Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Oleh:

Maya Fitriani 04054821820079


Fachrezi Khatami 04054821820007
Filia Nurul Dasti 04054821719166
Qonita Farah Faadhilah 04054821719162
Thalia Viotama 04054821820078
Nyimas Badrya Ulfa 04054821820017

Pembimbing:

dr. Ratih Krisna, Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI


RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Pertumbuhan Janin Terhambat

Oleh:

Maya Fitriani 04054821820079


Fachrezi Khatami 04054821820007
Filia Nurul Dasti 04054821719166
Qonita Farah Faadhilah 04054821719162
Thalia Viotama 04054821820078
Nyimas Badrya Ulfa 04054821820017

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 17 September – 25 November 2018

Palembang, Oktober 2018

dr. Ratih Krisna, Sp.OG (K)

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan topik pertumbuhanjaninterhambat.
Laporan kasus ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupuntata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan kasus ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan kasus mengenai
pertumbuhanjaninterhambatinidapat memberikan manfaat maupun pengetahuan
terhadap pembaca.

Palembang, Oktober 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 3
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 5
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi PJT .......................................................................................... 14
3.2 Klasifikasi PJT ...................................................................................... 16
3.3 Pertumbuhan Normal Intrauterine ........................................................ 17
3.4 Faktor Risiko......................................................................................... 17
3.5 Etiologi PJT .......................................................................................... 19
3.6 Patologi ................................................................................................. 23
3.7 Manifestasi Klinis ................................................................................. 24
3.8 Penegakan Diagnosis PJT ..................................................................... 25
3.9 Tatalaksana PJT .................................................................................... 25
3.10 Pencegahan PJT .................................................................................... 26
3.11 Komplikasi PJT..................................................................................... 28
3.12 Prognosis ............................................................................................... 29
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

4
BAB I
PENDAHULUAN

Kematian perinatal di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara


maju dan penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal tersering sampai saat ini
disebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi yang mengalami pertumbuhan
janin terhambat (PJT) dan bayi yang dilahirkan premature dapat mengalami
BBLR. Di negara berkembang sebagian besar BBLR disebabkan oleh PJT,
sedangkan di negara maju, sekitar dua pertiga BBLR disebabkan oleh
prematuritas.
Pertumbuhan Janin Terhambat, pseudomature, small for date, dysmature,
fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small for
gestational age (SGA) merupakan gangguan pertumbuhan janin dan bayi baru
lahir yang meliputi beberapa parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang
badan).1 PJT yaitu janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin
dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir
prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
Di Asia terdapat 9.248 kasus PJT dan di Indonesia kasus PJT mencapai
angka 19,8%. Di negara berkembang, angka kejadian PJT berkisar antara 2%-8%
pada bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%.
Ditemukan kelainan sebelum usia kehamilan 34 minggu dapat
menurunkan angka kematian sekitar 70% akibat PJT. Cara-cara permeriksaan
klinis untuk mendeteksi PJT (misalnya pengukuran tinggi fundus uteri, taksiran
berat janin (TBJ), dsb.) Namun pada pasien yang gemuk, kelainan letak janin, dan
pada jumlah cairan amnion yang abnormal (oligohidramnion, polihidramnion)
sering menunjukkan hasil yang kurang akurat. Maka dari itu, laporan kasus ini
disusun untuk menambah pengetahuan mengenai PJT sehingga dapat mencegah
terjadinya PJT dan mengobati dampak buruk dari PJT pada bayi.

5
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Ana binti Makona
Umur : 28 tahun
Tanggal lahir : 17 Februari 2018
Alamat : Dusun I, Kel. Gasing, Kec. Talang I, Kab. Banyuasin
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 9 Oktober 2018 pukul 12:30 WIB
No. RM : 1085224

II. ANAMNESIS (Tanggal 9 Oktober 2018)


Keluhan Utama
Perut terasa kencang dan keram sejak 12 jam SMRS.

