Oleh:
Pembimbing:
Laporan Kasus
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 17 September – 25 November 2018
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan topik pertumbuhanjaninterhambat.
Laporan kasus ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupuntata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan kasus ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan kasus mengenai
pertumbuhanjaninterhambatinidapat memberikan manfaat maupun pengetahuan
terhadap pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 5
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi PJT .......................................................................................... 14
3.2 Klasifikasi PJT ...................................................................................... 16
3.3 Pertumbuhan Normal Intrauterine ........................................................ 17
3.4 Faktor Risiko......................................................................................... 17
3.5 Etiologi PJT .......................................................................................... 19
3.6 Patologi ................................................................................................. 23
3.7 Manifestasi Klinis ................................................................................. 24
3.8 Penegakan Diagnosis PJT ..................................................................... 25
3.9 Tatalaksana PJT .................................................................................... 25
3.10 Pencegahan PJT .................................................................................... 26
3.11 Komplikasi PJT..................................................................................... 28
3.12 Prognosis ............................................................................................... 29
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Ana binti Makona
Umur : 28 tahun
Tanggal lahir : 17 Februari 2018
Alamat : Dusun I, Kel. Gasing, Kec. Talang I, Kab. Banyuasin
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 9 Oktober 2018 pukul 12:30 WIB
No. RM : 1085224
6
Riwayat darah tinggi sebelum hamil (-)
Riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-)
Riwayat Nutrisi
Os makan 3x/hari, nasi, sayur dan ikan. Ayam dan daging jarang. Minum
lebih dari 8 gelas sehari.
Riwayat Pengobatan
Riwayat ANC tidak pernah selama kehamilan
Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, lamanya 7 tahun
Riwayat Reproduksi
Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur, siklus 28 hari, lamanya 5 hari
7
Taksiran persalinan : 9 Oktober 2018
ANC : Tidak pernah
RiwayatPersalinan
1. 2012, perempuan, 1.600 gram, preterm, pervaginam, spontan, bidan,
meninggal usia 6 hari
2. 2015, perempuan, 3200 gram, aterm, pervaginam, sponan, bidan,
meninggal usia 2 tahun 8 bulan karena hepatitis.
3. Hamil ini
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
palpebra (-), pupil isokor diameter ±3mm, refleks
cahaya (+/+)
8
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-),
perdarahan (-)
Telinga : Liang telinga lapang
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), fisura (-), cheilitis(-)
Lidah : Atropi papil (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1,
tonsil tidak hiperemis, detritus (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran
struma (-)
THORAX
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostal,
subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, HR 98 x/menit, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Cembung
EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (+) minimal
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
9
Pemeriksaan Luar
FUT 2 jari di bawah processus xyphoideus (34 cm), ballottement (+), letak
memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan kepala 4/5, his
2x/10’/30”, DJJ 156 x/menit, TBJ 1430 gram.
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher
Portio lunak, letak anterior, eff 75%, dilatasi 5 cm, presentasi kepala,
Hodge II-III, ketuban(+) dan penunjuk UUK kiri lintang.
