Anda di halaman 1dari 3

MEKANISME BREAKPOINT CHLORINASI

Break Point Chlorination


BPC (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga semua zat yang
dapat dioksidasi teroksidasi, amonia hilangsebagai gas N2 dan masih ada residu klor aktif
terlarut yg konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman.
1. Proses Breakpoint Chlorination
Bila senyawa klor dibubuhkan ke dalam air yang mengandung bahan kimia yang
bersifat reduktor terhadap klor, maka sebagian klor bereaksi dengan bahan kimia. Reaksi
yang terjadi adalah reduksi dan oksidasi (redox). Dalam reaksi reduksi oksidasi ini,
senyawa klor mengalami reduksi, sedangkan bahan kimia dalam air mengalami oksidasi.
Bila dalam air terdapat amoniak, maka klor bereaksi dengan amoniak (NH 3) membentuk
kloramin (mono, di, dan tri) tergantung suhu, pH dan perbandingan konsentrasi pereaksi.
Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH3 + HOCl ↔ NH2Cl + H2O ; pH ≥ 7
( monokloramin)
NH2Cl + HOCl ↔ NHCl2 + H2O ; 4 ≤ pH ≥ 6
( dikloroamin)
NHCl2 + HOCl ↔ NCl3 + H2O ; pH < 3
(trikloroamin)
Bila cukup banyak NH3 dalam larutan maka NH2Cl cukup stabil. Namun bila
kelebihan klor, NH2Cl pecah dan membentuk gas N2. Dengan reaksi sebagai berikut :
2NH2Cl + HOCl ↔ N2 + 3HCl + H2O
Reaksi pembentukan monokloramin terjadi sangat cepat dibandingkan dengan reaksi
yang lain. Oleh karena itu, faktor waktu kontak sangat berpengaruh.
Semua kloramin yang tersedia dalam air disebut sebagai “ klor tersedia terikat”. Klor
tersedia bebas adalah [Cl2] + [OCl- ] + [ HOCl].
“ jumlah klor yang tersedia” = jumlah klor tersedia bebas + jumlah klor tersedia terikat.
Kebutuhan klor adalah banyaknya klror yang dibubuhkan untuk mencapai Break
Point Chlorination (BPC). Ketika sudah melewati BPC, akan terbentuk klor tersedia
bebas karena semua zat amoniak sudah dirubah menjadi gas N2 yang keluar dari larutan
sebagai gelembung dan kloramin yang tertinggal hanya sedikit. Kadar klor tersedia bebas
naik seiring dengan banyaknya klor yang dibubuhkan. Kadar klor aktif (residu) yag
dibubuhkan sesudah BPC tergantung dari mutu bakteriologis air yang diinginkan, jarak
yang ditempuh air bersih sampai ke konsumen( karena klor aktif sedikit demi sedikit
sireduksi ), pH dan sebagainya.
Batas maksimal sisa klor yang diperbolehkan menurut Standar Pelayanan Minimal
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Semarang yang mengacu pada Permenkes nomer
907/Menkes/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 adalah 0,01-0,1 ppm. Sedangkan untuk
standar baku air bersih mengacu pada Permenkes nomer 907/Menkes/SK/VII/2002
tanggal 29 Juli 2002 adalah 0,2 ppm.

2. Grafik Klorinasi dan Breakpoint Chlorination


Grafik klorinasi merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara dosis
klorin dengan residu klorin. Grafik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Seperti terlihat di grafik diatas pada zona I terjadi oksidasi klorin. Pada zona II
terjadi pembentukan Kloramin. Klormain terbentuk sebagai hasil reaksi asam
hypochlorous dan klorin bebas dengan amonia. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan
senyawa chloro-organik. Pada zona III kloroamin mulai terurai dan berkurang. Pada
tahap ini juga terdapat BPC (breakpoint chlorination) atau titik retak klorinasi. Break
Point Chlorination (titik retak klorinasi) adalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga :
a. Semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi
b. Amoniak hilang sebagai gas N2
c. Masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk
pembasmian kuman-kuman selama proses distribusi
Pada zona IV terjadi pembentukan klorin bebas. Klorin bebas memiliki kekuatan
desinfeksi yang sangant kuat, tetapi keberadaan mereka hanya sesaat karena klorin
sangat reaktif sehingga cepat sekali hilang keberadaannya didalam air. Karena alasan
inilah free klorin harus dibiarkan bereaksi dulu agar membentuk mono-, dan dikloramin
yang bertahan lebih lama didalam air

Anda mungkin juga menyukai