Anda di halaman 1dari 28

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Haslinar, Hesti Nurwahyuningsih, Nur Amaliyah Utami, Muhammad Nur Hidayat Kadir

LABORATORIUM FISIKA PROGRAM STUDI BIOLOGI ICP


FMIPA UNM 2014
Abstrak
Telah dilakukan percobaan “Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian”, bertanggal 29
oktober 2014 pukul 13.00-15.00 WITA bertempat di Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika
Fmipa UNM. Percobaan ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa mampu menggunakan alat-alat
ukur dasar, mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, serta
mampu dalam memahami penggunaan angka berarti. pada praktikum ini dilakukan pengukuran
berulang dengan pengulangan sebanyak tiga kali dengan alat yang sama. Namun sebelum
menentukan hasil pengukuran, terlebih dahulu tentukan NST dari setiap alat ukur. Setelah itu
1
tentukan ketidakpastian pengukuran. Dalam menentukan ketidakpastian digunakan rumus (∆x) =
2
NST alat. Dan dalam penulisan hasil pengukuran sendiri yaitu X =( x ± ∆x) [X]. inti dari
praktikum ini yaitu hasil pengukuran selalu terdapat ketidakpastian. Semakin baik mutu alat ukur,
semakin kecil ∆x yang diperoleh. Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil
pengukuran. semakin kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada
pengukuran. Alat ukur yang paling teliti pada alat ukur panjang yaitu micrometer sekrup, karena
micrometer sekrup memiliki Nilai skala yang paling terkecil dibanding alat ukur panjang yang
lainnya. Untuk alat ukur massa yang paling teliti yaitu Neraca Ohauss 311 gram karena memiliki
Nilai skala yang paling terkecil.
Kata kunci: Pengukuran, Ketidakpastian, Pengukuran Berulang, Angka Berarti, Nilai Skala
Terkecil (NST).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menggunakan alat-alat ukur dasar?
2. Bagaimana menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang?
3. Bagaiman cara memahami penggunaan angka berarti?
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti.
METODOLOGI EKSPERIMEN1`
Teori Singkat
A. Arti Pengukuran
pengukuran yaitu pengumpulan informasi baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif dan merupakan bagian dari keterampilan proses sains 1(hal.1).
Dalam penyelidikan untuk memahami dunia dan gejala-gejala alam disekitar kita,
para ilmuan mencari hubungan antar berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan
kemudian diukur. Ilmuan biasanya mencoba menyatakan hubungan tersebut secara
kuantitatif, dalam persamaan yang simbol-simbolnya mewakili besaran-besaran
yang terlibat. Untuk menentukan bentuk hubungan tersebut, dibutuhkan pengukuran
eksperimental yang teliti, walaupun pemikiran kreatif juga memainkan perannya
2
(hal.8).
pengukuran dalam arti luas adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Besaran standar tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut 3:
1. Dapat didefinisikan secara fisik
2. Jelas dan tidak berubah dengan waktu
3. Dapat digunakan sebagai pembanding, di mana saja di dunia ini.
Pada tahun 1971, secara internasional konfrensi umum mengenai berat dan
ukuran menetapkan 7 besaran pokok. Diuraikan dalam tabel berikut ini
No. Besaran Pokok Satuan Lambang Simbol Dimensi
1. Panjang Meter m [L]
2. Massa Kilogram Kg [M]
3. Waktu Sekon s [T]
4. Arus Listrik Ampere A [I]
5. Suhu Kelvin K [θ]
6. Jumlah Zat Mole Mol [N]
7. Intensitas Cahaya kandela Cd [J]
Berdasarkan sifat dari alat ukur maka dikenal 5 macam alat ukur yakni:
1. Alat ukur langsung yang mempunyai skala yang telah dikalibrasi. Hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada skala tersebut.
2. Alat ukur pembanding, yaitu mempunyai skala ukur yang telah dikalibrasi.
Karena daerah skala ukurnya terbatas, alat ini hanya digunakan sebagai
pembacaan besarnya selisih suatu dimensi terhadap ukuran standar.
3. Alat ukur standar, yang mampu memberikan atau menunjukkan suatu harga
ukuran tertentu.
4. Alat ukur pembatas (kaliber), yang mampu menunjukkan apakah suatu dimensi
terletak didalam atau diluar daerah toleransi ukuran.
5. Alat ukur bantu,
Beberapa cara melakukan pengukuran adalah sebagai berikut
1. Pengukuran langsung
2. Pengukuran tak langsung
3. Pengukuran kaliber
4. Pengukuran dengan cara membandingkan dengan bentuk standar

B. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


Ketepatan (keakuratan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali
(pengukuran berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar
harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”. Pada pengukuran ini,
harga rata-ratanya mendekati harga sebenarnya. 1(hal.2).
Ketepatan adalah merupakan kedekatan pengukuran masing-masing yang
didistribusikan terhadap harga rata-ratanya. Maksudnya merupakan ukuran
kesamaan terhadap angka yang diukur sendiri dengan alat yang sama, jadi tidak
dibandingkan dengan harga standar/baku. Ketepatan ini, berlainan dengan ketelitian,
dan ketepatan yang tinggi tidak menjamin ketelitian yang tinggi (ketelitian
dibandingkan dengan harga baku).4
Ketelitian (kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat disuatu daerah
tertentu maka pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda)
1
(hal.2).
Ketelitian didefinsikan sebagai kedekatan (closeness) pembacaan terhadap
harga standar yang diterima atau harga benar. Ketelitian yang absolut tidak punya
arti dalam pengukuran besaran fisika. Dari hasil percobaan, ketelitian dipengaruhi
oleh batas-batas kesalahan intrinsik, batas variasi pada indikasi, ketidakstabilan
listrik nol (electrical zero) dan lingkungan. Harga kesalahan ini sama dengan derajat
kesalahan pada hasil akhir. Ketelitian ditentukan dengan mengkalibrasi pada kondisi
kerja tertentu dan dinyatakan diantara plus dan minus suatu prosentasi harga pada
harga skala yang ditentukan. Semua instrumen ditentukan dalam klasifikasi yang
disebut kelas atau tingkat (grade) yang tergantung dari ketelitian produk itu4.

C. Angka Berarti/ Angka Penting


Angka penting disebut juga angka berarti atau angka signifikan, yaitu angka
yang menunjukan ketelitian atau ketidakpastian alat ukur yang digunakan. Angka
penting pasti diperoleh dari hasil pengukuran. Angka yang bukan berasal dari hasil
pengukuran disebut angka eksak. Semakin banyak angka penting dalam suatu hasil
pengukuran, semakin telitilah alat ukurnya.
Angka penting terdiri atas angka pasti dan angka taksiran. Angka taksiran
yaitu angka perkiraan atau angka yang diragukan 5.

1. Aturan Angka Penting


Ada beberapa aturan yang perlu diketahui berkaitan dengan penulisan angka
penting, yaitu sebagai berikut :
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 78,51cm mempunyai empat angka penting.
b. Angka nol yang terletak diantara dua angka yang tidak nol adalah angka penting.
Contoh: 2,003cm mempunyai empat angka penting.
c. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil daripada satu, angka nol yang terlatak di
sebelah kiri angka bukan nol, baik disebelah kiri maupun sebelah kanan tanda
koma (desimal), tidak termasuk angka penting.
Contoh: 0,51cm mempunyai dua angka penting
0,0215g mempunyai tiga angka penting.
d. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka
penting, kecuali ada penjelasan lain. Penjelasan ini dapat berupa garis bawah
pada angka terakhir yang dianggap angka penting. Sebenarnya untuk bilangan
yang sangat besar atau sangat kecil angka penting dapat dikenal dengan baik
jika ditulis dengan notasi ilmiah. Misalnya, jarak bumi matahari adalah sekitar
384.000.000 m. Seperti telah diuraikan di atas, angka sebanyak ini tidak
memberikan informasi tentang banyaknya angka penting. Akan tetapi dengan
notasi ilmiah
Contoh: 38.400.000= 3,84 x 107 m mempunyai tiga angka penting.
2. Pembulatan Angka Penting
Aturan pembulatan angka penting, sebagai berikut :
a. Angka lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah, angka lebih besar dari 5 dibulatkan ke
atas.
2,724 dibulatkan menjadi 2,72
2,736 dibulatkan menjadi 2,74
b. Angka tepat sama dengan 5, dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya genap dan
dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil.
93,245 dibulatkan menjadi 93,24
93,275 dibulatkan menjadi 93,28

