Anda di halaman 1dari 21

BAB I

1. PENDAHULUAN
Sangat erat kaitan ilmu Geologi dengan pekerjaan kerekayasaan sipil,
karena semua rekayasa sipil dilaksanakan dan terletak pada kerak bumi. Oleh sebab
itu sangat perlu diketahui terlebih dahulu kondisi lapisan tanah dari rencana lokasi
suatu pekerjaan sipil yang semua terletak pada permukaan kerak bumi tersebut.
Sebelumnya marilah kita mempelajari ilmu geologi
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang
dilakukan terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang
sejahtera. Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya era
perbaikan di segala bidang, baik industri, perdagangan maupun pariwisata tentunya
akan disertai dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan,
perkantoran dan sebagainya. Untuk menunjang pembangunan tersebut, diperlukan
berbagai data dan informasi, salah satunya adalah data geologi teknik.
Data geologi teknik, memberikan informasi mengenai kekuatan serta
karakteristik lapisan tanah/batuan yang berguna di dalam perencanaan dan
penataan ruang. Selain itu akan sangat membantu pemerintah daerah dalam
mengontrol pembangunan fisik di daerahnya. Data dan informasi geologi teknik
tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan pemetaan maupun penyelidikan
geologi teknik. Dengan tersedianya data geologi teknik pada suatu daerah yang
akan dikembangkan, diharapkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pengembangan wilayah maupun perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat
dihindarkan atau diperkecil.
2. MAKSUD DAN TUJUAN
Pemetaan dan penyelidikan geologi teknik ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan berba-gai data dan informasi geologi teknik permukaan dan bawah
permukaan yang mencakup: sebaran serta sifat fisik tanah/batuan, kondisi air tanah,
morfologi dan bahaya beraspek geologi. Hasil pemetaan dan penyelidikan
diharapkan dapat berguna sebagai data dasar dalam menunjang perencanaan
pembangunan maupun penataan ruang di daerah.

i
BAB II
1. Pengertian Ilmu Geologi
Pengertian ilmu geologi secara umum adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang bumi dan yang berhubungan dengan bumi dimana kita berada,
diantaranya : Pegunugan Daratan Samudra Sejarah kehidupan Urutan-urutan
kejadian yang pernah ada di bumi. Istilah lain untuk bagian bumi padat dikenal
dengan istilah lapisan lithosfir (lithos berarti batuan), lapisan ini terdiri dari batuan.
Bagian bumi cair dikenal dengan istilah hidrosfir sedang bagian bumi diudara yang
menyelubungi bumi kita dikenal dengan atmosfir. Pengertian lain dari ilmu geologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi dan proses yang terjadi atas bumi
tersebut dan isinya. Termasuk juga mempelajari mengenai komposisi dan sifat-sifat
fisik kerak bumi. Ilmu geologi secara umum dapat dipisahkan kedalam ilmu geologi
fisik dan geologi sejarah. Geologi fisik : adalah ilmu yang mempelajari sifat dan
penyebaran bantuan, cara pembentukan, penyebaran, pergerakan. Goelogi
sejarah:adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kehidupan dan perubahan
yang terjadi sejak bumi ini ada. Ilmu geologi dipelajari karena 2 hal berikut :
1. Keingintahuan kita terhadap gejala-gejala serta keganjilan alam yang
timbul, terasa, seperti meletusnya gunung, gempa bumi, pergerakan
tanah dan sebagainya.
2. Perlombaan untuk mengejar kemakmuran yang akhirnya dapat
memenuhi keperluan akan bahan baku atau (sumber Daya Alam) Bumi
merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya yang sangat besar
berbentuk bulat dengan jari-jari dibagian di kutub = 6356 km dan di
equator = 6371 km yang terdiri dari lapisan berikut (gambar 1.1) :

Gambar 1.1 : Struktur lapisan bumi Bagian terluar lapisan bumi disebut
kerak bumi dengan ketebalan bervariasi antara 0 –20 km , yang menjadi
pusat perhatian kita karena semua bangunan sipil berdiri disana.
Sedangkan bagian terluar dari kerak bumi pada umumnya tidak rata,
terdiri dari lantai samudera terdapat palung dan lantai benua dengan

1
gunung dan lembahnya terbentuk dari macam-macam batuan. Lantai atau
kerak benua lebih tebal dibandingkan kerak samudera. Pengertian untuk
Geoteknik pertama kali dikemukan pada tahun 1963 oleh asosiasi ahli
teknik geologi (Association Engineering Goelogist) memberikan
pengertian sebagai berikut : geoteknik adalah cabang ilmu pengetahuan
yang menggunakan keterangan “teknik dan asas geologi untuk
mempelajari bahan tanah, batuan, air tanah yang ada di alam ini.
Kemudian ada sebagian intitusi pendidikan yang mengartikan geoteknik
ini dengan istilah “ Geologi Rekayasa’.

