PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pencernaan atau system gastointestinal
b. Untuk mengetahui aspek fisiologis defekasi normal
c. Untuk menegtahui faktor fisiologis dan psikologis yang mempengaruhi
d. Untuk menegetahui pemeriksaan diagnostic pada eliminasi fekal
e. Untuk menegetahui contoh metode mempertahankan eliminasi secara normal
f. Untuk mengetahui tindakan untuk mempertahankan eliminasi secara normal
g. Untuk mengetahui gangguan eliminasi fekal / bowel
h. Untuk mengetahui proses keperawatan
1
1.3 Rumusan Masalah
a. Menjelaskan tentang pencernaan atau system gastrointestinal.
b. Menjelaskan tentang aspek fisiologis defekasi normal.
c. Menjelaskan tentang faktor fisiologis dan psikologis yang
mempengaruhi.
d. Menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostic pada eliminasi fekal.
e. Menjelaskan tentang contoh metode mempertahankan eliminasi secara
normal.
f. Menjelaskan tentang tindakan untuk mempertahankan eliminasi secara
normal.
g. Menjelaskan tentang gangguan eliminasi fekal / bowel.
h. Menjelaskan tentang proses keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
3
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
4
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung,
bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian
yang sama tinggi dengan laring.
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus -
"memakan").
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
5
Gambar. Esophagus manusia dari belakang.
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
6
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah
Luar )
7
Gambar 6 : Antomi Usus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
8
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".
9
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.
10
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa
di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
11
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
12
sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah
medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam
vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam
hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung empedu
13
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol
1. Pengertian defekasi
14
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk
ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang
akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal
dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi
duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi
diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan
muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat
menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.
1. Usia
Perubahan dalam tahapan perkembangan dalam mempengaruhi status eliminasi
terjadi disepanjang kehidupan. Seorang bayi memiliki lambung yang kecil dan lebih
sedikit menyekresi enzim pencernaan. Beberapa makanan, seperti zat pati yang
kompleks, ditoleransi dengan buruk. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi karana
kurangnya perkembangan neuromuskolar. Perkembangan ini biasanya tidak terjadi
sampai 2 sampai 3 tahun. Pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat selama masa
remaja. Sekresi HCL meningkat khususnya pada anak laki-laki. Anak remaja biasanya
mengkonsumsi makana dalam jumlah lebih besar. Sistem GI pada lansia sering
mengalami perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan eliminasi. Beberapa
lansia mungkin tidak lagi memiliki gigi sehingga mereka tidak mampu mengunyah
makanan dengan baik. Makanan yang memasuki saluran GI hanya dikunyah sebagian
dan tidak dapat dicerna karena jumlah enzim pencernaan didalam saliva dan volume
asam lambung menurun seiring dengan proseas penuaan. Ketidakmampuan untuk
15
mencerna makanan yang mengandung lemak mencerminkan terjadinya kehilangan
enzim limpase.
2. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola
peristaltic yang teratur di dalam kolon. Makanan yang dikonsumsi individu
mempengaruhi eliminasi. Serat, residu makanan yang tidak dapat dicerna,
memungkinkan terbentuknya masa dalam materi feses. Makanan pembentuk masa
mengabsorbsi cairan sehingga meningkatkan masa feses. Dinding usus teregang,
menciptakan gerakan peristaltic dan menimbulkan reflex defekasi. Usus bayi yang
belum matang biasanya tidak dapat mentoleransi makanan berserat sampai usianya
mencapai beberapa bulan. Dengan menstimulasi peristaltic, masa makanan berjalan
dengan cepat melalui usus, mempertahankan feses tetap lunak. Makanan-makanan
berikut mengandung serat dalam jumlah tinggi (masa):
a. Buah-buahan mentah (apel,jeruk)
b. Buah-buahan yang diolah (prum,apricot)
c. Sayur-sayuran (bayam,kangkung,kubis)
d. Sayur-sayuran mentah (seledri,mentimun)
e. Gandum utuh (sereal, roti)
Mengkonsumsi makanan tinggi serat meningkatkan kemungkinan normalnya
pola eliminasi jika factor lain juga normal. Makanan yang menghasilkan gas, seperti
bawang, kembang kol, dan buncis juga menstimulasi peristaltic. Gas yang dihasilkan
membuat dinding usus berdistensi , meningkatkan motilitas kolon. Beberapa makanan
pedas dapat meningkatkan peristaltic , tetapi juga dapat menyebabkan pencernaan tidak
berlangsung dan feses menjadi encer.
