Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN,
Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Dari uraian diatas sudah jelas bahwa Badan Permusyawaratan Masyarakat Desa mempunyai
peran yang strategis dalam ikut mengawal penggunaan dana desa tersebut agar tidak
diselewengkan. Jika dicermati ketentuan pasal 48 dan 51 PP Nomor 43 Tahun 2014.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut setikdanya ada 3 poin yang sangat krusial yaitu :
1. Pasal 48 huruf c yang menyebutkan bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan
keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.
2. Pasal 51 ayat 2 bahwa Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa.
Mari kita garis bawahi mengenai kata-kata paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan
Desa. Kita tentu masih ingat bahwa APBDes adalah merupakan salah satu contoh
Peraturan Desa. Ini artinya bahwa kalau Kepala Desa wajib membuat laporan keterangan
tertulis tentang pelaksanaan peraturan desa berarti kepala desa wajib membuat laporan
tentang pelaksanaan APBDes.
3. Lebih lanjut dalam Pasal 51 ayat (3) dijelaskan bahwa laporan keterangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja
kepala Desa.
Karena dana desa yang bersumber dari APBN jumlahnya cukup besar maka diperlukan
mekanisme kontrol dari masyarakat untuk mengawasi penggunaan dana desa tersebut agar dana
tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukannya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintahan Desa dituntut menyelenggarakan pemerintahan secara transparan dan
akuntabel.
Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan lembaga yang mempunyai fungsi pengawasan
diharapkan bisa menjalankan perannya secara sungguh-sungguh terutama dalam hal penggunaan
anggaran. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sudah memberikan payung hukum yang
jelas sehingga BPD tidak perlu ragu dalam menjalankan fungsinya untuk melakukan pengawasan
terhadap kinerja kepala desa. Adanya mekanisme ‘check and balance’ ini akan meminimalisir
penyalahgunaan keuangan desa.
10 July 2015
BPK Belum Siapkan Regulasi Pemeriksaan Dana Desa
24 April 2015
Buku Pedoman Umum Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2)
11 March 2015
Keuangan Desa
Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa merupakan instrumen baru yang dikeluarkan
oleh pemerintah pada awal tahun 2014 yang diikuti dengan PP No 43 tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa dan PP No 60 tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari APBN.
Peraturan Mendagri No 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa memberikan arah
penyempurnaan atas Peraturan Mendagri No 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Struktur pengelolaan telah diperjelas, begitupun alur pengelolaan keuangan desa
dan klasifikasi APBDesa telah diperbarui.
Sedangkan mengenai BUM Desa dan prioritas penggunaan Dana Desa telah juga diatur melalui
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No 4 dan No 5
Tahun 2015.
Situs Keuangan DESA dirancang sebagai ruang berbagi bersama; diharapkan situs ini mampu
membantu memahami seluk beluk tata pengelolaan keuangan desa, dan pada akhirnya mampu
mendorong terbangunnya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa.
Presentasi
Umum
Laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa dari KPK dapat dilihat
6 October 2015
Umum
Presentasi berikut menjelaskan tentang panduan dalan akuntansi koperasi untuk menjadi
6 October 2015
Pembangunan Desa
Mitra Pendukung
REKSTA, merupakan salah satu sayap bisnis Penabulu Alliance yang didedikasikan bagi
pengembangan perangkat kerja penunjang bagi upaya penguatan masyarakat sipil di Indonesia.
TEMAN WEB, merupakan unit pendukung proses pertumbuhan pemerintah daerah dan
masyarakat sipil dalam perkembangan pesat dunia digital masa kini.
CARI
MASUK | DAFTAR
PUSAT DATA
KLINIK
TALKS!
LEGAL NETWORK
KLINIK
inShare
Dibaca: 83543
Pertanyaan :
Bagaimana kedudukan Kepala Desa dan BPD menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014?
Jawaban :
Pertama, kami akan menjelaskan soal kepala desa terlebih dahulu. Kepala desa adalah pemerintah desa
atau yang disebut dengan nama lain yang dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa, demikian yang disebut dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (“UU Desa”). Jadi, kepala desa adalah penyelenggara pemerintahan desa (lihat juga Pasal
23 dan Pasal 25 UU Desa).
Adapun tugas kepala desa disebut dalam Pasal 26 ayat (1) UU Desa yaitu menyelenggarakan
pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Kedua, kami menjelaskan soal Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yakni lembaga yang melaksanakan
fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis, demikian yang disebut dalam Pasal 1 angka 4 UU Desa.
Adapun fungsi BPD yang berkaitan dengan kepala desa yaitu (Pasal 55 UU Desa):
Masih mengenai keterkaitan antara BPD dengan kepala desa, BPD juga memiliki hak untuk mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal ini terdapat dalam Pasal 61 huruf a UU Desa yang berbunyi:
mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa
Selanjutnya kami akan Menjawab pertanyaan Anda soal kedudukan kepala desa dan BPD. Di dalam
penjelasan umum poin 5 UU Desa tentang Kelembagaan Desa antara lain dikatakan bahwa UU ini
mengatur mengenai kelembagaan desa/desa adat, yaitu lembaga pemerintahan desa/desa adat yang
terdiri atas pemerintah desa/desa adat dan BPD/desa adat, lembaga kemasyarakatan desa, dan lembaga
adat.
Jadi, dilihat dari kedudukannya, memang kepala desa selaku pemerintah desa dan BPD memiliki
kedudukan yang sama, yakni sama-sama merupakan kelembagaan desa yang sejajar dengan lembaga
kemasyarakatan desa dan lembaga adat. Dalam UU ini pun tidak membagi atau memisah kedudukan
keduanya pada suatu hierarki. Ini artinya, keduanya memang memiliki kedudukan yang sama, namun
dengan fungsi yang berbeda.
Lebih lanjut dikatakan pula dalam penjelasan umum bahwa kepala desa/desa adat atau yang disebut
dengan nama lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan tangan negara
yang dekat dengan masyarakat dan sebagai pemimpin masyarakat. Sedangkan BPD mempunyai fungsi
penting dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan desa bersama kepala desa. BPD harus mempunyai
visi dan misi yang sama dengan kepala desa sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan kepala desa yang
dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa.
Untuk mempermudah Anda memahami hubungan antara kepala desa dan BPD dapat kita lihat
pengaturannya antara lain sebagai berikut:
Kepala Desa dan BPD membahas dan menyepakati bersama peraturan desa (Pasal 1 angka 7 UU Desa)
Kepala Desa dan BPD memprakarsai perubahan status desa menjadi kelurahan melalui musyawarah
desa (Pasal 11 ayat (1))
Kepala desa memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada BPD (Pasal
27 huruf c UU Desa)
BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa
secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum masa jabatannya berakhir (Pasal 32 ayat (1) UU Desa)
Kepala Desa mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan
memusyawarahkannya bersama BPD (Pasal 73 ayat (2) UU Desa)
Kepala Desa dan BPD membahas bersama pengelolaan kekayaan milik desa (Pasal 77 ayat (3) UU
Desa)
Dasar hukum:
KLINIK TERKAIT
KATEGORI : KENEGARAAN
Klinik lainnya ++
Setiap artikel jawaban Klinik Hukum dapat Anda simak juga melalui twitter @klinikhukum, atau
facebook Klinik Hukumonline.
MESIN PENCARIAN
Cari Jawaban
Rubrik ini disediakan bagi anda untuk mengajukan persoalan hukum yang anda hadapi. Rubrik ini
diperuntukkan hanya kepada member hukumonline.com
BERITA TERKAIT
Berita lainnya ++
KLINIK POPULER
Apa yang Bisa Dilakukan Jika Suami Tidak Mau Mengucapkan Ikrar Talak?
Bolehkah Menaikkan Tunjangan Tidak Tetap Tanpa Ada Kenaikan Gaji Pokok?
Tri Jata Ayu Pramesti mendapatkan gelar sarjana hukum dari Universitas Indonesia pada 2011 dengan
mengambil Program Kekhususan IV (Hukum tentang Kegiatan Ekonomi).
DARI PENJAWAB :
Bolehkah Menaikkan Tunjangan Tidak Tetap Tanpa Ada Kenaikan Gaji Pokok?
Jawaban lainnya ++
MITRA KLINIK
Mitra lainnya ++
Produk
Awal
Kenapa Kami?
Daftar Gratis
Mobile
Perusahaan
Kebijakan Privasi
Tentang Kami
Kode Etik
Karier
Support
Help Center
FAQ
Sitemap
Kontak
Layanan
Marketing
Talks
Informasi yang tersedia di www.hukumonline.com tidak ditujukan sebagai suatu nasehat hukum, namun
hanya memberikan gambaran umum terhadap suatu informasi atau permasalahan hukum yang sedang
dihadapi. Akses dan penggunaan situs ini tunduk pada Syarat dan Ketentuan ©2009.