2. METODOLOGI
Metoda yang digunakan dalam melakukan pemetaan dan penyelidikan
geologi teknik adalah metoda kualitatif dan kuantitatif. Metoda kualitatif yaitu
melaksanakan pengamatan lapangan, pengukuran struktur, diskripsi sifat fisik dan
keteknikan tanah/batuan, kondisi keairan, dan menginventarisasi kebencanaan
geologi yang ada. Metoda kuantitatif yaitu melakukan perhitungan dan analisis
seperti daya dukung, kemantapan lereng, kompresibilitas dan perosokan tanah.
3. LINGKUP PEKERJAAN PEMETAAN/PENYELIDIKAN GEOLOGI
TEKNIK
Lingkup pekerjaan ini dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:
O Perencanaan
O Pekerjaan Lapangan
O Pekerjaan Laboratorium
O Analisis dan evaluasi data
O Penyusunan laporan
3.1 Perencanaan
Kelancaran suatu kegiatan, sebagian besar ditentukan selama tahap perencanaan.
Tahap perncanaan ini perencanaan sebelum ke lapangan dan perencanan selama
di lapangan.
a. Perencanaan sebelum ke lapangan
Perncanaan ini meliputi hal-hal yang sangat mendasar sebelum tim
berangkat ke lapangan, yang menyangkut:
masalah administrasi, konsolidasi personalian tim, kesiapan
transportasi dan peralatan lapangan, serta keperluan-keperluan lain
untuk pekerjaan pujian di lapangan

2
Pengumpulan data lapangan yang telah ada atau laporan dari
penyelidik terdahulu. Penyiapan peta dasar baik peta topografi
maupun foto udara dengan skala yang
disesuaikan dengan maksud dan tujuan pemetaan/penyelidikan.
b. Perencanaan selama di lapangan
Merupakan perencanaan yang dilakukan di base camp sebelum melakukan
pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Sebaiknya sebelum kegiatan
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyelidikan pendahuluan
(reconnaise) dengan maksud untuk mengenal medan, situasi daerah dan
kebiasaan-kebiasaan penduduk yang berada di daerah
pemetaan/penyelidikan. Dari hasil penyelidikan pendahuluan baru
direncanakan kegiatan selanjutnya secara lebih terarah, yaitu dengan
membuat rencana lintasan.
3.2 Pekerjaan Lapangan
3.2.1 Pemetaan Geologi Teknik
a. Morfologi dan kemiringan lereng
Meliputi kondisi bentang alam beserta unsur-unsur geomorfologi lainnya,
penafsiran genesa morfologi dan perkembangan geomorfologi yang mungkin
akan terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan bentuk lembah,
pola aliran sungai, sudut lereng, pola gawir dan bentuk-bentuk bukit.
Morfologi atau bentang alam seperti tampak pada saat sekarang ini
merupakan hasil kerja dari sistem alam, yaitu proses-prosesdalam bumi
(geologi, volkanisme) dan proses-proses luar (air permukaan, gelombang,
longsoran, tanaman, binatang termasuk manusia). Morfologi sangat penting
dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan, yaitu untuk
mengetahui karakteristik bentang alamnya seperti kemiringan lereng dalam
kaitannya dengan jangkauan optimum sudut lereng untuk keperluan
kesampaian lokasi dan operasional kendaraan pengangkut bahan bangunan,
sampah dan tataguna lahan pada saat ini.
b. Satuan Tanah dan batuan
Satuan tanah dan batuan memberikan informasi mengenai susunan atau
urutan stratigrafi dari tanah dan batuan secara vertikal maupun horisontal.
Untuk itu perlu dilakukan pemerian sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan
yang dapat diamati langsung di lapangan secara megaskopis. Penyusunan
satuan geologi teknik dilakukan dengancara pengelompokan tanah dan
batuan yang mempunyai sifat fisik dan keteknkan yang sama atau mendekati
sama.
c. Struktur Geologi
Meliputi pemerian jurus dan kemiringan lapisan batuan, kekar, rekahan,
sesar, lipatan dan ketidak selarasan. Data ini sangat penting dalam pekerjaan

