Relevan ....................................................................................................... 14
C.Kerangka Berpikir ................................................................................................................. 16
D.Pengajuan Hipotesis .................................................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................................. 18
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................................ 18
A. Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................... 18
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ............................................................................. 18
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................................. 19
E. Instrumen Penelitian ............................................................................................................... 20
F. Prosedur Penelitian ................................................................................................................. 21
G. Teknik Analisis Data ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata perception, yang diambil dari bahasa latin

perception, yang berarti menerima atau mengambil. Perception dalam pengertian sempit adalah

pengelihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas, perception

adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu 1

Pemerintah dan masyarakat merupaka dua komponen yang saling mempengaruhi satu

sama lain.aktivtas yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat dipungkiri dapat berdampak

pada rakyat itu juga dan pada dasarnya pemerintah adalah dari rakyat,untuk rakyat dan oleh

rakyat. Tetapi ada masyarakat yang belum merasakan efek dari dari jargon pemerintah yaitu

“untuk rakyat” padahal jargon dari rakyat dan oleh rakyat sudah dipenuhi.Oleh karena itu

diperulkanlah partispasi politik.Partisipasi politik ini sangat penting untuk masyarakyat guna

untuk menciptakan pemerintahan yang baik.

Partisipasi politik merupakan hal yang menarik untuk diperhatikan, terbukti dengan

banyaknya ilmuan yang meneliti tentang hal ini. Dalam analisis politik modern, partisipasi

termasuk kedalam hal penting yang belakangan ini banyak mendapat perhatian di negara-

negara berkembang.

Partisipasi politik juga adalah hal yang mempengaruhi sistem politik sebuah negara

yang demokratis, karena sistem politik yang demokratis tidak akan ada artinya tanpa adanya

partisipasi politik. Partisipasi poltik mempunyai hubungan dengan kepentingan masyarakat.

Sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam partisipasinya menunjukkan derajat kepentingan

1
Aditya Romantika “Persepsi”, dalam http://adityaromantika.blogspot.com/2010/12/persepsi. html, diakses
pada 8 Juli 2018

1
mereka.Faktor dari partisipasi politik menurut Ramlan Surbakti menyebutkan 2 varibale yang

mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik:

a. Aspek kesadaran politik seseorang yang meliputi kesadaran terhadap hak &

kewajiban sebagai warga negara, misalnya hak-hak politik, hak ekonomi, dll.

b. Menyangkut bagaimanakah penilaian dan apresiasinya terhadap pemerintah, baik

terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pemerintahan nya.

Dalam hal ini seperti yang disebutkan diatas bahwa pemerintah merupakan salah satu

faktor pendukung dari meningkatnya partisipasi politik ,pemerintah juga bisa menjadi faktor

menurunnya pada partsipasi politik .faktor pendukung dan faktor menurunnya partisipasi

politik ini berkaitan dengan hasil keja pemerintah.Hasil Kerja Pemerintah terbagi dalam

beberapa aspek seperti dalam bidang Infrastruktur ,Ekonomi,Pendidikan dan lain lain.Hasil

kerja pemerintah inilah yang dinilai oleh masyarakat.Penialian dari masyarakat juga sangat

penting untuk menjadi evaluasi pemerintah dan menjadi faktor masyarakat untuk ikut serta

dalam partisipasi politik.yang dimana masyarakat akan mendukung lagi pemerintahan yang

sekarang atau mengganti pemerintah .

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “

PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KINERJA PEMERINTAH

TERHADAP PARTISIPASI POLITIK”

B. Identifikasi Masalah
Penilaian atau persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah sangat diperlukan guna
untuk pengevaluasian pemerintah yang akan mendatang .Untuk itu dibutuhkan juga partisipasi
politik dari masyarakat itu sendiri. Dan mencipatakan pemerintahan yang memiliki kinerja yang
baik.

