Anda di halaman 1dari 17

(Ketika petang merangkak malam dan suasana itulah menghantar

langkah-langkah kaki penari ketengah pentas diiringi music


gembira,lampu panggung redup menandakan suasana petang
telah datang. Tarian berkisah tentang dang gedunai mendapat 2
buah butir telur bewarna kuning keemasan kemudian irama music
jadi kaku dan dang gedunai diusung oleh penari lainnya lalu Exit
sebagai opening (lampu panggung gelap).

Ketika lampu-lampu panggung hidup kembali terlihat perempuan


tua sedang berada ditepi kelambu dang gedunai seraya
bernandung.

Emak : (nandung)

Hang Jermal : Kalau mentari telah tergelincir menerpa tiang-


tiang kering itu, dan elang laut pulang
kesarangnya…begitu terus…begitu terus…. Dalam
nandung itu ibu masih sempat melamun……

Emak : Entah bagaimana jadinya,kalau tidak kita


turutkan kehendak datuk jahanam itu..

Hang Jermal : Itu kataku ibu,kan dibawa kemana sakit hati ini…
kan disurukkan kemana….hati malu ini….. Tapi
dendam terus menerpa!!

Emak :dendam??......sabas….sabas…anakku. Dendam


hanya membikin api…

dalam sekam,, dendam hanya memperpanjang


segala persoalan dan akhirnya…..(sedih)
Hang Jermal :Tumpah darah ditasik ini??
Kalau…kalau….mengenang janji datuk ketika
pasang purnama ini kita tidak meninggalkan
jermal ini.

(Tiba-tiba masuk Tukang Nyarau (nelayan) tradisi dengan


peralatannya serta membawa lampu suluh ditangan kanannya
seraya berseru)

Tukang Nyarau : Ohoii….. Orang-orang dibagan ini bolehkah akui


berteduh disini?? Nampaknya mendung akan
runtuh…pertanda hari akan hujan lebat(berseru)
Hoii… adakah orang dibagan ini??

Emak : (ibu turun dari tangga sambil membawa lentera).

Siapa kau orang tua..malam-malam begini


susup asap sampai kebagan ini…
apa gerangan yang datuk cari hingga sampai
tersesat ketempat kami??

Catatan : 1.Sabas = Sabar


2.tasik = pasir
3.Jermal = Rumah tempat berteduh ditepi pantai
4.Nyarau = alat penangkap ikan.

Tukang Nyarau : Datuk Canai orang memanggilku, hanya nelayan


tradisi kerjaku,,nampaknye mendung akan
runtuh.. ..apakah boleh hamba numpang
berteduh ??
Hang Jermal : Kalau kedatangan Datuk bermaksud baik, hamba
sudah dapat membaca mendung itu, kalau
maksud Datuk buruk, mendung akan
menumpahkan hujan darah membasahi pulau ini.

Tukang Nyarau : Apa benar yang merasuk pemikiranmu anak


muda??

Emak : Astaghfirullah aladzim….Bawalah mengucap


Jermal…Sabas…sabas…anakku…

Hang Jermal : maafkan hamba orang tua, bukan begitu maksud


hamba..

anak nelayan mengasah parang.


parang dititip acuan pahat.
kalau sakit cukuplah seorang.
mengapa pedihnya demam berempat.

Tukang Nyarau : sakit???.....siapa yang sakit anak muda??


Kalau sakit carikan obat.
Kalau demam carikan dukun.
orang datang jadikan sahabat.
jadikan teman pembawa untung.

Hang Jermal : kalau pasang purnama ini hamba tidak


meninggalkan bagan ini…
hamba akan dihukum dera datuk…

Tukang Nyarau : beratus uban dirambutku.Itu pertanda usia


senja.Kudis dan puru penyebanya itu. Mengapa
disebut penyebar wabah.Mustahil….mustahil
adanya…

(Tiba-tiba suasana menjadi kaku,warna lampu panggung


memancarkan warna pelangi senja,perlahan kelambu terangkat
dan kelihatan sosok tubuh Dang Gedunai sedang duduk sambil
menangis seraya menggaruk-garuk kudis dan biring yang tumbuh
disekujur tubuhnya (musik syahdu)).

