GEOTEKNIK
Disusun Oleh:
Muhammad Rizka Mahendra
21100115120014
SEMARANG
FEBRUARI 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada penulis-penulis jurnal
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi mengenai
konsolidasi dan penurunan tanah dalam pembuatan makalah ini.
Besar harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan informasi bagi para pembaca sekalian. Semoga para pembaca dapat
mengetahui isi dan kekurangan dari makalah ini sehingga kedepannya kami
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis
dalam penulisan sehingga masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah mengenai konsolidasi dan
penurunantanah
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanah sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia harus
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk
mewujudkan hal itu maka pemanfaatan tanah perlu dilaksanakan dalam
bentuk pengaturan, penguasaan, dan penatagunaan tanah. Model yangdapat
digunakan adalah konsolidasi tanah sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah serta menyelaraskan
kepentingan individu dengan fungsi sosial tanah dalam rangka pelaksanaan
pembangunan.
Penurunan permukaan tanah adalah peristiwa turunnya permukaan
tanah yang disebabkan oleh adanya perubahan pada volume lapisan batuan
yang ada dibawahnya. Biasanya peristiwa ini berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, sehingga apabila tidak dicegah atau diatasi akan
menimbulkan dampak bagi lingkungan sekitar. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, peristiwa ini sering terjadi di wilayah Jakarta dengan
tingkat penurunan tanah sekitar 5-10 cm yang menyebabkan 40% wilayah
dari Jakarta menjadi berada dibawah permukaan laut atau berada di dataran
rendah. Seiring dengan semakin berkembangnya pengetahuan dan
teknologi, tingkat penggunaan tanah juga semakin meningkat, tak terkecuali
di Indonesia. Di Indonesia sendiri, penggunaan tanah masih terpusat pada
pembangunan serta pertanian, namun dikarenakan tidak dibarengi dengan
menejerial pengolahan tanah yang baik, sehingga penggunaan tanah di
Indonesia memunculkan salah satu masalah lingkungan yaitu penurunan
permukaan tanah
4
Bagaimana konsolidasi dan penurunan tanah itu dapat terjadi?
Apa saja gambaran umum tentang konsolidasi normally consolidated
dan overconsolidated serta pengukuran konsolidasi tanah?
Apa saja gambaran umum penurunan tanah serta 3 tahapan penurunan?
1.2 TUJUAN
Mengetahui apa konsolidasi dan penurunan tanah
Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konsolidas
dan penurunan tanah
Mengetahui bagaimana konsolidasi dan penurunan tanah itu dapat
terjadi
Mengetahui gambaran umum tentang konsolidasi normally
consolidated dan overconsolidated serta pengukuran konsolidasi tanah
Mengetahui gambaran umum penurunan tanah serta 3 tahapan
penurunan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.1. 1 Normally Consolidated dan Overconsolidated
Normally Consolidated Istilah ini adalah menyatakan suatu lapisan
tanah yang belum pernah mengalami tekanan di atasnya lebih tinggi
dari pada tekanan yang berlaku saat ini.
Over Consolidated (Pre Consolidation) adalah tekanan pada suatu
lapisan tanah pada waktu dahulu pernah mengalami pembebanan.
Misalnya lapisan endapan, oleh sebab geologis endapan tersebut hilang,
saehingga lapisan tanah tersebut pernah mengalami tekanan lebih tinggi
dari pada tekanan yang berlaku di atasnya saat ini.
7
Kurva tipikal hasil uji konsolidasi
Kurva diatas pada umumnya digambarkan dalam – dan kita
akan memiliki dua jenis kondisi konsolidasi yang dikenal sebagai tanah
terkonsolidasi normal dan tanah overkonsolidasi. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut:
Tanah overkonsolidasi
Dari gambar diatas kita ketahui, bila tegangan total ( ) yang
akan diaplikasikan:
8
Nilainya lebih kecil daripada , atau , maka kondisi ini
diklasifikasikan sebagai tanah overkonsolidasi (overconsolidated
soil). Rasio ini sering dikenal sebagai (over consolidated ratio).
Nilainya lebih besar daripada , maka nilai , sehingga
. Kondisi ini dikenal sebagai tanah terkonsolidasi normal
(normally consolidated soil).
Perlu diketahui bahwa kita hanya tertarik mengetahui besarnya
settlement maksimal yang dialami tanah, yaitu saat tegangan air pori
sudah nol!! Ini artinya pada kalkulasi berikut kita asumsikan bahwa
kondisi peralihan saat tanah memiliki telah terjadi.
Sebagai catatan tambahan, kondisi dimana dapat
diartikan sebagai kondisi dimana beban dari luar belum semuanya
ditanggung oleh matrik dari bagian solid dari tanah, atau dengan kata
lain proses disipasi tegangan air pori masih terjadi (under
consolidated soil).
Dari gambar sebelumnya kita bisa menghitung dua parameter berikut
hasil uji konsolidasi:
9
Diagram fase konsolidasi. Cat: warna biru = void (air+pori), warna
arsir hitam = matriks solid tanah
Dari gambar diagram fase dari konsolidasi satu dimensi diatas kita
miliki hubungan berikut:
10
2.2 Penurunan Tanah
11
(a) Penurunan Konsolidasi Primer: penurunan yang terjadi
akibat berlangsungnya konsolidasi primer atau keluarnya air dan
udara dari massa tanah akibat bekerjanya beban luar. dan
(b) Penurunan Konsolidasi Sekunder: penurunan yang terjadi
akibat relokasi butiran partikel tanah ke posisi yang lebih stabil.