3. Aturan Berhitung Dengan Angka Penting


a. Penjumlahan Dan Pengurangan Angka Penting
Pada waktu menjumlahkan bilangan-bilangan tidak eksak (angka penting)
maka hasil terakhir hanya boleh mngandung satu angka ragu-ragu dengan
memperhatikan aturan berikut.
1) Angka ragu-ragu ditambah atau dikurangi dengan angka ragu-ragu menghasilkan
angka ragu-ragu.
2) Angka pasti ditambah atau dikurangi dengan angka ragu-ragu menghasilkan
angka ragu-ragu.
3) Angka pasti ditambah atau dikurangi dengan angka pasti menghasilkan angka
pasti.
62,4 m (angka 4 diragukan)
15,32 m + (angka 2 diragukan)
77,72 m = 77,7
b. Perkalian dan Pembagian Angka Penting dengan Angka Penting
Pada waktu mengalihkan dan membagi bilangan tidak eksak dengan
bilangan tidak eksak, hasilnya mengandung angka penting sebanyak angka penting
yang paling sedikit diantara yang diperkalikan atau dibagi itu. Sedangkan jika yang
dikalikan adalah bilangan eksak dengan bilangan tidak eksak maka hasilnya
mengandung angka penting sebanyak angka penting.
2,32 cm (memiliki 3 angka penting)
2,8 cm× (memiliki 2 angka penting)
6,496 cm2 = 6,5 cm2 (2 angka penting)
Jika terjadi perkalian berturut-turut, dua bilangan dikalikan dan dibulatkan
dulu, lalu dikalikan dengan bilangan ketiga.
2,32 m x 2,4 m x 1,73 m = ….
2,32 m x 2,4 m = 5,568 m2 = 5,6 m2
5,6 m2 x 1,73 m = 9,688 m3
Hasil akhirnya menjadi 9,7 m3
c. Perkalian atau Pembagian Antara Angka Penting dan Angka Eksak
Hasil perkalian atau pembagian antara angka penting dan angka eksak
memiliki angka penting sebanyak yang dimiliki angka pentingnya.
4,67 x 12 = 56,04 = 56,0
d. Pemangkatan dan penarikan akar
Banyaknya angka penting hasil pemangkatan dan penarikan akar sama
dengan bilangan yang dipangkatkan atau ditarik akarnya.
(1,5)2 =2,25 = 2,3
4. Ketidakpastian pengukuran
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi tidak
ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan
dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda.
Diantara yang paling penting,selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan setiap
alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah instrumen diluar batas bagian
terkecil yang ditunjukkan.
a. Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh
menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumber ketidakpastian bersistem ini
antara lain:
1) Kesalahan kalibrasi alat; dapat diketahui dengan membandingkannya dengan alat
yang lain.
2) Kesalahan titik nol.
3) Kerusakan komponen alat, misalnya pegas yang telah lama dipakai sehingga
menjadi tidak elastic lagi.
4) Gesekan.
5) Kesalahan paralaks.
6) Kesalahan karena keadaan saat bekerja, kondisi alat pada saat dikalibrasi berbeda
dengan kondisi pada saat alat bekerja.
b. Ketidakpastian rambang (acak)
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan
atau diatasi berupa perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan
dan pengaturan diluar kemampuan, Ketidakpastian ini menyebabkan pengukuran
jatuh agak ke kiri dan ke kanan dari nilai yng sebenarnya. Sumber-sumber
ketidakpastian acak ini antara lain:
1) Kesalahan menaksir bagian skala.
Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah
keterbatasan skala alat ukur. Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil alat
ukur (NST) tidak dapat lagi dibaca,sehingga diakukan taksiran. Artinya,suatu
ketidakpastian telah menyusup pada hasil pengukuran. Ada 3 faktor penentu
dalam hal penaksiran yaitu:
a) Jarak fisis (physical Distance) antara dua goresan yang berdekatan.
b) Halus atau kasarnya jarum penunjuk.
c) Daya pisah (Resolving power) mata manusia
2) Keadaan yang berfluktuasi, artinya keadaan yang berubah cepat terhadap waktu.
Misanya, kuat arus listrik, tegangan jala-jala PLN, dan sumber tegangan lain yang
selalu berubah-ubah secara tidak teratur.
3) Gerak acak (gerak brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan
penunjukan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
4) Landasan yang bergetar.
5) Bising (noise), yaitu gangguan pada alat elektronik yang berupa fluktuasi yang
cepat pada tegangan karena komponen alat yang meningkat temperature kerjanya.
6) Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.
5. Analisis ketidakpastian pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberap penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adalah NST,kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan
demikian sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran.
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja.
Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak
sumber kesalahan yang lain mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi
ketidakpastian.
Nilai x sampai goresan terakhir dapat diketahui dengan pasti,namun bacaan
selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan. Inilah
ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang ∆x. Lambang ∆x merupakan
ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan:
1
∆x= NST alat (1.1)
2
Dimana ∆x adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2 pada
persamaan 1.1 mempunyai arti satu skala (nilai antara dua goresan terdekat) masih
dapat dibagi 2 bagian secara jelas oleh mata. Nilai ∆x hasil pengukuran dilaporkan
dengan cara yang sudah dibakukan seperti berikut.
X=(x±∆x)[𝑋] (1.2)
Dimana:
X =symbol besaran yang diukur
(x±∆x) =Hasil pengukuran serta ketidakpastiannya
[𝑋] =satuan besaran x (dalam satuan SI)

2 3 4

Hasil pengukuran panjang dapat dituliskan:


X= (3,75±0,05) cm
Hasil ini memberikan informasi bahwa panjang benda yang diukur diduga
bernilai sekitar 3,75 cm. ketidakpastian yang ditunjukkan alat ditaksir lebih kecil
dari 1⁄2 NST, oleh karena jarak pisah antara dua goresan yang berdasarkan tampak
jelas dan dapat dibagi dua dengan jelas. Ini memberikan alasan untuk menaksir
ketidakpastiannya kurang dari 1⁄2 NST (0,05cm). Sehingga dapat dilaporkan bahwa
panjang benda berada pada rentang 3,70cm sampai dengan 3,80cm.
∆x atau ketidakpastian mutlak pada nilai {x} dan member gambaran
tentang alat ukur yang digunakan. Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil ∆x
yang diperoleh.
Dengan menggunakan alat ukur yang lebih bermutu, maka diharapkan pula
hasil yang diperoleh lebih tepat, oleh karena itu ketidakpastian mutlak menyatakan
ketetapan hasil pengukuran. Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat
hasil pengukuran.
Contoh, kuat arus listrik I= 3,64 mA adalah lebih tepat daripada I=3,6 mA.
Artinya I= 3,64 mA lebih mendekati kuat arus yang sebenarnya (Io) yang tidak
diketahui. Perbandingan antara ketidakpastian mutlak menyatakan ketepatan hasil
∆𝑥
pengukuran ( ) disebut ketidakpastian relative pada nilai {x}, sering dinyatakan
𝑥
dalam % (tentunya harus dikalikan dengan 100%). Ketidakpastian relative
menyatakan tingkat ketelitian hasil pengukuran. Makin kecil ketidakpastian relatif,
makin tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran.

b. Pengukuran Berulang (Berganda)


Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai
sebenarnya (X0) menjadi semakin baik. Pengulangan seharusnya diadakan sesering
mungkin, makin sering makin baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan
beberapa kali (2 atau 3 kali saja) dan pengulangan yang cukup sering (10 kali atau
lebih). Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil x1, x2 dan x3 atau 2
kali saja pada awal percobaan dan pada akhir percobaan, maka {𝑋} dan ∆x dapat
ditentukan sebagai berikut. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai { 𝑥̅ }
sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai
∆x. Deviasi adalah selisih-selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya.
Jadi:
{𝑋} = 𝑥̅ ,rata-rata pengukuran
∆x = 𝛿 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚,
= 𝛿 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Dengan:
𝑥 +𝑥 +𝑥
𝑥̅ = 1 2 3 dan,
3
Deviasi 𝛿 1 =│x1 -x│, 𝛿 2 =│x2-x│dan 𝛿 3 =│x3-x│. ∆x adalah yang terbesar
diantara 𝛿 1. 𝛿 2, 𝛿 3.
Atau dapat juga diambil dari :
𝛿 +𝛿 +𝛿
∆x = 1 32 3
Disarankan agar 𝛿 maks diambil sebagai ∆x oleh karena ketiga nilai x1,x2,dan
x3 akan tercakup dalam interval : (x - ∆x) dan (x + ∆x).
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Dalam hal
ini orang sering menggunakan suatu aturan praktis sebagai berikut.
∆x
a. 𝑥 sekitar 10%,menggunakan 2 angka berarti.
∆x
b. 𝑥
sekitar 1% menggunakan 3 angka berarti.
∆x
c. sekitar 0,1% menggunakan 4 angka berarti.
𝑥

6. Rambat Ralat Pengukuran Tunggal


Misalkan suatu fungsi y = f (a,b,c,....), y adalah hasil perhitungan dari
besaran terukur a, b dan c, (pengukuran tunggal). Jika a beruabah sebesar da, b
berubah sebesar db, dan c berubah sebesar dc maka;4
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦
dy=│𝜕𝑎│da + │𝜕𝑏 │db +│ 𝜕𝑐 │dc (1.5)
Analog dengan persamaan (1.5) diatas, dapat dituliskan menjadi :
𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦
∆y= │𝜕𝑎│∆a + │𝜕𝑎│∆b + │ 𝜕 │∆c (1,6)
1
∆a, ∆b, ∆c, …. diperoleh dari 2
NST alat ukur .
a. Operasi Rambat Ralat pada Pengukuran Tunggal
1) Rambatan Ralat Penjumlahan dan Pengurangan
Misalkan hasil perhitungan pengukuran y = a ± b,dimana a dan b hasil
pengukuran langsung, maka;
𝜕𝑦 𝜕𝑦
dy=|𝜕𝑎|da + |𝜕𝑏 |db
𝛿𝑦
karena, |𝛿𝑎|=1 dan,maka ∆y=∆a + ∆b
kesalahan mutlak dari bentuk jumlah atau selisih sama dengan jumlah
kesalahan mutlak dari masing-masing sukunya.
2) Rambatan Ralat Perkalian dan Pembagian
Misalkan hasil perhitungan y = a . b,atau y = a . b-1,dimana a dan b hasil
pengukuran tunggal, maka:
𝑎
y = 𝑏 = a . b-1
ketidakpastian mutlak dari y dapat ditentukan dengan :
𝜕𝑦 𝜕𝑦
dy=|∂𝑎|da + |𝜕𝑏 |db
Dimana ;
𝛿y 1 𝛿y 1
│ 𝛿𝑎 │= 𝑏 =b-1 dan │𝛿𝑏│= a . 𝑏2 = a . b-2
Jadi :
1 𝑎 1 𝑎
dy = | |d a + |− 2 |d b =| 𝑑𝑎 + 2 𝑑𝑏|
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
𝑎
jika dibagi dengan y = 𝑏 = a . b-1, maka diperoleh:
1 𝑎
∆𝑦 | ∆𝑎+ 2∆𝑏| ∆𝑎 ∆𝑏
𝑏 𝑏
𝑦
= | 𝑎 |=|𝑎 + 𝑏
|
𝑏

Ketidakastian relatif dari bentuk perkalian atau pembagian adalah jumlah


ketidakpastian relative dar masing-masing faktornya.
D. Kegiatan Pengukuran
1. Pengukuran Panjang
Standar Internasional yang pertama adalah meter,dinyatakan sebagai standar
panjang oleh French academy of sciences pada tahun 1790-an. Alat ukur panjang
yaitu:
a. Mistar
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-
bagi, inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung
pada NST ini. Pada gambar 1.2 di bawah ini tampak NST = 0,25 satuan.

0 1 2 3 4 5

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟


NST mistar = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡𝑖
b. Jangka sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya.
Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala
nonius sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar dan
kedalaman. Untuk menggunakan jangka sorong terlebih dahulu harus diketahui nilai
Skala Terkecil atau NST.
NST jangka sorong 20 skala nonius = 39 skala utama
20 skala nonius = 39 mm
1 skala nonius = 1,95 mm
Karena 1 skala nonius bernilai 1,95 mm maka nilai skala Utama yang paling
dekat dengan 1,95 mm adalah 2 mm. selisih antara kedua nilai skala ini merupakan
NST dari jangka sorong.
NST jangka sorong= 2,00 mm-1,95 mm= 0,05 mm
Untuk menentukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan jangka
sorong ini digunakan persamaan:
HP= (PSU × NSU) + (PSN × NST jangka sorong)
Ket : PSU = Penunjukan Skala Utama
NSU = Nilai Skala Utama
PSN = Penunjukan Skala Nonius
NST = Nilai Skala Terkecil
c. Micrometer sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar sebagai skala
utama dan skala putar sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan,
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟
NST alat= 𝑁
Dengan N = jumlah skala putar
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki nilai skala mendatar (skala
utama) sebesar 0,5 mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan demikian
maka NST mikrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,
0,5 𝑚𝑚
NST mikrometer = 50
= 0,01 mm
Jadi untuk Hasil pengukuranya adalah = (PSM×NSM) + (PSP × NST alat)
2. Pengukuran Massa
a. Neraca Ohauss 2610 gram
Neraca ohauss ini terdapat 3 lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda.
Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500
gram dan 1000 gram. sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610
gram. untuk pengukuran dibawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan
neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung.
Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukkan beban gantung
dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.
b. Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini mempunayi 4 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda,
masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda
untuk nilai skala lengan 1= 100g, nilai skala lengan 2=10g, nilai skala lengan 3=
1g,dan nilai skala lengan 4 = 0,1 g. Hasil pengukuran ditentukan dengan
menjumlahkan penunjukan semua lengan neraca yang digunakan.
c. Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda.
Untuk nilai skala lengan 1 adalah 100 g, dan nilai skala lengan 2 adalah 10 g. Dan
dilengkapi skala putar dan skala nonius. Nilai skala putar adalah 0,1 g dan skala
nonius 0,01 g.