Dang Gedunai : Mak….beri hamba air minum…


haus…panas…sakit….pedih… (sambil nangis)
pedih rasanya….

Catatan : 1.Canai = mengasah atau menyerut

2.Acuan = cetakan

3. Dera =Berat

4. Puru/Biring = Sebangsa Kudis.

Koor (lagu) : Gis di linggis…


kerakap daun lade….
Badan pono kudis…
temakan tolo nage…

Nak bulan nak bintang…


dipucuk mali-mali
itu abang die datang
mengobat sakit hati..

Gelige gulong-gulong
berwarna merah jingge
cepatlah ditolong
sebelum jadi nage

jadilah….jadilah…jadilah….

(Sementara Dang Gedunai menangis Emak datang hendak


memberi air minum kepada Dang Gedunai diiringi Tukang Nyarau
dan Hang Jermal menepis tangan Emak).

Hang Jermal : Tidak………..

Emak : (terkejut) apa…apa yang telah merasuk kau


anakku??

Tukang Nyarau : Bawalah mengucap nak… tak ade sakit yang


tak dapat diobat...Tak ade jembalang yang tak
dapat ditawar.

Emak : Tersebab memakan 2 butir telur…Itulah


penyebabnya orang tua, hamba telah patah
arang dan putus asa dalam usaha mencari obat
penawarnya… sementara kami telah menerima
pengantar dan pinangan anak datuk penghulu
yang kejam itu… Tolong…. Tolonglah hamba
datuk…

Tukang Nyarau : (menghela nafas panjang )

Dipulau penyengat dekat ujung tasik itu hamba


kenal dengan dukun Sirambat. Siapa tau dia bisa
mengurangi beban penderitaan sakit si Kedunai.

Catatan : 1.Linggis = Alat penggali tanah


2.Kerakap = Sebangsa tumbuhan
3.Jembalang = penyakit kena hantu
4.Mali-mali = Tumbuhan
5.Gelige = Permata yg diperebutkan oleh binatang naga dan lipan dll.

Hang Jermal : sia-sia menjaring angin Datuk, sakit Gedunai pun


tak akan sembuh.

Tukang Nyarau : Kita tidak mendahului yang Satu. Kata pasti


janganlah ditiru. Hanya membuat resah dan
ragu. Segala penyakit Allah lah yang Maha
Tahu….Bukankah begitu anak muda???

Emak : Panjang sungguh pemikiran orang tua.


Pendek dan singkat pendapat yang muda.
Apa salahnya kita mencoba.
Penangkis malang,penerpa bala.
Hang Jermal : (diam sejenak,kemudian bersujud dikaki
Tukang Nyarau)

maafkan hamba orang tua.


Sebelas dengan batu kepala.
restui hamba untuk melangkah.
mencari obat pemusnah wabah.
Hamba permisi datuk…
hamba permisi mak…

(Hang Jermal berangkat dibekali sebuah pendayung dasn


sebungkus nasi untuk bekal dijalan.Kemudian terdengar surat
kapal yang dibacakan anggota koor mengiringi kepergian Hang
Jermal).

Koor (surat kapal) : Dengan Bismillah Jermal melangkah


mencari obat adik tercinta
walaupun berat,walaupun susah.
Itu tugasnye dalam keluarga.

Obat dicari untuk adinda.


Supaya sembuh sedia kala.
Kalau tak dapat menambah susah
mungkin terjadi pertumpahan darah.

Pertumpahan darah jangan terjadi.


Karena merakuk sumpah dan janji.
ini perintah datuk yang keji.
pongah kata tidak terpuji.
(Lampu panggung perlahan gelap,ketika lampu panggung terang
kembali hari telah berangsur pagi dan kicauan burung-burung laut
menyambut kedatangan pagi yang cerah)

Musik : Musik gembira mengiringi keempat anggota


koor muncul ketengah pentas satu-persatu.