2
C. Batasan Masalalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh oleh penulis maka adapun batasan dalam
penelitian ini lebih menitikberatkan pada pengaruh persepsi masyarakat tentang kinerja
pemerintah terhadap partisipasi politik
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan diambil sebagai
berikut :
1.Apakah ada pengaruh persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah terhadap partisipasi
politik?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh dari persepsi masyarakat tentang kinerja
pemerintah . Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui Pengaruh
persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah terhadap partisipasi politik, dan (2) Untuk
memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan mata kuliah Metodologi Penelitian

3
BAB II

KAJIAN TEORI

Deskripsi Teori

A. Persepsi
Kehidupan bermasyarakat tidak akan lepas dari persepsi masyarakat itu sendiri. Persepsi

merupakan tanggapan atau penerimaan langsung dari seseorang. Menurut Jalaludin Rackhmat

persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.2 Sedangkan menurut Bimo

Walgito persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan yaitu proses stimulus

oleh individu melalui proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan

stimulus tersebut diteruskan dan diproses selanjutnya merupakan proses persepsi.3

Pendapat lain dari Leavitt Harold J persepsi dapat dilihat dalam arti sempit yaitu

penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah

pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan dan proses tersebut merupakan

proses pendahulu dari proses persepsi. Penginderan sendiri dapat diartikan suatu stimulus yang

diterima oleh individu melalui alat reseptor yang disebut indera. Alat indera merupakan 10

penghubung antara individu dengan dunia luasnya. Dari stimulus yang diindera oleh individu,

diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang

sesuatu yang diindera kemudian tercipta persepsi.4

2
Rakhmat, Jalaluddin.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya hlm 50
3
Bimo Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset hlm 87
4
Leavitt, Harold J. 1978. “Managerial Psychology”. Dalam Alex Sobur. 2009. Psikologi Umum. Bandung : CV.
Pustaka Setia hlm 3

4
Persepsi dapat disimpulkan suatu proses yang didahului penginderaan yaitu proses

stimulus oleh individu melalui proses sensoris.dan kemudian di repesentasikan oleh individu

tersebut menjadi pandangan tentang stimulus yang diterimanya.

B. Kinerja

Kinerja adalah gambaran pokok mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi

yang tertuang dalam rencana strategis suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk

menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu Mahsun.5

Pengukuran Kinerja
Setiap kinerja dari sebuah organisasi maupun individu dapat diukur menggunakan

indikator dan faktor-faktor tertentu. Menurut Dwiyanto terdapat 5 indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja:

1) Produktivitas Konsep

produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan.

Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

2) Kualitas Layanan

Kualitas layanan sangat penting dalam menjelaskan kinerja dari organisasi publik.

Banyak pandangan negatif muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan

yang diterima dari organisasi publik.

3) Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan

publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

5
Mutiarin, Dyah dan Arif, Zaenudin. (2014). Manajemen Birokrasi dan Kebijakan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
hlm 77.

5
4) Responsibilitas

Responsibilitas adalah pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang

eksplisit maupun implisit.

5) Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah para pejabat

politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, maka dengan sendirinya akan selalu

merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik

dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu

konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.6

Kinerja dapat disimpulkan bahwa suatu gambaran pokok mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan untuk mewujudkan suatu sasaran,visi ,misi

suatu organisasi atau suatu badan dan kinerja ini sering digunakan untuk menyebut prestasi atau

tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu dan pengukuran kinerja harus terdiri

dari 5 indikator yaitu Produktivitas Konsep, Kualitas Layanan,Responsivitas, Responsibilitas

dan Akuntabilitas

C. Partisipasi Politik
A. Pengetian Partisipasi Politik

Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari good government, sehingga

banyak kalangan menempatkan partisipasi sebagai strategi awal dalam mengawali reformasi

1998.

6
Dwiyanto, Agus. (2012). Revormasi Birokrasi Publik di Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.hlm 50-51

6
Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan capere yang

artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara. Apabila

digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate atau

participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil

peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara (Suharno, 2004).7

Selanjutnya Ramlan Surbakti sebagaimana yang dikutip oleh Cholisin memberikan

definisi singkat mengenai partisipasi politik sebagai bentuk keikutsertaan warga negara biasa

dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.8

partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara

aktif dalam kehidupan 21 politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).Kegiatan

ini mencakup tindakan seperti memeberikan suara dalam pemilihan umum ,menghadiri rapat

umum,mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan dengan pejabat pemerintah

atau anggota parlemen,menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct

actionnya,dan sebagianya. partisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti dan

memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu.

Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang

kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap

masalah kenegaraan.

Ahli yang lain juga menyebutkan pengertian partisipasi politik:

1. Herbert McClosky

Herbert McClosky memberikan definisi partisipasi politik sebagai kegiatan-kegiatan

sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses

7
Suharno. 2004. “Diktat Kuliah Sosiologi Politik”. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Hlm 102-103
8
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press. Hlm 150

7
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan

kebijakan umum.

2. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson

Dalam hubungan dengan negara negara baru Samuel P.Hutington dan Joan M.Nelson

dalam No Easy Choice: Political Partisipation in Developing Countries .memberi tafsiran

yang lebih luas dengan memasukan eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan.Partisipasi

politik menurut Hutington dan Nelson adalah kegiatan warga Negara yang bertindak

sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh

pemerintah.Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,terorganisir atau spontan

,mantap atau sporadis,secara damai atau kekerasan ,legal atau ilegal ,efektif atau tidak

efektif.9

Dari pendapat yang dikemukakan oleh ahli tersebut dapat dikatan bahwa partisipasi

politik adalah hal hal yang berkaitan dengan kegiatan kegiatan yang dilakukan individu

maupun kelompok yang dimana bisa mempengaruhi pembuatan atau proses pengambilan

keputusan oleh pemerintah yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.dan

partisipasnya bersifat individual atau kolektif,terorganisir atau spontan ,mantap atau

sporadis,secara damai atau kekerasan ,legal atau ilegal ,efektif atau tidak efektif.Dan setiap

keputusan yang diambil oleh pemerintah tidak lepas dari campur tangan warga negara. Dan

setiap keputusan yang diambil tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan

warga negara. Oleh karena itu, partisipasi dari masyarakat itu sendiri penting adanya. Dalam

negara-negara demokratis pada umumnya semakin tinggi partisipasi warga negara nya maka

semakin baik pula

9
Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2016)Hlm 367-369

8
B. Faktor-Faktor Partisipasi Politik

Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Ramlan Surbakti menyebutkan dua variable penting yang mempengaruhi tinggi

rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang yaitu :

1) aspek kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dalam

kesadaran politik adalah kesadaran hak dan kewajiban warga negara. Misalnya hak

politik, hak ekonomi, hak perlindungan hukum, kewajiban ekonomi, kewajiban

sosial dll.

2) Kedua, menyangkut bagaimana penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan

pemerintah dan pelaksanaan pemerintahnya.

Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variable independen). Artinya bahwa rendah

kedua faktor itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial, afiliasi politik orang

tua, dan pengalaman beroganisasi. Yang dimaksud status sosial yaitu kedudukan seseorang

berdasarkan keturunan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Selanjutnya status ekonomi

yaitu kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan.

Seseorang yang mempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak hanya

mempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat serta perhatian pada politik dan

kepercayaan terhadap pemerintah .10

Selanjutnya menurut Myron Weimer partisipasi politik di pengaruhi oleh beberapa

hal, seperti yang dikutip oleh Mohtar Mas’oed dan Collin MacAndrews (2011:56-57):

1. Modernisasi

10
Ramlan Surbakti. (2006). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hlm
140-145

9
Modernisasi disegala bidang akan berimplikasi pada komensialisme pertanian, industrial,

meningkatkan arus urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis, perbaikan pendidikadan

pengembangan media massa atau media komunikasi secara luas.

2. Terjadi perubahan struktur kelas sosial

Terjadinya perubahan kelas struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas

menengah dan pekerja baru yang meluas era industralisasi dan modernisasi.

3. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa modern

Ide-ide baru seperti nasionalisme, liberalisme, membangkitkan tuntuntan-tuntutan untuk

berpartisipasi dalam pengambilan suara.

4. Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik

Pemimpin politik yang bersaing merebutkan kekuasaan sering kali untuk mencapai

kemenangannya dilakukan dengan cara mencari dukungan massa.

5. Keterlibatan pemerintah yang semakin luas dalam unsur ekonomi,sosial dan budaya

Meluasnya ruang lingkup aktivis pemerintah ini seringkali merangsang timbulnya tuntutan-

tuntutan organisasi untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembuatan keputusan politik

C. Tipologi Partisipasi Politik

A. Rahman H.I menyatakan bahwa secara umum tipologi partisipasi sebagai kegiatan

dibedakan menjadi:

1) partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan output.

2) partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam arti

hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan

pemerintah.