Riwayat Perjalanan Penyakit


± 12 jam SMRS pasien mengeluh perut terasa kencang dan keram (+),
nyeri perut menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin sering dan
kuat (+), riwayat keluar darah dan lendir (+), riwayat keluar air-air (-),
riwayat trauma (-), riwayat keputihan (+), riwayat minum obat dan jamu-
jamuan (-), os mengaku hamil 40 minggu dan gerakan janin masih dirasakan
namun berkurang satu bulan terakhir. Pasien berobat ke RS Banyuasin
kemudian dirujuk ke poli RSMH Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat persalinan prematur sebelumnya (+) anak pertama

6
Riwayat darah tinggi sebelum hamil (-)
Riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya (-)
Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Riwayat persalinan prematur dalam keluarga (-)
Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-)
Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), minum alkohol (-)

Riwayat Nutrisi
Os makan 3x/hari, nasi, sayur dan ikan. Ayam dan daging jarang. Minum
lebih dari 8 gelas sehari.

Riwayat Pengobatan
Riwayat ANC tidak pernah selama kehamilan

Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, lamanya 7 tahun

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi


Menggunakan kontrasepsi suntikan per 3 bulan sejak post partum kedua
hingga bulan Agustus 2017

Riwayat Reproduksi
Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur, siklus 28 hari, lamanya 5 hari

Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 3 Januari 2018

7
Taksiran persalinan : 9 Oktober 2018
ANC : Tidak pernah

RiwayatPersalinan
1. 2012, perempuan, 1.600 gram, preterm, pervaginam, spontan, bidan,
meninggal usia 6 hari
2. 2015, perempuan, 3200 gram, aterm, pervaginam, sponan, bidan,
meninggal usia 2 tahun 8 bulan karena hepatitis.
3. Hamil ini

Riwayat Sosial Ekonomi


Menengah ke bawah

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 20 Agustus 2018 di Poli RSMH)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 49 kg
TB : 158 cm
IMT : 19,6 kg/mm2
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 98 x/menit, isi/kualitas cukup,irama reguler
Respirasi : 20 x/menit, reguler
Suhu :36,6oC

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema
palpebra (-), pupil isokor diameter ±3mm, refleks
cahaya (+/+)

8
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-),
perdarahan (-)
Telinga : Liang telinga lapang
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), fisura (-), cheilitis(-)
Lidah : Atropi papil (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1,
tonsil tidak hiperemis, detritus (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran
struma (-)

THORAX
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostal,
subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, HR 98 x/menit, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Cembung

EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (+) minimal

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

9
Pemeriksaan Luar
FUT 2 jari di bawah processus xyphoideus (34 cm), ballottement (+), letak
memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan kepala 4/5, his
2x/10’/30”, DJJ 156 x/menit, TBJ 1430 gram.
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher
Portio lunak, letak anterior, eff 75%, dilatasi 5 cm, presentasi kepala,
Hodge II-III, ketuban(+) dan penunjuk UUK kiri lintang.

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Pemeriksaan Laboratorium (9 Oktober 2018 pukul 13:04 WIB, di IGD
RSMH Palembang)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 12,9 g/dL 11,40-15,00 g/dL
RBC 4,53x106/mm3 4,00-5,70x106/mm3
WBC 7,5 x 103 /mm3 4,73-10,89x103 /mm3
Ht 38% 35-45%
Trombosit 264 x 103 /ul 189-436 x103/ul
Diff. Count
Basofil 0% 0-1%
Eosinofil 1% 1-6%
Neutrofil 74% 50-70%
Limfosit 19% 20-40%
Monosit 6% 2-8%
Retikulosit 1,9% 0,5-1,5%
Imunoserologi
HBsAg Reaktif Non Reaktif
CRP Kualitatif Reaktif Non Reaktif
CRP Kuantitatif 5 <5

10
Pemeriksaan USG Fetomaternal (20 Agustus 2018)
- Tampak janin tunggal hidup presentasikepala
- Biometri:
 BPD : 8,16cm
 HC : 29,55cm
 AC : 23,09cm
 FL : sulit dinilai
 EFW : 1430gr
- Plasenta di corpus anterior
- Ketuban berlebih
Kesimpulan: hamil 30 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala +
Curiga bayi cacat bawaan + Curiga pertumbuhan janin terhambat +
polihidramnion

V. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif. Janin tunggal hidup
presentasi kepala dengan suspek bayi cacat bawaan + suspek pertumbuhan
janin terhambat + polihidramnion

VI. PROGNOSIS
Prognosis Ibu : dubia ad bonam (vitam dan functionam)
Prognosis Janin : malam (vitam), malam (functionam)

VII. TATALAKSANA (Planning)


1. Observasi tanda vital ibu, his, DJJ
2. Informed consent
3. IVFD RL gtt x/menit
4. Kateter menetap (pantau input dan output cairan)
5. Injeksi Dexamethasone 12mg/ 24 jam IV
6. Injeksi Ampicilin 1g / 6 jam IV.
7. Rencana partus pervaginam.