Menu Utama
Buku Tamu
Visi Misi Desa Purwasari
Profil Desa Purwasari
Personil Perangkat Desa
Pengurus BPD
Pengurus LPMD
Peta lokasi Desa
Kepala Desa
Heri Herdiansyah
Sekretaris Desa
U.Juaeni
Staf Desa
Ketua BPD
Ahmad Syahroni
Ketua LPMD
H.Supriatna
KEANGGOTAAN
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa yang bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;
(2) Anggota BPD terdiri dari Ketua RT/RW, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat;
(3) Anggota BPD setiap Desa berjumlah gasal dengan jumlah sesuai ketentuan yang berlaku;
13 komentar:
Asalamu'alaikum
Untuk saya sebagai pembelajaran dan pengetahuan bagaimana sistem di pemerintahan
desa dan apa saja hak kewajiban tugas dan fungsi perangkat desa, apalagi setelah saya
pindah dari kota Semarang ke desa Sumur Brangsong Kendal
BAGUS SEKALI
trima kasihhhhhh,,,,
terimakasih atas artikelnya,saya orang baru di BPD masih harus belajar lebih banyak
tentang tugas dan tanggung jawab BPD.artikel ini sangat bermanfaat untuk saya.salam:
titi hartina DATARA
Menurut UU No 6 Th 2014 Ttg Desa, pada pasal 57 huruf c. diterangkan bahawa usia
paling rendah untuk menjadi calon anggota BPD adalah 20 thn. Mohon di uapdate agar
iformasinya tepat.
Terimakasih
Assalamualaikum saya salah satu sekretaris desa yg telah diberhentikan oleh kades tanpa
musyawarah dan tanpa persetujuan oleh BPD apakah tdk bertentangan dgn amanat
undang2...? Mohon penjelasannya pak trim,s
Poskan Komentar
Search
Popular Posts
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG BPD
BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa BPD dibentuk berdasarkan usulan
masyarakat Desa yang bersangkutan. BPD befungsi menetapk...
Tugas dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan (LPMD,PKK, RT/RW dan Karang Taruna)
Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau
nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam s...
PROFIL DESA 2.I. Kondisi Desa 2.1.1. Sejarah Desa Desa Purwasari adalah
merupakan Desa Pemekaran dari Kelurahan Cicurug pada tahun 19...
Download
Undang Undang No.6 tahun 2014 ttg Desa
Perda 23 tahun 2012 ttg Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
Peraturan Gubernur 58/2010 ttg Program Desa Mandiri
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 ttg Desa
Referensi Implementasi PP 72 tahun 2005 ttg Desa terkait dengan peran BPD dalam
penyusunan dan penetapan Perdes
Link Pemerintahan
Kemendagri
Kementerian RI
Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Lembaga Negara RI
Pemerintah Daerah Propinsi
Pemerintah Daerah Kab/Kota
Pemerintah Kab.Sukabumi
BPS Kab.Sukabumi
Recomended
Produk Hukum
UU No.6 tahun 2014 ttg Desa
PP No.43 tahun 2014 ttg Desa
UU No.5 tahun 2014 ttg Aparatur Sipil Negara
Perubahan atas UU 23 tahun 2006 ttg Administrasi Kependudukan
UU No.17 tahun 2013 ttg Organisasi Kemasyarakatan
Dalam acara Dialog Kebijakan Tugas dan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa
Dalam UU Desa yang Baru yang diselenggarakan di Gedung PDAM Kabupaten
Magelang, 16 Maret 2014, peserta mengutarakan sejumlah problematika yang dihadapi
BPD. Pertama, BPD belum memahami tugas dan pokoknya. Untuk itu dirasakan perlu
adanya, pembekalan, bimbingan bagi BPD, baik dari akademisi, camat, atau pihak yang
ditunjuk. Kedua, rekrutmen BPD. Biasanya para anggota BPD berasal dari orang
seadanya, jarang ada yang minat untuk mendaftarkan diri sebagai BPD. Ketiga,
penggajian, Karena BPD tidak mendapatkan gaji seperti kepala desa dan
perangkatnya. Ini termasuk salah satu faktor yang menyebabkan BPD tidak menjalakan
tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Setiap kegiatan yang dilakukan BPD perlu
menggunakan dana, tetapi tidak ada alokasi anggaran untuk itu.
Pada masa lalu, desa hanya menjadi objek pembangunan. Desa menjadi arena
kepentingan negara. Masyarakat menerima jadi tanpa adanya partisipasi yang baik.
Setiap hasil Musyawarah Desa yang diajukan, sering menghasilkan kebijakan yang
berbeda. Terkadang SKPD terkait tidak membaca hasil Musyawarah Desa sehingga
kebijakan yang turun berbeda dengan kebutuhan masyarakat. Sekarang berbeda, desa
tidak lagi menjadi sistem pemerintahan daerah. Tetapi desa mandiri dengan
mendapatkan otonomi sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kapasitas
penyelenggara desa agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan
baik.
UU Desa ibarat menyapih anak dan anak yang dimaksud adalah Desa. Ini merupakan
babak baru bagi desa agar lebih maju dan mandiri. Kunci yang terkandung UU Desa
adalah pemberdayaan. Saat ini bukan lagi memberikan ikan tetapi dengan memberikan
kail. Desa menyusun perencanaan, mengawasi dalam pelaksanaan dan mengontrol
dalam evaluasi. Perencanaan itu harus sesuai realitas bukan sekedar angan-angan
belaka. Maka UU Desa memberikan penguatan bagi desa, mereka mandiri dalam
menentukan rumah tangganya sendiri. Penguatan tersebut bukan hanya dilakukan bagi
desa dan aktor-aktornya tetapi juga pemeritantah daerah, agar tidak setengah hati.
“UU Desa lahir dari perjuangan dan perjalanan yang panjang. Inti dari UU ini adalah
mengenai alokasi dana untuk desa. Dalam kaitannya dengan gaji BPD, BPD berbeda
dengan perangkat desa. Jika perangkat desa mendapatkan gaji dari tanah bengkok dan
lainnya maka BPD tidak mendapatkan gaji. BPD merupakan panggilan jiwa bagi
mereka yang peduli dengan desa,” jelas Sutoro Eko.
Inti dari UU ini adalah terletak pada alokasi dana untuk desa. Jika kemarin alokasi dana
bagi desa hanya ADD maka saat ini ditambah dengan adanya DAD (Dana Alokasi
Desa), selain itu ADD rata-rata juga akan naik. Jika kepala daerah tidak
mengalokasikan dana tersebut, dana-dana akan ditarik oleh pemerintah pusat.
Pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengelola, tetapi hanya menjadi
perantara antara desa dengan pusat.
Terdapat empat komponen bagi desa yaitu: kuat, mandiri, maju dan demokratis.
Komponen awal dari sekian komponen ini adalah desa yang mandiri. Jika kemarin desa
tergantung kebaikan kepala daerah maka sekarang desa harus memperkuat
kedudukannya. Desa bukan lagi kepanjangan dari pemerintah tetapi menjadi pemimpin
masyarakat.
Dalam pembangunan, dahulu desa adalah objek atau arena bagi negara, kini Undang-
undang Desa yang baru akan membentengi hal tersebut. Desa bukan lagi berkeliling
mengajukan proposal namun kebutuhan dananya telah dicukup dari alokasi-alokasi
yang telah dianggarkan dalam UU Desa. Negara memperkuat desa dengan alokasi
dana sehingga pada waktu kampanye pemilih umum tidak aka ada calon-calon yang
menjanjikan sesuatu karena desa telah berdaya. Bagi BPD, UU No.6/2014 tentang
Desa diharapkan menjadi senjata agar BPD mampu menjalankan pokok dan fungsinya
dengan baik.
Editor:Umi
kirim ke teman | versi cetak
Informasi "Babak Baru BPD Pasca Lahirnya UU No. 6/2014 tentang Desa" Lainnya
Komentar Pengunjung
9. share
Sabtu, 4 Juli 2015 22:23:22 - Oleh : unan junjunan
ijin share
8. Ucapan
Jum`at, 16 Januari 2015 09:40:44 - Oleh : Rianto Tamrin Moko
terima kasih saya ucapkan karena sdh bisa membantu dalam upaya peningkatan kapasitas bpd.
7. Desa Korup
Sabtu, 13 Desember 2014 23:35:21 - Oleh : EHT
Di desa saya saat ini telah terjadi penyimpangan yang luar biasa. Ditemukannya kerjasama pribadi antara kades dengan ketua BPD untuk menyelipkan
setiap anggaran ke saku pribadi.
6. bantuan
Senin, 17 November 2014 10:44:15 - Oleh : perwakilan masyarakat
maaf sebelumnya, di desa saya ada ke janggalan sangat tidak transparan. mohon bantuan dan informasinya. hub. whatsapp 087744217810 pin 7e85361d no
hp 083824013988
5. Tukang Stempel
Minggu, 16 November 2014 20:59:16 - Oleh : J.Simamora
BPD sebagai lembaga tukang stempel s/d saat ini khusus desa2 yg ada di Riau. Mereka tdk tau Tupoksi BPD, dan yg menjd BPD umumnya org2 yg pro
kades bukan profesional
1 | 2 | Next »
Name :
Email :
Comment Title :
Comment :
Security Code :
Type Code :
PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BPD DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DESA MOTOLING II KEC.