Beberapa jenis makanan, seperti susu dan produk-produk susu, sulit atau tidak
mungkin dicerna oleh beberapa individu. Hal ini disebabkan oleh intoleransi laktosa.
Laktosa, suatu bentuk karbohidrat sederhana yang ditemukan di dalam susu, secara
normal dipecah oleh enzim lactase. Intoleransi terhadap makana tertentu dapat
mengakibatkan diare, distensi gas, dank ram.
16
3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang menyebabkan
kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakter feses. Cairan
mengencerkan isi usus, memudahkannya bergerak melalui kolon. Asupan cairan yang
menurun memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus. Orang dewasa harus
minum 6 sampai 8 gelas (1400 sampai 2000ml) cairan setiap hari. Minuman ringan
yang hangat dan jus buah memperlunak feses dan meningkatkan peristaltic. Konsumsi
susu dalam jumlah besar dapat memperlambat peristaltic pada beberapa individu dan
menyebabkan konstipasi.
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik meninkatkan peristaltic, sementara imobilisasi menekan
motilitas kolon. Ambulasi dini setelah klien menderita suatu penyakit dianjurkan untuk
meningkatkan dipertahankannya eliminasi normal. Upaya mempertahankan tonus otot
rangka, yang digunakan selama proses defekasi, merupakan hal yang penting.
Melemahnya otot-otot dasar panggul dan abdomen merusak kemampuan individu
untuk meningkatkan tekanan intraabdomen dan untuk mengontrol sfingter eksterna.
Tonus otot dapat melemah atau hilang akibat penyakit yang berlangsung dalam jangka
waktu lama atau penyakit neurologis yang merusak transmisi saraf.
5. Kebiasaan pribadi
Kebiasaan eliminasi pribadi mempengaruhi fungsi usus. Kebanyakan individu
merasa lebih mudah melakukan defekasi dikamar mandi mereka sendiri pada waktu
yang paling efektif dan paling nyaman bagi mereka. Jadwal kerja yang sibuk dapat
mengganggu kebiasaan dan mengakibatkan perubahan seperti konstipasi. Individu
harus mencari waktu terbaik untuk melaksanakan eliminasinya. Reflex gastrokolik
adalah reflex yang paling mudah distimulasi untuk menimbulkan defekasi setelah
sarapan.
17
6. Posisi Selama Defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi yang normal saat melakukan defekasi. Toilet
modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu
untuk duduk tegak ke arah depan, mengeluarkan tekanan intraabdomen dan
mengontraksi otot-otot pahanya. Namun, klien lansia atau individu yang menderita
penyakit sendi, seperti artritis, mungkin tidak mampu bangkit dari tempat duduk tpilet
memampukan klienuntuk bangun dari posisi duduk di toilet tanpa bantuan. Klien yang
mengguanakan alat tersebut dan individu yang berposter pendek, mungkin
membutuhkan pijakan kaki yang memungkinkan ia menekluk pinggulnya dengan
benar.
Untuk klien imobilisasi di tempat tidur, defekasi seringkali dirasakan sulit.
Posisi telentang tidak memungkinkan klien mengontraksi otot-otot yang digunakan
selama defekasi. Membantu klien ke posisi duduk yang lebih normal pada pispot. Akan
meningkatkan kemampuan defekasi.
7. Nyeri
Dalam kondisi normal, kegiatan defekasi tidak menimbulkan nyeri. Namun,
pada sejumlah kondisi, termasukhemoroid, bedah rectum, fistula rectum, bedah
abdomen, dan melahirkan anak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika defekasi.
Pada kondisi-kondisi seperti ini, klien seringkali mensupresi keinginanya untuk
berdefekasi guna menghindari rasa nyeri yang mungkin akan timbul. Konstipasi
merupakan masalah umum pada klien yang merasa nyeri selama defekasi.