3
pembangunan infrastruktur guna menghindari atau memecahkan
permasalahan yang dapat terjadi. Intensitas kekar atau retakan, tingkat
kehqncuran batuan yang diakibatkan oleh adanya sesar terutama bila
dijumpai sesar aktif maupun perselingan lapisan batuan yang miring adalah
merupakan zona lemah yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya
longsoran.
d. Keairan
Pengamatan yang perlu dilakukan meliputi kedalaman muka air tanah bebas,
sifat korosifitas air tanah dan munculnya mata air atau rembesan yang dapat
mempengaruhi perencanaan konstruksi pondasi bangunan. Apabila dianggap
perlu diambil contoh air tanahnya untuk diuji di laboratorium, guna
mengetahui tingkat korosivitasnya.
e. Bahaya Geologi
Meliputi pengamatan dan penilaian tentang ada tidaknya bahaya yang
mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari faktor geologi. Identifikasi bahaya
geologi sangat erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur, karena
dikhawatirkan akan menjadi kendala atau hambatan selama pembangunan
maupun pasca pembangunan, antara laian struktur sesar aktif, gerakan
tanah/batuan, banjir bandang, ambblesan tanah/batuan, bahaya kegunung
apian, erosi dan abrasi, kegempaan, Tsunami, dan lempung mengembang.
3.2.2 Penyelidikan Geofisika
Metoda geofisika dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar
gambaran keadaan geologi bawah permukaan, yaitu : satuan-satuan
tanah/batuan; batas-batas satuan tanah/batuan baik secara horizontal
maupun vertical, dan gejala-gejala geologi seperti patahan, daerah rekahan,
kandungan air tanah dan lain-lain. Penggunaan penyelidikan geofisika ini
banyak mengandung keuntungan-keuntungan, antara lain:
Mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan di daerah yang
luas dalam waktu yang pendek.
Memudahkan membuat intrepetasi penampang geologi
Memperkecil jumlah titik-titik pengeboran, karena akan
mempermudah korelasi antara titik-titik pengeboran.
Membuat lebih effisien dan memperkecil biaya penyelidikan
Metoda geofisika yang telah dikembangkan untuk maksud
keteknikan, antara lain: Metoda seismik, geolistrik dan metoda
electromagnetic subsurfaca profiling/Radar (Radio Detecting and
Ranging) Sounding.
 Metoda Seismik
Metoda ini umumnya dilakukan mulai dari studi
pendahuluan hingga studi kelayakan. Pada studi pendahuluan
metoda ini dilakukan untuk mengetahui kondisi perlapisan tanah dan
batuan serta

4
struktur geologi yang akan dibangun secara makro, sehingga
dalam studi kelakyakan akan dapat dilakukan dengan baik orientasi
pekerjaan yang akan dilakukan, seperti:
Penentuan lokasi dan jumlah bor inti yang akan
dilaksanakan
Penentuan jumlah contoh yang akan diambil
Pembuatan penempang geologi teknik/geoteknik
khususnya dalam pembuatan korelasi stratigrafi antar
titik bor
Penentuan ketelitian penyelidikan terutama pada
daerah-daerah yang diperkirakan mempunyai potensi
struktur geologi yang membahayakan
Penentuan lokasi-lokasi struktur bangunan
 Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini arus listrik dialirkan di tanah melalui
elektroda-elektroda dan perbedaan potensial diukur diantara dua
buah elektroda. Perbedaan dalam tahanan jenis kemudian dapat
diukur baik vertikal maupun lateral dengan menukar susunan
elektroda. Metoda ini memberikan data stratigrafi, cadangan kuari,
kedalaman muka airtanah maupun kedudukan lapisan pembawa air
tanah, pola retakan dan indikasi bidang longsor.
 Metoda Electromagnetic Subsurfaca Profiling/Radar
(Radio Detecting and Ranging) Sounding. Metoda ini merupakan
cara yang paling cepat untuk membuat penempang bawah
permukaan. Metoda ini akan mendeteksi kondisi bawah permukaan
dengan cara memancarkan spectrum/gelombang electromagnetis ke
formasi tanah/batuan yang kemudian akan diterima oleh alat
receiver yang diseret dibelakang alat pemancarnya (transmitter).
Dari hasil pengujian diperoleh profil intasan dan dapat langsung
diinterpretasikan di lapangan. Kenampakan yang dapat dengan
mudah dideteksi, antara lain: Jenis dan perlapisan tanah/batuan,
adanya ruang kosong (lubang) di bawah tanah, sisa-sisa pondasi,
ketebalan lapisan aspal.
3.2.3 Pengujian keteknikan tanah dan batuan
Pengujian lapangan terhadap sifat fisik dan mekanik tanah maupun batuan
seperti konsistensi, kepadatan dan plastisitas tanah, kekerasan dan kekompakan
batuan dicatat pada kolom diskripsi tanah dan batuan pada setiap penampang
pengeboran inti (teknik) dan pengeboran tangan.
3.2.4 Pengambilan contoh tanah dan batuan

