PENDAHULUAN
buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup
yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan hidup
melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui
Center (Amerika Serikat) data yang berasal dari 54.534 kejadian, keracunan sebagian
besar 77% terjadi karena ketidaksengajaan yang biasanya berasal dari efek samping
diri. Paparan racun 75% dari angka kejadian terjadi pada orang-orang yang memakan
obat atau menghirup racun, dan 44% dari jumlah kejadian melibatkan anak-anak yang
nasional yang disebabkan oleh beberapa macam penyebab yaitu binatang, tumbuhan,
ialah keracunan yang disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi oleh masyarakat
luas. Pada tahun 2008 terjadi 36,500 angka kematian akibat keracunan di Amerika
Serikat angka ini meningkat lebih dari enam kali lipat bila di bandingkan tahun 1980
dimana hanya terjadi 6,100 kasus kematian akibat keracunan. Dimana 9 dari 10 kasus
2008)
tetap tinggi dikarenakan beberapa faktor, yaitu kurangnya regulasi terhadap peredaran
obat-obatan dan bahan kimia yang beredar di pasaran, kurangnya pengawasan dan
ada, dan akses yang mudah untuk mendapatkan obatobatan dan bahan kimia yang
penjelasan diatas terlihat bahwa kasus keracunan didunia mengalami peningkatan dari
tahun ketahun namum studi epidemiologi untuk kasus keracunan ini sangat jarang
dilakukan khususnya di Yogyakarta, oleh sebab itu saya ingin mengetahui seberapa
keperawatan pada klien dengan keracunan obat secara baik dan benar.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
(asetaminofen)
(asetaminofen)
(asetaminofen)
(asetaminofen)
Parasetamol (asetaminofen)
(asetaminofen)
(asetaminofen)
Paracetamol (asetaminofen)
1.3 Manfaat
1. Mampu memahami konsep dan askep pada klien dengan Keracunan Obat
Parasetamol (asetaminofen)
2. Mengetahui askep yang benar sehingga menjadi bekal untuk praktik di rumah
sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Obat dapat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk
suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk di gunakan dalam
atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau
penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan
obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat
dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat
apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan
waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau
dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila
dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu
organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat
tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada
tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang
kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau
secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot
Obat ini menjadi pilihan analgesik yang relatif aman bila dikonsumsi dengan
dari 5 hari untuk anakanak, dan 10 hari untuk dewasa dengan dosis seperti
dibawah ini:
Dosis ini boleh diulang tiap 4 – 6 jam bila diperlukan (maksimum
2.2 Etiologi
mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 – 120 menit. Adanya makanan
jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada
Penderita kerusakan hati dan konsumsi parasetamol dengan dosis toksik dapat
acetaminophen dapat membanjiri hati. Pada hati yang sudah rusak karena
senyawa sasetaminofen.
bahwa siapa pun mengkonsumsi lebih dari tiga minuman beralkohol per hari
seharusnya tidak mengambil acetaminophen atau obat nyeri yang dijual bebas.
hati
gagal hati.
Gejalanya lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Berkeringat
2. Kejang
4. diare
7. pingsan.
2.4 Patofisiologi
Parasetamol dalam jumlah 10-15g (20-30 tablet) dapat menyebabkan
kerusakan serius pada hati dan ginjal. Kerusakan fungsi hati juga bisa terjadi
(NAPQI), yang dapat terjadi karena overdosis, pada pasien malnutrisi, atau
Fase 1 :
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh
Fase 2 :
Fase 3 :
Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari setelah munculnya gejala
awal) serta terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak kuning karena
degeneratif pada otak (encephalopathy). Pada fase ini juga mungkin terjadi
(cardiomyopathy)
Fase 4 :
pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi
pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila
bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok
mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipoksia.
2.5 WOC
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium.
Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
2.7 Penatalaksanaan
mengosongkan lambung.
antidot.
memiliki bau busuk, tetapi dapat dicampur dengan jus atau perasa lain
untuk membuat rasanya lebih baik. Jika orang tersebut tidak dapat
NAC dengan metode ini tidak mungkin, dokter mungkin memilih untuk
3. Arang aktif: Arang aktif dapat diberikan melalui mulut untuk mengikat
obat yang tersisa di saluran pencernaan. Berikan arang aktif dengan dosis
100 gram dalam 200 ml air untuk orang dewasa dan larutan 1 g/kg bb
untuk anak-anak.
4. Bila kadar serum parasetamol di atas garis toksik (lihat nomogram) maka
3. Pain/ Nyeri
Primary Survey :
D: Disability
hipotermi.
2.7 Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KERACUNAN OBAT
Kasus :
bunuh diri dengan cara minum PCT 500 mg (5 tablet) dicampur minuman
lebih 5 kali kemudian pasien tidak sadarkan diri. Dari hasil pengkajian di
Penurunan Kesadaran GCS : 3-2-6 akral dingin, kulit tampak pucat CRT
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien :
Nama : Tn.A
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pekerjaan : mahasiswa
B. Riwayat Keperawatan
bunuh diri dengan cara minum PCT 500 mg (5 tablet) dicampur dengan
minuman bersoda . kemudian pasien dibawa ke UGD RS. Medika Utama Dari
34 C , Penurunan GCS : 3-2-6 akral dingin, kulit tampak pucat CRT >2 detik,
SPO2 82 %.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak memiliki riwayat DM, HT, dan
gangguan jiwa.
Kesadaran :
A (Alert) : -
V ( Verbal ) : +
P ( Pain) : -
U ( Unrespon) : -
C. Primary Survey
D. Secondary Survey
: 14-18 gr/dl)
perintah verbal)
Hipoksemia
- Dispnea
Distress
- RR meningkat 28x/m Pernafasan
Takipnea
2. DS : – Perfusi Perifer
Keracunan PCT,
Overdosis Tidak Efektif
DO :
- CRT > 2 detik Penurunan tingkat
kesadaran
- Akral dingin
- Warna Kulit pucat. Metabolisme tubuh
terganggu
- HR : 140x/m
- HB : 12 gr/dL
- Penurunan kesadaran
3. DS : Keluarga klien mengatakan Kekurangan
Nervus Fagus
klien muntah kurang lebih 5x Volume Cairan
DO : Lambung
- Muntah 5x
Meningkatkan
- HR : 140x/m Sekresi asam
- TD : 90/70 lambung
4.1 Kesimpulan
1. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
mengkonsumsi.
a) Berkeringat
b) Kejang
c) nyeri atau pembengkakan di daerah lambung dan di perut
bagian atas
d) diare
g) pingsan.
mengeluarkan keringat.
volume urin.
setelah munculnya gejala awal) serta terlihat gejala awal gagal hati
(cardiomyopathy)
Fase 4 : Penyembuhan atau berkembang menuju gagal hati yang
fatal.
urin.
mengosongkan lambung.
diberikan antidot.
4.2 Saran
obat dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan ??.
Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak digunakan
untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lubin and Mayer. 2010. Medication Error And Failure To Notice Signs And Lithium
Toxicity
Moffat, C Anthony, David Osselton, Brian Widdop. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs
and
Poisons in Pharmaceutical, Body Fluids, and Post-Mortem Material. 3rd Edition.
London: The Pharmaceutical Pres
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2008. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Computindo