MOTOLING
Junaidi Kalalo
Abstract
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bukan merupakan lembaga pertama yang berperan
sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat desa melainkan perbaikan dari lembaga sejenis
yang pernah ada sebelumnya, seperti LMD yang direvisi menjadi Badan Perwakilan Desa
(BPD) yang oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diubah menjadi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Pembahasan mengenai Badan Perwakilan Desa dan Kepala
Desa dalam undang-undang yang lama (UU No. 22 Tahun 1999) pasal 104. Pemerintah desa
sebagai ujung tombak dalam sistem pemerintahan daerah akan berhubungan dan bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Karena itu, sistem dan mekanisme penyelenggaraan
pemerintahan daerah sangat didukung dan ditentukan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai bagian dari Pemerintah Daerah. Struktur kelembagaan
dan mekanisme kerja di semua tingkatan pemerintah, khususnya pemerintahan desa harus
diarahkan untuk dapat menciptakan pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Media Informasi BPD Klapagading Kulon.
"Berusaha berguna bagi orang banyak"
Lanjut ke konten
Beranda
ABOUT ME
Album Foto pribadi
BERITA BPD
DOWNLOAD DISINI
MOTIVASI
BUKU TAMU
← Mendagri “Stop Pemekaran Desa, Kelurahan dan Kecamatan hingga Oktober 2014”
Pengendalian Hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) →
(JDIH, Purwokerto) Berdasarkan ketentuan Pasal 119 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
disebutkan “Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung
dengan Desa wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya dengan ketentuan Undang-
Undang ini”. Dengan demikian, pengaturan terkait dengan Perangkat Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) di Kabupaten Banyumas juga harus menyesuaikan dan
mendasarkan pada UU Desa terbaru.
Selanjutnya, Pasal 120 ayat (1) menetapkan, “Semua peraturan pelaksanaan tentang Desa yang
selama ini ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini”. Artinya
PP Nomor 27 Tahun 2005 tentgang Desa dan Perda Kabupaten Banyumas terkait dengan
Perangkat Desa dan BPD sepanjang tidak bertentangan dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 masih
tetap berlaku dan dijadikan dasar dalam pengaturan Perangkat Desa dan BPD di KAbupaten
Banyumas. Untuk lebih jelasnya, kami kutipkan beberapa ketentuan dalam UU Nomor 6 Tahun
2014 terkait dengan Perangkat Desa dan BPD, sebagai berikut :
Pasal 48
1. sekretariat Desa;
2. pelaksana kewilayahan; dan
3. pelaksana teknis.
Pasal 49
1. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
2. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Desa setelah
dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota.
3. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 50
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diangkat dari warga Desa yang
memenuhi persyaratan:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48,
Pasal 49, dan Pasal 50 ayat (1)
Pasal 51
Perangkat Desa dilarang:
Pasal 52
(1) Perangkat Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dikenai
sanksi administratif berupa
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan,
dilakukan tindakan
Pasal 53
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3. diberhentikan.
(2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
(3) Pemberhentian perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketujuh
Pasal 55
Pasal 56
(1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang
(2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun terhitung sejak
tanggal pengucapan
sumpah/janji.
(3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih
untuk masa keanggotaan paling
Pasal 57
Persyaratan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah:
Pasal 58
(1) Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling
sedikit 5 (lima) orang dan paling
(2) Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota.
hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 59
(1) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang
wakil ketua, dan 1 (satu) orang
sekretaris.
(2) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari
dan oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa secara langsung dalam rapat Badan Permusyawaratan Desa yang
diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa untuk pertama kali dipimpin oleh
anggota tertua dan dibantu oleh
anggota termuda.
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Bagikan ini:
Twitter
Facebook28
Google
LinkedIn
Tumblr
Terkait
saya ingin bertanya, apakah penduduk pendatang yang mendapatkan ijin PANCUNG
ALAS (tumpang) mereka dapat memiliki tanah yang ditumpangkan tersebut setelah masa
berlaku dari pancung alas tersebut habis? mohon bantuannya untuk sebuah penjelasan
terima kasih.
Suka
Balas
o raharjoagus berkata:
Suka
Balas
2. Pihir berkata:
Tolong kirimkan Peraturan Pemerintah tentang perangkat desa yang usianya lebih dari 42
th ketika uu Desa no.6 th 2014 bgaimana kelanjutannya dan yang berahir masa kerjanya
pada th 2017 apakah bisa terjaring lagi mohon shernnya. trims
Suka
Balas
o raharjoagus berkata:
Suka
Balas
3. Handoko berkata:
apakah seorang wakil BPD berhak mengambil keputusan dalam rapat apabila ketua tidak
hadir apakah wakil ketua boleh menanda tangani hasil rapat untuk PERDES.
Suka
Balas
o raharjoagus berkata:
1.Unsur pimpinan dalam BPD adalah : Ketua, Wakil Ketua dan Sekertaris
(merangkap Bendahara) pengambilan Keputusan melalui proses rapat unsur
Pimpinan , tidak dapat seorang pengurus BPD mengambil keputusan tanpa rapat
unsur Pimpinan 2.Penyusunan Tatib BPD mestinya memuat tentang tata cara
pengambilan sebuah Keputusan BPD, terima kasih.
Suka
Balas
di boleh kan apa tidak apa bila seseorang yang berijasa smp di jadikan
perangkat/pamong desa?
Suka
Balas
raharjoagus berkata:
Suka
raharjoagus berkata:
Suka
o raharjoagus berkata:
Suka
Balas
Saya mau tanya,di daerah sy ada beberapa perangkat desa telah berkampanye di saat
pilkades,dan sudah dpat teguran dr pihak pemerintah kecamatan,namun tidak di
indahkan,dan bahkan lebih parah membantu melakukan money politik trhdap
masyarkatnya!
Bagaimana solusi untuk memberhentikan perangkat desa trsebut oleh kepala desa,dan sy
sebagi masyrkt mendesak kepala desanya agar segera di berhentika, bisakah.?
Suka
Balas
5. stery berkata:
apakah seorang kepala desa berhak menonaktifkan seorang/lebih perangkat desa dengan
alasan tidak sejalan, tidak melakukan perintahnya?
Suka
Balas
Arsip
o Februari 2016
o Januari 2016
o Desember 2015
o Juli 2015
o Februari 2015
o Januari 2015
o Desember 2014
o November 2014
o Oktober 2014
o September 2014
o Agustus 2014
o Juli 2014
o Juni 2014
o Mei 2014
o April 2014
o Maret 2014
o Februari 2014
o Januari 2014
visitor
ON LINE VISITOR
google translator
CAL
Follow me on Twitter
Lanjut ke konten
Beranda
ABOUT ME
Album Foto pribadi
BERITA BPD
DOWNLOAD DISINI
MOTIVASI
BUKU TAMU
BPD dapat menjalankan fungsi sebagai anggota BPD dengan sebaik-baiknya berdasarkan
ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa pasal 55 Badan Permusyawaratan Desa mempunyai 3 fungsi yaitu, pertama :
membahahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, kedua :
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan, ketiga: melakukan pengawasan
kinerja Kepala Desa. ” Kalau kita melihat beban tugas anggota Badan Permusyawaratan Desa
sesuai ketentuan perundang-undangan ini, sungguh merupakan tugas yang tidak ringan. Namun
kita semua harus tetap optimis dan berkeyakinan penuh bahwa segala sesuatu yang tekait
dengan penyelenggaraan pemerintahan desa, baik yang bersifat upaya dalam meningkatkan
kinerja kelembagaan di tingkat desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat, maka Pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa,
haruslah dapat melakukan kerja sama yang baik melalui penyelenggaraan musyawarah desa yang
akan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Mengapa Undang-Undang Desa yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 15 Januari 2014 itu terasa begitu istimewa? Bahkan berkali-kali Kepala Desa dari
beberapa daerah di Indonesia berkumpul di Jakarta melakukan unjuk rasa menuntut agar RUU
Desa segera disahkan menjadi Undang-Undang. Apa keistimewaan Undang-undang Desa
tersebut ? Untuk mengetahui jawabannya ikuti uraian berikut ini.
Isu yang berkembang bahwa dengan disahkannya Undang-Undang Desa maka tiap Desa akan
mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat melalui APBN lebih kurang 1 Milyar per
tahun. Ini bisa kita baca pada pasal 72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf
d. disebutkan “alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota”. Selanjutnya dalam ayat (4) pasal yang sama disebutkan “Alokasi dana Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana
perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus”.
Menurut Priyo Budi Santoso wakil ketua DPRRI, UU Desa juga mengatur tentang alokasi dana
dari pemerintah pusat. “Selama ini kan tidak pernah ada anggaran dari pusat. Jumlahnya sebesar
10 persen dari dana per daerah, wajib diberikan, nggak boleh dicuil sedikitpun. Kira-kira sekitar
Rp700 juta untuk tiap desa per tahunnya,” ujar dia.
