Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Terserang penyakit adalah hal yang manusiawi. Setiap orang sakit berusaha memperoleh
kesembuhan dengan berbagai cara antara lain dengan meminta pertolongan
dokter.Kemajuan IPTEK Kedokteran masa kini memang berkembang pesat, dan telah
berhasil menekan morbiditas maupun mortalitas berbagai penyakit, namun penyakit masih
tetap menjadi ancaman hidup dan tetap saja ada orang yang meninggal karena sakit.
Dalam menghadapi penyakit gawat atau penyakit terminal seorang tenaga kesehatan
dituntut secara profesional mampu menangani kasus-kasus tersebut ; dengan demikian bila
saatnya tiba pasien gawat tersebut meninggal dengan tenang dan keluarganya dapat
memahami situasi yang dihadapi. Pada akhirnya kematian tidak lagi dianggap sebagai
kegagalan upaya pertolongan medik, namun dipandang sebagai stadium akhir pertumbuhan
dan perkembangan manusia.
Untuk itu, Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter yaitu kemampuan
berkomunikasi dan memberikan informasi serta menjalin hubungan yang serasi dengan
pasien maupun keluarganya Komunikasi yang lancar dan rasa empati serta altruisme yang
mendalam dapat menolong dan meringankan beban orang sakit agar tidak merasa tegang
dan takut.
Dalam makalah ini, kami lebih menekankan tentang bagaimana seharusnya seorang
perawat menghadapi pasien dengan penyakit-penyakit terminal.

BAB II
ISI

I.1 Pengertian Palliative Care


Perawatan paliatif (palliative care) adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi.
Perawatan palliative umumnya diberikan pada orang yang mengalami penyakit yang
membatasi hidup, atau dengan kata lain penyakit yang tidak respon terhadap penangan
kuratifdengan mempertimbangkan keluarga dan budayanya.
Pada awalnya, perawatan palliative ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara
medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium
kanker, bahkan juga pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan
seperti HIV/AIDS dan berbagai kelainan yang bersifat kronis.

I.2 Tujuan palliative care


Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang
ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.

I.3 Perkembangan Palliatif Care


Dari seminar keperawatan 2007 yang berjudul ”Home Care: Bukti Kemandirian Perawat”,
meneyebutkan bahwa di negara maju, perawatan khusus bagi mereka yang akan segera
meninggal merupakan kolaborasi antara keluarga dan para profesional, dan memberikan
layanan medis, psikologis, social dan spiritual.
Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri
seperti mual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal
pertama didirikan di Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS Khusus St. Christopher,
RS khusus tersebut pindah ke AS pada thn 1970an. RS khusus pertama di AS adalah RS
New Haven yang kemudian menjadi RS khusus Connecticut. RS tersebut kemudian
menyebar ke seluruh Negara.
Sedangkan di Indonesia sendiri, perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari
1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker
Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta),
dan RS Sanglah (Denpasar)Pelayanan yang diberikan meliputi:
Rawat jalan
Rawat inap (konsultatif)
Rawat rumah, yaitu dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita.
Day care, merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap,
seperti perawatan luka, kemoterapi dll.
Respite care, merupakan layanan yang bersifat psikologis.
Untuk melaksanakan pelayanan yang optimal pada palliative care, dibutuhkan tim yang
ideal. Terdiri dari Dokter dan Perawat RS, psikiater. Di Surabaya, tepatnya di RS Dr.
Soetomo, perawatan palliative sudah berjalan dengan baik. Sedangkan di Makassar sendiri,
hal tersebut belum begitu optimal.

I.4 Variasi Pasien


Dari literature, menurut Probosuseno sub.Bag Geriatri bagian Ilmu Penyakit Dalam,
menyebutkan bahwapasien-pasien yang mendapat pelayanan perwatan palliative care
antara lain:
Penderita lansia pasca rawat inap di RS yang masih memerlukan pelayanan, seperti
penderita penyakit kronik multipatologi, mis: hipertensi,stroke, diabetes.
Kondisi terminal kanker (maligantis). Pada pasien kanker stadium lanjut yang akan berakhir
dengan kematian, merupakan kesulitan psikososial yang besar jika mengalami derita seperti
nyeri yang tidak tertanggungkan sampai akhir hayatnya. Saat ini pengelolaan nyeri
cenderung dirawat di rumah perawatan khusus atau di rumah sendiri dengan pengawasan
di RS (home care) karena lebih ekonomis, lebih manusiawidan memberikan lingkungan
yang lebih familiar kepada pasien.
kondisi demensia, inkontinensia, ulkus dekubitus, ulkus diabetes.
kondisi kronik pada lansia
penderita dengan gejala fisik yang tidak khas seperti falls (roboh),malnutrisi, tidak mau
makan dan nyeri.
penderita dengan gejala psikososial seperti depresi, kesepian, cemas.
penderita lansia yang tidak dirawat di RS yang memerlukan palayanan atas permintaan
keluarga.

