Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BERITA
Senin , 16 Oktober 2017, 21:31 WIB
B. LATAR BELAKANG
Pada masa perkembangan individu yang berada pada masa yang bermasalah, siswa harus
tetap dalam bimbingan orang tua dan guru ketika mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa.
Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan ini banyak diakibatkan oleh
ketidakmampuan individu dalam mengendalikan diri. Tawuran antar pelajar, mengambil hak
milik orang lain (mencuri, merampok, korupsi), vandalism, penyalahgunaan obat terlarang,
penyimpangan perilaku seperti membolos sekolah merupakan contoh perilaku yang timbul
karena ketidakmampuan dalam mengendalikan diri (self control).
Bolos sekolah adalah orang atau siswa yang tidak masuk untuk mengikuti mata pelajaran
baik satu mata pelajaran ataupun tidak masuk selama seharian penuh. Devinisi lebih menggarah
pada suatu kondisi dimana seseorang atau siswa secara sengaja tidak masuk sekolah dan tidak
mengikuti mata pelajaran pada hari tersebut. Kata “bolos” sangat populer dikalangan pelajar
atau siswa baik di sekolah dasar atau di tingkat menengah. Dari beberapa survei, jumlah siswa
yang membolos pada jam efektif sekolah hanya sedikit dibandingkan dari jumlah siswa yang
tidak membolos, terlepas sekecil apapun dari jumlah tersebut harus menjadi perhatian bagi
institusi yang bernama sekolah, karena apabila disikapi dengan cuek, tidak tertutup
kemungkinan yang kecil akan menjadi besar dan menjelma menjadi bola salju liar yang akan
terus menggelinding hingga jumlah siswa yang membolos sekolah akan terus meningkat.
Terkait dengan bolos “andesi mengemukakan bahwa membolos biasanya identik dengan
siswa nakal sebab siswa yang rajin nilainya bagus, biasanya jadi siswa manis dan tidak neko-
neko di sekolah”. Tapi ternyata tidak juga, Membolos tidak hanya menyelinap keluar dari area
sekolah tanpa izin guru saat jam pelajaran masih berlangsung, namun absen diluar dengan
alasan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, juga disebut membolos. “(Fajri dan sanja,
2007:167) mengemukakan bahwa membolos artinya tidak masuk sekolah karena lalai”.
Perilaku membolos yang dilakukan oleh beberapa siswa termasuk pelanggaran terhadap
norma-norma sosial yang merupakan salah satu bentuk wujud bahwa manusia juga merupakan
makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Namun manusia tidak hanya sebagai
makhluk sosial melainkan juga merupakan makhluk individu dan makhluk berkebudayaan.
Oleh karena itu, pada tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar ini akan membahas tentang bagaimana
pandangan “KEBIASAAN MEMBOLOS SISWA” dalam kajian manusia sebagai makhluk
individu, sosial, dan kebudayaan.
D. PEMBAHASAN
a. Kajian Literatur
Masa remaja adalah masa yang ditandai perubahan – perubahan yang sangat cepat dan
berarti. Perubahan – perubahan terjadi dalam segi fisiologis, emosional, sosial dan intelektual.
Lebih jauh lagi remaja tersebut digambarkan seperti orang yang tidak menentu,emosional,
tidak stabil dan sukar diramalkan yang mana biasa disebut sebagai masa strom and stress
(Hurlock,2009). Perilaku yang sering ditampakkan dengan sebutan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja bukanlah hal baru lagi akan tetapi masalah ini sudah ada sejak berabad –
abad yang lampau. Kenakalan remaja setiap generasi berbeda ini karena pengaruh lingkungan
budaya dan sikap mental masyarakat pada masa itu. Tingkah laku yang baik pada saat ini belum
tentu dianggap baik oleh masyarakat dahulu.
Salah satu bentuk kenakalan remaja yang berada di sekolah adalah perilaku membolos
yang dilakukan oleh siswa. Perilaku membolos ini dapat ditinjau dari sisi manusia sebagai
makhluk individu dan sosial dan manusia sebagai kebudayaan. Manusia sebagai makhluk
individu memiliki karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya
dikarenakan didalam tubuh manusia terdapat hati nurani dan juga merupakan hasil dari faktor
fenotip yang ada dalam tubuh manusia itu sendiri. Untuk kajian manusia sebagai makhluk
sosial, diketahu bahwa manusia harus berinteraksi dengan manusia lainnya, interaksi yang
dilakukan manusia memiliki peraturan yang di sebut dengan norma-norma. Pelanggaran norma
yang terjadi dalam diri manusia bisa disebabkan oleh faktor diri sendiri dan faktor lingkungan.
Faktor diri sendiri yang dimaksud adalah faktor kebutuhan yang ada dalam diri
manusia.Sedangkan kajian manusia sebagai makhluk kebudayaan yaitu kebudayaan sendiri
sebagai pedoman hidup dan petunjuk dalam bergaul dengan masyarakat.
b. Analisis
Salah satu bentuk kenakalan remaja yang berada di sekolah yaitu perilaku membolos
siswa. Kebiasaan membolos merupakan tingkah laku yang disebabkan karena kurangnya
pengendalian tingkah laku oleh dirinya sendiri, yang di pengaruhi oleh ego dan super ego.
