Anda di halaman 1dari 5

CASE CONTROL STUDY

EPIDEMIOLOGI PEMBERANTAS

PENYAKIT MENULAR dan NON MENULAR

KASUS :

Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
thypoid pada anak-anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit
thypoid adalah kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan kebiasaan jajan di sekolah. Jelaskan
bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan dengan desain penelitian yang berbeda. (Case
Control, Cohort, dan Cross Sectional).

ANALISIS KASUS :

Case control

Case control dalam desain studi epidemiologi adalah studi analitik yang menganalisis hubungan
kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih
dahulu dan kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Studi case control biasanya
dilakukan dengan memakai kelompok kontrol sehingga disebut sebagai studi kasus kontrol atau
case control study dan bersifat retrospektif. Di dalam studi kasus kontrol ini dimulai dengan
kasus atau sampel yang telah ada atau dengan kata lain sudah terjadi dan sudah tersedia) dimana
digunakan sampel kelompok kontrol sebagai pembanding. Kelompok kontrol tersebut terdiri dari
sekumpulan orang yang bukan kasus (bukan penderita penyakit yang bersangkutan) yang ciri-
cirinya (dalam hal umur, jenis kelamin, ras, tingkat sosial, dll). Pada case control, dimulai dari
pemaparan pada masa lampau untuk melacak riwayat pengalamannya.

Pada case control, penelitian dimulai dengan menentukan populasi. Populasi penelitian diambil
dari sumber yang sama sehingga memiliki karakteristik yang sebanding kecuali status
penyakitnya. Membagi sasaran penelitian menjadi 2 populasi yaitu populasi kasus dan populasi
control (penyakit thypoid). Peneliti mengukur paparan (penyakit thypoid) yang dialami subjek
pada waktu yang lalu (retrospektif) dengan cara wawancara, memeriksa catatan medic,
dll. Untuk Kasus thypoid sebagai disease(D) yang terjadi pada anak-anak maka populasi dengan
kasus atau penyakit Thypoid memiliki paparan(E) kebiasaan jajan di sekolah dan tidak mencuci
tangan, tidak jajan disekolah dan mencuci tangan. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki
kebiasaan tidak jajan di sekolah dan sering cuci tangan untuk yang tidak terkena resiko penyakit
thypoid.
Penelitian retrospektif sering disebut juga penilitian kasus control, ekspos factor dan untuk
memudahkan agar tidak terjadi kesalahan maka disarankan untuk menggunakan istilah trohok
atau trohoc (Alvan Feinstein) yaitu cohort yang dibaca dari belkang sesui dengan proses
perjalanna penyakit yang diikuti, sedangkan pada penelitian kohort proses diikuti kedepan
artinya dari factor resiko mencari insidensi, sedangkan penelitian retrospektif mengikuti proses
ke belakang dari penderita pada keadaan awal untuk mencari factor resiko.

Studi case control adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan
kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi case control adalah pemilihan
subyek berdasarkan status penyakit, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek
mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Karakteristik case control antara lain :

1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif


2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat
4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik
5. Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus
6. Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh faktor
risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
7. Penghitungan besarnya risiko relatif hanya melalui perkiraan melalui perhitungan odds
ratio

Studi case control bersifat retrospektif, yang maksudnya


adalah jika peneliti menentukan status penyakit dulu, lalu mengusut riwayat paparan ke
belakang. Arah pengusutan seperti itu bisa dikatakan “anti-logis”, sebab peneliti
mengamati akibatnya dulu lalu meneliti penyebabnya, sementara yang terjadi
sesungguhnya penyebab selalu mendahului akibat.

Pada studi kasus kontrol, peneliti menggunakan kasus-kasus yang sudah ada dan
memilih kontrol (non-kasus) yang sebanding. Lalu peneliti
mencari informasi status (riwayat) paparan masing-masing subjek kasus dan kontrol. Jadi pada
studi kasus kontrol peneliti tidak bisa menghitung
risiko dan risiko relatif (RR). Sebagai ganti risiko, pada studi kasus kontrol peneliti
menggunakan odd. What is odd? Odd adalah probabilitas dua peristiwa yang berkebalikan,
misalnya sakit verus sehat, mati versus hidup, terpapar versus
tak terpapar. Pada studi kasus kontrol, odd pada kasus adalah rasio antara jumlah kasus
yang terpapar dibagi tidak terpapar. Odd pada kontrol adalah rasio antara jumlah kontrol terpapar
dibagi tidak terpapar. Jika odd pada kasus dibagi dengan odd pada kontrol, diperoleh
Odds ratio (OR). OR digunakan pada studi kasus kontrol sebagai pengganti RR.