5
Pengambilan contoh tanah dan batuan dilakukan untuk pengujian
laboratorium mekanika tanah dan batuan (Lab. Mektanbat), yaitu berupa Contoh
tanah tak terganggu (undisturbed samples) dan contoh tanah terganggu (disturbed
samples).
a. Contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples)
Contoh tanah tidak terganggu adalah suatu contoh yang masih
menunjukan sifat-sifat aslinya, artinya contoh-contoh ini tidak mengalami
perubahan dalam struktur, kadar ai (water content), atau susunan kimia.
Namun demikian contoh yang benar-benar asli tidaklah mungkin untuk
diperoleh, akan tetapi dengan teknik pelaksanaan sebagaimana mestinya
dan cara pengamatan yang tepat, maka kerusakan-kerusakan terhadap
contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh tanah tidak terganggu dapat
diambil memakai tabung contoh (tube sample), core barrels, atau
mengambilnya secara langsung dengan tangan, sebagai contoh dalam
bentuk bomgkah-bongkah (block samples).
b. contoh tanah terganggu (disturbed samples).
Contoh tanah terganggu diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk
melindungi struktur asli dari tanah tersebut. Contoh tanah terganggu ini
dapat dipakai untuk segala penyelidikan yang tidak memerlukan contoh asli
(undisturbe samples), seperti ukuran butir, batas-batas atterberg,
pemadatan, berat jenis dan sebagainya. Untuk contoh batuan dapat berupa
pengambilan batu setempat (hand spacement) pada batuan utuh (intact
rock) dan pengambilan batu yang terdapat bidang ketidak sinambungan
(discontinuity) pada massa batuan (rock mass) apabila banyak dijumpai
retakan, rekahan (heavy broken rocks).
3.2.5 Pemetaan sebaran bahan bangunan
Untuk identifikasi lokasi-lokasi yang berpotensi sebagai sumber bahan
bangunan. Secara kasar (megaskopis) harus dilakukan diskripsi terhadap sifat fisik
dan keteknikan bahan bangunan guna mengetahui perkiraan kualitas bahan
bangunan serta taksiran besarnya cadangan. Apabila memungkinkan dilakukan
pengukuran dan pembuatan beberapa penampang guna memperkirakan volume
(kuantitas) cadangan.
3.2.6 Pengeboran tangan
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah,
urutan jenis lapisan tanah bawah permukaan dan konsistensi serta kepadatan relatif
tanah. Kedalaman maksimum 10 m atau dihentikan setelah mencapai lapisan bawah
permukaan yang keras. Pekerjaan pengeboran tangan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan hasilnya disajikan pada penampang bor/log pemboran tangan.

6
3.2.7 Pengeboran teknik / inti
Dalam pekerjaan pemetaan untuk keperluan suatu proyek vital / strategis
diharuskan melakukan pekerjaan pengeboran teknik / inti. Pekerjaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah dan batuan, urutan jenis
lapisan batuan bawah permukaan dan konsistensi serta kepadatan relatif tanah,
kekerasan dan kepadatan batuan. Kedalaman maksimum 60 m, pengujian N-SPT
dan pengambilan contoh tidak terganggu (undisturbed samples) setiap interval 1,5
hingga 2 meter. Pengeboran teknik / inti akan dilakukan sesuai kebutuhan dan
hasilnya disajikan pada penampang bor atau log pengeboran teknik dan diusahakan
dibuat korelasi penampang bor untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dapat
diwujudkan dalam diagram pagar.
3.2.8 Pengujian SPT (Standar Penetration Test)
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau perlawanan
tanah/batuan terhadap penetrasi tabung SPT atau tabung baja sehingga akan
diperoleh jumlah pukulan untuk memasukan tabung SPT tersebut sedalam 30 cm
ke dalam tanah yang masih belum terganggu atau diperoleh nilai SPT (N). Dengan
melihat pada nilai SPT akan dapat diperkirakan kondisi batas tanah dan lapisan
keras serta dapat dikorelasikan dengan sifat-sifat maupun variasi tanah yang diuji.
Hasil pengujian akan berguna dalam perencanaan letak dan jenis pondasi.
3.2.9 Pekerjaan sondir
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,
menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat
tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium yang
mengandung kmponen berangkal dan kerakal, karena hasilnya akan memberikan
indikasi lapisan tanah keras yang salah. Alat sondir yang digunakan pada
pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah alat sondir hidrolik atau mekanik
(manual ) dengan kapasitas maksimum 2,5 ton 5 ton maupun 10 ton yang dilengkapi
dengan ujung penetrometer / sondir bikonus (friction sleeve). Pembacaan dilakukan
pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan apabila
pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukkan harga > 150 kg/cm2.
Alat sondir terangkat apabila pembacaan manometer belum menunjukkan
angka maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja
kanal jangkar. Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan
penetrasi konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafikmyang dibuat adalah
perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan
pelekatsecara komulatif. Namun demikian ada beberapa kelemahan atau
kekurangan dalam uji sondir, yaitu;
Tidak didapatkannya sample tanah