12
modulus elastisitas kekakuan tanah dan beban timbunan diatas
tanah.
Dimana :
Sc = Immediate settlement
Δσ = Beban timbunan (kN/m2)
Es = Modulus elastisitas tanah
μs = Poisson’s Ratio
B = Lebar / diameter timbunan (m)
Ip = non-dimensional influence factor
Schleicher (1926) mendefinisikan factor Ip ini sebagai :
Dimana m1 =
L/B (panjang/lebar beban yang bekerja)
13
2. Primary Consolidation – Konsolidasi Primer
Pada tanah lempung jenuh air, penambahan total tegangan
akan diteruskan ke air pori dan butiran tanah. Hal ini berarti
penambahan tegangan total (Δσ) akan terbagi ke tegangan
efektif dan tegangan air pori. Dari prinsip tegangan efektif,
dapat diambil korelasi :
Δσ = Δσ’ + Δu
Dimana :
Δσ’ = penambahan tegangan efektif
Δu = penambahan tegangan air pori
Karena lempung mempunyai daya rembes yang sangat
rendah dan air adalah tidak termampatkan (incompressible)
dibandingkan butiran tanah, maka pada saat t = 0, seluruh
penambahan tegangan, Δσ, akan dipikul oleh air (Δu = Δσ) pada
seluruh kedalaman lapisan tanah.
Penambahan tegangan tersebut tidak dipikul oleh butiran
tanah (Δσ’ = 0).Sesaat setelah pemberian penambahan
tegangan, Δσ, pada lapisan lempung, air dalam pori mulai
tertekan dan akan mengalir keluar. Dengan proses ini, tekanan
air pori pada tiap-tiap kedalaman pada lapisan lempung akan
berkurang secara perlahan-lahan, dan tegangan yang dipikul
oleh butiran tanah keseluruhan (tegangan efektif / Δσ’) akan
bertambah. Jadi pada saat 0 < t < ∞
Δσ = Δσ’+ Δu (Δσ’ > 0 dan Δu < Δσ)
Tetapi, besarnya Δσ’ dan Δu pada setiap kedalaman tidak
sama, tergantung pada jarak minimum yang harus ditempuh air
pori untuk mengalir keluar lapisan pasir yang berada di bawah
atau di atas lapisan lempung.
Pada saat t = ∞, seluruh kelebihan air pori sudah hilang dari
lapisan lempung, jadi Δu = 0. Pada saar ini tegangan total, Δσ,
14
akan dipikul seluruhnya oleh butiran tanah seluruhnya
(tegangan efektif, Δσ’). Jadi Δσ = Δσ’.
Berikut adalah variasi tegangan total, tegangan air pori, dan
tegangan efektif pada suatu lapisan lempung dimana air dapat
mengalir keluar struktur tanah akibat penambahan tegangan,
Δσ, yang ditunjukan gambar dibawah.
15
mengalami pengembangan. Pada saat dilakukan uji konsolidasi
pada tanah tersebut, suatu pemampatan yang kecil (perubahan
angka pori yang kecil) akan terjadi bila beban total yang
diberikan pada saat percobaan adalah lebih kecil dari tegangan
efektif overburden maksimum (maximum effective overburden
pressure) yang pernah dialami sebelumnya.
dimana :
16
ep = angka pori pada akhir konsolidasi primer
H = tebal lapisan lempung, m
Penurunan yang diakibatkan konsolidasi sekunder sangat
penting untuk semua jenis tanag organic dan tanah anorganik
yang sangat mampu mampat (compressible). Untuk lempung
anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks pemampatan
sekunder sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
17
BAB III
PENUTUP
18
Immediate Settlement (penurunan seketika), diakibatkan dari deformasi
elastis tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air.
Primary Consolidation Settlement (penurunan konsolidasi primer), yaitu
penurunan yang disebabkan perubahan volume tanah selama periode
keluarnya air pori dari tanah dan Secondary Consolidation Settlement
(penurunan konsolidasi sekunder), adalah penurunan setelah tekanan air
pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan
akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://aryansah.wordpress.com/2011/05/03/teori-penurunan-konsolidasi/ (Diakses
pada hari, Minggu,7 Oktober 2018 pukul 19.30 WIB)
https://junaidawally.blogspot.com/2017/02/penurunan-atau-settlement.html
(Diakses pada hari, Minggu,7 Oktober 2018 pukul 19.36 WIB)
https://james-oetomo.com/2014/09/27/uji-konsolidasi-besar-settlement-pada-
tanah/ (Diakses pada hari, Minggu,7 Oktober 2018 pukul 19.45 WIB)
https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/penurunan-muka-tanah (Diakses pada
hari, Minggu,7 Oktober 2018 pukul 20.10 WIB)
https://www.academia.edu/30511946/Laporan_Praktikum_Uji_Kepadatan_Standa
r_Standard_Proctor_Test_ (Diakses pada hari, Minggu,7 Oktober 2018
pukul 20.30 WIB)
http://digilib.unila.ac.id/27188/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHA
SAN.pdf (Diakses pada hari, Minggu,7 Oktober 2018 pukul 21.38 WIB)
20