10
Pemeriksaan USG Fetomaternal (20 Agustus 2018)
- Tampak janin tunggal hidup presentasikepala
- Biometri:
BPD : 8,16cm
HC : 29,55cm
AC : 23,09cm
FL : sulit dinilai
EFW : 1430gr
- Plasenta di corpus anterior
- Ketuban berlebih
Kesimpulan: hamil 30 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala +
Curiga bayi cacat bawaan + Curiga pertumbuhan janin terhambat +
polihidramnion
V. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif. Janin tunggal hidup
presentasi kepala dengan suspek bayi cacat bawaan + suspek pertumbuhan
janin terhambat + polihidramnion
VI. PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad bonam (vitam dan functionam)
Prognosis Janin : malam (vitam), malam (functionam)
11
VIII. FOLLOW UP
9 Oktober 2018 pukul 15.00
S: mau melahirkan dengan curiga bayi cacat bawaan
O: Sens = CM
TD = 120/80 mmHg
HR = 94 x/m
RR = 20 x/m
T = 36,7 0C
FL: FUT 2 jari di bawah processus xyphoideus (34 cm) memanjang,
punggung kiri, penurunan kepala 4/5, his: 3x/10’/30”, DJJ: 150x/m
VT: portio lunak, anterior, eff 100%, dilatasi 6 cm, ketuban (+), petunjuk
UUK kiri depan
A: G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif. Janin tunggal hidup
presentasi kepala dengan suspek bayi cacat bawaan + suspek pertumbuhan
janin terhambat + polihidramnion
P : Observasi TTV, HIS, DJJ
IVFD RL gtt XX/m
R/Partus pervaginam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
Gambar 1. Perkembangan berat janin di bawah persentil 10 menunjukkan adanya
PJT
14
3.2 Klasifikasi Pertumbuhan Janin Terhambat
Secara klinis PJT dibedakan atas 2 tipe yaitu: tipe I (simetris) dan
tipe II (asimetris). Kedua tipe ini memiliki perbedaan dalam etiologi,
terapi, dan prognosisnya.2,4
Klasifikasi Pertumbuhan Janin Terhambat berdasarkan PNPK
(Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) POGI 2016, antara lain:2,4
a. Tipe Simetris
Gambaran pertumbuhan janin berupa pengurangan ukuran
organ-organ janin yang sifatnya menyeluruh, ukuran badannya secara
proporsional kecil, gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur
kehamilan 20 minggu yang sering disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi.
Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal
kehamilan, saat hiperplasia (biasanya karena kelainan kromosom atau
infeksi), akan menyebabkan PJT simetris. Jumlah sel berkurang dan
secara permanen akan menghambat pertumbuhan janin dan
prognosisnya jelek. Penampilan klinisnya proporsinya tampak normal
karena berat dan panjangnya sama-sama tergangnggu, sehingga
ponderal indeksnya normal.
b. Tipe Asimetris
Gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester
III, ukuran badannya tidak proporsional, sering disebabkan oleh
insufisiensi plasenta. Jika faktor yang menghambat pertumbuhan
terjadi pada saat kehamilan lanjut, saat hipertrofi (biasanya gangguan
fungsi plasenta, misalnya preeklamsia), akan menyebabkan ukuran
selnya berkurang, menyebabkan PJT yang asimetris yang
prognosisnya lebih baik. Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala
normal, ponderal indeksnya abnormal cenderung meningkat.
15
Tabel 1. Perbandingan PJT Simetris dan Asimetris2
Simetris Asimetris
16
Faktor Risiko Pertumbuhan Janin Terhambat yang lain antara
lain:4,7
1. Lingkungan Sosioekonomi rendah
2. Riwayat PJT dalam keluarga
3. Riwayat Obstetri yang buruk
4. Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan rendah
5. Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
6. Komplikasi medik dalam kehamilan
17
dekarenakan gangguan siklus uteroplasenter sehungga pasokan oksigen
ikut berkurang.
5. Indeks Massa Tubuh yang rendah.
Faktor-faktor risiko yang terdeteksi selama kehamilan:4,7
1. Peningkatan kadar MSAFP/hCG
2. Riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti coumarin dan
hydantoin
3. Perdarahan pervaginam
4. Kelainan plasenta.
5. Partus prematurus
6. Kehamilan ganda. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10-
50% bayi kembar
7. Kurangnya pertambahan berat badan selama kehamilan (< 7 kg).
Wanita yang bertubuh kecil biasanya mempunyai bayi yang lebih
kecil. Jika seorang wanita memulai kehamilan dengan berat badan
kurang dari 50 kg, risiko melahirkan bayi kecil untuk masa kehamilan
meningkat sekurang-kurangnya dua kali lipat.
18
Secara garis besar, penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor
maternal, faktor plasenta dan tali pusat, serta faktor janin.4,8
Tabel 2. Etiologi pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Faktor Maternal Faktor plasenta dan tali Faktor janin
pusat
Hipertensi dalam Sindroma twin to Janin kembar
kehamilan twin transfusion infeksi pada janin
Penyakit jantung Kelainan plasenta seperti HIV,
sianosis solusio plasenta Cytomegalovirus,
Diabetes melitus lanjut kronik rubella, herpes,
Hemoglobinopati plasenta previa toksoplasmosis,
Penyakit autoimun kelainan insersi tali syphilis
Malnutrisi pusat Kelainan
Merokok kelainan tali pusat kromosom/genetik
Narkotika (Trisomy 13, 18, dan
Kelainan uterus 21, triploidy, Turner’s
syndrome, penyakit
Trombofilia
metabolisme)
1. Maternal
Tekanan darah tinggi
Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk
tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus.
Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang
didestruksi oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas
plasenta sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan
pada lumen dan arteri spiralis terbuka. Gangguan terhadap jalannya
destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya dapat
menimbulkan keadaan “iskemia retroplasenter”.
Sehingga dapa terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila
gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin
terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar. Berikut kelainan yang
menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi fetomaternal.
19
Penyakit ginjal kronik,
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi
Pecandu alcohol, Perokok
2. Uterus danPlasenta
Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
Plasentaa bruption, plasenta previa, infark plasenta (kematian sel
pada plasenta), korioangioma.
Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
Twin-to-twin transfusion syndrome
3. Fetal
Kehamilan ganda
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan
PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering
menyebabkan PJT).
Diperkirakan infeksi intrauterine meninggikan kecepatan
metabolism pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi
substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janinmenjadi subnormal
atau dismatur.
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi
dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan
ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan
dengan PJT) .
20
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin).Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan
asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan
janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional.
Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan
organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents
<Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu
hamil, dan wanita hamil yang merokok.
a. Kelainan kromosom
- Trisomy 21 hambatan pertumbuhan ringan, pemendekan
ukuran femur, hypoplasia phalanx media
- Trisomy 18 dan 13 lebih pendek dari Aneuploidy
kromosomal, seperti trisomy autosomal plasenta dengan
penurunan jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili tersier.
- Trisomy 18 dan 13 lebih pendek.
b. Sindrom Dwarf
Perempuan bertubuh kecil akan memiliki bayi yang juga
kecil. Jika perempuan memulai kehamilan dengan berat badan
kurang dari 100 pon, resiko untuk melahirkan bayi KMK
meningkat 2x lipat.Dan hal tersebut diturunkan lewat garis
keturunan maternal.
2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu
kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris.
Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut
adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang
tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah
21
insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan
kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam
kehamilan dalam kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
3.6 Patologi
Kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat perkembangan plasenta
yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil
metabolik menjadi abnormal menyebabkan janin kekurangan oksigen dan
nutrisi pada trimester akhir. Hal tersebut menyebabkan terjadinya PJT
yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar
kepala.3
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi
sangat banyak dan antioksidan yang relatif kurang (misalnya
preeklampsia) akan menjadi lebih parah. Pemeriksaan gas darah pada PJT
yang parah ditemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia dan
eritroblastosis.3
22
Faktor janin (kelainan genetik) atau faktor lingkungan yang kronik
seperti adanya diabetes dan hipertensi dapat menjadi penyebab terjadinya
PJT simetris. Kelainan genetik yang umumnya terjadi yaitu trisomi 13, 18
dan 21.3
23
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)
24
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara
ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk
mendeteksi adanya asimetris PJT.
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion,
oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan
biasanya ini menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.
3. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya
bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini
menandakan bahwa adanya PJT.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus
b. Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis
c. Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B
dan C
25
hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil
pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG.
Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan
taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT.2,4
Tatalaksana kehamilan dengan PJT ditujukan karena tidak ada
terapi yang paling efektif sejauh ini, yaitu untuk melahirkan bayi yang
sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko
pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :2,4
1. Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan
adalah segera dilahirkan
2. Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari
pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
26
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan
untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium
(terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah
berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah
dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-
up” pertumbuhan setelah dilahirkan.2,4
27
profilaksis dengan aspirin dosis rendah pada awal kehamilan telah terbukti
mengurangi kejadian PJT 10 persen.9
Pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan
janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat
diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan
pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya
setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu
sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia
kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya
usia kehamilan.2
3.12 Prognosis
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir
mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka
panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat
muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor
kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari
cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
28
kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya
PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada
negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama
kehamilan pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun dokter.2,8
29
BAB IV
ANALISIS KASUS
Faktor Plasenta
1. Insufisiensi uteroplasenta
30
4. Hipoksia maternal.
5. Indeks Massa Tubuh yang rendah.
Faktor risiko yang terdeteksi selama kehamilan:4,7
1. Peningkatan kadar MSAFP/hCG
2. Riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti coumarin dan hydantoin
3. Perdarahan pervaginam
4. Kelainan plasenta.
5. Partus prematurus
6. Kehamilan ganda. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10-50%
bayi kembar
7. Kurangnya pertambahan berat badan selama kehamilan (< 7 kg).
Pada kasus ini, berat badan ibu sebelum hamil adalah 40 kg dengan tinggi
badan 158 cm, dengan kata lain IMT ibu adalah 16,06 kg/m2 dan masuk ke
kategori underweight. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat. Jika seorang wanita memulai kehamilan dengan
berat badan kurang dari 50 kg, risiko melahirkan bayi kecil untuk masa kehamilan
meningkat sekurang-kurangnya dua kali lipat.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda PJT
dibawah ini:
1. Gerak janin berkurang os mengaku pergerakan janin berkurang dalam
waktu 1 bulan terakhir
2. TFU <3 cm TFU normal sesuai masa kehamilan tinggi fundus uteri os 2
jari dibawah processus xyphoideus adalah 34 cm, sedangkan usia kehamilan
os seharusnya menurut HPHT adalah 40 minggu, dimana seharusnya tinggi
fundus uteri normal pada usia kehamilan 40 minggu adalah 40±2 cm,berarti
tinggi fundus uteri < 3 cm dibawah ukuran normal pada usia kehamilan
tersebut menandakan bahwa pada kehamilan ini terjadi pertumbuhan janin
terhambat.
31
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg
pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
4. Taksiran berat janin < 10 persentil taksiran berat janin pada os (dengan
USG fetomaternal) yaitu berkisar 1430 gram, berat ini berada dibawah
persentil ke 10
5. HC/AC > 1 HC/AC pada kasus 29,55/23,09 = 1,27
6. Volume cairan ketuban pada kasus ini banyak/berlebih (polihidramnion) dan
biasanya ini menunjukkan adanya gangguan pada janin yang tidak dapat
menelan air ketuban untuk menyeimbangkan volume.
32
Gambar 2. Kurva Hadlock untuk AC intrauterin
33
3. USG Fetomaternal
BPD : 8,16 cm
HC : 29,55 cm
AC : 23,09 cm
FL : sulit dinilai
EFW : 1430 gr
Dari hasil USG Fetomaternal diatas, didapatkan hasil bahwa pertumbuhan
janin tidak sesuai dengan masa kehamilan pada Os. Pada ukuran diameter
biparietal yang abnormal sudah bisa menegakkan diagnosis PJT.
Disamping itu, didapatkan hasil AFI = 0. Cairan amnion merupakan pertanda
kesejahteraan janin. Jumlah cairan amnion yang normal merupakan indikasi
fungsi sirkulasi janin relatif baik. Bila terdapat polihidramnion, patut
dicurigai perburukan fungsi janin.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2013. Obstetri Williams. Ed. 23. Vol 2. EGC : Jakarta.
2. Fernando E, Hendarjono H. 2012. Intra Uterine Growth Restriction
(IUGR). SMF Ilmu Obstetri Ginekologi RSUD Jombang
3. Prawirohardjo S. 2011. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cet 4. PT. Bina Pustaka :
Jakarta.
4. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). 2016. Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat. Himpunan Kedokteran Feto Maaternal.
POGI.
5. Mandruzzato Giampaulo et al. 2008. Intrauterine Restriction (IUGR),
Recommendations and Guidelines for Perinatal Practice. J. Perinat. Med
36 pp:277-81.
6. Huda WN. 2013. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) Sebagai Faktor
Risiko Kematian Neonatus. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
7. Pasaribu HM. 2008. Pertumbuhan Janin Terhambat. Departemen Obstetri
& Ginekologi Fakultas Kedokteran USU. RSHAM – RSPM.
8. White CD. 2014. Intrauterine Growth Restriction. (Internet,
https://medlineplus.gov/ency/article/001500.htm, diakses tanggal 23
Agustus 2018, pukul 19,00 WIB)
9. Ross MG. 2015. Fetal Growth Restriction: Overview, Cuses of
Intrauterine Growth Restriction, Perinatal Implications. Medscape
Reference. (internet, http://emedicine.medscape.com, diakses tanggal 23
Agustus 2018 pukul 20.00 WIB)
35