Koor : (berseru memanggil)


gedunai….gedunai….

gedunai.…gedunai…

(membuat dan mengisi sudut pentas).

Gedunai….
Kicau burung punai.
Sambut pagi hari.
Cepat bangunlah gedunai.
hari sudah tinggi.

Mati lampu mati suluh.


Hari berangsur siang.
Mari kita sholat subuh.
tegakkanlah sembahyang.

Hari berangsur siang.


Lah Nampak pundi-pundi.
Kalau sudah sembahyang.
Mari cari rezeki.
Carilah….carilah…..

Musik : (merubah nada tarian menangguk ikan yang


ditarikan oleh anggota koor dalam pada itu
Hang Gelige masuk seraya bertanya kepada
penari tersebut).

Hang Gelige : Gadis cantik sama rupawan.


Pandai menari suka beramal.
Tolong jawab tanyaku puan.
Bersuakah adik dengan Hang Jermal??

Koor 1 : Tukang ramal berwajah kumal.

Koor 2 : dibawah duli junjungan permai.

Koor 1 : kami jawab tanyamu tuan.

semua : mencari Hang Jermal atau Gedunai.

Hang Gelige : Jawab kata yang tak berujung,membuat hati


malu dan kesal,tak salah rasanya hamba
bertanya,ke dua-dua itu jawabnya benar.

Koor : Kedua-dua benar (tertawa mengejek)

Tukang Nyarau : Seperti pungguk merindukan bulan…bulan


dipagar oleh bintang…bintang yang jauh
enggan digapai…mengapa jadi idaman hati…

Hang Gelige : (terkejut) Datuk canai mengapa datuk ada disini?

Tukang Nyarau : Tugas rangkap yang diberikan oleh datuk


paduka terhadap beta, membuat separuh
hati menerimanya seperti bulu mata menusuk
mata.
Hang Gelige : Apa yang terjadi datuk (kesal) kanapa dengan
paduka ayahanda beta…Kenapa dengan Hang
Jermal,Dang Gedunai, dan keluarganya yang
menghilang sejak tujuh purnama ini datuk?
(marah)

Tukang Nyarau : (berdiam diri)

Hang Gelige : Mengapa diam datuk (berpikir) rupanya datuk


dan ayahanda beta telah membuat teka-teki
penuh misteri. Patutlah hamba dipisahkan dari
Dang Gedunai, rupanya…..keluarga ini telah
bermufakat untuk memisahkan tali cinta
kami….Benarkah itu datuk?.....

Hang Gelige : Baiklah…..


Jauh digurun unggas ditebat .
Pasir kutempuh jalan melata.
Dengan halus tidak kudapat.
Jalan kasar kutempuh jua.
(Terbahak) ha ha ha ha ha…….. Ayahanda
beta, Datuk Canai, Hang Jermal dan Emak
yang bodoh…….. kalian semuanya Orang
orang bebal tidak tau arah yang pasti
mudahnya berencana mudah Pula
membatalkan...!!

Kalau kapal berat kemuka.


Tali temberang berpilin tige.
Kalau nak tau siape beta.
Mari tentang laksmane gelige.

Tukang Nyarau : Laksmana?........

Hang Gelige : Diam datuk disitu, orang tua yang tak tau pada
zamannya,patutlah hamba disuruh
meninggalkan kampung, pantang bersua
menurut hukum adat pantang bercinta
bertatap muka…Berakibat batal tali
perkawinan begitukah menurut adat!!
Seenaknya adat, adat yang
diadatkan…begitu….

Emak : Biarlah hukuman apa yang bakal diberikan


kepada keluarga hamba orang miskin. Sakit-
sakitan walaupun dihukum siksa, walupun
dihukum dera, dihukum pancung sekalipun
hamba rela…..hamba rela…….hamba rela
menerimanya. (Histeris) hai
dukun cabuk…!! hai dukun palsu….!! Kau
berani menyelinap diwarna malam merobah
ujut menjadi tukang nyarau,kiranya kuli
kacung suruhan paduka. ( Tukang Nyarau Exit )

Hang Gelige : Datuk……. Hendak kemana datuk, beraninya


hanya melarikan diri, melepaskan tanggung
jawab!
Datuk Penghulu : Hamba tidak melarikan diri, dan hamba tidak
melepaskan tanggung jawab, lebih-lebih
kepada kau putraku satu-satunya.