7
Kedalaman penetrasi terbatas
Tidak dapat menembus kerikil atau lapisan pasir yang padat

3.2.10 Pengujian langsung di lapangan (in situ test)


Pengujian langsung di lapangan antara lain: pocket penetrometer test, uji
geser baling, permeabilitas. Sedangkan pada batu dapat dilakukan pengujian beban
titik (point load test), kekerasan batuan dengan (Schmidt Hammer Test) atau
menggunakan palu geologi.
a. Pocket Penetrometer
Test Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu
dengan cara menekan atau menusukan alat penetrometer kedalam tanah,
maka akan didapat besaran kekuatan tanah dalam satuan kg/cm.
b. Uji Geser Baling
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan geser tanah
lempung, umumnya pada tanah lempung lunak dengan hasil yang diperoleh
merupakan nilai kekuatan geser dalam kondisi tidak terdrainase.
c. Uji Permeabilitas tanah
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui koefisien permeabilitas tanah
(k) langsung di lapangan dengan media lubang bor. Metoda pengujian ada
beberapa cara, antara lain:
Pengujian Constan Head
Pengujian Falling Head
Pengujian Packer
Pengujian Lugeon
d. Point Load Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui/mengukur kekuatan batuan
dengan bentuk tidak beraturan atau beraturan.
e. Schmidt Hammer Test
Pengujian untuk mengukur kekerasan batuan di lapangan. Hasil dari
pengujian tersebut, dimasukan dalam grafik kurva akan memberikan nilai
kuat tekan batuan.
3.2.11 Pendugaan Dinamis (dengan alat DCP)
Pendugaan dinamis atau dikenal dengan DCP (Dynamic Cone Penetrometer
dikembangkan oleh TRRL (Transport and Road Research Laboratory) Umunya alat
ini digunakan pada perencanaan jalan raya dan konstruksi berupa timbunan
(embankment) dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:

8
Untuk mengetahui ketebalan lapisan dangkal dari tanah lunak atau
kedalaman sampai batuan.
Untuk pengukuran (dengan cepat) sifat-sifat struktur jalan yang sudah ada
(existing ) dengan konstruksi lapisan perkerasan jalan raya yang materialnya
lepas (tak terikat)
Untuk menentukan daya dukung tanah dangkal secara cepat, pada
perencanaan jalan, baik jalan raya maupun jalan inspeksi (pada tanggul
saluran irigasi). Alat ini dapat mengukur sedalam 80 cm secara menerus
atau maksimum 120 cm, dimana batas- batas lapisan perkerasan yang
mempunyai kekuatan berbeda sudah diidentifikasi dan ketebalan lapisan
telah diketahui.
3.2 Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan laboratorium merupakan kelanjutan dari pekerjaan lapangan.
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperoleh parameter sifat keteknikan tanah dan
batuan guna menunjang dalam melakukan analisis geologi teknik berdasarkan
standard ASTM. Jenis pengujian untuk contoh tanah meliputi:
 Pengujian Basic Properties terdiri dari:
a.Kadar air (Wn) ASTM. D.2217-71
b. Berat Jenis (Gs) ASTM.D.854-72
c. Berat Isi/density (γ)ASTM.D.4718
 Pengujian Index Properties terdiri dari:
a. Atterberg Limit ( LL, PL, PI ) ASTM. D.4318
b. Analisa besar butir ASTM.D 422-72
 Pengujian Engineering Properties terdiri dari :
a. Triaxial Test ( UU & CU ) ASTM.D 2850
b. Konsolidasi ASTM D Jenis pengujian untuk contoh batuan,
 Pengujian mekanika batuan untuk menentukan kepadatan, kekerasan ,
kekuatannya dengan cara :
a. Supersoni waves
b. Triaxial Compressive Strenght ASTM. D.2664-67
c. Density, Poison’s Ratio, Modulus of elasticity ASTM 19 D.2845 – 69
d.Unconfined compressive strenght
 Pengujian untuk bahan agregat :
a. Relative density dan water absorption ASTM C. 128
b. Analisa petrografi
c. Particle size distribution ASTM 14
d. Flakiness index ASTM 14
e. Elongation index ASTM 14