Sedangkan super ego yang terdiri atas hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak
mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya. Hati
nurani manusia mencerminkan tindakan atau tingkah laku manusia yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Jika segumpal hati nurani yang ada dalam setiap dada manusia baik,
maka segala tingkah lakunya juga baik. Namun, jika segumpal hati tersebut tidak baik, maka
tingkah laku dari manusia tersebut juga menjadi tidak baik. Namun, manusia juga merupakan
perpaduan antara 2 faktor, yaitu faktor genotip dan faktor fenotip. Faktor genotip adalah faktor
yang dibawa individu sejak lahir, sedangkan faktor fenotip merupakan faktor lingkungan.
Faktor frnotip berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari individu itu sendiri.
Istilah lingkungab merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Oleh karena itu,
apabila manusia bergaul dengan lingkungan yang kurang baik, dan dalam diri manusia itu
sendiri kurang adanya pengendalian mengenai tingkah lakunya. Maka, manusia tersebut akan
melakukan hal-hal yang tidak baik seperti membolos sekolah.
Untuk kajian manusia sebagai makhluk sosial, dimana kenyataannya manusia sebagai
inividu tidak akan mampu hidup sendiri, dia harus dan mutlak secara sosial dengan manusia
lain. Abraham Maslow seorang ahli psikologi berpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam
hidup dibagi menjadi 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi
diri. Dari kelima kebutuhan tersebut memiliki hubungan dengan kebiasaan membolos yang
dilakukan oleh siswa, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial sendiri meliputi kebutuhan
akan dicintai, diakui sebagai anggota kelompok, dan rasa setia kawan. Banyak dari siswa yang
membolos hanya dikarenakan rasa setia pada kawan satu kelompoknya, dan juga raasa ingin
diakui sebagai anggota kelompoknya, apabila siswa tersebut tidak ikut membolos maka siswa
tersebut tidak diakui sebagai anggota kelompoknya.
Dalam lingkungan bermasyarakat juga memerlukan norma yang merupakan patokan
untuk hidup. Diantaranya adalah norma sosial. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang
menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu.
Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas
dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat
memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah
terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat
dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Norma sosial tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak
bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh
hukuman.
Diketahui bahwa kebiasaan membolos merupakan salah satu perilaku yang melanggar
norma. Menurut Kartono (dalam Damayanti, 2013) bahwa membolos merupakan perilaku yang
melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan yang
buruk. Kebiasaan membolos sekolah merupakan pelanggaran sosial dikarenakan seharusnya
sebagai seorang pelajar yang bermasyarakat maka sebaiknya pelajar tersebut melakukan
tindakan sesuai dengan aturan sekolah. Namun kebiasaan membolos merupakan kebiasaan
yang melanggar aturan sekolah dan juga melanggar aturan sosial. Oleh karena itu, siswa yang
melakukan pembolosan sekolah, dan apabila diketahui oleh pihak sekolah. Maka, siswa
tersebut akan mendapat hukuman dari sekolahnya.
Untuk kajian manusia sebagai kebudayaan, namun sebelumnya kebudayaan mempunyai
kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi
masyarakat dengan pengorbanan seperti kekuatan alam dan kekuatan lain yang tidak selalu
baik. Manusia juga memerlukan kepuasan yaitu berupa kepuasan spiritual dan kepuasan
material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu kebudayaan mempunyai peran sebagai pedoman
terhadap hubungan antara manusia individu dengan individu lain, sebagai petunjuk bagaimana
manusia bertindak dan berperilaku dalam pergaulan, dan sebagai pengatur agar manusia dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya jika
berhubungan dengan orang lain.
Berbagai uraian diatas menegaskan bahwa hakekat manusia merupakan makhluk
berbudaya. Diketahui bahwa membolos merupakan suatu perilaku melanggar aturan norma
yang sudah berlaku, norma yang dimaksud adalah norma yang sudah ada di lingkungan
bermasyarakat. Dengan demikian, peran kebudaayaan sebagai petunjuk bagaimana bertindak
dan berperilaku dalam pergaulan tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan kebudayaan adalah
blueprint atau pedoman menyeluruh bagi kehidupan sebuah masyarakat yang memiliki
kebudayaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, peran kebudayaan belum dapat
berperan dengan baik sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat, dikarenakan masih ada
sebagian siwa yang melakukan pembolosan sekolah.
Afrimetty Timoera, SH, MH Dwi, Dra. Herawati, MPd,dkk. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar,
Jakarta: UPT MKU UNJ
Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Mulyono, B. 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Republika. 2017. Puluhan Pelajar Terjaring Razia karena Bolos Sekolah . Dalam pemberitaan
Harian Republika, 16 Oktober 2017: p.5.