8. Kehamilan
Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan dan ukuran fetus, tekanan
diberikan pada rectum. Obsetruksi semenmtara akibat keberadaan fectus mengganggu
18
pengeluaran feses. Konstipasi adalah masalah umum yang muncul pada trimester
terakhir. Wanita hamilselama defekasi dapat menyebabkan terbentukannya hemoroid
yang permanen.
10. Obat-obatan
Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi telah tersedia . laksatif dan katartik
melunakkan feses dan meningkatkan peristaltic. Waupun sama, kerja laksatif lebih
ringan dari pada katartik. Apabila digunakan dengan benar , laktasif dan katartik
mempertahankan pola eliminasi normal dengan aman. Namun, penggunaan katartik
dalam jangka waktu lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan
menjadi kurang responsive terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksatif .
penggunaan laksatif yang berlebihan juga dapat menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. Minyak mineral, sebuah laksatif umum, menurunkan absorpsi
vitamin yang larut dalam lemak. Laksatif dapat mempengaruhi kemajuan kerja obat
lain dengan mengubah waktu transit(missal waktu obat berada di saluran GI).
Obat-obatan seperti disiklomin HCL (Bentyl) menekan gerakan peristaltic dan
mengobati diare. Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat mengganggu
19
eliminasi. Obat analgesic narkotik menekan gerakan peristaltic. Opiat umumnya
menyebabkan konstipasi. Obat-obatan antikolinergik, seperti atropin, atau glikopirolat
(robinul), menghambat sekresi asam lambung dan menekan motilitas saluran GI.
Walupun bermanfaat dalam mengobati gangguan usus, yakni hiperaktivitas usus, agens
antikolinegik dapat menyebabkan konstipasi, banyak antibiotik menyebabkan diare
dengan menggangu flora bakteri normal didalam saluran GI. Apabila diare dan kram
abdomen yang terkait dengan diare semakin parah, obat-obatan yang diberikan kepada
klien mungkin perlu diubah. Intervensi keperawatan dapat digunakan untuk diare
osmotic, yang disebabkan oleh obat-obatan hiperosmolar telah diuraikan oleh Fruto.
Fungsi dari hampir semua sistem tubuh dapat mengalami gangguan akibat
stress emosional yang lama. Apabila individu mengalami kecemasan, ketakutan, atau
20
marah, muncul respons stress, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan. Untuk
menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dalam upaya pertahanan tersebut, proses
pencernaan dipercepat dan peristaltic meningkat. Efek samping peristaltic yang
meningkat antara lain diare dan distensi gas. Apabila individu mengalami depresi,
sistem saraf otonom memperlambat impuls saraf dan peristaltic dapat menurun.
Sejumlah penyakit pada saluran GI dapat dikaitkan dengan stress. Penyakit ini meliputi
colitis ulseratif, ulkus lambung, dan penyakit crohn. Upaya penelitian berulang yang
dilakukan sejak lama telah gagal membuktikan mitos bahwa penyebab klien
mengalami penyakit tersebut adalah karena memiliki kondisi psikopatologis. Namu,
ansietas dan depresi mungkin merupakan akibat dari masalah kronik tersebut.
21
2.6 Gangguan Eliminasi Fekal / Bowel
a. Konstipasi
b. Impaction
Tidak BAB
Anoreksia
Kembung/kram
nyeri rectum
c. Diare
22
d. Inkontinensia Fekal
e. Flatulens
f. Hemoroid
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan foto rontgen
Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
23
1. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
2. Cairan
24
4. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic
dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan
terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras
5. Obat-obatan
6. Usia
25
Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:
3. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon
merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
4. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan
tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar
akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien
tergantung pada perawat.
26
6. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa
internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan,
gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan
mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien
mengalami konstipasi.
27
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
Kita sebagai calon harus dapat memahami proses pencernaan secar menyelutuh
dan baik, sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan baik apabila kita merawat
klien yang mengalami gangguan pencernaan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Ed. 3. Jakarta:
EGC
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Ed. 4.
Jakarta: Salemba Medika
http://www.scribd.com/doc/49327646/Fisiologi-Sistem-Gastrointestinal
(http://kyoto82.multiply.com/journal/item/6/anatomi_fisiologi_sistem_gastrointestinl)
http://gambar.mitrasites.com/sistem-gastrointestinal.html
www.medicastore.com
29