3. Pengukuran Suhu dan Waktu


Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu
zat. Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu
termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis
batang gelas dengan batas ukur minimum -10℃. Nilai skala terkecil untuk kedua
jenis termometer tersebut dapat ditentukan dengan mengambil batas ukur tertentu
per jumlah skal darinol sampai ada ukur yang diambil tersebut.
stopwatch merupakan salh satu alat ukur waktu. Alat ukur ini dilengkapi
dengan tombol untuk menjalankan , mematikan , dan mengembalikannya ke posisi
nol. Terdapat beberapa bentuk stopwatch dengan NST yang berbeda-beda. Cara
menentukan NST stopwatch sama dengan menentukan NST alat ukur tanpa nonius.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Penggaris/mistar
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Stopwatch
5. Neraca Ohaus
6. Gelas ukur
7. Kaki tiga dan kasa
8. Pembakar bunsen
B. Bahan
1. Balok besi
2. Bola-bola kecil
3. Air secukupnya
IDENTIFIKASI VARIABEL
Kegiatan 1. Pengukuran Panjang
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2. Pengukuran Massa
1. Massa
Kegiatan 3. Pengukuran Waktu dan Suhu
1. Waktu
2. Temperatur
3. Perubahan temperatur

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Kegiatan 1. Pengukuran Panjang
1. Panjang (P)
Yaitu jarak antara antara sisi balok dan di ukur menggunakan mistar, jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Dengan hasil pengukuran yang berbeda.
2. Lebar (l)
Yaitu jarak antara antara sisi balok dan di ukur menggunakan mistar, jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Dengan hasil pengukuran yang berbeda.
3. Tinggi (t)
Merupakan jarak dari sisi balok yang dibawah dengan sisi balok yang
diatas. Diukur menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometersekrup.
4. Diameter (d)
Merupakan panjang garis tengah bola, yang diukur menggunakan mistar,
jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Kegiatan 2. Pengukuran Massa
1. Massa (g)
Merupakan ukuran berat balok dan bola yang diukur menggunakan neraca
ohauss 2160, neraca ohauss 310, dan neraca ohauss 311.
Kegiatan 3. Pengukuran Waktu dan Suhu
1. Waktu (s)
adalah rentang yang digunakan untuk pengambilan data pengambilan data.
Waktu yang digunakan 6 menit dengan selang satu menit.
2. Suhu (C0)
adalah ukuran terhadap temperature air pada saat dipanaskan. Yang
temperaturnya berada diatas suhu kamar.
3. Perubahan Suhu
Yaitu kenaikan temperature yang diukur setelah pemanasan yang diukur
setiap 1 menit sekali selama 6 menit.

ProsedurKerja
Kegiatan 1. Pengukuran Panjang
1. Mengambil mistar, jangka sorong dan mikrometer kemudian menentukan NSTnya.
2. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan tinggi balok
berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
3. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukur di tempat
berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. mencatat
hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan yang telah disediakan.
Kegiatan 2. Pengukuran Besaran Massa
1. Menentukan NST masing-masing neraca.
2. Mengukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan pada pengukuran panjang)
3. Mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian pengukuran.
Kegiatan 3. Pengukuran Waktu dan Suhu
1. Menyiapakan alat ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan lapisan
asbesnya dan sebuah termometer.
2. Mengisi gelas ukur dengan air hingga ½ bagian dan meletakkannya diatas kaki tiga
tanpa ada pembakar.
3. Mengukur temperaturnya sebagai temperature mula-mula (T0).
4. Menyalakan bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat
normal.
5. Meletakkan bunsen pembakar tepat di bawah gelas kimia bersamaan dengan
menjalankan alat pengukur waktu.
6. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang waktu 1
menit sampai diperoleh 10
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Panjang
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 30 𝑐𝑚
NST Mistar = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 300 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 0,1 cm = 1 mm

∆𝑥 = ½ NST
=½x1
= 0,5 mm

NST jangka sorong : 20 Skala Nonius = 39 Skala Utama


39
1 Skala nonius = 20 mm
1 Skala nonius = 1.95 mm
Maka, NST Jangka Sorong = 2 · 1,95 mm= 0,05mm
∆𝑥= 1. NST
= 1. 0,05
=0,05
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑀𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟 0,5 𝑚𝑚
NST Mikrometer Sekrup = 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑃𝑢𝑡𝑎𝑟
= 50 𝑚𝑚
= 0,01 mm
∆𝑥 = ½ NST
= ½ x 0,01
= 0,005 mm

Tabel 1. Hasil Pengukuran Panjang


Benda Besaran Hasil Pengukuran (mm)
No yang yang Mikrometer
Mistar Jangka Sorong
diukur diukur Sekrup
1 Balok 1. ǀ20,0 ± 0.5ǀ ǀ20,10 ± 0.05ǀ ǀ20,445 ± 0.005ǀ
Panjang 2. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ19,90 ± 0.05ǀ ǀ20,445 ± 0.005ǀ
3. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ19,90 ± 0.05ǀ ǀ20,450 ± 0.005ǀ
1. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ20,10 ± 0.05ǀ ǀ20,450 ± 0.005ǀ
Lebar 2. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ20,05 ± 0.05ǀ ǀ20,440 ± 0.005ǀ
3. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ20,05 ± 0.05ǀ ǀ20,450 ± 0.005ǀ
1. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ19,90 ± 0.05ǀ ǀ20,450 ± 0.005ǀ
Tinggi 2. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ20,05 ± 0.05ǀ ǀ20,440 ± 0.005ǀ
3. ǀ19,0 ± 0.5ǀ ǀ20,05 ± 0.05ǀ ǀ20,445 ± 0.005ǀ
2 Bola 1. ǀ16,0 ± 0.5ǀ ǀ16,20 ± 0.05ǀ ǀ16,440 ± 0.005ǀ
Diameter 2. ǀ16,0 ± 0.5ǀ ǀ16,35 ± 0.05ǀ ǀ16,200 ± 0.005ǀ
3. ǀ16,0 ± 0.5ǀ ǀ16,30 ± 0.05ǀ ǀ16,120 ± 0.005ǀ
2. Pengukuran Massa
a. Neraca Ohaus 2610 gram
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 100
Nilai Skala lengan 1 : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 10
= 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 500
Nilai Skala lengan 2 : = = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 5
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 1
Nilai Skala lengan 3 : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
= 10
= 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
Massa beban gantung : 2000 gram
10
NST = 100 = 0,1 g
1
∆𝑋 = 2 NST
1
= 2 x 0,1
= 0,05 g
Tabel 2. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohaus 2610 gram
P.Lengan P.Lengan P.Lengan Beban Massa Benda
Benda
1 2 3 gantung (g)
Balok 1. 0 1. 20 1. 4,6 1. 0 1. |24,6 ± 0,05|
Kubus 2. 0 2. 20 2. 4,7 2. 0 2. |24,7 ± 0,05|
3. 0 3. 20 3. 4,6 3. 0 3. |24,6 ± 0,05|
1. 0 1. 0 1. 5,8 1. 0 1. |5,8 ± 0,05|
Bola 2. 0 2. 0 2. 5,7 2. 0 2. |5,7 ± 0,05|
3. 0 3. 0 3. 5,8 3. 0 3. |5,8 ± 0,05|
b. Neraca Ohaus 311 gram
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 200
Nilai Skala lengan 1 : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 2
= 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 100
Nilai Skala lengan 2 : = = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 10
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 10
Nilai Skala lengan 3 : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
= 10
= 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 0,1
Nilai Skala lengan 4 : = = 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 10
1
NST = 100 = 0,01 g
1
∆𝑋 = NST
2
1
= 2 x 0,01
= 0,005 g

Tabel 3. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohaus 311 gram


Penun. Penun. Penun. Penun.
Benda Lengan Lengan Lengan Lengan Massa Benda (g)
1 2 3 4
Balok 1. 0 1. 20 1. 4 1. 0,7 1.|24,700 ± 0,005|
Kubus 2. 0 2. 20 2. 4 2. 0,7 2.|24,700 ± 0,005|
3. 0 3. 20 3. 4 3. 0,65 3.|24,650 ± 0,005|
1. 0 1. 0 1. 5 1. 0,85 1.|5,850 ± 0,005|
Bola 2. 0 2. 0 2. 5 2. 0,85 2.|5,850 ± 0,005|
3. 0 3. 0 3. 6 3. 0,04 3.|6,040 ± 0,005|
c. Neraca Ohaus 310 gram
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 200
Nilai Skala lengan 1 : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 2
= 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 100
Nilai Skala lengan 2 : = = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 10
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 10
Nilai Skala putar : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 0,1
Nilai Skala nonius : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
= 10 = 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
NST Neraca Ohauss 310 gram:
10 Skala Nonius = 19 Skala Utama
10 Skala Nonius = 1,9 g
1,9 𝑔
1 Skala Nonius =
10
1 Skala Nonius = 0,19 g
Jadi NST Neraca Ohauss= 0,20 – 0,19 = 0,01 g.
∆𝑥 =1.NST
=1.0,01
=0,01
Tabel 4. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohaus 310 gram
Penun. Penun. Penun. Penun.
Benda Lengan Lengan Skala Skala Massa Benda (g)
1 2 Putar Nonius
Balok 1. 0 1. 20 1. 4,3 1. 0,01 1.|24,31 ± 0,01|
Kubus 2. 0 2. 20 2. 4,4 2. 0,07 2.|24,47 ± 0,01|
3. 0 3. 20 3. 4,4 3. 0,01 3.|24,41 ± 0,01|
1. 0 1. 0 1. 5,6 1. 0,05 1.|5,65 ± 0,01|
Bola 2. 0 2. 0 2. 5,7 2. 0,02 2.|5,72 ± 0,01|
3. 0 3. 0 3. 5,6 3. 0,04 3.|5,64 ± 0,01|
3. Pengukuran Waktu
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 10
NST Termometer : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = = 10 𝐶
10
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟 1
NST Stopwatch : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 = 10
= 0,1 𝑆
Temperatur mula-mula : 300 C
Tabel 5. Hasil Pengukuran Waktu dan Suhu
Perubahan
No Waktu (s) Temperatur (0C)
Temperatur (0C)
1. |60 ± 0,05| 310 10
2. |120 ± 0,05| 320 10
3. |180 ± 0,05| 32,50 0,50
4. |240 ± 0,05| 33,50 10
5. |300 ± 0,05| 34,50 10
6. |360 ± 0,05| 35,50 10
ANALISIS DATA
A. MENGUKUR PANJANG
1. Menggunakan Alat Ukur Mistar
a. Balok
1) Panjang Balok
Diperoleh hasil pengukuran
p1= |20, 0 ± 0,5| mm
p2= |19, 0 ± 0,5| mm
p3= |19, 0 ± 0,5| mm
Berapa (𝑝̅ ± ∆𝑝)yang harus dilaporkan
Jawab :
(20,0+19,0+19,0 )
𝑝̅ = 3
= 19,3 mm
1 =|20, 0 − 19,3| mm= 0,7 mm
2 =|19, 0 − 19,3| mm= 0,3 mm
3 =|19, 0 − 19,3| mm= 0,3 mm
p = maks = 0,7 mm
Jadi, {𝑝}= [𝑝̅  p] = [19,3  0,7]mm

2) Lebar Balok
Diperoleh hasil pengukuran
l1 = |19, 0 ± 0,5| mm
l2 = |19, 0 ± 0,5| mm
l3 = |19, 0 ± 0,5| mm
Berapa (𝑙 ̅ ± ∆𝑙) yang harus dilaporkan
Jawab:
(19,0+19,0+19,0 )
𝑙̅ = 3
= 19,0 mm
1 = |19, 0 − 19,0|mm= 0 mm
2 = |19, 0 − 19,0|mm= 0 mm
3 = |19, 0 − 19,0|mm= 0 mm
Karena deviasi maksimum = 0, maka ∆𝑥 yang digunakan adalah ∆𝑥 alat
ukur. sehingga, {𝑙}= [𝑙 ̅  𝑙] = [19,0  0,5] mm
3) Tinggi Balok
Diperoleh hasil pengukuran
t1 = |19, 0 ± 0,5| mm
t2 = |19, 0 ± 0,5| mm
t3 = |19, 0 ± 0,5| mm
Berapa (𝑡̅ ± ∆𝑡) yang harus dilaporkan
Jawab:
(19,0+19,0+19,0)
𝑡̅= 3
= 0 mm
1 = |19, 0 − 19,0|mm= 0 mm
2 = |19, 0 − 19,0|mm= 0 mm
3 = |19, 0 − 19,0|mm= 0 mm
Karena deviasi maksimum = 0, maka ∆𝑥 yang digunakan adalah ∆𝑥 alat
ukur. Jadi, {𝑡}= [𝑡̅  𝑡] = [19,0  0,5]mm
4) Volume Balok
Diperoleh Data:
Panjang (p) = | 19,3  0,7| mm
Lebar (l) = |19,0  0,5| mm
Tinggi (t) = |19,0  0,5| mm
Berapa (𝑣̅ ± ∆𝑣) yang harus dilaporkan
Jawab :
V =(pxlxt)
= ( 19,3 x 19,0 x 19,0 ) mm3
= 6967,3 mm3
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
V = | | p + | | l + | | t
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
𝜕(𝑝𝑙𝑡) 𝜕(𝑝𝑙𝑡) 𝜕(𝑝𝑙𝑡)
=| | p + | | l +| | t
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
V |𝑙𝑡|𝑝+ |𝑝𝑡| 𝑙+ |𝑝𝑙| 𝑡
=
V 𝑉
|𝑙𝑡| 𝑝 |𝑝𝑡| 𝑙
|𝑝𝑙| 𝑡
= 𝑝𝑙𝑡
+ 𝑝𝑙𝑡 + 𝑝𝑙𝑡
𝑝 𝑙 𝑡
= 𝑝 + 𝑙 + 𝑡
∆𝑝 ∆𝑙 ∆𝑡
∆𝑉 =| + + |
𝑝 𝑙 𝑡
0,7 0,5 0,5
∆𝑉 = |20,0 + 19,0 + 19,0|.6967,3
= (0,087.6967,3)
= 606,16mm3
606,16
Kr = x 100 %
6967,3
=8,7 % (2AB)
Jadi, {𝑣}= [𝑣̅  𝑣] = [6967,3  606,16]
b. Bola
1) Diameter Bola
Diperoleh Hasil pengukuran
d1 = |16, 0 ± 0,5| mm
d2 = |16, 0 ± 0,5| mm
d3 = |16, 0 ± 0,5| mm
Berapa (𝑑̅ ± ∆𝑑) yang harus dilaporkan
Jawab :
(16,0+16,0+16,0 )
d = 3
= 16,0 mm
1 = |16, 0 − 16,0|= 0 mm
2 = |16, 0 − 16,0|= 0 mm
3 = |16, 0 − 16,0|= 0 mm
Karena deviasi maksimum = 0, maka ∆𝑥 yang digunakan adalah ∆𝑥 alat
ukur, sehingga {𝑑}= [d ̅  𝑑] = [16,0  0,5] mm
2) Volume Bola
4
V = 3 𝜋𝑟 3
4 1
= 3 3,14 x ( 2 16,0 )3
= 4,187 x 512
=2143,744
𝜕𝑉
V = | | r
𝜕𝑟
4
𝜋 𝑟3
V = | 3
| r
𝜕𝑟
4
𝜋 𝑟3
3
V
=| 4
𝜕𝑟
| r
V 𝜋 𝑟3
3

3 𝑟3
= | 𝑟3 | r
3∆𝑟
= |
𝑟
| r
1
3( ∆𝑑)
2
∆𝑉= | 𝑟
|V
1
3( 0,5)
2
∆𝑉= | 8
| 2143,744
= 200,976
200,976
Kr = x 100 %
2143,744
= 9,375 %
Jadi, , {𝑣}= [v̅  𝑣] = [2143,7  201,0] mm3
2. Menggunakan Alat Ukur Jangka Sorong
a. Balok
1) Panjang balok
Diperoleh Hasil Pengukuran
p1 = |20,10 ± 0,05| mm
p2 = |19, 90 ± 0,05| mm
p3 = |19, 90 ± 0,05| mm
Berapa (𝑝̅ p) yang harus dilaporkan
Jawab :
(20,10+19,90+19,90 )
𝑝̅ = 3
= 20 mm
1 = |20,10 − 20,00|= 0,1 mm
2 = |19,90 − 20,00|= 0,1 mm
3 = |19,90 − 20,00|= 0,1 mm
p = maks = 0,1 mm
Jadi, , {𝑝}= [p ̅  𝑝] = [20,0  0,1] m
2) Lebar Balok
Diperoleh hasil pengukuran
l1 = |20,10 ± 0,05| mm
l2 = |20,05 ± 0,05| mm
Berapa (𝑙 l)
̅ yang harus dilaporkan
Jawab:
(20,10+20,05+20,05 )
l= 3
= 20,1 mm
1 =|20,10 − 20,10|= 0 mm
2 =|20,05 − 20,10|= 0,05 mm
3 =|20,05 − 20,10|= 0,05 mm
l = maks = 0,05 mm
Jadi, , {𝑙}= [l ̅  𝑙] = [20,10  0,05] mm
3) Tinggi Balok
Diperoleh hasil pengukuran
t1 =|19,90 ± 0,05|mm
t2 =|20,05 ± 0,05|mm
t3 =|20,05 ± 0,05|mm
Berapa (𝑡̅t) yang harus dilaporkan
Jawab:
(19,90+20,05+20,05 )
t= 3
= 20 mm
1 = |19,90 – 20,00 |= 0,1 mm
2 = |20,05 – 20,00 |= 0,05 mm
3 = |20,05 – 20,00 |= 0,05 mm
t = maks = 0,1 mm
Jadi, {𝑡}= [t̅  𝑡] = [20,0  0,1] mm
4) Volume Balok :
Diperoleh hasil pengukuran,
Panjang (p) =|20,00  0,10| mm
Lebar (l) =|20,10  0,05| mm
Tinggi (t) =|20,00  0,10| mm
Berapa (𝑣̅ ± ∆𝑣) yang harus dilaporkan
Jawab :

V =(pxlxt)
= ( 20,00 x 20,10 x 20,00 ) mm3
= 8040mm3
∆𝑉 ∆𝑙 ∆𝑡
∆𝑉 = | + + |
𝑝 𝑙 𝑡
0,1 0,05 0,1
∆𝑉 = | + + | .8040
20,0 20.10 20,00
= 96,48
96,48
Kr = 8040 x 100 %
= 1,2 %(3 AB)
Jadi, {𝑣}= [v̅  𝑣] = [8040,096,5 ] mm3
b. Bola
1) Diameter Bola
Diperoleh Hasil pengukuran
d1=|16,20 ± 0,05| mm
d2=|16,35 ± 0,05| mm
d3=|16,30 ± 0,05| mm
Berapa (𝑑̅ ± ∆𝑑) yang harus dilaporkan
Jawab :
(16,20+16,35+16,30 )
d= 3
= 16,28 mm
1 = |16,20 – 16,28 |= 0,08 mm
2 = |16,35 – 16,28 |= 0,07 mm
3 = |16,30 – 16,28 |= 0,02 mm
d = maks = 0,08 mm
Jadi, {𝑑}= [d̅  𝑑] = [16,28 0,08] mm
2) Volume Bola
4
V = 3 𝜋𝑟 3
4 1
= 3 3,14 x ( 2 16,28 )3
= 4,186 x 539,35
= 2257,72
1
3( ∆𝑑)
2
∆𝑉 = | 𝑟
|V
1
3( 0,08)
2
∆𝑉 = | | 2257,72
8,14
= 33,87 mm3
442257,72
Kr = x 100 %
33,87
= 1,5 %
Jadi, , {𝑣}= [v̅  𝑣] = [2257,72  33,87] mm3
3. Menggunakan Mikrometer Sekrup
a. Balok
1) Panjang Balok
Diperoleh Hasil Pengukuran
p1 = |20,445 ± 0,005|mm
p2 = |20,445 ± 0,005|mm
p3 = |20,450 ± 0,005|mm
Berapa (pp) yang harus dilaporkan
Jawab :
(20,445+20,445+20,450 )
p= 3
= 20,447 mm
1 =|20,445 – 20,447 | = 0,002 mm
2 =|20,445 – 20,447 | = 0,002 mm
3 =|20,450 – 20,447 | = 0,003 mm
p = maks = 0,003 mm
̅  𝑝] = [20,447 0,003]mm
Jadi{𝑝}= [p
2) Lebar Balok
Diperoleh hasil pengukuran
l1 = |20,450 ± 0,005| mm
l2 = |20,440 ± 0,005| mm
l3 = |20,450 ± 0,005| mm
Berapa (𝑙 ̅ ± ∆𝑙) yang harus dilaporkan
Jawab :
(20,450+20,440+20,450 )
l= = 20,447 mm
3
1 = |20,450 – 20,447 | = 0,003 mm
2 = |20,440 – 20,447 | = 0,007 mm
3 = |20,450 – 20,447 | = 0,003 mm
l = maks = 0,007 mm
Jadi, {𝑙}= [l ̅  𝑙] = [20,447 0,007] mm
3) Tinggi Balok
Diperoleh hasil pengukuran
t1 =|20,450 ± 0,005|mm
t2 =|20,440 ± 0,005|mm
t3 =|20,445 ± 0,005|mm
Berapa (𝑡̅ ± ∆𝑡) yang harus dilaporkan
Jawab:
(20,450+20,440+20,445 )
t= 3
= 20,445 mm
1 = |20,450 – 20,445 | = 0,005 mm
2 = |20,440 – 20,445 | = 0,005 mm
3 = |20,445 – 20,445 | = 0 mm
p = maks = 0,005 mm
Jadi, {𝑡}= [t̅  𝑡] = [20,445 0,005]mm
4) Volume Balok :
Diperoleh Data,
panjang (p) = |20,447 ± 0,003| mm
Lebar (l) = |20,447 ± 0,007| mm
Tinggi (t) = |20,445 ± 0,005| mm
Berapa (𝑣̅ ± ∆𝑣) yang harus dilaporkan
Jawab:
V =(pxlxt)
= ( 20,447 x 20,447 x 20,445 ) mm3
= 8547,64 mm3
∆𝑝 ∆𝑙 ∆𝑡
∆𝑉 = | 𝑝 + 𝑙 + 𝑡 | . 𝑣
0,003 0,007 0,005
∆𝑉 = |20,447 + 20,447
+ 20,445| . 8547,64
=6,26
6,26
Kr = 8547,64 x 100 %
= 0,0732 % (4 AB)
Jadi, , {𝑣}= [v̅ 𝑣] = [8547,64170 6,257]

b. Bola
1) Diameter Bola
Diperoleh Hasil pengukuran
d1 = |16,44 ± 0,005| mm
d2 = |16,20 ± 0,005| mm
d3 = |16,12 ± 0,005| mm
Berapa (𝑑̅ ± ∆𝑑) yang harus dilaporkan
Jawab:
(16,44+16,20+16,12 )
d= = 16,25 mm
3
1 = |16,44 – 16,25| = 0,19 mm
2 = |16,20 – 16,25| = 0,05 mm
3 = |16,12 – 16,25| = 0,13 mm
d = maks = 0,19 mm
Jadi, {𝑑}= [𝑑̅  𝑑] = [16,25 0,19] mm
2) Volume Bola
4
V = 3
𝜋𝑟 3
4 1
= 3
3,14 x ( 2 16,25 )3
= 4,187 x 536,38
= 2245,8231mm3
1
3( ∆𝑑)
2
∆𝑉 = | 𝑟
|V
1
3( 0,19)
2
∆𝑉 = | 8,125
| 2245,82
= 78,78mm
78,78
Kr = 2245,82 x 100 %
= 3,5 %
Jadi {𝑣}= [𝑣̅  𝑣] = [2245,8 78,8]mm3

B. PENGUKURAN MASSA
1. Menggunakan Neraca Ohauss 2610 Gram
a. Balok
m1 = |24,6 ± 0,05| mm
m2 = |24,7 ± 0,05| mm
m3 = |24,6 ± 0,05| mm
Berapa (𝑚
̅ ± ∆𝑚) yang harus dilaporkan
Jawab:
24,60+24,7+24,6
𝑚̅= 3
= 24,63 g
𝛿 1 = |24,60 – 24,63| = 0,03 g
𝛿 2 = |24,70 – 24,63|= 0,07 g
𝛿 3 = |24,60 – 24,63|= 0,03 g
∆𝑚 = 𝛿 max, sehingga
Jadi {𝑚}= [𝑚̅  𝑚] = [24,63 0,07]g

b. Bola
m1 = |5,80 ± 0,05| mm
m2 = |5,70 ± 0,05| mm
m3 = |5,80 ± 0,05| mm
Berapa (𝑚
̅ ± ∆𝑚) yang harus dilaporkan
Jawab:
5,80+5,70+5,80
𝑚̅= 3
= 5,77g
𝛿 1 = |5,80 – 5,77| = 0,03 g
𝛿 2 = |5,70 – 5,77|= 0,07 g
𝛿 3 = |5,80 – 5,77|= 0,03 g
∆𝑚 = 𝛿 max,
Jadi {𝑚}= [𝑚̅  𝑚] = [5,77  0,07]g
2. Menggunakan Neraca Ohauss 311 Gram
a. Balok
m1 = |24,700 ± 0,005| mm
m2 = |24,700 ± 0,005| mm
m3 = |24,650 ± 0,005| mm
Berapa (𝑚
̅ ± ∆𝑚) yang harus dilaporkan
Jawab:
24,700+24,700+24,650
𝑚̅= 3
= 24,68g
𝛿 1 = |24,700 – 24,680|= 0,020 g
𝛿 2 = |24,700 – 24,680|= 0,020 g
𝛿 3 = |24,650 – 24,680|= 0,030 g
∆𝑚 = 𝛿 max,
Jadi {𝑚}= ̅  𝑚] = [24,680  0,030]g
[𝑚
b. Bola
m1 = |5,85 ± 0,005| mm
m2 = |5,85 ± 0,005| mm
m3 = |6,04 ± 0,005| mm
Berapa (𝑚
̅ ± ∆𝑚) yang harus dilaporkan
Jawab:
5,85+5,85+6,04
𝑚̅= 3
= 5,91g
𝛿 1 = |5,85 – 5,91|= 0,06 g
𝛿 2 = |5,85 – 5,91|= 0,06 g
𝛿 3 = |6,04 – 5,91|= 0,13 g
∆𝑚 = 𝛿 max,
Jadi {𝑚}= [𝑚̅  𝑚] = [5,91  0,13]g

3. Menggunakan Neraca Ohauss 310 Gram


a. Balok
m1 = |24,31 ± 0,01| mm
m2 = |24,47 ± 0,01| mm
m3 = |24,41 ± 0,01| mm
Berapa (𝑚
̅ ± ∆𝑚) yang harus dilaporkan
Jawab:
24,31+24,47+24,41
𝑚̅= 3
= 24,40 g
𝛿 1 = |24,31 – 24,40|= 0,09 g
𝛿 2 = |24,47 – 24,40|= 0,07 g
𝛿 3 = |24,41 – 24,40|= 0,01 g
∆𝑚 = 𝛿 max,
Jadi {𝑚}= ̅  𝑚] = [24,40  0,09]g
[𝑚
b. Bola
m1 = |5,65 ± 0,01| mm
m2 = |5,72 ± 0,01| mm
m3 = |5,64 ± 0,01| mm
Berapa (𝑚
̅ ± ∆𝑚) yang harus dilaporkan
Jawab:
5,65+5,72+5,64
𝑚̅= = 5,67g
3
𝛿 1 = |5,65 – 5,67|= 0,02 g
𝛿 2 = |5,72 – 5,67|= 0,05 g
𝛿 3 = |5,64 – 5,67|= 0,03 g
∆𝑚 = 𝛿 max, Jadi {𝑚}= [𝑚 ̅  𝑚] = [5,67  0,05]g/
C. MENENTUKAN MASSA JENIS
1. Balok
a. Massa jenis balok menngunakan mistar dan Neraca Ohauss 310 gram
Diketahui:
Massa =|24,40  0,09| g
Volume=|6967,3  606,16|mm3
Berapa (𝜌̅ ± ∆𝜌) yang harus dilaporkan
Jawab:
𝜕𝜌 𝜕𝜌
𝜌= |𝜕𝑚| m + |𝜕𝑣 | v
|𝑚𝑣 −1 | |𝑚𝑣 −1 |
= |𝜕 𝜕𝑚
| m + |𝜕 𝜕𝑣
| v
ρ |𝑣 −1 | ∆𝑚+ |𝑚 𝑣 −1 |
ρ
=| 𝑚 𝑣 −1
|
𝑣 −1 𝑚𝑣 −2
= | −1 | m + | −1 | v
𝑚𝑣 𝑚𝑣
ρ 𝑚 𝑣
= +
ρ 𝑚 𝑚
∆𝑚 ∆𝑣
𝜌= | + | 𝜌
𝑚 𝑣
0,09 606,16
∆𝜌= |24,40 + 6967,3 | x 0,004
= 0,00036
∆𝜌 0,00036
Kr = 𝜌 x 100 = 0,003
𝑥 100 % = 9%
Jadi {𝜌}= [𝜌̅  𝜌] = [0,9  0,1]g/mm3
b. Massa jenis balok menngunakan jangka sorong dan Neraca Ohauss 310 gram
Diketahui:
Massa= |24,40  0,09|g
Volume=|8040,096,5 | mm3
Berapa (𝜌̅ ± ∆𝜌) yang harus dilaporkan
Jawab:
𝜕𝜌 𝜕𝜌
𝜌= |𝜕𝑚| m + |𝜕𝑣 | v
|𝑚𝑣 −1 | |𝑚𝑣 −1 |
= |𝜕 𝜕𝑚
| m + |𝜕 𝑑𝑣
| m
ρ |𝑣 −1 | 𝑑𝑚+ |𝑚 𝑣 −1 |
ρ
=| 𝑚 𝑣 −1
|
𝑣 −1 𝑚𝑣 −2
= |𝑚𝑣 −1 | m + |𝑚𝑣 −1 | v
ρ 𝑚 𝑣
= +
ρ 𝑚 𝑚
∆𝑚 ∆𝑣
𝜌 = | 𝑚 + 𝑣
| 𝜌
0,09 96,5
∆𝜌 = |24,40 + 8040,0 | x 0,003
-5
= 4,71.10
∆𝜌
Kr = 𝜌 x 100 %
4,71×10−3
= 0,003
𝑥 100 %
= 1,57 %
Jadi {𝜌}= [𝜌̅  𝜌] = [0,003  4,71 × 10−5 ]g/mm3
c. Massa jenis balok menngunakan micrometer sekrup dan Neraca Ohauss 310 gram
Diketahui:
Massa=|24,40  0,09|g
Volume=|8547,64 6,257|mm3
Berapa (𝜌̅ ± ∆𝜌) yang harus dilaporkan
Jawab:
𝜕𝜌 𝜕𝜌
𝜌 = |𝜕𝑚| m + |𝜕𝑣 | v
|𝑚𝑣 −1 | |𝑚𝑣 −1 |
= |𝜕
𝜕𝑚
| m + |𝜕 𝑑𝑣
| m
ρ |𝑣 −1 | 𝑑𝑚+ |𝑚 𝑣 −1 |
ρ
=| 𝑚 𝑣 −1
|
𝑣 −1 𝑚𝑣 −2
= |𝑚𝑣 −1 | m + |𝑚𝑣 −1 | v
ρ 𝑚 𝑣
ρ
= 𝑚 + 𝑚
∆𝑚 ∆𝑣
𝜌 = | 𝑚 + 𝑣
| 𝜌
0,09 6,257
∆𝜌 = |24,40 + 8547,64
| x 0,003
= 1,12×10-5
∆𝜌
Kr = 𝜌 x 100 %
1,12×10−5
= 0,003
𝑥 100 %
= 0,4 %
Jadi {𝜌}= [𝜌̅  𝜌] = [0,003  1,210 × 10−5 ]g/mm3

2. Bola
a. Massa jenis bola menngunakan mistar dan Neraca Ohauss 310 gram
Diketahui:
Volume =|2143,7  201,0| mm3
Massa = |24,40  0,09|g
Berapa (𝜌̅ ± ∆𝜌) yang harus dilaporkan
Jawab:
𝑚 24,40
𝜌= = =0,01183
𝑤 2143,7
𝜕𝜌 𝜕𝜌
𝜌= |𝜕𝑚| m + |𝜕𝑣 | v
|𝑚𝑣 −1 | |𝑚𝑣 −1 |
= |𝜕 𝜕𝑚
| m + |𝜕 𝑑𝑣
| m
ρ |𝑣 −1 | 𝑑𝑚+ |𝑚 𝑣 −1 |
ρ
=| 𝑚 𝑣 −1
|
𝑣 −1 𝑚𝑣 −2
= | −1 | m + | −1 | v
𝑚𝑣 𝑚𝑣
ρ 𝑚 𝑣
= +
ρ 𝑚 𝑚
∆𝑚 ∆𝑣
𝜌= | 𝑚 + 𝑣 | 𝜌
0,09 201,0
∆𝜌 = |24,40 + 2143,7 | x 0,012
= 0,001176
∆𝜌
Kr = 𝜌 x 100 %
0,001176
= 0,012
𝑥 100 % = 9,8 %
Jadi {𝜌}= [𝜌̅  𝜌] = [12,00 × 10−3 ± 1,18 × 10−3 ]g/mm3
b. Massa jenis bola menggunakan jangka sorong dan neraca Ohauss 310 gram
Diketahui
Volume =[2257,72  33,87]mm3
Massa=|24,40  0,09|g
Berapa (𝜌̅ ± ∆𝜌) yang harus dilaporkan
Jawab:
𝑚 24,40
𝜌= 𝑤 =2257,72=0,0108
𝜕𝜌 𝜕𝜌
𝜌 = | | m + | | v
𝜕𝑚 𝜕𝑣
|𝑚𝑣 −1 | |𝑚𝑣 −1 |
= |𝜕 𝜕𝑚
| m + |𝜕 𝑑𝑣
| m
ρ |𝑣 −1 | 𝑑𝑚+ |𝑚 𝑣 −1 |
=| |
ρ 𝑚 𝑣 −1
𝑣 −1 𝑚𝑣 −2
= |𝑚𝑣 −1 | m + |𝑚𝑣 −1 | v
ρ 𝑚 𝑣
ρ
= 𝑚 + 𝑚
∆𝑚 ∆𝑣
𝜌 = | 𝑚 + 𝑣
| 𝜌
0,09 33,87
∆𝜌 = |24,40 + 2257,72
| x 0,011= 0,000209
∆𝜌
Kr = 𝜌
x 100 %
0,000209
= 𝑥 100 % = 1,9 %
0,011
Jadi {𝜌}= [𝜌̅  𝜌] = [0,0108 ± 0,0002]g/mm3

c. Massa jenis bola menggunakan mikrometer sekrup dan neraca Ohauss 310 gram
Diketahui
Massa: |24,40  0,09|g
Volume: |2245,8 78,8|mm3
Berapa (𝜌̅ ± ∆𝜌) yang harus dilaporkan
Jawab:
𝑚 24,40
𝜌= 𝑤 =2257,72=0,0099
𝜕𝜌 𝜕𝜌
𝜌 = |𝜕𝑚| m + |𝜕𝑣 | v
|𝑚𝑣 −1 | |𝑚𝑣 −1 |
= |𝜕 𝜕𝑚
| m + |𝜕 𝑑𝑣
| m
ρ |𝑣 −1 | 𝑑𝑚+ |𝑚 𝑣 −1 |
ρ
=| 𝑚 𝑣 −1
|
𝑣 −1 𝑚𝑣 −2
= |𝑚𝑣 −1 | m + |𝑚𝑣 −1 | v
ρ 𝑚 𝑣
ρ
= 𝑚 + 𝑚
∆𝑚 ∆𝑣
𝜌 = | 𝑚 + 𝑣
| 𝜌
0,09 78,8
∆𝜌 = |24,40 + 2245,8 | x 0,0099
= 0,00039
∆𝜌
Kr = 𝜌 x 100 %
0,0099
= 𝑥 100 %
0,00039
= 3,9 %
Jadi {𝜌}= [𝜌̅  𝜌] = [0,0099 ± 0,0004]g/mm3

PEMBAHASAN
Pada praktikum dasar pengukuran dan ketidakpastian digunakan beberapa alat
untuk mengukur massa, mengukur panjang, mengukur suhu dan waktu. Pada praktikum,
setiap pengambilan data dilakukan pengukuran berulang, dengan pengulangan sebanyak 3
kali. Pada pengukuran panjang digunakan 3 alat yaitu mistar, jangka sorong dan
micrometer sekrup. Dan yang diukur yaitu panjang, lebar dan tinggi balok, sedangkan
pada bola yang diukur yaitu diameternya. Ketiga alat tersebut memiliki tingkat ketelitian
yang berbeda. Dan yang alat ukur yang paling teliti diantara ketiga alat tersebut yaitu
micrometer sekrup. Karena micrometer sekrup memiliki Nilai skala yang paling kecil
dibandingkan alat ukur lainnya.
Pada pengukuran massa ada tiga alat juga yang digunakan yaitu Neraca Ohauss
6210 gram, Neraca Ohauss 311 gram, Neraca Ohauss 310 gram. Sebelum melakukan
pengukuran terlebih dahulu alatnya harus dikalibrasi agar hasil pengukuran tidak salah.
dari ketiga alat ukur massa tersebut, neraca Ohauss 310 gram memiliki tingkat ketelitian
yang paling teliti dibanding alat ukur massa lainnya. Itu dikarenakan Neraca Ohauss 310
memiliki Nilai skala yang paling kecil.
Pada pengukuran waktu dan suhu alat yang digunakan yaitu gelas kimia, air
secukupnya, Bunsen, kaki tiga, korek, stopwatch dan termometer. Stopwatch digunakan
untuk mengukur waktu dan termometer untuk mengukur suhu. Pada praktikum ini
stopwatch digunakan untuk mengukur kenaikan termometer ketika pemanasan air.
Mencatat hasil pengukuran setelah melakukan pengukuran, kemudian
menentukan nilai rata-ratanya dan mencari kesalahan mutlaknya yaitu dengan cara
mencari deviasinya dan deviasi maksimum itulah yang menjadi kesalahan mutlak dalam
pelaporan.

SIMPULAN DAN DISKUSI


Setelah melakukan praktikum “Dasar Pengukuran Dan Ketidakpastian” dapat
ditarik kesimpulan bahwa Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil ∆x yang diperoleh.
Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil pengukuran. semakin kecil
ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran. Pada
pengukuran panjang alat ukur yang paling teliti yaitu micrometer sekrup, karena memiliki
nilai skala yang paling kecil sedangkan pada pengukuran massa, alat ukur yang paling
teliti yaitu neraca ohauss 310. Karena memiliki nilai skala yang paling kecil dibanding
alat ukur massa lainnya. Untuk pengukuran waktu dan suhu dapat disimpulkan bahwa
semakin lama air dipanaskan maka makin tinggi pula temperaturnya.

SARAN
Untuk praktikan selanjutnya diharap bisa lebih hati-hati dalam melakukan kegiatan, agar
tidak merusak alat lab yang digunakan. Selain itu diharapkan praktikan selanjutnya dapat
lebih teliti dalam pengukuran.

DAFTAR RUJUKAN
2
C.Giancoli Douglas.2001.Fisika Edisi kelima Jilid 1. Jakarta:Erlangga.
1
Tim Dosen Fisika Dasar 1 Jurusan Fisika FMIPA UNM. 2012. Penuntun Fisika Dasar.
Modul Pengukuran Dasar dan Teori Ketidakpastian Pengukuran. Laboratorium
Fisika FMIPA UNM. Makassar
3
www.scribd.com/doc/220476351/jurnal-pengukuran
4.
http://biasosajo.files.wordpress.com/2012/05/pengertian-pengukuran.ppt.
5
http://rakhmiami.wordpress.com/2012/02/29/angka-penting/

Anda mungkin juga menyukai