10
3) golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menggapsistem politik yang

ada menyimpang dari yang dicita-citakan.11

Milbrath dan Goel yang dikutip oleh Cholisin membedakan partisipasi politik menjadi

beberapa kategori yakni :

a Partisipasi politik apatis

orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.

b Partisipasi politik spector

orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan umum.

c Partisipasi politik gladiator

mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis

mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.

d Partisipasi politik pengritik

Orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa orientasi partisipasi politik aktif terletak

pada input dan output politik. Sedangkan partsipasi pasif terletak pada outputnya saja. Selain

itu juga ada anggapan masyarakat dari sistem politik yang ada dinilai menyimpang dari apa

yang dicita-citakan sehingga lebih menjurus kedalam partisipasi politik yang apatis.12

11
A , Rahman, H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta. Hlm 288
12
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press. 152

11
D. Bentuk Partisipasi Politik

Paige yang dikutip oleh Cholisin merujuk pada tinggi rendahnya kesadaran politik dan

kepercayaan pemerintah (sistem politik menjadi empat tipe yaitu partisipasi aktif, partisipasi

pasif tertekan (apatis), partisipasi militan radikal , dan partisipasi pasif.

Partisipasi aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah tinggi. Sebaliknya jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada

pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung pasif-tertekan (apatis). Partisipasi

militan radikal terjadi apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah

sangat rendah. Dan apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan terhadap

pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

Berbagai bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi di berbagai Negara dapat

dibedakan dalam kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan nonkonvensional

termasuk yang mungkin legal (petisi) maupun ilegal (cara kekerasan atau revolusi). Bentuk-

bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas

sistem politik, integritas kehidupan politik, kepuasan atau ketidak puasan warga negara.13

Bentuk-bentuk partisipasi politik yang dikemukakan oleh Almond mengealkan

bentuk partisipasi politik digolongkan menjadi konvensionil dan no konviesionil.kegiatan

politik yang konvensional adalah partirsipasi politik yang normal dalam demokrasi

modern.Bentuk non Konvensional termasuk beberapa yang mungkin legal seperti petisi dan

yang ilegal,sepeti tindakan politik penuh kekerasan dan revolusioner.Bentuk dan frekuensi

partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas politik integritas

kehidupan politik dan kepuasan atay ketidakpuasan warga negara.Dalam tabel bentuk

partisipasi politik Konvensionil dan Non-Konvensionil14 .sebagai berikut:

13
Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press. 153
14
Cholisin, dkk. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press. 151

12
Konvensionil Non-Konvesionil
1. Pemberian suara atau voting 1. Pengajuan petisi
2.Diskusi politik 2. Berdemonstrasi
3.Kegiatan kampanye 3. Konfrontasi
4.Membentuk dan bergabung dalam 4. Tindak kekerasan politik terhadap harta
kelompok kepentingan benda : pengrusakan, pemboman,
pembakaran
5.Komunikasi individual dengan pejabat 5. Tindakan kekerasan politik terhadap
politik atau administratif manusia: penculikan, pembunuhan,
perang gerilya, revolusi

Terdapat dua bentuk piramida partisipasi sebagai berikut:

1. Menurut Milbrath dan Goel ,memperlihatkan bahwa masyarakat dapat dibagikan dalam
tiga kategori yaitu:

 Pemain (Gladiators)
 Penonton (Spectators)
 Apatis (Apathetics)

2.Menurut David F Roth dan Frank L.Wilson,melihat masyarakat terbagi dalam empat
katergori yaitu:

 Aktivis (Activists)
 Partisipan (Participants)
 Penonton (Onlookers)
 Apolitis (Apoliticals).15

Berikut dua bentuk piramida menurut Milbrath dan Goel dan Menurut David F Roth dan
Frank L.Wilson:

15
Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2016) hlm 372-373

13
Sumber:SlidePlayer.info

Sumber: Brainly.co.id

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah

terhadap partisipasi politik. Berdasarkan eksplorasi peneliti ditemukan penelitian yang

mendekati masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DESA

14
DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DESA oleh RICHARD

CHANRA TAMBARU.Hasil dari penelitian ini bahwa persepsi masyarakat tentang kinerja

pemerintah desa MAMUYA belum maksimal karna kurang sosialisasi terhadap masyarakat dan

masyarakat tersebut belum merasakan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah desa tersebut hal

ini disebabkan karena adanya pembanugan desa yang tidak tepat sasaran sehingga tidak dapat

dinikmati oleh masyarakat

2. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA APARATUR DESA DALAM

MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK DI DESA BUMI AGUNG MARGA

KECAMATAN ABUNG TIMUR KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Skripsi) Oleh DWI