11
VIII. FOLLOW UP
9 Oktober 2018 pukul 15.00
S: mau melahirkan dengan curiga bayi cacat bawaan
O: Sens = CM
TD = 120/80 mmHg
HR = 94 x/m
RR = 20 x/m
T = 36,7 0C
FL: FUT 2 jari di bawah processus xyphoideus (34 cm) memanjang,
punggung kiri, penurunan kepala 4/5, his: 3x/10’/30”, DJJ: 150x/m
VT: portio lunak, anterior, eff 100%, dilatasi 6 cm, ketuban (+), petunjuk
UUK kiri depan
A: G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif. Janin tunggal hidup
presentasi kepala dengan suspek bayi cacat bawaan + suspek pertumbuhan
janin terhambat + polihidramnion
P : Observasi TTV, HIS, DJJ
IVFD RL gtt XX/m
R/Partus pervaginam

IX. LAPORAN PERSALINAN


9 Oktober 2018 pukul 20.50 bayi lahir di VK kebidanan, spontan, jenis
kelamin perempuan, berat 1100 gr, panjang badan 33 cm, lingkar kepala 31
cm, anus ada, mekonium belum. Lahir tidak menangis, tidak ada nafas
spontan, terdapat kelainan bawaan berupa tidak ada daun telinga dan lengan,
kaki sebelah lebih pendek.

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat


Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah gangguan pertumbuhan
pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar
kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 10 persentil
untuk usia gestasionalnya. Bayi-bayi antara persentil 10 dan 90
diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia gestasional.2,3
Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah
persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari
keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT
pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir
cukup bulan (aterm, >37 minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7
maka disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai
berat badan kecil tanpa adanya proses patologis yang tidak menimbulkan
kematian perinatal.2
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) tidaklah sama dengan janin
Kecil Masa Kehamilan (KMK). Beberapa PJT adalah janin KMK,
sementara 50-70% janin KMK adalah janin konstitusional kecil dengan
pertumbuhan janin yang sesuai dengan ukuran dan etnis ibu. Pertumbuhan
janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara
genetik yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti gangguan
pada janin seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan berkurangnya
volume cairan ketuban. Dengan demikian, PJT adalah ketidakmampuan
janin mempertahankan pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva
pertumbuhan yang telah terstandarisasi dengan atau tanpa adanya KMK.3,4

13
Gambar 1. Perkembangan berat janin di bawah persentil 10 menunjukkan adanya
PJT

Hal tersebut dapat disebabkan oleh karena berkurangnya perfusi


plasenta, kelainan kromosom, faktor lingkungan atau infeksi. Penentuan
PJT juga dapat secara USG di mana biometri tidak berkembang secara
bermakna setelah 2 minggu.
PJT merupakan masalah klinis yang penting. Prevalensi PJT
sekitar 8% dari populasi umum. Di Asia terdapat 9.248 kasus PJT dan di
Indonesia kasus PJT mencapai angka 19,8%. Ini ditunjukan dengan 52%
bayi lahir mati yang berhubungan dengan PJT dan 10% terjadi kematian
masa perinatal sebagai konsekuensi dari PJT. Sampai dengan 72% terjadi
kematian janin yang tidak dapat dijelaskan berhubungan dengan PJT.5,6