Sementara itu Wakil Ketua Pansus RUU Desa, Budiman Sudjatmiko, menyatakan jumlah 10
persen dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus harus diberikan ke Desa. “Sepuluh
persen bukan diambil dari dana transfer daerah,” kata Budiman. Artinya, kata Budiman, dana
sekitar Rp104,6 triliun ini dibagi sekitar 72.000 desa. Sehingga total Rp1,4 miliar per tahun per
desa.
Dana itu, kata Budiman, diajukan desa melalui Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati
berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa. “Mereka bersidang minimal
setahun sekali,” ujar Budiman.
Selain Dana Milyaran Rupiah, keistimewaan berikutnya adalah menyangkut penghasilan tetap
Kepala Desa. Menurut Pasal 66 Kepala Desa atau yang disebut lain (Nagari) memperoleh gaji
dan penghasilan tetap setiap bulan. Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa bersumber
dari dana perimbangan dalam APBN yang diterima oleh kabupaten/kota ditetapkan oleh APBD.
Selain penghasilan tetap yang dimaksud, Kepala Desa dan Perangkat Desa juga memperoleh
jaminan kesehatan dan penerimaan lainya yang sah.
Selain dua hal sebagaimana tersebut diatas, dalam UU Desa tersebut akan ada pembagian
kewenangan tambahan dari pemerintah daerah yang merupakan kewenangan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan
yang merupakan pendapatan desa yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa. Hal ini
ditegaskan oleh Bachruddin Nasori, Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Desa
(Panja RUU Desa).
“Jika selama ini, Kepala desa menjadi pesuruh camat, bupati. Tapi hari ini jadi raja dan penentu
sendiri, jadi Kepala Desa yang berkuasa penuh mengatur dan membangun desanya,” kata
Bachruddin Nasori.
Walaupun dengan Undang-Undang Desa ini Kepala Desa mempunyai kewenangan penuh dalam
mengatur dan mengelola keuangan sendiri tetapi seorang Kepala Desa tidak boleh menjadi Raja
Kecil. Mantan Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Desa DPR RI, Budiman Sujatmiko,
pada acara sosialisasi UU Desa untuk 253 kepala desa di Kabupaten Subang, Sabtu (11/1/ 2014),
menegaskan “Saudara kelak tidak boleh jadi raja-raja kecil di desa,” ujar Budiman yang
disambut aplous seluruh kepala desa yang hadir.
Dikatakan Budiman, kewenangan dan alokasi dana yang besar yang diamanatkan UU Desa itu,
tidak ada satu pasal pun yang mengisyaratkan monopoli kebijakan Kepala Desa. Bahkan, lanjut
Budiman, Kepala Desa akan memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk
mempertanggungjawabkan semua kewenangan dan pengelolaan dana yang akan dilakukannya
kelak.
Dengan Undang-Undang Desa yang baru masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat
dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut (pasal 39). Demikian juga dengan masa jabatan Badan Permusyawaratan Desa,
mereka bisa menjabat paling banyak tiga kali masa jabatan, baik secara berturut turut maupun
tidak berturut-turut. Hal Ini berbeda dengan Undang-Undang yang berlaku sebelumnya yaitu UU
Nomor 32 Tahun 2004 dimana Kepala Desa dan BPD hanya bisa menjabat paling banyak 2 (dua)
kali masa jabatan.
Menurut pasal 55 UU Desa yang baru, Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
1. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
2. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
3. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Disini ada penambahan fungsi BPD yaitu pada huruf c yaitu melakukan pengawasan kinerja
Kepala Desa. Hal ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,dimana dalam
pasal 209 disebutkan Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Banyak kalangan meragukan keefektifan Undang-Undang ini. Keraguan mereka terutama pada
kekhawatiran akan pengelolaan dana yang begitu besar. Jangan-jangan dana ini akan menjadi
bancaan bagi Desa yang menerimanya. Menanggapi hal ini Budiman Sudjatmiko mengatakan,
“Bancakan dana desa ini, bisa dihindari karena dana ada di kabupaten. Sementara penyusunan
proposal pengajuan anggaran ini, tidak berjalan sendiri. Ada pemerintah kota dan pemerintah
kabupaten yang melakukan pendampingan, termasuk penyusunan budgeting”.
Selain itu, menurut Priyo Budi Santoso, UU ini juga diharuskan membentuk semacam DPR
tingkat desa, namanya Badan Permusyawaratan Desa. Anggotanya sekitar sembilan orang. “UU
ini tidak memangkas kewenangan Bupati atau Walikota atau Gubernur pada kepala desa,” kata
dia.
Tanggapan Pemerintah
Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, meminta masyarakat tidak khawatir dengan potensi
penyimpangan dana triliunan rupiah ini sebab setiap tahun akan dilakukan pengawasan sistem.
Pemerintah, kata dia, akan melakukan pengawasan dalam penetapan anggaran, evaluasi anggaran
dan pertanggungjawaban anggaran. Selain itu, kata dia, ada juga audit dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) untuk memeriksa semua penyelenggara anggaran itu setiap akhir tahun.
“Kalau BPK merekomendasi ada yang bersifat administratif, tentu harus diselesaikan secara
administratif. Kalau ada temuan yang indikasi bersifat pidana dan merugikan negara, bisa saja
BPK melanjutkan kepada aparat penegak hukum,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata Gamawan, pemerintah juga akan segera merumuskan Peraturan Pemerintah
(PP) untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban, pendistribusian uang, pengawasan dan
mekanisme pencairan dana.
Sementara, kata Gamawan, untuk pengoptimalisasian program pemerintah ke desa, akan ada
sedikit perubahan desain. Saat ini ada beberapa kementerian dan lembaga yang langsung punya
program di desa. Nantinya semua dana-dana itu akan disatukan.
“Itu nanti yang kemudian diserahkan kepada desa. Nanti langsung diturunkan kepada kabupaten,
kemudian kabupaten yang mendistribusikan ke desa berdasarkan kriteria yang sudah kita
tetapkan,” ujar Gamawan. Kriteria itu, kata Gamawan, misalnya berdasarkan luas wilayah,
jumlah penduduk, letak kesulitan geografis, tingkat kemiskinan dan beberapa variabel lainnya.
Dana itu, kata Gamawan, akan diambil pada APBN 2015. Sebab, dana APBN 2014 ini sudah
disahkan peruntukannya. “Kami sepakat segera (didistribusikan), makanya kami segera bentuk
tim. Setelah selesai PP, nanti alokasi daerah bisa saja tahun pertama 75 persen dan tahun kedua
25 persen. Karena kami sudah komitmen,” ujarnya.
Sementara menunggu APBN 2015, dana untuk desa ini diambil dari Alokasi Dana Daerah.
“ADD tetap berjalan. Program yang sudah diputuskan 2014 itu tetap jalan,” katanya.
Sementara di kantornya, Rabu 18 Desember 2013 pagi sebelum RUU disahkan, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) meminta seluruh otoritas terkait khususnya di tingkat wali kota dan
bupati yang mengatur keuangan desa, menggunakan anggaran tersebut dengan baik. “Hari ini
secara khusus saya meminta perhatian kabupaten dan kota, para bupati dan para wali kota,
tentunya para gubernur untuk memastikan bahwa anggaran itu betul-betul disalurkan dan juga
digunakan dengan baik,” ujarnya.
Anggota Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Desa (Panja RUU Desa) Bachruddin Nasori
menyatakan dengan ditetapkannya RUU Desa menjadi UU, maka Kepala Desa harus belajar
pembukuan (accounting). Sebab, dengan UU Desa yang baru disahkan hari ini oleh DPR RI,
dana sebesar 10 persen dari APBN akan masuk langsung ke desa.
“Dengan disahkan UU Desa, Kepala Desa harus belajar accounting karena kepala desa nanti
akan menjadi pejabat pembuat komitmen. Jangan sampai kepala desa masuk penjara karena
ketidakmengertiannya dalam mengelola keuangan,” kata Bachruddin usai rapat paripurna
pengesahan RUU Desa di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.
“Selama ini tidak pernah terpikirkan adalah APBN tidak pernah masuk desa. Selama ini
kementerian-kementerian menjadikan desa sebagai objek dari proyek yang hasilnya diambil
pusat,” kata Bendahara Umum PKB itu.
Alokasi dana ini diharapkan dapat mengakselerasi pembangunan di tingkat desa. Sebelum-
sebelumnya, alokasi dana dari APBN belum menyentuh sampai ke tingkat desa.
Disamping itu, dengan UU Desa ini, nantinya kepala desa dapat mengambil kebijakan—secara
mandiri—dalam mengelola potensi dan pembangunan desanya, tanpa didikte oleh kepala daerah
atau pemerintah pusat seperti yang berlangsung selama ini.