Jadi penelitian retrospektif dapat diartikan sebagai suatu penelitian dengan pendekatan
longitudinal yang bersifat observasional mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang
(retrospektif) untuk menguji hipotesis spesifik tentang adanya hubungan pemaparan terhadap
factor resiko dimasa lalu dengan timbulnya penyakit. Dengan kata lain, mengikuti perjalanan
penyakit dari akibat ke sebab dengan membandingkan besarnya pemaparan factor resiko di
masa lalu antara kelompok kasus dengan kelompok control sebagai pembanding. Hal ini
menunjukkan bahwa pada awalnya penelitian terdiri dari kelompok penderita (kasus) dan
kelompok bukan penderita yang akan diteliti sebagai control.

Uraian diatas secata skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

YANG LALU SAAT INI

Mencari pemaparan factor resiko retrospektif kelompok kasus dan control

SEBAB AKIBAT

Kelompok kasus atau kelompok penderita ialah kelompok individu yang menderita penyakit
yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Hal ini penting
dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi criteria penyakit yang akan diteliti bersedia
mengikuti penelitian dan tidak semua penderita memenuhi criteria yang telah ditentukan.

Kelompok control ialah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan
diteliti tetapi memiliki peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan oleh factor
rresiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia menjadi subjek studi

1. Ciri- Ciri Penelitian Kasus Kontrol/Retrospektif

Penelitian retrospektif memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

a. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional

b. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita

c. Terdapat kelompok control

d. Kelompok control harus memliki resiko terpajan oleh factor resiko yang sama dengan
kelompok kasus

e. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh factor resiko antara kelompok kasus
dan kelompok control
f. Tidak mengukur insidensi

2. Keuntungan Dan Kerugian Penelitian Kasus Kontrol

Penelitian case control memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:

a. Sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang jarang tterjadi atau penyakit dengan fase
laten yang panjang atau penyakit yang sebelumnya tidak pernah ada

b. Pelaksanaannya relative lebih cepat jika dibandingkan dengan cohort karena pada
penelitian case control diawali dengan penderita yang berarti penyakit yang diteliti telah timbul,
sedangkan pada penelitian cohort, insidensi penyakit yang akan diteliti harus menunggu cukup
lama.

c. Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian case control lebih kecil dari pada penelitian
cohort walaupun digunakan beberapa control untuk satu kasus.

d. Biaya penelitiannya relative lebih kecil dibandingkan dengan penelitian cohort karena
sampel yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat

e. Tidak dipengaruhi oleh factor etis seperti penelitian aksperimen

f. Data yang ada mungkin dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian dilakukan di rumah
sakit

g. Kemungkinan untuk mengadakan penelitian terhadap beberapa factor yang diduga sebagai
factor penyebab

Disamping beberapa keuntungan tersebt, terdapat pula beberapa kerugian sebagai berikut:

a. Kesalahan pemilihan kasus yang disebabkan kesalahan dalam diagnose

b. Kesalahan dalam pemilihan control

c. Berpotensi timbulnya bias informasi

d. Validitas adat yang diperoleh tidak dapat dilakukan

e. Pengendalian terhadap factor perancu (confounding factor)sulit dilakukan dengan lengkap

f. Perhitungan resiko relative hanya berupa erkiraan

g. Tidak didapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil penelitian

3. Pengukuran Odd Rasio (=psi)


Pengukuran resiko relatif pada penelitian case control tidak dapat dilakukan secara langsung
tetapi hanya berupa perkiraan karena pada penelitian case control tidak mengukur insidensi tetapi
hanya mengukur besarnya paparan. Secara skematis dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut

Penyakit
Pemaparan Positif Negative Jumlah Odds penyakit
Positif A B m1 a/b
Negative C D m2 c/d
Jumlah n1 n2 N

Odds pemaparan a/c b/d

Odds ratio () (a/b)/(c/d) atau ad/bc

Contoh:

Suatu penelitian tentang hubungan karsinoma paru- paru dengan rokok yang dilakukan secara
retrospektif dengan mengambil 100 orang penderita Ca paru- paru sebagai kasus dan 100 orang
dengan penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan Ca paru- paru sebagai kelompok
control. Kedua kelompok disamakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan social ekonomi

Hasilnya yang diperoleh adalah pada kelompok kasus dengan 90 orang yang merokok,
sedangkan pada kelompok control terdapat 40 orang yang merokok. Hal ini dapat digambarkan
secara skematis dalam bentuk tabel berikut:

Pajanan Kasus Control


Perokok 90 40
Bukan perokok 10 60
Jumlah 100 100

Rate pemaparan pada kelompok kasus= 90/100= 90%

Rate pemaparan pada kelompok control = 40/100= 40%

Odds ratio= (90×60)/(40x 10)= 5400/500= 10,8

Ini berarti bahwa diperkirakan resiko bagi perokok terkena karsinoma paru- paru adalah 10,8 kali
lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.

Anda mungkin juga menyukai