Anda di halaman 1dari 6

2.

Analisis Filosofis Kerangka Pengembangan Pengalaman Belajar Mahasiswa dengan


model Belajar Melayani (MBM) Berbasis Nilai Sosial-Spritual

Pengembangan perangkat pembelajaran Model Belajar Melayani (MBM) berbasis nilai sosial-
spiritual dalam menguraikan kata kerja pada perangkat pembelajaran, mengacu kepada
taksonomi pembelajaran Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl
(2001). Penjelasan taksonomi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Dimensi kognitif terdiri dari :

1. Remember (mengingat) = Cl. Dimensi proses kognitif pertama adalah mengingat, yaitu
mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang. Diantaranya :
Recognizing (mengenali), misalnya, mengenali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam
sejarah. Recalling (Mengingat kembali) misalnya, mengingat kembali tanggal peristiwa-
peristiwa penting dalam sejarah.

2. Understanding (memahami) = C2. Dimensi proses kognitif kedua adalah memahami


(understanding), yaitu mengonstruksikan makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk
komunikasi lisan, tulisan, dan drafts. Interpreting (mengintertretasikan) misalnya,
menafsirkan pidato dan dokumen penting. Exemplifying (rnemberi contoh) misalnya,
memberikan contoh berbagai gaya lukisan artistik. Classifying (mengklasifikasikan)
misalnya, mengklasifikasikan kasus-kasus gangguan mental karena kalah dalam pemilihan
calon legislatif. Summarizing (merangkum) misalnya, menulis ringkasan pendek dari
rekarnan peristiwa tertentu. Inferring (menyimpulkan) misalnya dalam mempelajari bahasa
asing, menyimpulkan prinsip gramatikal dari contoh-contoh. Comparing (membandingkan)
misalnya, membandingkan peristiwa bersejarah dengan situasi sekarang. Dan Explaining
(menjelaskan) misalnya ,menjelaskan penyebab peristiwa penting abad kedelapan belas di
Jawa Tengah.

3. Apply (menerapkan) = C3. Dimensi proses kognitif, ketiga adalah apply (menerapkan)
yaitu rnelaksanakan atau rnenggunakan prosedur dalam situasi tertentu. Kompetensi C3
diantaranya Executing (melaksanakan) misalnya, membagi sebuah bilangan bulat dengan
bilangan bulat lain, keduanya dengan banyak digit Implementing (rnengimplementasikan)
misalnya, menentukan dalam situasi mana hukurn Newton yang kedua dapat diterapkan.
Cl — C3 disebut sebagai tingkat berpikir rendah atau Lower Order Thinking (LOT)
4. Analyze (menganalisis) = C4. Dirnensi proses kognitif keempat adalah analyze
(menganalisis), yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian konstituen dan menentukan
hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud
keseluruhan. Kompetensi C4 diantaranya Differentiating (mendiferensiasikan) misalnya,
membedakan antara bilangan yang relevan dan tidak relevan dalam soal kalimat
matematika. Organizing (mengorganisasikan) misalnya, bukti struktur dalam deskripsi
historis menjadi bukti-bukti yang mendukung dan yang bertentangan dengan penjelasan
historis tertentu. Attributing, (mengatribusikan) misalnya, menentukan sudut pandang
penulis sebuah esai dalam kaitannya dengan perspektif politisnya.

5. Evaluate (mengevaluasi) = C5. Dimensi proses kognitif kelima adalah evaluate


(mengevaluasi) yang membuat keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Kompetisi C5
diantaranya : Checking (mengecek) misalnya, menentukan apakah kesimpulan seorang
ilmuwan sesuai dengan data yang terobservasi. Critiquing (mengkritik) misalnya,
memutuskan mana di antara dua metode yang merupakan cara terbaik untuk
menyelesaikan masalah tertentu.

6. Create (menciptakan) C6. Dimensi proses kognitif keenam adalah create (menciptakan),
yaitu meletakkan setiap unsur bersama-sama untuk membentuk fungsi atau sesuatu yang
saling bertalian.mereorganisasi unsur-unsur ke dalam pola yang baru atau struktur yang
baru. Kompetensi C6 diantaranya Generating (membangun) misalnya membangun
hipotesis untuk melaporkan pengamatan tentang suatu fenomena. Planning (merencanakan)
misalnya, merencanakan penelitian dari topik sejarah yang telah ditentukan oleh dosen.
Producing (memproduksi) misalnya mengembangkan habitat dari spesies tertentu untuk
tujuan tertentu.
C4-C6 disebut sebagai tingkat berpikir tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)