Namun demikian, menurut Bacharuddin, dana sebesar itu (Rp 1 Miliar/tahun) mesti ada
pertanggungjawabannya secara administratif. Oleh sebab itu setiap kepala desa wajib menguasai
akuntansi atau minimal pembukuan, agar pemakaian dana tersebut bisa dipertanggungjawabkan.
Jika dari sisi data akuntansi tidak valid dikhawatirkan akan banyak kepala desa yang tersandung
kasus korupsi.
“Jangan sampai kepala desa masuk penjara karena ketidakmengertiannya dalam mengelola
keuangan,” imbuh Bachruddin.
Melihat banyaknya pejabat kepala daerah yang terjerat kasus korupsi, bukan tak mungkin jika
ladang korupsi itu akan pindah ke Kantor-Kantor Kepala Desa, setelah diberlakukannya UU
Desa yang baru ini nantinya.
Oleh sebab itu, pihaknya menghimbau agar para Kepala Desa beserta perangkatnya mulai
sekarang belajar Accounting.
Kepala BPK RI Perwakilan Jawa Barat, Kornel Syarif Prawiradiningrat, mengingatkan agar para
kepala desa yang akan segera mendapatkan dan miliaran itu bersikap ektra hati-hati.
“Jangan sampai setelah menerima duit miliaran rupiah lalu beberapa bulan kemudian berurusan
dengan penegak hulum,” ujar Kornel. Ia mencontohkan, era otonomi daerah gara-gara salah urus
soal keuangan telah menyeret 525 bupati dan walikota berurusan dengan hukum.
Lalu, ia memberikan solusi jitu agar para kepala desa lepas dari jeratan hukum. “Buat
pembukuan yang baik, akuntabel dan transfaran,” Kornel menjelaskan.
Pembukuan yang baik yakni mencatat semua penerimaan dan pengeluaran dengan detil.
Misalnya, setiap pembelian barang harus ada kuitansinya, barang yang dibeli harus sesuai
peruntukannya.
“Tidak boleh ada yang disembunyikan dan dimainkan, semua bukti-bukti dicatat secara benar
dan lengkap,” jelas Kornel.
Penutup
Dari sekian banyak Undang-Undang yang mengatur tentang Desa sejak Indonesia merdeka 17
Agustus 1945 memang Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 adalah yang terbaik. Desa
sebagai ujung tombak pemerintahan terbawah memiliki otonomi dalam mengatur pembangunan
untuk mensejahterakan rakyatnya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya harus diawasi agar tidak
terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Badan Permusyawaratan Desa sebagai
unsur pemerintahan Desa harus bisa menjalankan tugas dan fungsinya sesuai amanat Undang-
Undang agar Kepala Desa tidak terjebak dalam jeratan hokum. Masyarakat Desa diharapkan juga
ikut mengawasi dan mengambil peran aktif melalui musyawarah desa agar pelaksanaan
pembangunan bisa benar-benar efektif dan tepat sasaran serta dilakukan secara transparan dan
akuntabel.
Bagikan ini:
Twitter
Facebook26
Google
LinkedIn2
Tumblr
Terkait
1. Ping balik: KEWENANGAN KEPALA DESA serta PERAN dan FUNGSI BPD dalam
UU NO 6 Th 2014 | tanwirwiryo
2. Ping balik: KEWENANGAN KEPALA DESA serta PERAN dan FUNGSI BPD dalam
UU NO 6 Th 2014 | Media Informasi BPD Klapagading Kulon.
Arsip
o Februari 2016
o Januari 2016
o Desember 2015
o Juli 2015
o Februari 2015
o Januari 2015
o Desember 2014
o November 2014
o Oktober 2014
o September 2014
o Agustus 2014
o Juli 2014
o Juni 2014
o Mei 2014
o April 2014
o Maret 2014
o Februari 2014
o Januari 2014
visitor
ON LINE VISITOR
google translator
CAL
Follow me on Twitter
www.detikriau.org
Home
Redaksi
Berita Video
Tahukah Kamu ?
Yuk Bertani
Beranda › Advetorial DPRD Inhil › Perda No 3 Tahun 2015 Kab Inhil Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
PROVINSI RIAU
TENTANG
1. bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagaimana diatur dalam Peraturan daerah
Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 8 Tahun 2006 tentang pembentukan Badan Permusyawaratan
Desa, perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa dan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir tentang Badan Permusyawaratan Desa.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Indragiri Hilir
Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah
Otonomi Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2754
);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik IndonesiaNomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
6. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32).
dan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 2
1. Ketua;
2. Wakil Ketua;
3. Sekretaris ; dan
4. Anggota
Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang
Sekretaris.
Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
Rapat pemilihian pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu
oleh anggota termuda usianya.
Pasal 3
Pasal 4
(1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa yang mencerminkan keterwakilan
wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.
(2) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji sampai dengan pengucapan sumpah/ janji keanggotaan masa bakti berikutnya .
(3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih kembali untuk masa
keanggotaan berikutnya paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
BAB III
Paragraf 1
Kedudukan
Pasal 5
BPD berkedudukan sebagai lembaga yang berfungsi sebagai pembentuk peraturan desa, fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan desa dan menjadi mitra pemerintah desa.
Pasal 6
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah yang ditetapkan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung atau
musyawarah dengan memperhatikan keterwakilan perempuan.
Paragraf 2
Persyaratan Calon
Pasal 7
Paragraf 3
Pengisian
Pasal 8
Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara demokratis melalui proses pemilihan secara
langsung dan/atau musyawarah perwakilan dengan menjamin keterwakilan perempuan.
Dalam rangka proses pemilihan secara langsung dan/atau musyawarah perwakilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepala Desa membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan BPD dan
ditetapkan dengan keputusan kepala Desa.
Pembentukan Panitia pengisian keanggotan BPD sebagaimana dimaksud ayat (2), berkenaan
dengan Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 4
Peresmian
Pasal 9
Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan
langsung atau musyawarah perwakilan dari kepala Desa.
Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkannya Keputusan Bupati mengenai peresmian anggota BPD.
Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut :
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku
anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan
selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa
saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Paragraf 5
Biaya
Pasal 10
1. APBDesa; dan/atau
2. sumber lain yang sah.
BAB IV
Paragraf 1
Pasal 11
Paragraf 2
Hak
Pasal 12
BPD berhak:
Pasal 13
(2) Selain mempunyai hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD berhak :
(3) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada pimpinan dan anggota BPD
yang berprestasi.
Paragraf 3
Kewajiban
Pasal 14
BPD mempunyai kewajiban menyampaikan laporan kinerja minimal satu kali dalam satu tahun
kepada masyarakat yang dilaksanakan dalam rapat desa, ynag dihadiri oleh unsur pemerintah
desa, lembaga kemasyarakatan desa, unsur masyarakat dan disampaikan secara tertulis kepada
Bupati.
Pasal 15
Paragraf 4
Larangan
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, kewenangan, hak dan kewajiban, pengisian
keanggotaan, pemberhentian anggota, serta peraturan tata tertib BPD diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB V
KEUANGAN
Pasal 18
BAB VI
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 19
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3.
Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
1. berakhir masa keanggotaan;
2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD; atau
4. melanggar larangan sebagai anggota BPD.
Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati lewat Camat atas
dasar hasil musyawarah BPD.
Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB VII
PENGISIAN KEANGGOTAAN ANTAR WAKTU
Pasal 20
Pengisian keanggotaan BPD antar waktu ditetapkan dengan keputusan Bupati atau pejabat yang
ditunjuk atas usul pimpinan BPD melalui kepala Desa.
Pasal 21
Ketentuan mengenai pengisian keanggotaan BPD antar waktu akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB VIII
Pasal 22
(2) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
(3) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
(4) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
(5) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d meliputi:
(6) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf e meliputi:
BAB IX
RAPAT
Pasal 23
Pasal 24
Apabila jumlah anggota BPD yang hadir dalam rapat tidak memenuhi kuorum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4), pimpinan BPD dengan persetujuan anggota BPD yang hadir
dapat menunda rapat selama 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam dengan memberitahukan
dan mengundang kembali secara tertulis kepada anggota BPD yang tidak hadir.
Apabila penundaan rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dilaksanakan dan
anggota BPD yang hadir belum memenuhi kuorum sebagaimana dimasud dalam Pasal 23 ayat
(4) maka rapat ditunda kembali selama 1 (satu) jam.
Apabila penundaan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilaksanakan
dan anggota BPD yang hadir belum memenuhi kuorum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (4), maka rapat tetap dilaksanakan dan keputusan yang diambil dinyatakan sah.
BAB X
MUSYAWARAH DESA
Pasal 25
Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. penataan Desa;
2. perencanaan Desa;
3. kerja sama Desa;
4. rencana investasi yang masuk ke Desa;
5. pembentukan BUM Desa;
6. penambahan dan pelepasan Aset Desa;
7. kejadian luar biasa; dan
8. pemilihan kepala desa antar waktu.
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling kurang sekali dalam
1 (satu) tahun.
