Fungsi Menyebabkan Perubahan Pada Respons Seksual Pada Semua Fase
Fungsi Menyebabkan Perubahan Pada Respons Seksual Pada Semua Fase
I. PENDAHULUAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang
untuk dapat berfungsi secara normal , maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur
yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur tubuh memerlukan proses pemulihan untuk
mengembalikan stamina tubuh hingga berada pada kondisi yang optimal.
Setiap individu memiliki kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat
yang baik yang teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan. Namun dalam
keadaan sakit pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya
untuk membatu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien.
Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu yang sakit sangat diperlukan untuk
mempercapat proses penyembuhan. Oleh karena itu perawat harus memiliki kompetensi
yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur.
2. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status yang terjadi
selama periode tertentu. Beberapa ahli berpendapat bahwa tidur diyakini dapat
memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan
penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya (Potter, 2005).
Tidur juga merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali
dengan indra atau rangsangan yang cukup(Asmadi, 2008). Tujuan seseorang tidur
tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan
mental emosional, fisiologis dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang
tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Aktifitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubahan- perubahan proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
B. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekanpusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons
(Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,neuron dalam
RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat
tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di
pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system
limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan
katekolamin, misalnya norepineprine.Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan
serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur
synchronizing regional (BSR).Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya
bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah,
2006).
C. Tahapan Tidur
Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu non rapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat
tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan
REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
1. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek
karena gelombang otak selama tidur NREM lebihlambat dari pada gelombang alpha
dan beta pada orang yang sadar atautidak dalam keadaan tidur. Tanda tidur REM
adalah mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah dan kecepatan pernafasan
turun, metabolisme turun dan gerakkan mata lambat (Potter, 2005)
a. NREM tahap I
1) Tingkat transisi
2) Merespons cahaya
3) Berlangsung beberapa menit
4) Mudah terbangun dengan rangsangan
5) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
6) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap II
1) Periode suara tidur
2) Mulai relaksasi otot
3) Berlangsung 10-20 menit
4) Fungsi tubuh berlangsung lambat
5) Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap III
1) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
2) Sulit dibangunkan
3) Relaksasi otot menyeluruh
4) Tekanan darah menurun
5) Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap IV
1) Tidur nyenyak
2) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
3) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
4) Sekresi lambung menurun
5) Gerak bola mata cepat
2. Tahapan tidur REM
a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi
Karakteristik tidur REM
a. Mata : cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : cepat dan reguler
e. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi
f. Sekresi gaster : meningkat
g. Metabolisme : meningkat, temperatur tubuh naik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus tidur : sulit dibangunkan
F. Gangguan Tidur
Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu
1. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau
susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: pertama initial insomnia
yang merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena
selalu terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia merupakan
ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari
(Alimul, 2012).
2. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter
& Perry, 2005). Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran
yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang
mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Bentuk yang paling banyak
terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea/OSA), terjadi pada saat otot
atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks pada saat tidur.Jalan napas atas
menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung
berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik .Klien yang mengalami
apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu
banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihandi siang hari, serangan
tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.
3. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat
tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan,dan lain-lain (Alimul,
2006).
4. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan dan
keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja.
5. Parasomnia
Parasomnia adalahkumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur
seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadipada anak-
anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia
Insomnia merupakan gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi.
Faktor yang berhubungan agen farmaseutikal, ativitas fisik harian rata-rata kurang
dari yang dianjurkan, ansietas, berduka, depresi, faktor lingkungan, higiene tidur
tidak adekuat, ketakutan, ketidaknyamanan fisik, konsumsi alkohol, stresor.
2. Deprivasi tidur
Deprivasi tidur merupakan periode panjang tanpa tidur (berhentinya kesadaran
relatif secara perodik dan berlangsung alami.
Faktor yang berhubungan apnue tidur,dimensia, enuresis terkait tidurm ereksi nyeri
terkait tidur, hambatan lingkungan, hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik,
mimpi buruk, narkoplesia, stimulasi lingkungan yang terus menerus, tidur berjalan.
3. Gangguan pola tidur
Definisi interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal.
Faktor yang berhubungan gangguan karena pasangan tidur, halangan lingkungan,
imobilisasi, kurang privasi, pola tidur tidak menyehatkan.
C. Perencanaan
Diagnosa NOC NIC
Insomnia Tidur Manajemen dimensia
Skala outcam Manajemen energi
keseluruhan Manajemen lingkungan
Jam tidur Manajamen lingkungan :
Jam tidur yang kenyamanan
diobservasi Peresepan obat
Pola tidur Manajemen Alam perasaan
Kualitas tidur Manajemen nyeri
Efisiensi tidur Fototerapi
Tidur rutin Terapi relaksasi
Tidur diawal Peningkatan kenyamanan
Perasaan segar setelah Peningkatan tidur
tidur Sentuhan
Mudah bangun pada saat Pilihan intervensi tambahan
yang tepat Pengurangan kecemasan
Tempat tidur yang Teknik menenagkan
nyaman Pemijatan
Suhu ruangan yang Terapi musik
nyaman Relaksasi otot progresif
Asmadi.2008. Teknik Prosedural dan Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien.Jakarta: Salemba Medika
Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan
ProsesKeperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gloria,M Bulechek. 2013. Nursing interventions classification (NIC) edisi keenam (di
Indonesiakan oleh intansari Nurjanah. Elsevier
Moorhead,Sue dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi Kelima (di
Indonesiakan oleh intansari Nurjanah. Elsevier
Potter A dan Perry G.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC
Potter A dan Perry G.A. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika