DOSEN PENGAMPUH :
ISMAWATI (11822064)
PONTIANAK
2018
pendapat yang paling pokok dalam madzab terletak pada penafsiran teks-teks. Di satu
titik ekstrim, tedapat kaum bathiniyah, yang menganggap bahwa dalam banyak kasus,
ma lengkap beliau, Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani. Lahir di Kufah antara
tahun 200, 201 dan 202 H[1]. Merantau ke Naisabur dan besar di Baghdad.
Mulanya ia bermazhab Syafi’i dan termasuk orang yang begitu mencitai sang Imam
sehingga menulis dua buku mengenai keutamaan dan sanjungan kepada Imam
Syafi’i.[2] Namun tidak lama menganut mazhab ini, ia keluar dan berkata”
Sesungguhnya sumber-sumber Syariah (hukum Islam) adalah nash-nashnya saja”. Ia
menolak dan tidak mengikuti qias.Ketika ditanya, “bagaimana Anda
membatalkan qias padahal Syafi’i menganutnya?” Ia menjawab, “saya mengikuti
argumentasi Syafi’i dalam membatalkan istihsan, maka saya juga menemukan
adanya pembatalan pada qias”.[3]
Perpindahan Daud az-Zahiri dari mazhab Syafi’I ke Zahiri ada kaitannya dengan
pengaruh metodologi fikih syafi’I serta maraknya periwayatan Sunnah pada masa itu,
sehingga ia cenderung merujuk kepada nash semata.[4] Para ulama sepakat
bahwaDaud bin Khalaf orang yang pertama sekali berpendapat dan menggunakan
metodeZhahiri. Dalam bahasa Khatib al-Baghdadi, “orang yang pertama sekali
menggunakan pemahaman luar (zhahir) dan menafikan qias dalam menghasilkan
hukum-hukum Islam, ta’wil dan ra’y.[5]
Daud az-Zhahiri termasuk dalam tingkatan imam mujtahid. Keluasan ilmu dan
pengaruhnya di masyarakat dapat dilihat dari banyaknya yang hadir di majlis tempat
ia mengajar. Dikatakan, setiap harinya ada empat ratus orang yang hadir di majlis
Imam Daud. Imam Daud seorang mujtahid, muhaddits, hafiz, zahid dan wara’.
Diantara guru beliau adalah Ishaq bin Rahawaih dan Abu Tsaurin. Beliau dikenal
sebagai tokoh yang tidak terikat pada pendapat jumhur atau mayoritas ulama. Ia
sering menggunakan majlis studi sebagai ajang argumentasi dan mengajak untuk
berfikir berdasarkan orientasi Alquran dan Sunnah semata.
Beliau banyak mengarang kitab bercorak zhahiri untuk mendukung pendapat-
pendapatnya. Karya-karya tersebut kemudian dilestarikan oleh putranya, Abu Bakar
Muhammad bin Daud yang memimpin mazhab sepeninggal ayahnya. Imam Daud
seorang muhaddis, karya-karyanya penuh dengan hadis, sehingga hadis merupakan
fikihnya. Beliau wafat pada bulan Zulqa’dah atau bulan Ramadhan tahun 270 H.[6]
Madzhab beliau ini dikenal dengan nama madzhab Dhahiri, karena beliau
berpegang kepada dhahir Al Qur’an dan As Sunnah, tidak menerima adanya ijma’
terkecuali ijma’ yang di akui oleh semua ulama. Madzhab ini diikuti oleh banyak ulama.
Diantara ialah anaknya sendiri Muhammad ibn Daud, Wafat tahun 297 H dan
Mukhallis yang wafat dalam tahun 324 H.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendiri mazhab Zhahiriyah adalah Daud az-Zhahiri. Nama lengkap beliau, Daud
bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani. Lahir di Kufah antara tahun 200, 201 dan 202 H. Beliau
berpendapat, bahwa nash-nash yang dipergunakan oleh ahlur ra'yu dalam
memandang qiyas sebagai dasar hukum, adalah berguna di waktu tidak ada sesuatu
nash dari kitabullah atau sunnah rasul dan beliau berpendapat, bahwa apabila kita
tidak memperoleh nash dari al-qur'an dan sunnah, maka hendaklah kita
memusyawarahkan hal itu dengan para ulama, bukan kita berpegang kepada ijtihad
sendiri.
Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti keluar. Nama itu sendiri diberikan
kepada mereka karena mereka keluar dari barisan Ali. Para tokoh khawarij
diantaranya : Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin
Maruah, Nafi' bin al-Azraq, 'Abdullah bin Basyir. Menurut aliran khawarij Orang Islam
yang melakukan Dosa besar adalah kafir, karena itu halal darahnya, halal hartanya,
halal anak istrinya dan kampung halamnya adalah Darul Harb, dan Orang-orang yang
terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan zubair, dengan Ali bin
abi tahAlib) dan para pelaku tahkim termasuk yang menerima dan mambenarkannya
di hukumi kafir.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat
mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat mengetahui mazhab
zhahiriyah, dengan metode istinbathnya dan juga aliran khawarij, tokoh-tokoh
khawarij, beserta pemikirannya.