Hang Gelige : Ayahanda apa yang telah terjadi ayah mengapa


ayah sekejam itu, bukankah kita akan menjadi
orang kaya seandainya saja saya berkawin dengan
Dang Gedunai dan kita akan menjadi kaya karena
dia mendapat dua butir tajau berbentuk telur
emas. Panglime Hang Gelige menjadi kaya,Datuk
Penghulu bertambah kaya… Kaya sekaya-kayanya
(terbahak) ha ha ha ha ha……

Datuk Penghulu : (membentak) diam………diam kataku jangan


terlalu banyak berharap!! Seperti Simuntu
Bujang Pilihan,terlalu harap tertiarap!

Hang Gelige : Bukankah kekayaan yang ayahanda inginkan


bukankah,kesenangan yang ayahanda impikan,
putih kapas penutup mata, kilau emas
permainan dunia,,,,,, oh dunia….dunia…

Tukang Nyarau : Bawalah mengucap Panglima.

Hang Gelige : Kau lihat nanti datuk canai betapa indahnya


hari pernikahanku dang gedunai memakai baju
pengantin yang bertahtakan emas dan aku, aku
laksmana gelige memakai keris bertahtakan
ratna mutu manikam (terbahak) ha ha ha ha
ha……
Datuk Penghulu : Ya Tuhan kemana jalan pikiran anakku,
bawalah mengucap……bawalah mengucap

Laksmana.

Hang Gelige : Bukankan acara pernikahan itu masih ditunggu


oleh setiap insane Bukankan acara
perkawinan sebuah sejarah hidup bagi setia
insan yang mendambakan pesta perkawinan
yang indah. Tapi sayang……..aku tidak
mendapat restu dari ayahanda beta, Pesta
perkawinan samar-samar seperti pelangi senja
dibalut awan mendung, Tapi mengapa,
mengapa begitu datuk………(sedih)

Datuk Penghulu : Bukalah matamu panglima dan lihatlah


itu…….panjang ceitanya.

SNFF :(Lampu panggung redup,music syahdu


mengiringi penari kontemporer menarakin
kisah Dang Gedunai mendapatkan dua butir
telur emas,lagu formasi tari mengiringi
kelambu Dang Gedunai, sementara Dang
Gedunai
menangis,merintih,kesakitan,menggeliat,seme
ntara kelambu terangkat,Dang Gedunai
menggapai-gapai tangannya untuk mengambil
air minum pada tempayan lalu mencurahkan
air tempayan itu kemulutnya.Hingga habis lalu
mengambil pula sebuah kendi dan
meminumnya hingga habis,lalu
membantingkan kendi tersebut hingga pecah
berantakan,Para penari exit kemudian keluar
kembali sambil menjunjung labu air dan
menuangkan labu air tersebut kemulut Dang
Gedunai.

Dang Gedunai : Aku haus….panas….panas….seperti dahaga


seekor ular mengharapkan gelige bola
api…..emak…emak… (menangis histeris)

Emak : Anakku…apa salahmu?? Dan apa dosa ibu yang


telah melahirkan engkau… Ya Allah…Ya
Rabbi…

Datuk Penghulu : Gedunaaaiiiii…!!!

Tukang Nyarau : Dang…. Ge….duu…naiiiiiiii……

Hang Gelige : Dang Geeedunaiii……..