9
f. Relative density and absorption ASTM 14
g. Bulk density ASTM 14
4. PETA TOPOGRAFI

Pengertian dari peta topografi adalah peta yang menggambarkan


bentuk penyebaran dan ukuran dari roman muka bumi yang kurang lebih
sesuai dengan daerah yang sebenarnya.
Unsur-unsur yang penting terdapat dalam suatu peta topografi meliputi :

1. Relief

Adalah beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi


rendah suatu daerah serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi
menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi.
Sebagai contoh :

• Bukit
• Lembah
• Daratan
• Lereng
• pegunungan

Relief terjadi antara lain karena perbedaan resistensi antara


batuan terhadap proses erosi dan pelapukan (eksogen) juga dipengaruhi
gejala-gejala asal dalam (endogen) perlipatan, patahan, kegiatan gunung api
dan sebagainya. Dalam peta topografi penggambaran relief dengan :
• Garis hachures
Yaitu garis-garis lurus yang ditarik dari titik tertinggi ke arah titik yang
lebih rendah disekitarnya dan ditarik searah dengan lereng. Semakin
curam lerengnya maka semakin rapat pula garisnya sebaliknya garis
akan renggang jika reliefnya landai.
• Shading (bayangan)

10
Bayangan matahari terhadap earth feature dan biasanya dikombinasi
dengan peta kontur. Pada daerah yang curam akan memberikan
bayangan gelap sebaliknya daerah yang lancai berwarna cerah

• Tinting (pewarnaan)

Warna-warna tertentu. Semakin tinggi reliefnya warna akan semakin


gelap.
• Kontur

Yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai


ketinggian sama. Peta ini paling penting untuk geologi karena sifatnya
kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif : hanya menunjukkan pola dan penyebarannya bentuk-bentuk
roman muka bumi.
Kuantitatif : selain menunjukkan pola dan penyebaran bisa juga
mengetahui ukuran baik secara horisontal maupun vertikal sehingga
jelas gambaran tiga dimensinya.
2. Drainage

Drainage pattern/pola pengaliran atau pola penyaluran adalah segala


macam bentuk-bentuk yang hubungannya dengan penyaluran air baik
di permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Sebagai contoh
sungai-sungai, danau atau laut dan sebagainya. Sungai-sungai itu
sendiri dipermukaan bumi ada yang terpolakan dan tidak terpolakan.
Hal ini tergantung dari batuan dasar yang dilaluinya.
Dalam hal ini pola/pattern didefinisikan sebagai suatu keseragaman di
dalam :
- bentuk (shape)
- ukuran (size)
- penyebarannya/distrubusi

Hubungan antar relief, batuan, struktur geologi dan drainage dalam


macam-macam pola penyaluran :

11
a. Dendritik
Mencerminkan sedimen yang horisontal atau miring, resistensi batuan
seragam, kemiringan lereng secara regional kecil. Bentuk pola
penyaluran seperti pohon. Contohnya pada daerah dengan sedimen
lepas, daratan banjir, delta, rawa, pasang surut, kipas-kipas alluvial, dll.
b. Parallel
Umumnya mencirikan kemiringan lereng yang sedang-curam tetapi
juga didapatkan pada daerah-daerah dengan morfologi yang parallel
dan memanjang. Contohnya pada lereng-lereng gunung api. Biasanya
akan berkembang menjadi pola dendritik atau trellis.
c. Trellis
Terdapat pada daerah dengan batuan sedimen yang terlipat, gunung api,
daerah dengan rekahan parallel. Contohnya pada perlipatan menujam,
patahan parallel, homoklin dan sebagainya.
d. Rectangular
Mengikuti kekar-kekar dan patahan.
e. Radial
Mencerminkan gunung api kubah (dome). Terdapat pula pola yang
sentripetal
(kebalikan dari radial).
f. Annular
Mencerminkan struktur kubah yang telah mengalami erosi bagian
puncaknya.
Dari contoh-contoh pola pengaliran tersebut merupakan pola dasar
penyaluran yang sangat membantu untuk penafsiran suatu struktur
geologi.

3. Culture
Yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia. Misalnya perkampungan,
jalan, persawahan dan sebagainya. Culture membantu geologi dalam

12
penentuan lokasi. Pada umumnya pada peta topografi, relief akan
digambarkan dengan warna coklat, drainage dengan warna biru dan
culture dengan warna hitam.

