Anda di halaman 1dari 46

REPLIKASI DNA

Paramita Cahyaningrum Kuswandi


(email : paramita@uny.ac.id)
FMIPA UNY
2014
Why study DNA replication ?
 Materi genetis : perlu diketahui untuk
melihat pewarisan sifat

 Replikasi materi genetis : perlu diketahui


untuk mengetahui cara materi tersebut
diperbanyak dan diwariskan dari satu sel ke
sel berikutnya dan dari satu generasi ke
generasi baru makhluk hidup

 Bagaimana materi genetis diperbanyak secara


tepat dan cepat ?

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Dimulai dari struktur molekul DNA...
 DNA adalah materi genetis dan membawa
informasi tersebut pada urutan basanya

 Model DNA yang ditemukan oleh Watson


dan Crick menunjukkan bahwa ‘ pasangan
basa dapat menjadi dasar mekanisme
penggandaan molekul DNA ‘

 Karena nukleotida berpasangan maka satu


untai DNA dapat menjadi cetakan (template)
untuk untai yang lain

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2012
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
3 model replikasi yang diusulkan pada
tahun 1950an...
1. Conservative model
2. Semiconservative model
3. Dispersive model

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Conservative model
1. Kedua untai asal
bertindak sebagai
template / cetakan
2. Dihasilkan 2 molekul
DNA :
* 1 molekul asal/parent
* 1 molekul baru

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Semiconservative model

1. Tiap untai bertindak


sebagai cetakan
2. Dihasilkan 2
molekul DNA baru,
masing-masing
terdiri dari 1 untai
asal dan 1 untai
baru

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Dispersive model
1. Molekul DNA
terpotong-potong saat
replikasi
2. Potongan-potongan
tersebut melakukan
replikasi
3. Terbentuk potongan-
potongan baru
4. Potongan DNA asal dan
yang baru membentuk 2
molekul DNA yang
terdiri dari potongan-
potongan DNA baru
dam lama secara acak

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Percobaan Meselson & Stahl
 Tahun 1958, membuktikan model replikasi
semiconservative
 Menggunakan bakteri E.coli
 Bakteri ditumbuhkan pada media yang
mengandung N15 dalam bentuk NH₄Cl.
 Bakteri kemudian ditumbuhkan pada
media yang megandung N14

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
 Sampel bakteri diambil pada waktu
tertentu dan dilihat densitasnya
 Menggunakan equilibrium density gradient
centrifugation
 Densitas lebih besar akan berada di bagian
yang lebih bawah di dalam tabung

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2012
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2012
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Jika model conservative
 Garis densitas yang lebih berat selalu ada
(dari pita DNA asal)
 Tidak ada densitas intermediate/hybrid
 Densitas yang lebih ringan akan selalu
bertambah pada tiap relplikasi

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Jika model dispersive
 Setelah satu kali replikasi akan terlihat
garis intermediate
 Pada replikasi selanjutnya hanya akan
terlihat satu garis (1 densitas)
 Garis tersebut akan semakin keatas
(makin ringan)

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Apa saja yang diperlukan untuk
replikasi DNA ?
 Arthur Kornberg dkk., pada tahun 1955
menemukan suatu enzim yang
dibutuhkan untuk replikasi DNA

 Percobaan dilakukan pada bakteri

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Percobaan Kornberg
 Melakukan sintesis DNA dengan campuran :

1. Fragmen DNA
2. Campuran dNTP (dATP, dGTP, dTTP, dCTP)
= deoxyribonucleic triphosphate precursor.
dNTP diberi label radioaktif untuk
mengukur jumlah DNA yang disintesis
3. Ekstrak E.coli
4. Dilakukan secara in vitro

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Apa hasilnya ???
 Ditemukan enzim yang mampu melakukan
sintesis DNA

 Disebut Kornberg enzyme = DNA polymerase I


(DNA Pol I )

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Percobaan lanjut...
 Dilakukan lagi penelitian secara in vitro :
1. Keempat macam dNTP
2. DNA Pol I
3. DNA E.coli, sebagai template
4. Primer (potongan kecil DNA yang
digunakan untuk memulai sintesis)
5. Ion magnesium supaya kerja Pol I secara
maksimal

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Peran DNA polymerase
 Pada ujung untai DNA yang sedang
terbentuk, DNA polimerase menjadi katalis
untuk pembentukan ikatan fosfodiester
antara 3’-OH dari deoksi dengan 5’-fosfat
nukleotida berikutnya
 Mencari prekursor dNTP yang tepat , yang
komplementer dengan DNA template.
Penambahan sekitar 850 nukleotida tiap
detik pada E.coli dan 60-90 per detik pada
manusia
 Arah sintesis untai DNA yang baru adalah
dari 5’-3’
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
REPLIKASI DNA PADA PROKARYOT