Dang Gedunai : Diammm!!! Semuanya jangan bicara sepatah


katapun..!! Dan jangan menuduh hamba
dengan tuduhan penipu dan pengkhianat
cinta!! Cinta kasih
dengan seorang putra Datuk Penghulu yang
diperbudak oleh harta keduniaan yang kaya
raya.Hingga hamba sakit dan susah
disembuhkan dan dituduh pula penyebar
wabah yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup anak dan anak cucu dikemudian
hari,apalagi caci maki dan penghinaan yang
harus aku terima
datuk!!!....mak….mak….(menangis histeris)

Datuk Penghulu : lihat…lihatlah itu anakku…calon pengantin


yang berubah ujut menjadi mempelai jadi-
jadian.Itukah orang yang bakal kau sunting dan
mendampingi hidupmu…yang mendapat gelar
panglima Hang Gelige….Aku tidak
setuju…!!!aku tidak setuju..!!

Hang Jermal : ohoi……

Hang Gelige :Siapa pula batang hanyut itu….!Seenaknya saja


membuang suara…

Hang Jermal : (menareik haluan perahu dan mengikatnya


pada sebuah tiang)
Gedunai……..Emak………...Hamba telah berhasil
mak….hamba telah berhasil mendapatkan obat
untuk adik….

Hang Gelige : Bohong….!!itu bohong..!! Kau tentu juga ingin


memiliki kekayaan yang bakal hamba miliki…

Hang Jermal :Memiliki kekayaan dan berbohong??


Panglima….apa maksud panglima…??

Hang Gelige : Menurut tilik Datuk Canai,kau bukan pergi


mencari obat siGedunai…. melainkan pergi
melarikan 2 butir tajau emas ke tanjung yang
berbahaya,banyak puakanya supaya sulit
dicapai dengan tangan dan dilihat dengan
mata… -begitukah sahabat yang serakah??!!

Hang Jermal : Panglima….adikku….Emak…..apa yang telah


terjadi Datuk Canai??Bukankah Datuk yang
mengutus aku mencari obat ini,apakah ini juga
perintah datuk penghulu yang
kejam??....Datuk….hamba telah berhasil,inilah
obat untuk Gedunai…

(Datuk Penghulu mengangguk lalu berbahasa isyarat pada


anaknya Hang Gelige,dan Hang Gelige menancapkan kerisnya
pada belakang Hang Jermal terhuyung dan jeritnya
berkumandang ketika Ia jatuh rebah)

Hang Jermal : (Terhuyung-huyung) apa yang terjadi


datuk??mengapa seorang Panglima hanya
berani menikam dari belakang??penohok
kawan seiring dan penggunting dalam
lipatan…Tapi aku takkan mati….aku takkan
mati….(pergi kepangkuan Emak dan Gedunai)

Dang Gedunai :Abang….apa yang harus aku lakukan


bang…???(menangis)

Hang Jermal : (sambil menghapus air mata Gedunai) Tolong


kau lihat darahku apakah masih merah??

Dang Gedunai : Merah abang….semerah pelangi senja…


Hang Jermal : itulah tanda mata dari abang yang berjuang
demi kesembuhan adikku sayang,dan kau
tunggulah pasang datang tentu kau akan
dijemput pulang…(terhuyung menuju perahu
dan tersungkur)

Dang Gedunai : Ohoii……yang hanya berani dari belakang….


Ohoi……segala budak yang diperbudak oleh
harta kekayaan….
Ohoiii…….orang tua sebagai kuli kacung suruhan
orang….
Kau tunggulah pembalasanku laksmana…!!
Hang Gelige : (Menancapkan kerisnya dilambung Dang
Gedunai ) Mampuslah kau betina jahannam!!

Datuk Penghulu : Dan buangkan tubuhnya kedalam gelombang


yang ganas,kalau mengambang supaya jadi
umpan elang-elang laut.Lalu tamatlah riwayat
Dang Gedunai yang lancang keras kepala

(Hang Gelige lalu membuang tubuh dang Gedunai kedalam


laut,bersamaan dengan itu angin rebut dan ombak besar menghantam
pulau itu,tiba-tiba muncul seekor Ular Naga ditengah gelombong besar
dan naik kedaratan memburu Hang Gelige,datuk Penghulu,dan Datuk
Canai dibelitnya hingga mati ketiganya diatas pulau itu,kemudian
berlalu kedalam laut,lampu panggung padam)

Anda mungkin juga menyukai