I.5 Prinsip-prinsip dalam Perawatan Palliatif Care


Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais,
Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:1. Menghargai setiap
kehidupan.2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.3. Tidak mempercepat
atau menunda kematian.4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan. 5.
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.6. Mengintegrasikan aspek
psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
Keluarga.7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.8. Memberikan dukungan yang
diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.9.
Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

I.6 Peran Perawat dalam Palliatif Care


Peranan perawat dalam bagi pasien kronis dan stadium terminal atau pasien yang sedang
dalam perawatan palliatif pastilah sangat dibutuhkan.
Hampir semua jenis pelayanan kesehatan dapat diberikan, antara lain:
Perawatan khusus, seperti pada penderita dekubitus, luka diabetes, inkontinensia, serta
demensia.
Perawatan umum, yaitu dengan mambantu dan mendorong penderita agar mampu mandiri
dalam ADL.
Pengobatan, seperti pemberian antibiotik atau obat-obat lain malalui suntikan-suntikan atau
infus, pemberian makanan lewat NGT, pasang kateter urine, transfusi darah, pengobatan
nyeri karena berbagai sebab, pengobatan simptomatis atau suportif terhadap penderita
terminal.
Rehabitasi, baik itu rehab fisik pada penderita stroke atau rehab mental dan sosial.
Pencegahan, terutama terhadap kecacatan dan hambatan lain akibat sakitnya.
Promosi, yang dapat berupa penyuluhan, pendidikan terhadap keluarga penderita.

Sebagai perawat, tentu kita dapat membayangkan bagaimana perasaan penderita maupun
keluarganya, pada saat mengetahui bahwa penyakit yang diderita sudah tidak mungkin lagi
disembuhkan. Ada beberapa sikap yang terjadi dalam menghadapi kondisi cobaan berat
seperti ini, bisa berupa penolakan, amarah, konflik batin, depresi, sampai dengan
penerimaan atau pasrah akan takdir yang dialaminya.
Untuk itu perawatan yang diberikan tidak hanya untuk mengatasi keluhan-keluhan fisik
yang dirasakan penderita saja, namun keluhan lain juga perlu menjadi perhatian seperti
rasa sepi, rasa kesendirian, putus asa, rasa takut, cemas, was-was, rasa ingin dicintai serta
suport.

I.7 Permasalahan dan Solusinya


Masalah-masalah yang dapat timbul atau yang sering dihadapi dalam perawatan palliatif,
antara lain:
Terbatasnya pertolongan yang dapat diberikan.
Panggilan kunjungan yang tidak diperlukan
Keluarga pasien yang tidak kompak
Ketergantungan penderita dan atau keluarga.
kolaborasi terhambat, yang terjadi apabila pasien atau keluarga tida jujur, tidak terbuka,
tidak terampil malu ataupun minder.
Adapun solusinya antara lain:
Penyediaan sarana dan prasarana yang cukup dari tim
Dibuat program atau rencana penangan sekaligus target yang diharapkan.
pemberian edukasi yang jelas, pembuatan program yang terpadu dan terarah
I.8 Pandangan Kelompok Tentang Palliatif Care
Menurut kami, dalam merawat pasien dengan prognosis buruk atau perawatan pasien
dengan penyakit-penyakit terminal haruslah dilakukan dengan cara perawatan yang
komprehensif. Maksudnya perawatan yang diberikan tidak hanya berupa pengobatan
penyakit atau tindakan kuratif, tetapi juga meliputi penanganan terhadap pasien atau orang
sakit dengan sentuhan kemanusiaan.
Untuk itu, seorang perawat yang melakukan perawatan palliative haruslah memiliki
kemampuan berkomunikasi dan memberikan informasi serta menjalin hubungan yang serasi
dengan pasien maupun keluarganya.
Adapun pelayanan yang diberikan pada pasien tidak berupa tindakan pengobatan, karena
mungkin tidak ada lagi pilihan obat yang efektif, tetapi pelayanannya berupa pamberian
asuhan untuk mengurangi rasa sakit, penanganan psikologis atau masalah spiritual.

Anda mungkin juga menyukai