4. Kelengkapan Peta Topografi


Pada peta topografi yang baik harus terdapat unsur/keterangan yang
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran,
yaitu :
a. Skala
Merupakan perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak
pada peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah
menunjukkan jarak- jarak horisontal. Ada 3 macam skala yang biasa
dipakai dalam peta topografi.
1. Representative Fraction Scale (Skala R.F.)

Ditunjukkan dengan bilangan pecahan. Contohnya 1 : 10.000.


Artinya 1 cm di dalam peta sama dengan 10.000 cm di lapangan
(sama dengan 100 meter di lapangan). Kelemahan dari skala ini
bila peta mengalami pemuaian/penciutan maka skala tidak
berlaku lagi.
2. Graphic Scale

Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya dengan


jarak dalam peta, yang ditunjukkan dengan sepotong garis.
Contohnya Skala ini adalah paling baik karena tidak terpengaruh
oleh pemuaian maupun penciutan dari peta.

3. Verbal Scale

Dinyatakan dengan ukuran panjang. Contohnya 1 cm = 10 km ato


1 cm = 5 km.
Skala ini hampir sama dengan skala R.F.

13
Dari ketiga macam skala tersebut di atas, yang umum/paling
banyak digunakan dalam peta geologi atau topografi adalah kombinasi
skala grafis dan skala R.F.
b. Arah Utara Peta
Salah satu kelengkapan peta yang tidak kalah penting adalah
arah utara, karena tiap peta yang dapat digunakan dengan baik
haruslah diketahui arah utaranya. Arah utara ini berguna untuk
penyesuaian antara arah utara peta dengan arah utara jarum
kompas.
Ada 3 macam arah utara jarum kompas, yaitu :
1. Arah Utara Magnetik (Magnetic North = MN)
2. Grid North
3. True North
c. Legenda
Pada peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili
bermacam- macam keadaan yang ada di lapangan dan biasanya
terletak di bagian bawah dari peta.
d. Judul Peta
Judul peta merupakan nama daerah yang tercantum dalam peta dan
berguna untuk pencarian peta bila suatu waktu diperlukan.
e. Converage Diagram
Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metoda yang
bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh
mana kebaikan/ketelitian peta, misalnya :
- Dibuat berdasarkan foto udara
- Dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan

f. Indeks Administrasi

Pembagian daerah berdasarkan hukum pemerintahan, hal ini penting


untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau
mengadakan penelitian/pemetaan.
g. Index of Adjoining Sheet

14
Menunjukkan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap
lembar-lembar peta disekitarnya.

h. Edisi Peta
Dapat dipakai untuk mengetahui mutu daripada peta atau
mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.

Peta topografi dengan garis kontur

Untuk memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang garis
kontur beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut :

1. Garis Kontur

Adalah merupakan garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai


ketinggian sama, yang diukur dari suatu bidang pembanding. Bidang ini
biasanya diambil dari permukaan air laut rata-rata.

2. Interval Kontur

Jarak vertikal antara garis kontur satu dengan garis kontur lainnya yang berurutan.

3. Indeks Kontur

Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan kelipatan tertentu
dari beberapa garis kontur (kelipatan lima atau sepuluh).

4. Kontur Setengah

Garis kontur yang harga ketinggiannya adalah setengah interval kontur.


Biasanya digambar dengan garis putus-putus.

Penentuan interval kontur.


Biasanya interval kontur pada peta tergantung dari :
a. Skala peta

15
b. Relief dari daerah yang bersangkutan
c. Tujuan dari peta, apakah untuk pekerjaan geologi umum maupun geologi
teknik atau untuk kepentingan militer. Jika tidak ada hal-hal khusus atau
dalam keadaan umum, maka interval kontur dapat ditentukan sebagai
berikut :
IK (Interval Kontur) = skala peta X 1/2000
Misalnya skala peta 1 : 50.000

IK = 50.000 X 1/2000 = 25 meter


Sifat-sifat garis kontur :
1. Garis tidak bisa saling berpotongan kecuali dalam keadaan yang ekstrim,
dimana topografi berupa over hanging cliff.

2. Garis kontur tidak akan bertemu dengan garis kontur yang mempunyai nilai
ketinggian yang berlainan.

3. Garis kontur akan renggang jika topografi landai dan akan rapat jika topografi
curam.

4. Garis kontur menutup, menunjukkan naik ke arah dalam, kecuali garis kontur
bergigi menunjukkan depresi.

5. Garis kontur yang memotong lembah/sungai akan meruncing ke hulu.

6. Garis kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta.

Menentukan titik ketinggian :


a. Pada indeks kontur langsung diketahui.
b. Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur dengan
memperlihatkan interval kontur.
c. Diantara intermediate kontur dengan cara interpolasi.
Misal : Tinggi titik = x

= 150 + (3/4 x 25)

= 168 meter d. Titik triangulasi.