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh Pemerintah Desa, BPD, dan
unsur masyarakat.
Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :
1. tokoh adat;
2. tokoh agama;
3. tokoh masyarakat;
4. tokoh pendidikan;
5. perwakilan kelompok tani;
6. perwakilan kelompok nelayan;
7. perwakilan kelompok perajin;
8. perwakilan kelompok perempuan;
9. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
10. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), musyawarah Desa dapat
melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
1. Anggota BPD yang ada tetap melaksanakan tugas sampai dengan berakhirnya masa
keanggotaannya.
2. BPD yang ada sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan dan jumlah keanggotaannya tidak
memenuhi jumlah anggota BPD sebagaimana disebutkan pada pasal 3, wajib melaksanakan
pengisian keanggotaan BPD antar waktu dengan mengikuti mekanisme musyawarah
berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan Pasal 22
3. Pengisian keanggotaan BPD antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 1
(satu) bulan setelah peraturan daerah ini diundangkan.
4. Periodesasi masa jabatan Anggota BPD menyesuaikan Peraturan Daerah ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri HIlir
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Indragiri HIlir Tahun 2006 Nomor 8 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Indragiri HIlir.
Ditetapkan di Tembilahan
1. MUHAMMAD WARDAN
Diundangkan di Tembilahan
SEKRETARIS DAERAH
1. ALIMUDDIN, RM
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
1. UMUM
BPD adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan menyepakati
berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan
kinerja kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan/atau BPD memfasilitasi penyelenggaraan
Musyawarah Desa.
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil
musyawarah dijadikan dasar oleh BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan
Pemerintahan Desa.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan Keterwakilan perempuan adalah dalam keanggotaan BPD, harus ada
keterwakilan perempuan.
Pasal 7
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud “sederajat“ adalah Madrasah Tsanawiyah, Ujian Persamaan Lanjutan setingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau diakui
keberadaannya oleh Pemerintah.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kata “sumpah” dan kata “demi Allah” diperuntukkan bagi Kepala Desa Terpilih yang beragama
Islam, sedang selain yang beragama Islam menggunakan kata “janji” dan kata “Tuhan”. Untuk
penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan kata-kata “Semoga Tuhan menolong Saya”,
untuk agama Budha diawali dengan ucapan “Demi Sang Hyang Adi Budha” dan untuk agama
Hindu diawali dengan ucapan “Om Atah Paramawisesa”
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan “memproses pemilihan kepala desa” adalah membentuk panitia
pemilihan, menetapkan calon kepala desa yang berhak dipilih, menetapkan calon kepala desa
terpilih dan mengusulkan calon kepala desa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi
kepala desa terpilih.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Pasal 12
Huruf a
Yang dimaksud dengan “meminta keterangan” adalah permintaan yang bersifat informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat Desa, bukan dalam rangka laporan pertanggungjawaban Kepala
Desa.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
ADVERTISING
Share this:
Facebook11
Twitter
Google
LinkedIn
Surat elektronik
Cetak
Terkait
PERDA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM DESA MAJU INDRAGIRI HILIR
JAYAdalam "Advetorial DPRD Inhil"
Tagged as: Badan, bupati, Bupati Indragiri Hilir, NOMOR, PERATURAN DAERAH
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, tahun
Ikuti
Ikuti “www.detikriau.org”
Home
Redaksi
Berita Video
Tahukah Kamu ?
Yuk Bertani
Beranda › Advetorial DPRD Inhil › Perda No 3 Tahun 2015 Kab Inhil Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
PROVINSI RIAU
TENTANG
1. bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagaimana diatur dalam Peraturan daerah
Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 8 Tahun 2006 tentang pembentukan Badan Permusyawaratan
Desa, perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa dan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir tentang Badan Permusyawaratan Desa.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Indragiri Hilir
Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah
Otonomi Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2754
);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik IndonesiaNomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
6. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
8. Peraturan Presiden Republik Indoensia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32).
dan
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 2
1. Ketua;
2. Wakil Ketua;
3. Sekretaris ; dan
4. Anggota
Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang
Sekretaris.
Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
Rapat pemilihian pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu
oleh anggota termuda usianya.
Pasal 3
Pasal 4
(1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa yang mencerminkan keterwakilan
wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.
(2) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji sampai dengan pengucapan sumpah/ janji keanggotaan masa bakti berikutnya .
(3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih kembali untuk masa
keanggotaan berikutnya paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
BAB III
Paragraf 1
Kedudukan
Pasal 5
BPD berkedudukan sebagai lembaga yang berfungsi sebagai pembentuk peraturan desa, fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan desa dan menjadi mitra pemerintah desa.
Pasal 6
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah yang ditetapkan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung atau
musyawarah dengan memperhatikan keterwakilan perempuan.
Paragraf 2
Persyaratan Calon
Pasal 7
Paragraf 3
Pengisian
Pasal 8
Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara demokratis melalui proses pemilihan secara
langsung dan/atau musyawarah perwakilan dengan menjamin keterwakilan perempuan.
Dalam rangka proses pemilihan secara langsung dan/atau musyawarah perwakilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepala Desa membentuk Panitia Pengisian Keanggotaan BPD dan
ditetapkan dengan keputusan kepala Desa.
Pembentukan Panitia pengisian keanggotan BPD sebagaimana dimaksud ayat (2), berkenaan
dengan Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 4
Peresmian
Pasal 9
Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan
langsung atau musyawarah perwakilan dari kepala Desa.
Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkannya Keputusan Bupati mengenai peresmian anggota BPD.
Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut :
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku
anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan
selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa
saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Paragraf 5
Biaya
Pasal 10
1. APBDesa; dan/atau
2. sumber lain yang sah.
BAB IV
Paragraf 1
Pasal 11
Paragraf 2
Hak
Pasal 12
BPD berhak:
Pasal 13
(2) Selain mempunyai hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD berhak :
(3) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada pimpinan dan anggota BPD
yang berprestasi.
Paragraf 3
Kewajiban
Pasal 14
BPD mempunyai kewajiban menyampaikan laporan kinerja minimal satu kali dalam satu tahun
kepada masyarakat yang dilaksanakan dalam rapat desa, ynag dihadiri oleh unsur pemerintah
desa, lembaga kemasyarakatan desa, unsur masyarakat dan disampaikan secara tertulis kepada
Bupati.
Pasal 15
Paragraf 4
Larangan
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, kewenangan, hak dan kewajiban, pengisian
keanggotaan, pemberhentian anggota, serta peraturan tata tertib BPD diatur dalam Peraturan
Bupati.
BAB V
KEUANGAN
Pasal 18
BAB VI
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 19
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3.
Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
1. berakhir masa keanggotaan;
2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD; atau
4. melanggar larangan sebagai anggota BPD.
Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati lewat Camat atas
dasar hasil musyawarah BPD.
Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB VII
PENGISIAN KEANGGOTAAN ANTAR WAKTU
Pasal 20
Pengisian keanggotaan BPD antar waktu ditetapkan dengan keputusan Bupati atau pejabat yang
ditunjuk atas usul pimpinan BPD melalui kepala Desa.
Pasal 21
Ketentuan mengenai pengisian keanggotaan BPD antar waktu akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB VIII
Pasal 22
(2) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
(3) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
(4) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
(5) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d meliputi:
(6) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf e meliputi:
BAB IX
RAPAT
Pasal 23
Pasal 24
Apabila jumlah anggota BPD yang hadir dalam rapat tidak memenuhi kuorum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4), pimpinan BPD dengan persetujuan anggota BPD yang hadir
dapat menunda rapat selama 1 (satu) kali 24 (dua puluh empat) jam dengan memberitahukan
dan mengundang kembali secara tertulis kepada anggota BPD yang tidak hadir.
Apabila penundaan rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dilaksanakan dan
anggota BPD yang hadir belum memenuhi kuorum sebagaimana dimasud dalam Pasal 23 ayat
(4) maka rapat ditunda kembali selama 1 (satu) jam.
Apabila penundaan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilaksanakan
dan anggota BPD yang hadir belum memenuhi kuorum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (4), maka rapat tetap dilaksanakan dan keputusan yang diambil dinyatakan sah.
BAB X
MUSYAWARAH DESA
Pasal 25
Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. penataan Desa;
2. perencanaan Desa;
3. kerja sama Desa;
4. rencana investasi yang masuk ke Desa;
5. pembentukan BUM Desa;
6. penambahan dan pelepasan Aset Desa;
7. kejadian luar biasa; dan
8. pemilihan kepala desa antar waktu.
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling kurang sekali dalam
1 (satu) tahun.
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh Pemerintah Desa, BPD, dan
unsur masyarakat.
Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :
1. tokoh adat;
2. tokoh agama;
3. tokoh masyarakat;
4. tokoh pendidikan;
5. perwakilan kelompok tani;
6. perwakilan kelompok nelayan;
7. perwakilan kelompok perajin;
8. perwakilan kelompok perempuan;
9. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
10. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), musyawarah Desa dapat
melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
1. Anggota BPD yang ada tetap melaksanakan tugas sampai dengan berakhirnya masa
keanggotaannya.
2. BPD yang ada sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan dan jumlah keanggotaannya tidak
memenuhi jumlah anggota BPD sebagaimana disebutkan pada pasal 3, wajib melaksanakan
pengisian keanggotaan BPD antar waktu dengan mengikuti mekanisme musyawarah
berdasarkan ketentuan Pasal 21 dan Pasal 22
3. Pengisian keanggotaan BPD antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 1
(satu) bulan setelah peraturan daerah ini diundangkan.
4. Periodesasi masa jabatan Anggota BPD menyesuaikan Peraturan Daerah ini.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri HIlir
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Indragiri HIlir Tahun 2006 Nomor 8 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Indragiri HIlir.
Ditetapkan di Tembilahan
1. MUHAMMAD WARDAN
Diundangkan di Tembilahan
SEKRETARIS DAERAH
1. ALIMUDDIN, RM
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
1. UMUM
BPD adalah lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil
dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan menyepakati
berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam upaya meningkatkan
kinerja kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dan/atau BPD memfasilitasi penyelenggaraan
Musyawarah Desa.
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum musyawarah antara BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk
memusyawarahkan dan menyepakati hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Hasil Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil
musyawarah dijadikan dasar oleh BPD dan Pemerintah Desa dalam menetapkan kebijakan
Pemerintahan Desa.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan Keterwakilan perempuan adalah dalam keanggotaan BPD, harus ada
keterwakilan perempuan.
Pasal 7
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud “sederajat“ adalah Madrasah Tsanawiyah, Ujian Persamaan Lanjutan setingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau diakui
keberadaannya oleh Pemerintah.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kata “sumpah” dan kata “demi Allah” diperuntukkan bagi Kepala Desa Terpilih yang beragama
Islam, sedang selain yang beragama Islam menggunakan kata “janji” dan kata “Tuhan”. Untuk
penganut agama Kristen/Katolik diakhiri dengan kata-kata “Semoga Tuhan menolong Saya”,
untuk agama Budha diawali dengan ucapan “Demi Sang Hyang Adi Budha” dan untuk agama
Hindu diawali dengan ucapan “Om Atah Paramawisesa”
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan “memproses pemilihan kepala desa” adalah membentuk panitia
pemilihan, menetapkan calon kepala desa yang berhak dipilih, menetapkan calon kepala desa
terpilih dan mengusulkan calon kepala desa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi
kepala desa terpilih.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Pasal 12
Huruf a
Yang dimaksud dengan “meminta keterangan” adalah permintaan yang bersifat informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat Desa, bukan dalam rangka laporan pertanggungjawaban Kepala
Desa.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
ADVERTISING
Share this:
Facebook11
Twitter
Google
LinkedIn
Surat elektronik
Cetak
Terkait
PERDA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM DESA MAJU INDRAGIRI HILIR
JAYAdalam "Advetorial DPRD Inhil"
Tagged as: Badan, bupati, Bupati Indragiri Hilir, NOMOR, PERATURAN DAERAH
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, tahun
Ikuti
Ikuti “www.detikriau.org”
HOME
PROFIL DESA
POTENSI
ASET DESA »
o WISID »
o BUMDes
o Aset Lainnya
DUSUN »
o Mulyorejo »
o Wonorejo »
o Shoberoh »
o Larangan »
KEPALA DESA
engingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4587);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kedudukan Keuangan
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
5. Perda No. 4 Tahun 2010 tentang Pengangkatan dan pemberhentian Perangkat Desa;
6. Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
7. Perdes No. 3 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Dalegan;
8. Hasil Rapat Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa Dalegan pada tanggal 18 Juli
Tahun 2012.
dan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4. Desa Dalegan adalah keseluruhan wilayah Dalegan yang mencakup Krajan dan Dusun
(pedukuhan);
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Desa;
9. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat dengan BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa;
10. Peraturan Desa adalah perturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala
Desa;
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDesa, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
desa dan BPD, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
0 comments:
Post a Comment
Newer Post
Popular Posts
Perdes No.6 Tahun 2012
Labels
Anggota BPD (1)
Badan Permusyawaratan Desa (1)
BPD (3)
desa Dalegan (1)
Fungsi dan Wewenang (1)
Kabupaten Gresik (1)
kampanye (1)
Kecamatan Panceng (1)
Perda No.3 Tahun 2010 (1)
Perdes No.6 (1)
pilkades dalegan 2013 (3)
Tatib Pilkades Dalegan (1)
DOWNLOADS
PERDA No.03 Tahun 2010 Tentang BPD
PERDES No.03 Tahun 2013 Tentang Pilkades
PERDES No.06 Tentang BPD
Bagaimana kinerja BPD sekarang?
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) © 2012-2018 BPD Dalegan. Supported by WISID and
gresikkab.go.id
1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI
NOMOR 3 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME
PENYUSUNAN PERATURAN DESA
BUPATI BANGGAI,
Menimbang
: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 Perat
uran
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pe
doman
Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
,
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pedoman
Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa
.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II
di Sulawesi
(Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1822);
2. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Rebuplik Indon
esia
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4337); sebagaiamana telah diubah de
ngan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentan
g
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Rebuplik Indon
esia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pera
turan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indone
sia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tenta
ng Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomo
r
158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4587) ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tenta
ng
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indon
esia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593) ;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
2006
tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun
2006
tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
2
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2006
tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2006
tentang Pedoman Pembentukan Dan Mekanisme
Penyusunan Peraturan Desa;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Nomor 9 Ta
hun 2008
tentang Kewenangan Kabupaten Banggai (Lembaran Daer
ah
Kabupaten Banggai Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Banggai Nomor 47).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI TENT
ANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME
PENYUSUNAN PERATURAN DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Banggai
2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan
Pemerintahan oleh
Pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas - luasnya dalam siste
m dan Prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud da
lam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan Perangkat D
aerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan Daerah
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disebut DPRD adalah
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banggai
sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Bupati adalah Bupati Banggai.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai per
angkat daerah kabupaten.
7. Camat adalah peminpin dan koordinator penyelengg
araan pemerintahan
diwilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksnaan tug
asnya memperoleh
pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untu
k menangani
sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan
tugas umum
pemerintahan.
8. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanju
tnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang dimiliki batas-batas
wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan m
asyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat s
etempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pe
merintahan oleh
Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (B
PD) dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setemp
at yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangka
t Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintah desa.
11. Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lainnya
yang selanjutnya
disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwuj
udan demokrasi
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai uns
ur penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
12. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undan
g yang dibuat oleh BPD
bersama Kepala Desa.
13. Peraturan Kepala Desa adalah Peraturan Perundan
g-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur
dalam rangka
melaksanakan Peraturan dan Peraturan Perundang-Unda
ngan yang
lebih tinggi.
14. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang dit
etapkan oleh
Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka m
elaksanakan
Peraturan Desa maupun Peraturan Kepala Desa.
15. Evaluasi adalah pengkajian dan penialaian terha
dap rancangan peraturan
desa untuk mengetahui kesesuaiannya dengan kepentin
gan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Sebagai Pedoman bagi Pemerintah Desa yaitu Bada
n
Permusyarawatan
Desa dan Kepala Desa dalam rangka penyusunan produk
hukum yang
ditetapkan di Desa berdasarkan standarisasi sesuai
ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Agar tercipta keseragaman penyusunan produk huk
um dalam
bentuk Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Ke
putusan Kepala Desa
disetiap Desa dalam wilayah kecamatan Pemerintah Ka
bupaten Banggai.
BAB III
ASAS
Pasal 3
Dalam membentuk Peraturan Desa harus berdasarkan pa
da asas pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik meliputi :
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan ; dan
g. keterbukaan.
4
Pasal 4
Jenis Produk hukum pada tingkat desa meliputi :
a. Peraturan Desa ;
b. Peraturan Kepala Desa; dan
c. Keputusan Kepala Desa
Pasal 5
(1) Materi muatan Peraturan Desa sebagaimana dimaks
ud dalam Pasal 4
huruf a adalah seluruh materi muatan dalam rangka p
enyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pembangunan desa, dan pemberdaya
an masyarakat,
serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Peratu
ran Perundang-undangan
yang lebih tinggi.
(2) Materi muatan Peraturan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b adalah penjabaran pelaksanaan Perat
uran Desa yang bersifat
pengaturan.
(3) Materi muatan Keputusan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c adalah penjabaran pelaksanaan Perat
uran Desa dan
Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan.
Pasal 6
Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan kepe
ntingan umum
dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih ti
nggi.
BAB IV
PERSIAPAN DAN PEMBAHASAN
Pasal 7
Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerinta
h Desa dan dapat berasal
dari usul inisiatif BPD.
Pasal 8
(1) Masyarakat berhak memberikan masukan baik secar
a tertulis maupun lisan
terhadap Rancangan Peraturan Desa.