14
3.2 Klasifikasi Pertumbuhan Janin Terhambat
Secara klinis PJT dibedakan atas 2 tipe yaitu: tipe I (simetris) dan
tipe II (asimetris). Kedua tipe ini memiliki perbedaan dalam etiologi,
terapi, dan prognosisnya.2,4
Klasifikasi Pertumbuhan Janin Terhambat berdasarkan PNPK
(Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) POGI 2016, antara lain:2,4
a. Tipe Simetris
Gambaran pertumbuhan janin berupa pengurangan ukuran
organ-organ janin yang sifatnya menyeluruh, ukuran badannya secara
proporsional kecil, gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur
kehamilan 20 minggu yang sering disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi.
Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal
kehamilan, saat hiperplasia (biasanya karena kelainan kromosom atau
infeksi), akan menyebabkan PJT simetris. Jumlah sel berkurang dan
secara permanen akan menghambat pertumbuhan janin dan
prognosisnya jelek. Penampilan klinisnya proporsinya tampak normal
karena berat dan panjangnya sama-sama tergangnggu, sehingga
ponderal indeksnya normal.
b. Tipe Asimetris
Gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester
III, ukuran badannya tidak proporsional, sering disebabkan oleh
insufisiensi plasenta. Jika faktor yang menghambat pertumbuhan
terjadi pada saat kehamilan lanjut, saat hipertrofi (biasanya gangguan
fungsi plasenta, misalnya preeklamsia), akan menyebabkan ukuran
selnya berkurang, menyebabkan PJT yang asimetris yang
prognosisnya lebih baik. Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala
normal, ponderal indeksnya abnormal cenderung meningkat.

15
Tabel 1. Perbandingan PJT Simetris dan Asimetris2
Simetris Asimetris

Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari perut


Ponderal index normal Meningkat
Perbandingan kepala, perut dan Meningkat
panjang tangan normal
Etiologi: faktor genetik dan Insufisiensi plasenta kronik
infeksi
Jumlah sel-lebih kecil Normal
Ukuran sel normal Kecil
Bayi dengan komplikasi Biasanya tanpa komplikasi baik
prognosisnya buruk prognosisnya

3.3 Pertumbuhan Normal Intrauterin


Pada masa kehamilan janin mengalami pertumbuhan tiga tahap di
dalam kandungan, yaitu:2
1. Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan terjadi mitosis yang
sangat cepat dan peningkatan jumlah DNA.
2. Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis
menurun, tetapi peningkatan ukuran sel bertambah.
3. Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi
maksimal terutama pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak,
otot dan jaringan ikat tubuh.

3.4 Faktor Risiko


Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan faktor-faktor risiko
dan ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilan. Tetapi
kurang akuratnya pemeriksaan klinis dalam menafsirkan kejadian PJT
pada umumnya disebabkan oleh:4,7
1. Kesalahan dalam menentukan umur kehamilan,
2. Kesalahan dalam cara pengukuran tinggi fundus uteri,
3. Adanya fenomena trimester terakhir, yaitu bayi-bayi yang tersangka
PJT pada kehamilan 28-34 minggu, kemudian menunjukkan pertumbuhan
yang cepat pada kehamilan 36-39 minggu.

16
Faktor Risiko Pertumbuhan Janin Terhambat yang lain antara
lain:4,7
1. Lingkungan Sosioekonomi rendah
2. Riwayat PJT dalam keluarga
3. Riwayat Obstetri yang buruk
4. Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan rendah
5. Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
6. Komplikasi medik dalam kehamilan

Faktor-faktor risiko yang terdeteksi sebelum kehamilan:4,7


1. Riwayat PJT sebelumnya
2. Riwayat penyakit kronis (penyakit paru/jantung kronis/ginjak/kurang
gizi)
3. Riwayat APS (Antiphospholipid syndrome).
Dua golongan antibodi antifosfolipid telah dikaitkan dengan
pertumbuhan janin terhambat, yaitu antibody kardiolipin dan
antikoagulan lupus. Hasil kehamilan pada wanita dengan antibody ini
seringkali buruk, dan mungkin juga menimbulkan preeclampsia awitan
dini dan kematian janin trimester kedua atau ketiga. Mekanisme
patofosiologis pada janin disebabkan oleh agregasi trombosit pada ibu
dan thrombosis plasenta. Antibodi ini juga dapat dicurigai pada wanita
yang mengalami kematian janin trimester kedua berulang atau
pertumbuhan janin terhambat awitan dini, khususnya jika disertai oleh
penyakit hipertensif berat.
4. Hipoksia maternal.
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis,
beberapa janin mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
Misalkan, janin dari wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya
mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka yang dilahirkan
ibu yang tinggal di dataran rendah. Bisa juga karena anemia berat