16
Quadrangle System Peta Topografi di Indonesia
Indonesia mempunyai luas + 2.800.000 km2 dan terletak pada 6oLU – 11oLS dan
95oBT – 140oBT. Dalam pembuatan peta topografinya, dimana untuk
memudahkan penyusunan registrasinya, maka Indonesia dilakukan sistem
Quadrangle. Adapun sistem quadrangle di Indonesia ada dua macam, yaitu Sistem
lama dan Sistem Baru, perbedaannya adalah pada perbandingan luas peta, notasi
dan pembagian derajat bujurnya.

1. Quadrangle Peta Sistem Lama

- Pembagian kotak-kotak dengan luas 20’ X 20’


- Titik 0o bujur di Jakarta, titik 0o Lintang Equator
- Penomoran garis-garis lintang dengan angka romawi. Contoh :
- No. lembar peta 45/XXI Berskala 1 : 100.000
2. Quadrangle Peta Sistem Baru

Perhatikan perubahan angka vertikal maupun horisontal.

- Pembagian kotak-kotak 30’ X 20’


- Titik 0o Lintang pada Equator
- Titik 0o Bujur di Greenwich.
Contoh : - Peta dengan No. 1550

Berskala 1 : 100.000

- Peta dengan No. 1550-I Berskala 1 : 50.000


Profil Topografi (Penampang Topografi)
Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan struktur
geologi pada suatu daerah, maka diperlukan suatu penampang tegak atau profil
(section). Penampang tegak atau sayatan tegak adalah gambaran yang
memperlihatkan profil atau bentuk dari permukaan bumi. Profil ini diperoleh dari
line of section yang telah ditentukan lebih dulu pada peta topografi, misalnya A –
A’ atau B – B’.

17
Skala pada profil :
a. Skala normal (nature scale) : yaitu skala vertikal diperbesar sama dengan skala
horisontal.
b. Skala perbesaran (exaggerated) : yaitu skala vertikal diperbesar lebih besar dari
skala horisontal.

Persyaratan pembuatan profil :


a. Profil line/topographic line yaitu garis potong antara permukaan bumi dengan
bidang vertikal.
b. Base line letaknya mendatar dipilih pada jarak tertentu di daerah profil line,
dimana tinggi base line tergantung kebutuhan. Seingkali dipilih 0 meter sesuai
ketinggian permukaan air laut. Pada base line terletak jarak mendatar sesuai
dengan jarak horisontal.
c. End line/garis samping dikiri dan kanan tegak lurus base line. Disini tertera
angka ketinggian sesuai interval kontur.
Guna peta Topografi dalam Geologi :
Secara khusus peta topografi digunakan untuk merekam segala data geologi,
misalnya :
- penyebaran batuan
- struktur geologi
- morfologi suatu daerah dan sebagainya
selain itu juga untuk memudahkan rekonstruksi genesa, cara terjadinya dan
konfigurasi aspek-aspek geologis di atas.

18
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah
peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk
membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari
dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan
titik elevasi pada peta topografi.

Pengertian ilmu geologi secara umum adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari tentang bumi dan yang berhubungan dengan bumi dimana kita
berada, diantaranya : Pegunugan Daratan Samudra Sejarah kehidupan Urutan-
urutan kejadian yang pernah ada di bumi. Istilah lain untuk bagian bumi padat
dikenal dengan istilah lapisan lithosfir (lithos berarti batuan), lapisan ini terdiri
dari batuan. Bagian bumi cair dikenal dengan istilah hidrosfir sedang bagian
bumi diudara yang menyelubungi bumi kita dikenal dengan atmosfir.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah, tentunya masih banyak kekuranganya dan saya
sudah berusaha mengerjakan semaksimal mungkin. Saya banyak berharap
kepada para pembaca yang bisa memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya Siswa sttnas dan orang umum.

2. SARAN

19
Diharapkan dengan terbentuknya makalah tentang Penyelidikan dan
Pemetaan Geologi ini dapat disempurnakan menjadi lebih lengkap dan di
bahas lebih rinci tentang mineral- mineral yang lain.

DAFTAR PUSTAKA :

Dahlan muhammad,2016,GEOLOGI untuk PERTAMBANGAN


UMUM,ITB,Bandung

https://www.scribd.com/doc

https://id.wikipedia.org/wiki/Geolog

20

Anda mungkin juga menyukai