b. Dimensi afektif
Ranah afektif menurut derajat komitmen atau intensitas emosional yang
dibutuhkan mahasiswa dalam lima kategori sebagai berikut (Arends, 2004) :
Al Receiving (menerima) : Mahasiswa menyadari atau memperhatikan sesuatu di lingkungan.
A2 Responding (merespons) : Mahasiswa memperlihatkan perilaku baru tertentu sebagai
hasil pengalaman dan respons terhadap pengalaman.
A3 Valuing (menghargai) : Mahasiswa memperlihatkan keterlibatan mutlak atau komitmen
terhadap pengalaman tertentu.
A4 Organization. (mengorganisasi) : Mahasiswa telah mengintegrasikan sebuah nilai baru ke
dalarn nilai-nilai umumnya dan memberinya tempat yang layak dalam sistem prioritas.
A5 Characterization by value or value complex (mengkarakterisasi menurut nilai atau
kerangka nilai) : Mahasiswa bertindak secara konsisten menurut nilainya dan memiliki
komitmen yang kuat terhadap pengalaman itu.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan rentang kategori mulai dari reaksi refleks
sederhana sampai tindakan kompleks yang mengkomunikasikan berbagai ide dan emosi
kepada orang lain (Annita harrow, 1972).
P1 Gerakan refleks : Tindakan mahasiswa dapat terjadi di luar kehendak sebagai respons
terhadap stimulus tertentu.
P2 Gerakan fundamental dasar : Mahasiswa memiliki pola gerakan bawaan yang
terbentuk dari kombinasi berbagai gerakan refleks.
P3 Kemampuan perseptual : Mahasiswa dapat mentranslasikan stimulus yang diterima
melalui indra menjadi gerakan yang tepat seperti yang diinginkan.
P4 Gerakan yang terampil : Mahasiswa telah mengembangkan gerakan-gerakan yang
lebih kompleks yang membutuhkan derajat efisiensi tertentu.
P5 Komunikasi non-diskursif : Mahasiswa memilik kemampuan untuk berkomunikasi
melalui gerakan tubuh.
Berdasarkan penjelasan ranah taksonomi pembelajan. Taksonomi Bloom yang direvisi
oleh Anderson dan Krathwohl (2001), maka dalam pengembangan perangkat pembelajaran