17
dekarenakan gangguan siklus uteroplasenter sehungga pasokan oksigen
ikut berkurang.
5. Indeks Massa Tubuh yang rendah.
Faktor-faktor risiko yang terdeteksi selama kehamilan:4,7
1. Peningkatan kadar MSAFP/hCG
2. Riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti coumarin dan
hydantoin
3. Perdarahan pervaginam
4. Kelainan plasenta.
5. Partus prematurus
6. Kehamilan ganda. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10-
50% bayi kembar
7. Kurangnya pertambahan berat badan selama kehamilan (< 7 kg).
Wanita yang bertubuh kecil biasanya mempunyai bayi yang lebih
kecil. Jika seorang wanita memulai kehamilan dengan berat badan
kurang dari 50 kg, risiko melahirkan bayi kecil untuk masa kehamilan
meningkat sekurang-kurangnya dua kali lipat.

3.5 Etiologi Pertumbuhan Janin Terhambat


Kurang lebih 80-85% PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang
menurun atau insufisiensi utero-plasenta dan 20% akibat karena potensi
tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang tersebut disebabkan
oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan.

18
Secara garis besar, penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor
maternal, faktor plasenta dan tali pusat, serta faktor janin.4,8
Tabel 2. Etiologi pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Faktor Maternal Faktor plasenta dan tali Faktor janin
pusat
 Hipertensi dalam  Sindroma twin to  Janin kembar
kehamilan twin transfusion  infeksi pada janin
 Penyakit jantung  Kelainan plasenta seperti HIV,
sianosis  solusio plasenta Cytomegalovirus,
 Diabetes melitus lanjut kronik rubella, herpes,
 Hemoglobinopati  plasenta previa toksoplasmosis,
 Penyakit autoimun  kelainan insersi tali syphilis
 Malnutrisi pusat  Kelainan
 Merokok  kelainan tali pusat kromosom/genetik
 Narkotika (Trisomy 13, 18, dan
 Kelainan uterus 21, triploidy, Turner’s
syndrome, penyakit
 Trombofilia
metabolisme)

1. Maternal
 Tekanan darah tinggi
Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk
tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus.
Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang
didestruksi oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas
plasenta sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan
pada lumen dan arteri spiralis terbuka. Gangguan terhadap jalannya
destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya dapat
menimbulkan keadaan “iskemia retroplasenter”.
Sehingga dapa terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila
gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin
terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar. Berikut kelainan yang
menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi fetomaternal.

19
 Penyakit ginjal kronik,
 Diabetes Melitus
 Penyakit jantung dan pernapasan
 Malnutrisi dan anemia
 Infeksi
 Pecandu alcohol, Perokok

2. Uterus danPlasenta
 Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
 Plasentaa bruption, plasenta previa, infark plasenta (kematian sel
pada plasenta), korioangioma.
 Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
 Twin-to-twin transfusion syndrome

3. Fetal
 Kehamilan ganda
 Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan
PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering
menyebabkan PJT).
Diperkirakan infeksi intrauterine meninggikan kecepatan
metabolism pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi
substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janinmenjadi subnormal
atau dismatur.
 Kelainan kongenital
 Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi
dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan
ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan
dengan PJT) .

20
 Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin).Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan
asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan
janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional.
Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan
organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents
<Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu
hamil, dan wanita hamil yang merokok.
a. Kelainan kromosom
- Trisomy 21 hambatan pertumbuhan ringan, pemendekan
ukuran femur, hypoplasia phalanx media
- Trisomy 18 dan 13  lebih pendek dari Aneuploidy
kromosomal, seperti trisomy autosomal plasenta dengan
penurunan jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili tersier.
- Trisomy 18 dan 13 lebih pendek.
b. Sindrom Dwarf
Perempuan bertubuh kecil akan memiliki bayi yang juga
kecil. Jika perempuan memulai kehamilan dengan berat badan
kurang dari 100 pon, resiko untuk melahirkan bayi KMK
meningkat 2x lipat.Dan hal tersebut diturunkan lewat garis
keturunan maternal.
2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu
kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris.
Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut
adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang
tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah

21
insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan
kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam
kehamilan dalam kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri

3. Kombinasi Simetris dan Asimetris (Intermediate):


a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan, antineoplastik, imunosupresan antirejeksi,
pertumbuhan terhambat mungkin berhubungan dengan ekspresi
enzim fenotipik yang memperlambat metabolisme kafein.
b. Malnutrisiberat

3.6 Patologi
Kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat perkembangan plasenta
yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil
metabolik menjadi abnormal menyebabkan janin kekurangan oksigen dan
nutrisi pada trimester akhir. Hal tersebut menyebabkan terjadinya PJT
yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar
kepala.3
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi
sangat banyak dan antioksidan yang relatif kurang (misalnya
preeklampsia) akan menjadi lebih parah. Pemeriksaan gas darah pada PJT
yang parah ditemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia dan
eritroblastosis.3

22
Faktor janin (kelainan genetik) atau faktor lingkungan yang kronik
seperti adanya diabetes dan hipertensi dapat menjadi penyebab terjadinya
PJT simetris. Kelainan genetik yang umumnya terjadi yaitu trisomi 13, 18
dan 21.3

3.7 Manifestasi Klinis


Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus,
pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu
dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul
sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini
terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup
untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan
bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan
kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-
faktor lain.2
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul
sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit
ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya
berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh
tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta
tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat
berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi
mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan
mengalami keadaan berikut :2
 Penurunan level oksigenasi
 Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
 Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
 Hipoglikemi (kadar gula rendah)

23
 Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
 Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

3.8 Penegakan Diagnosis Pertumbuhan Janin Terhambat


Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-
tanda PJT dibawah ini:2,4
1. Gerak janin berkurang
2. TFU <3 cm TFU normal sesuai masa kehamilan
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau
< 8 kg pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
4. Taksiran berat janin < 10 persentil
5. HC/AC > 1
6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau cairan amnion
kantung tunggal terdalam < 2 cm)

Penegakkan diagnosis PJT dapat dilakukan antara lain dengan:2,4,7


1. Pengukuran tinggi fundus uteri
Pengukuran TFU secara serial akan meningkatkan sensitifitas dan
spesifisitas, sehingga dianjurkan pada kehamilan diatas usia 24
minggu. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 3 cm di
bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat
mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion,
janin letak lintang.
2. USG Fetomaternal
Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka
dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut
kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen
atau tidak, khususnya pembesaran hati.

24
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara
ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk
mendeteksi adanya asimetris PJT.
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion,
oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan
biasanya ini menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.
3. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya
bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini
menandakan bahwa adanya PJT.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus
b. Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis
c. Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B
dan C

3.9 Tatalaksana Pertumbuhan Janin Terhambat


PJT meningkatkan risiko kematian janin, untuk itu diperlukan
monitoring berkala seperti pemeriksaan ultrasound untuk mengetahui
pertumbuhan janin, pergerakan, blood flow, dan cairan amnion. Non-Stress
Test juga perlu dilakukan, pemeriksaan ini mengukur laju jantung janin
selama 20-30 menit yang dilakukan pada usia kehamilan lebih dari 28
minggu menggunakan kardiotokografi.4,8
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-
pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan
janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode
adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan
persalinan di bawah kondisi optimal.2,4
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti

25
hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil
pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG.
Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan
taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT.2,4
Tatalaksana kehamilan dengan PJT ditujukan karena tidak ada
terapi yang paling efektif sejauh ini, yaitu untuk melahirkan bayi yang
sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko
pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :2,4
1. Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan
adalah segera dilahirkan
2. Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari
pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan

a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan


kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas
fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Apabila
istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat
di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya
adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4 minggu.
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi
harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan
narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.

26
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan
untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium
(terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah
berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah
dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-
up” pertumbuhan setelah dilahirkan.2,4

3.10 Pencegahan Pertumbuhan Janin Terhambat


Pencegahan PJT idealnya dimulai sejak sebelum terjadinya
konsepsi dengan mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu, pengobatan, dan
gizi. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan,
sebaiknya ibu makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum
alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga
teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein,
vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu
pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit
kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.2
Selama kehamilan dini, penentuan masa permulaan kehamilan
yang akurat sangatlah penting. Pada kehamilan yang berisiko misalnya
pada perempuan hipertensi atau dengan riwayat PJT sebelumnya,