1. Inisiasi
2. Replikasi DNA
secara
‘semidiscontinuous’
3. Rolling Circle
Replication

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
1. INISIASI
 Inisiasi replikasi dimulai dengan adanya
sekuen DNA yang disebut replicator
 Pada replicator terdapat origin of
replication
 Bagian pada untai DNA yang ‘membuka’
untuk direplikasi, disebut replication
bubble
 Untai DNA yang digunakan sebagai
template/cetakan, disebut template
strands
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
 Saat DNA membuka, terbentuk struktur
seperti sendok, yang disebut replication
fork

 Pada satu replication bubbles, terdapat 2


replication fork

 Secara umum, replikasi DNA berjalan dua


arah = bidirectional

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Inisiasi replikasi pada E.coli
 Replicator pada E.coli adalah oriC (245 bp
DNA)
 oriC terdiri dari : 3 sekuen dengan banyak
AT (13 bp)
 Initiator protein (dihasilkan oleh dnaA gene)
melekat pada replicator dan menghancurkan
daerah yang mengandung AT banyak
 Kemudian DNA helicase dibawa oleh DNA
helicase loader protein, untuk membuka
untai DNA

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
 Kemudian, DNA helicase merekrut DNA
primase (dihasilkan oleh dnaG gene),
membentuk suatu kompleks yang disebut
primosome

 DNA primase berfungsi membentuk RNA


primer (sekitar 5-10 nukleotida) yang kemudian
dilanjutkan oleh DNA polymerase

 Primer berfungsi sebagai untai awal DNA yang


baru
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
2. Semidiscontinuous DNA replication
 Setelah DNA helicase berhasil membuka untai
ganda DNA (disebut DNA denaturation = DNA
melting), protein SSB (single-strand DNA-binding
protein) menempel pada tiap untai DNA yang
sudah membuka, menjaga supaya tidak menutup
lagi

 RNA primer berada pada ujung 5’ untai baru


DNA untuk satu untai template DNA

 RNA primer juga terdapat pada template DNA


yang lain

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
 DNA helicase terus bergerak maju, membuka 2
untai DNA asal/parent

 Terdapat DNA gyrase (enzim topoisomerase) yang


berada di depan replication fork untuk mengurangi
tegangan pada untai DNA

 DNA polymerase III menambah nukleotida pada


RNA primase membentuk untai DNA yang baru

 DNA polymerase hanya dapat menambahkan


nukleotida pada ujung 3’ untai nukleotida sehingga
replikasi DNA berjalan dari arah 5’ 3’
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Leading strand & Lagging strand
 Leading strand :
Pada salah satu template DNA (1 untai
DNA yang direplikasi), dengan RNA primase
yang selalu menjauh dari arah replikasi, akan
terbentuk untai baru yang kontinu

 Lagging strand
Pada template yang lain, akan terbentuk
untai baru secara bertahap, terdiri dari
potongan-potongan DNA yang baru
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Pada lagging strand....
 Potongan-potongan DNA baru disebut
Okazaki fragments (ditemukan oleh Reiji &
Tuneko Okazaki, dkk)
 Okazaki fragments membentuk untai DNA
yang utuh dengan bantuan 2 enzim : DNA
polymerase I dan DNA ligase
 DNA polymerase I menghilangkan RNA
primer dan menambah sisa nukleotida yang
dibutuhkan
 DNA ligase memperbaiki celah yang
terbentuk setelah primer dihilangkan
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Semidiscontinuous
 Karena leading strand terbentuk secara
kontinu dan lagging strand terbentuk
secara bertahap maka replikasi DNA
secara keseluruhan bersifat
semidiscontinuous

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Replisome =
mesin replikasi
DNA

 Replisome
terdiri dari
protein-protein
/ enzim yang
diperlukan
dalam replikasi
DNA

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
3. Rolling circle replication
 Biasanya terjadi pada virus e.g. Bacteriophage
λ
 DNA double strand berbentuk cincin /
lingkaran mereplikasi membentuk DNA
linear
 Dibuat suatu celah (nick) pada salah satu
strand DNA
 Ujung 5’ ditarik keluar dari model cincin
untuk membuat replication fork (seperti
pada contoh sebelumnya)
 Ujung 3’ bertindak sebagai primer supaya
DNA polymerase dapat memulai sintesis
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
 Dari ujung 5’ yang keluar dari bentuk
cincin, akan terbentuk untai DNA
baru

 Metode ini merupakan metode


discontinuous karena pembentukan
untai DNA baru dari lagging strand

Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014
Paramita Cahyaningrum
Kuswandi/FMIPA UNY/2014

Anda mungkin juga menyukai