Model Belajar Melayani (MBM) berbasis nilai sosial-spiritual dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Analisis kompetensi mata kuliah/capaian pembelajaran lulusan.
2. Mengacu kepada rumusan kata kerja setiap kompetensi maka untuk capaian mata kuliah
atau capaian pembelajaran lulusan dirumuskan berdasarkan kata kerja operasional untuk
ranah, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (C2-C6), dan
menghargai (menyepakati, meyakini), mengorganisasikan. dan karakterisasi menurut
nilai (A3-A5), kernudian diikuti oleh substansi materi untuk satu pertemuan disertai oleh
rincian dari masing-masing sub materi.
3. Analisis indikator pencapaian (civic knowledge, civic attitude, civic behavior) : indikator
pencapaian pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator dari pelibatan
kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan warga negara, sikap warga negara, dan
perilaku warga negara. Masing-masing indikator tersebut dirumuskan pula kata kerja
operasional yang mencerminkan kata kerja operasional untuk capaian kompetensi
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (C2-C6), dan
menghargai (menyepakati, meyakini, mengorganisasikan, dan karakterisasi menurut nilai
(A3-A5).
4. Analisis tujuan mata kuliah/tujuan akhir yang diharapkan : dalam merumuskan tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi mata kuliah, dijelaskan pula bagaimana
metode atau teknik yang digunakan untuk mencapai pencapaian kompetensi lulusan.
Dengan menjelaskan kegiatan pembelajaran untuk setiap sub indikator pelibatan
kewarganegaraan maka akan tergambar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di
dalam kelas, yang nantinya akan dijabarkan di dalam strategi pembelajaran.
5. Analisis teoritis materi/bahan kajian : Materi kajian dilengkapi dengan nilai sosial-
spiritual yang sesuai dengan materi. Selain mengkaji substansi materi pilihan dari
masing-masing pertemuan, untuk memperkaya materi, mahasiswa di minta mencari
bahan materi untuk setiap pertemuan yang dikumpulkan melalui fortofolio individu, dan
bahan dalam mengerjakan kertas kerja kelompok di dalam kelas. Dengan demikian maka
materi yang mereka peroleh sangat kaya tidak hanya materi yang diberikan oleh dosen.
Dalam kertas kerja kelompok dan fortofolio individu mahasiswa juga diminta untuk
menggali nilai sosial spiritual yang terkait materi sesuai dengan agama yang dianut dan
budaya yang dimiliki mahasiswa.
6. Analisis metode pembelajaran : metode pembelajaran dikembangkan berdasarkan
efektifitas tujuan perkuliahan dapat tercapai. Dalam perangkat pembelajaran Model
Belajar Melayani (MBM) berbasis nilai sosial-spiritual metode yang digunakan terdiri
dari ceramah, diskusi kelompok, inquiry materi atau bahan pembelajaran, analisis kasus,
problem solving, bermain peran, dan project belajar melayani. Setiap pertemuan metode
diperbaiki sesuai dengan kebutuhan perkuliahan. Mahasiswa apabila diberikan metode
dan model yang sama berulang-ulang selama dua kali pertemuan, maka mahasiswa akan
terlihat bosan.
7. Analisis rnedia : Media dikembangkan sesuai dengan peran dan fungsi media yaitu
sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi kuliah. Media dilengkapi dengan video
dan gambar yang relevan dengan materi. Faktor - faktor yang dijadikan pertimbangan
dalam menyusun media yaitu : keterkaitan, keterbacaan, dan kebermaknaan.
8. Analisis dan pengembangan strategi dan kegiatan belajar : Dalam mengembangkan
strategi pembelajaran didasarkan pada kegiatan perkuliahan yang dilakukan dosen dan
mahasiswa di dalam kelas serta disertai dengan alokasi waktu dari setiap kegiatan. Dalarn
kelas real eksperiment alokasi waktu yang digunakan adalah 150 menit karena mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan diberi label mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan SKS 3. Pengembangan strategi pembelajaran meskipun tidak
secara eksplisit mengacu kepada standart pengembangan kegiatan belajar yang termuat
dalam kurikulum berbasis kompetensi yaitu (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) unsur-
unsur tersebut secara implisit termuat dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan.
Setiap kegiatan dosen maupun mahasiswa dalam pembelajaran dijelaskan dalam langkah-
langkah pembelajaran yang termuat dalam perangkat rencana perkuliahan.
9. Analisis dan pengembangan alat penilaian dan evalusi prinsip evaluasi yang digunakan
dalam Model Belajar Melayani (MBM) berbasis nilai sosial-spiritual adalah penilaian
yang otentik (autenthic assessment). Penilaian otentik lebih didasarkan pada aspek
penilaian dalam setiap proses pembelajaran. Selain itu penilaian juga didasarkan pada
prinsip akuntabel dan transparan, artinya ada kontrak kuliah yang disepakati bersama-
sama bahwa penilaian akan dilakukan berdasarkan kesepakatan tersebut. Transparansi
hasil penilaian dosen terhadap kinerja mahasiswa akan membuat kepercayaan dari
mahasiswa bahwa penilaian dalam pembelajaran mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan sangat menghargai hasil kerja setiap mahasiswa. Pengembangan
perangkat pembelajaran dengan MBM berbasis nilai sosial-spintual dilengkapi dengan
alat evalusi untuk masing-masing indikator. Evaluasi setiap pertemuan secara umum
terdiri dari evaluasi kognitif berupa essay test, Evaluasi sikap (attitude) melalui skala
sikap dan lembar observasi, dan evaluasi perilaku (civic behavior) melalui lembar
observasi. Evaluasi kognitif dilakukan pada Ujian Tengah Semester dengan mengacu
kepada soal-soal setiap materi yang tertuang dalam Essay test dengan kompetensi
kognitif pada level analisis C4. Evaluasi juga dari fortofolio individu yang menjadi tugas
dan merupakan salah satu bentuk evaluasi kognitif. Evaluasi pengetahuan, sikap dan
perilaku,dilakukan pada penilaian hasil project belajar melayani, baik laporan tertulis dan
soft copy, maupun presentasi project MBM, dan itu menjadi indicator nilai Ujian Akhir
Semester.

3. Efektivitas Model Belajar Melayani (MBM) Berbasis Nilai Sosial-Spritual untuk


Memperkokoh Perlibatan Kewarganegaraan Keindonesiaan Mahasiswa di Univeritas
Palangka Raya.
Gambaran kerangka Model Belajar Meleyani (MBM) berbasis nilai sosial-spiritual
yang diimplementasikan di kelas

Anda mungkin juga menyukai