27
profilaksis dengan aspirin dosis rendah pada awal kehamilan telah terbukti
mengurangi kejadian PJT 10 persen.9
Pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan
janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat
diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan
pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya
setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu
sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia
kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya
usia kehamilan.2

3.11 Komplikasi Pertumbuhan Janin Terhambat


Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan PJT lebih
tinggi dari pada kehamilan yang normal. Morbiditas perinatal adalah:
prematuritas, oligohidramnion, DJJ yang abnormal, meningkatkan angka
SC, asfiksia intrapartum, skor Apgar yang rendah, hipoglikemia,
hipokalsemi, polisitemi, hiperbilirubinemia, hipotermia, apnea, kejang dan
infeksi Mortalitas perinatal dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:
derajat keparahan PJT, saat terjadinya PJT, umur kehamilan dan penyebab
dari PJT. Makin kecil persentil berat badannya makin tinggi angka
kematian perinatalnya.9

3.12 Prognosis
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir
mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka
panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat
muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor
kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari
cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol

28
kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya
PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada
negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama
kehamilan pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun dokter.2,8

29
BAB IV
ANALISIS KASUS

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang ditegakkan diagnosis pertumbuhan janin terhambat. Pertumbuhan janin
terhambat (PJT) adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir
yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan),
yang beratnya dibawah 10 persentil untuk usia gestasionalnya. Pada laporan kasus
ini, diketahui bahwa pasien memiliki beberapa faktor risiko untuk terjadinya
pertumbuhan janin terhambat seperti: berat badan rendah sebelum kehamilan,
lingkungan sosioekonomi rendah dan riwayat obstetrik yang buruk.

ANALISIS FAKTOR RISIKO PJT


Faktor Maternal
1. Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan rendah
2. Hipertensi dalam kehamilan (PEB)
3. Lingkungan Sosioekonomi rendah
4. Riwayat PJT dalam keluarga
5. Riwayat Obstetrik yang buruk
6. Komplikasi obstetrik dalam kehamilan
7. Komplikasi medik dalam kehamilan
Faktor Fetal
1. Polihidramnion

Faktor Plasenta
1. Insufisiensi uteroplasenta

Faktor-faktor risiko yang terdeteksi sebelum kehamilan:4,7


1. Faktor Riwayat PJT sebelumnya
2. Riwayat penyakit kronis (penyakit paru/jantung kronis/kurang gizi)
3. Riwayat APS (Antiphospholipid syndrome).

30
4. Hipoksia maternal.
5. Indeks Massa Tubuh yang rendah.
Faktor risiko yang terdeteksi selama kehamilan:4,7
1. Peningkatan kadar MSAFP/hCG
2. Riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti coumarin dan hydantoin
3. Perdarahan pervaginam
4. Kelainan plasenta.
5. Partus prematurus
6. Kehamilan ganda. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10-50%
bayi kembar
7. Kurangnya pertambahan berat badan selama kehamilan (< 7 kg).
Pada kasus ini, berat badan ibu sebelum hamil adalah 40 kg dengan tinggi
badan 158 cm, dengan kata lain IMT ibu adalah 16,06 kg/m2 dan masuk ke
kategori underweight. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat. Jika seorang wanita memulai kehamilan dengan
berat badan kurang dari 50 kg, risiko melahirkan bayi kecil untuk masa kehamilan
meningkat sekurang-kurangnya dua kali lipat.

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda PJT
dibawah ini:
1. Gerak janin berkurang  os mengaku pergerakan janin berkurang dalam
waktu 1 bulan terakhir
2. TFU <3 cm TFU normal sesuai masa kehamilan  tinggi fundus uteri os 2
jari dibawah processus xyphoideus adalah 34 cm, sedangkan usia kehamilan
os seharusnya menurut HPHT adalah 40 minggu, dimana seharusnya tinggi
fundus uteri normal pada usia kehamilan 40 minggu adalah 40±2 cm,berarti
tinggi fundus uteri < 3 cm dibawah ukuran normal pada usia kehamilan
tersebut menandakan bahwa pada kehamilan ini terjadi pertumbuhan janin
terhambat.

31
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg
pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
4. Taksiran berat janin < 10 persentil  taksiran berat janin pada os (dengan
USG fetomaternal) yaitu berkisar 1430 gram, berat ini berada dibawah
persentil ke 10
5. HC/AC > 1  HC/AC pada kasus 29,55/23,09 = 1,27
6. Volume cairan ketuban pada kasus ini banyak/berlebih (polihidramnion) dan
biasanya ini menunjukkan adanya gangguan pada janin yang tidak dapat
menelan air ketuban untuk menyeimbangkan volume.

Penegakan diagnosis yang dilakukan pada kasus ini ialah:


1. Pengukuran tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri pada pemeriksaan luar adalah 34 cm, sedangkan usia
kehamilan Os seharusnya menurut HPHT adalah 40 minggu, dimana
seharusnya tinggi fundus uteri normal pada usia kehamilan 40 minggu adalah
40±2 cm, berarti tinggi fundus uteri < 3 cm dibawah ukuran normal pada usia
kehamilan tersebut menandakan bahwa pada kehamilan ini terjadi
pertumbuhan janin terhambat.
2. Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal circumference (AC); metode ini
lebih akurat untuk mendiagnosis KMK. Pada kehamilan risiko tinggi dengan
AC<10 persentil memiliki sensitifitas 72,9-94,5% dan spesifisitas 50,6-83,8%
untuk mendiagnosis KMK. Pengukuran AC dan TBJ ini dapat memprediksi
luaran perinatal yang jelek. Pada Os taksiran berat janinnya dalah 1430gram
(USG fetomaternal) dan abdominal circumference (AC) adalah 23,09 cm
(USG fetomaternal). Berdasarkan kurva pertumbuhan janin intrauterin baik
TBJ maupun AC berada dibawah persentil ke 10 yang berarti terjadi PJT pada
janin yang dikandung Os.

32
Gambar 2. Kurva Hadlock untuk AC intrauterin

Gambar 3. Kurva Hadlock untuk TBJ intrauterin

33
3. USG Fetomaternal
 BPD : 8,16 cm
 HC : 29,55 cm
 AC : 23,09 cm
 FL : sulit dinilai
 EFW : 1430 gr
 Dari hasil USG Fetomaternal diatas, didapatkan hasil bahwa pertumbuhan
janin tidak sesuai dengan masa kehamilan pada Os. Pada ukuran diameter
biparietal yang abnormal sudah bisa menegakkan diagnosis PJT.
Disamping itu, didapatkan hasil AFI = 0. Cairan amnion merupakan pertanda
kesejahteraan janin. Jumlah cairan amnion yang normal merupakan indikasi
fungsi sirkulasi janin relatif baik. Bila terdapat polihidramnion, patut
dicurigai perburukan fungsi janin.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
2013. Obstetri Williams. Ed. 23. Vol 2. EGC : Jakarta.
2. Fernando E, Hendarjono H. 2012. Intra Uterine Growth Restriction
(IUGR). SMF Ilmu Obstetri Ginekologi RSUD Jombang
3. Prawirohardjo S. 2011. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Cet 4. PT. Bina Pustaka :
Jakarta.
4. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). 2016. Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran. Pengelolaan Kehamilan dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat. Himpunan Kedokteran Feto Maaternal.
POGI.
5. Mandruzzato Giampaulo et al. 2008. Intrauterine Restriction (IUGR),
Recommendations and Guidelines for Perinatal Practice. J. Perinat. Med
36 pp:277-81.
6. Huda WN. 2013. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) Sebagai Faktor
Risiko Kematian Neonatus. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
7. Pasaribu HM. 2008. Pertumbuhan Janin Terhambat. Departemen Obstetri
& Ginekologi Fakultas Kedokteran USU. RSHAM – RSPM.
8. White CD. 2014. Intrauterine Growth Restriction. (Internet,
https://medlineplus.gov/ency/article/001500.htm, diakses tanggal 23
Agustus 2018, pukul 19,00 WIB)
9. Ross MG. 2015. Fetal Growth Restriction: Overview, Cuses of
Intrauterine Growth Restriction, Perinatal Implications. Medscape
Reference. (internet, http://emedicine.medscape.com, diakses tanggal 23
Agustus 2018 pukul 20.00 WIB)

35

Anda mungkin juga menyukai