LUCITA SARI.Hasil Penelitian ini cenderung kurang paham karena pelayanan publik

khususnya pelayanan reguler ini belum memuaskan dan belum berjalan secara optimal sesuai

dengan undang-undang \. Namun masyarakat masih berharap adanya pelayanan public yang

diselenggarakan secara mudah, cepat dan bersahabat. Berdasarkan hasil penelitian data yang

dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa persepsi masyarakat terhadap kinerja aparatur desa

dalam meningkatkan pelayanan publik masuk dalam kategori kurang paham. Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya persentase yang diperoleh yakni 73,33% atau 44 masyarakat

dari 60 responden dalam kategori kurang paham. Kategori ini menunjukkan bahwa masyarakat

ini telah paham secara konsep kinerja dan pelayanannya, tetapi tidak memahami indikator dari

kinerja tersebut. Kemudian mereka telah paham bahwa kinerja aparatur desa ini belum berjalan

dengan baik, bisa dilihat dari kualitas pelayanan dalam bidang pelayanan reguler misalnya

pembuatan kartu keluarga dan pembuatan kartu tanda penduduk yang dalam pembuatannya

harus 73 menunggu waktu yang lama. Oleh karena itu pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat belum termasuk dalam kriteria kewajiban aparatur desa yang ideal.

15
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk

memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel

yang dipakai dalam penelitian yaitu Persepsi masyarakat dan Partisipasi Politik.

Dengan persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah maka akan ada penilaian atau

pandangan tentang kinerja pemerintah di mata masyarakat.pandangan ini bisa merujuk pada

dua nilai yaitu baik dan buruk kinerja tersebut yang dimana pada akhirnya bisa mendorong

masyarakat untuk ikut serta dalam partisipasi politik.

Persepsi masyarakat Persepsi masyarakat


tentang kinerja tentang kinerja
pemerintah yang pemerintah yang
bersifat positif bersifat negatif

Partisipasi politik

Masksud dari tabel diatas yaitu

1.Persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah yang bersifat positif maksudnya adalah

masyarakat menilai kinerja pemerintah berjalan baik sehingga rakyat memiliki semangat untuk

mengikuti partisipasi politik agar pemerintahan berjalan dengan baik dan melanjutkan progam

progam yang direncanakan

2. Persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah yang bersifat negatif adalah masyarakat

menilai kinerja pemerintah tidak berjalan dengan baik.sehingga memiliki 2 kemungkingan

apabila kinerja pemerintah tidak berjalan dengan baik yang pertama masyarakyat tidak mau

lagi mengikuti partisipasi politik dikarenakan banyak pemimpin yang tidak menjalankan sesuai

dengan janji politiknya,kedua masyarakat ikut serta dalam partisipasi politik dengan alasan

untuk memperbaiki kinerja pemerintah yang tidak berjalan dengan baik

16
D. Pengajuan Hipotesis

Diduga terdapat pengaruh persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah terhadap partisipasi

politik.

17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini sebagai berikut :

I. Mengukur tingkat partisipasi politik terhadap hasil kinerja pemerintah

II. Menganalisis pengaruh hasil kinerja pemerintah terhadap partisipasi politik

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Jakarta Pusat ,Daerah Khusus Ibu kota Jakarta pada

semeseter genap ajaran tahun 2017/2018

C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana lebih menekankan analisisnya

pada data-data “numerical” (angka) yang diolah dengan metode statistika. Maksud dari analisa

kuantitatif ini diperoleh dari jawaban hasil angket yang kemudian dikalikan 100%. Hal ini

karena dalam penelitian ini menggunakan uraian-uraian yang berupa kategori untuk menjawab

permasalahan-permasalahan penelitian, yakni; Pengaruh Kinerja Pemerintah Terhadap

Partisipasi politik.

Adapun metode yang peneliti gunakan adalah metode survei, berdasarkan buku

“Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi” yang menyatakan bahwa:

“Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan

pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh

jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur/

sistematis tersebut dikenal dengan istilah kuesioner”.16

16
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Cetakan ke-
12, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 143

18
Penelitian survei, umumnya dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel

atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasi

dikumpulkan dari seluruh populasi.17

Desain penelitian ini bersifat kuantitatif dan membatasi masalah dengan rumusan

masalah yang ada,permasalahan ini mencari keterkaitan antara dua variabel yaitu variabel X

dan variabel Y,keterkaitan ini digambarkan melalui tabel berikut;

X
Y
Y
X1
XY
X2

Keterangan:

X:Pengaruh Persepsi masyarakat tentang kinerja pemerintah

Y:Partisipasi Politik

X1:Kinerja pemerintah positif

X2:Kinerja Pemerintah Negatif

D. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi

Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi target penelitian.

Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan

dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang disebutkan secara tersurat

yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang

17
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survai, Cet. ke-2, Jakarta: LP3ES, 1995, hlm. 3

19
dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota

sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi.

b. Sampel

Penelitian yang memiliki jumlah populasi yang besar tidak memungkinkan untuk

meneliti seluruh populasi yang terdapat di lokasi penelitian. Oleh karena itu perlu dilakukan

perhitungan-perhitungan hanya dalam bagian unit populasi saja. keterangan diambil dari wakil

populasi.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini awalnya ditentukan secara sengaja (Purposive Sampling)

untuk menentukan. kecamatan penelitian yang tepat berdasarkan data yang ada. Setelah

ditentukan kecamatan, kemudian digunakan Sampling Random Sederhana (Simple Random

Sampling). Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan undian, ordinal, table

bilangan random, atau komputer. Keuntungannya adalah anggota sampel mudah dan cepat

diperoleh. Kelemahannya ialah kadang-kadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari

populasinya

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang baik juga harus valid. Ada beberapa macam validitas yaitu face validity,

content validity, dan criterion validity. Face validity (validitas muka) tercapai jika suatu

instrumen nampaknya sudah valid (dari penglihatan sepintas lalu). Tentu saja validitas

semacam ini sangat superficial. Tetapi kadang-kadang peneliti cukup memerlukan validitas

jenis ini. Caranya, peneliti meminta beberapa orang membaca atau mengisi instrumen tersebut,

dan meminta pendapat mereka untuk keperluan revisi. Penelitian ini menggunakan instrumen
20
berupa wawancara dan angket tertutup yang jawbannya bersifat uraian guna untuk mengetahui

atau memperjelas pandangan masyarakat tentang kinerja pemerintah dan keikutsertaan

parsitipasi politik.

F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu

penelitian. Menurut Moleong ,Langkahlangkah prosedur penelitian meliputi tiga hal yaitu:

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti dengan pertimbangan etika penelitian

lapangan melalui tahap pembuatan rancangan usulan penelitian Pengumpulan Data Penyajian

Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan 46 46 hingga menyiapkan perlengkapan penelitian.

Dalam tahap ini peneliti diharapkan mampu memahami latar belakang penelitian dengan

persiapan-persiapan diri yang mantap untuk masuk dalam lapangan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti berusaha mempersiapkan diri untuk menggali dan mengumpulkan

data-data untuk dibuat suatu analisis data mengenai pengamen jalanan di Surakarta. Secara

intensif setelah mengumpulkan data, selanjutnya data dikumpulkan dan disusun.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan kegiatan yang berupa mengolah data diperoleh dari narasumber

maupun dokumen, kemudian akan disusun kedalam sebuah penelitian. Hasil analisis tersebut

dituangkan dalam bentuk laporan sementara sebelum menulis keputusan akhir.18

18
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya hlm 127-148

21
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah Analisis Deskriptif,analisis deskriptif

merupakan statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistic deskriptif dapat digunakan

bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan

yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil. Mengenai data dengan statistik deskriptif

peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. deskriptif hanya akan

mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah

sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk

angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh

siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut

22
DAFTAR PUSTAKA

1) Aditya Romantika “Persepsi”, dalam http://adityaromantika.blogspot.com/2010/12/persepsi.


html, diakses pada 8 Juli 2018
2) Rakhmat, Jalaluddin.2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
3) Bimo Walgito. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
4) Leavitt, Harold J. 1978. “Managerial Psychology”. Dalam Alex Sobur. 2009. Psikologi Umum.
Bandung : CV. Pustaka Setia
5) Mutiarin, Dyah dan Arif, Zaenudin. (2014). Manajemen Birokrasi dan Kebijakan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
6) Dwiyanto, Agus. (2012). Revormasi Birokrasi Publik di Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
7) Suharno. 2004. “Diktat Kuliah Sosiologi Politik”. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
8) Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press
9) Cholisin, dkk. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press
10) Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2016)
11) Ramlan Surbakti. (2006). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
12) A , Rahman, H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
13) Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survai, Cet. ke-2, Jakarta:
LP3ES, 1995
14) Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

23

Anda mungkin juga menyukai