(2) Masukan secara tertulis maupun lisan dari masya
rakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan dalam prose
s penyusunan
Rancangan Peraturan Desa.
(3) Mekanisme penggunaan hak sebagaimana dimaksud p
ada ayat (1) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Daerah.
Pasal 9
Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama ole
h Pemerintah Desa
dan BPD.
FORUM PENGEMBANGAN PEMBAHARUAN
DESA
Beranda
Donasi
Forum Diskusi
Kontak Kami
Tentang FPPD
Ide Dasar
Visi-Misi
Agenda
Srtuktur Organisasi
Informasi
Agenda Kegiatan
Berita Desa
RUU Desa Terganjal Rumusan Anggaran Desa
Kenduri Warga untuk RUU Desa
Dirjend PMD
Sarasehan Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan
Dasar Hukum Pendirian BUMDes
Pemekaran Desa, Kelurahan dan Kecamatan Disetop
Up date Berita di Media tentang Legislasi RUU Desa, Juli 201
RUU Desa: Topik Anggaran Bikin Alot Pembahasan
RUU Desa Tak Selesai Masa sidang IV 2012-2013
RUU Desa Bisa Molor Lagi
Pengesahan RUU Desa Kembali Diundur
PENGESAHAN RUU DESA KEMBALI DIUNDUR
Belum Ada Titik Temu Soal Anggaran, RUU Desa Masih Deadlock
Login
Username
Password
Statistic
Visitors :312263
Hits : 1125369
Month : 3199 Users
Today : 149 Users
Online : 4 Users
Peraturan Desa mulai dikenal sejak diundangkannya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999. Lembaga
yang bertugas membuat Peraturan Desa dalam UU tersebut adalah Badan Perwakilan Desa (BPD).
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Peraturan Daerah terdiri dari tiga kategori yaitu (1) Perda
Provinsi yang ditetapkan oleh DPRD ditingkat Provinsi dengan Gubernur, (2) Perda
Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati/Walikota,
dan (3) Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat. Peraturan Desa digolongkan menjadi satu
dalam kategori Peraturan Daerah. Hal ini kemudian diakui sebagai sebuah kesalahan karena
Peraturan Desa berbeda dengan Peraturan Daerah.
Undang-Undang 32 Tahun 2004 tidak menyebut secara khusus tentang apa saja materi muatan
Peraturan Desa, tetapi hanya menyebutkan untuk pembentukan lembaga kemasyarakatan desa
dan pengelolaan keuangan desa yang disusun dalam anggaran pendapatan dan belanja desa harus
ditetapkan di dalam peraturan desa (pasal 211 dan Pasal 212). Sedangkan Pasal 13 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2004 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan Desa adalah
seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan urusan desa serta penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pada pasal 55 menyebutkan bahwa Peraturan Desa
dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, penjabaran lebih lanjut dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Adapun materi muatan Peraturan Desa dilarang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa menurut Pasal 7 Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 adalah:
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa
Jika mengacu pada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, materi muatan Peraturan
Desa menjadi sangat luas, sedangkan pembagian urusan pemerintahan yang kemudian diatur di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 hanya mengatur hingga Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, sehingga apa yang akan diatur oleh Peraturan Desa sudah sedemikian terbatas
dan bergantung kepada pendelegasian atau tugas pembantuan dari pemerintahan ditingkat yang
lebih tinggi. Mengacu pada pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tersebut maka
artinya Pemerintah Desa tidak dapat begitu saja membentuk sebuah peraturan desa untuk
menjabarkan sebuah peraturan perundang-undangan ditingkat lebih tinggi jika tidak ada perintah
dari peraturan perundang-undangan atau pendelegasian karena urusan atau kewenangan asli yang
diselenggarakan oleh desa sangat terbatas.
Materi muatan yang secara khusus disebut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
untuk ditetapkan dengan Peraturan Desa adalah:
Secara khusus Pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 memerintahkan bahwa
pedoman Pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri, dalam hal ini Kementerian
Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006
tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.
Peraturan Daerah yang mengatur tentang pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan
Peraturan Desa tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. asas pembentukan
b. perencanaan penyusunan
c. materi muatan
e. teknik penyusunan
f. penyebarluasan
g. partisipasi masyarakat.
Akan tetapi penyusunan Peraturan Daerah dimaksud juga harus memperhatikan perkembangan
terbaru, khususnya dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dimana Peraturan Desa tidak lagi ditempatkan di
dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan sehingga beberapa hal khususnya dalam materi
muatan harus disesuaikan. Sistematika di batang tubuh dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
tidak harus mengikuti susunan di dalam Pasal 19 Permendagri Nomor 26 Tahun 2007.
Substansi yang perlu diperjelas atau dipertegas di dalam Peraturan Daerah tersebut adalah :
Materi muatan Peraturan Desa.
Mekanisme pembahasan, hak BPD dan Kepala Desa, bisa menjadi acuan Peraturan Tata
Tertib pembahasan di BPD.
Mekanisme pengawasan preventif dan represif, dalam hal ini Peraturan Daerah perlu
menegaskan pendelegasian pengawasan kepada camat atau tidak, instansi mana yang
bertugas melakukan pengawasan Peraturan Desa di Pemerintah Kabupaten, bagaimana
dengan peran bagian hukum di kabupaten, pengajuan keberatan terhadap Peraturan Desa
oleh masyarakat, pembatalan Peraturan Desa.
Sedangkan hal-hal lain dapat mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan
disesuaikan dengan kepentingan daerah.
Pada intinya Penyusunan Peraturan Desa bukanlah sebuah kegiatan yang dilaksanakan semata-
mata untuk memenuhi tugas yang diemban oleh Kepala Desa dan BPD, melainkan benar-benar
untuk menyelesaikan permasalahan dan memberikan manfaat bagi masyarakat desa. Peraturan
Desa sebagai salah satu instrumen hukum yang mengatur masyarakat harus memiliki wibawa
sehingga dipatuhi oleh masyarakatnya sendiri.
Komentar Pengunjung
Tidak Ada Komentar Pada Artikel Ini
Name :
Email :
Comment Title :
Comment :
Security Code :
Type Code :
Lanjut ke konten
Beranda
ABOUT ME
Album Foto pribadi
BERITA BPD
DOWNLOAD DISINI
MOTIVASI
BUKU TAMU
← Mendagri “Stop Pemekaran Desa, Kelurahan dan Kecamatan hingga Oktober 2014”
Pengendalian Hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) →
(JDIH, Purwokerto) Berdasarkan ketentuan Pasal 119 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
disebutkan “Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung
dengan Desa wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya dengan ketentuan Undang-
Undang ini”. Dengan demikian, pengaturan terkait dengan Perangkat Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) di Kabupaten Banyumas juga harus menyesuaikan dan
mendasarkan pada UU Desa terbaru.
Selanjutnya, Pasal 120 ayat (1) menetapkan, “Semua peraturan pelaksanaan tentang Desa yang
selama ini ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini”. Artinya
PP Nomor 27 Tahun 2005 tentgang Desa dan Perda Kabupaten Banyumas terkait dengan
Perangkat Desa dan BPD sepanjang tidak bertentangan dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 masih
tetap berlaku dan dijadikan dasar dalam pengaturan Perangkat Desa dan BPD di KAbupaten
Banyumas. Untuk lebih jelasnya, kami kutipkan beberapa ketentuan dalam UU Nomor 6 Tahun
2014 terkait dengan Perangkat Desa dan BPD, sebagai berikut :
Pasal 48
1. sekretariat Desa;
2. pelaksana kewilayahan; dan
3. pelaksana teknis.
Pasal 49
1. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 bertugas membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
2. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Desa setelah
dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota.
3. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 50
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 diangkat dari warga Desa yang
memenuhi persyaratan:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48,
Pasal 49, dan Pasal 50 ayat (1)
Pasal 51
Pasal 52
(1) Perangkat Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dikenai
sanksi administratif berupa
(2) Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan,
dilakukan tindakan
Pasal 53
1. meninggal dunia;
2. permintaan sendiri; atau
3. diberhentikan.
(2) Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketujuh
Pasal 55
Pasal 56
(1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang
(2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun terhitung sejak
tanggal pengucapan
sumpah/janji.
(3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih
untuk masa keanggotaan paling
Pasal 57
Pasal 58
(1) Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling
sedikit 5 (lima) orang dan paling
(2) Peresmian anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota.
hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 59
(1) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang
wakil ketua, dan 1 (satu) orang
sekretaris.
(2) Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari
dan oleh anggota Badan
Permusyawaratan Desa secara langsung dalam rapat Badan Permusyawaratan Desa yang
diadakan secara khusus.
(3) Rapat pemilihan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa untuk pertama kali dipimpin oleh
anggota tertua dan dibantu oleh
anggota termuda.
Pasal 61
Badan Permusyawaratan Desa berhak:
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Bagikan ini:
Twitter
Facebook28
Google
LinkedIn
Tumblr
Terkait
saya ingin bertanya, apakah penduduk pendatang yang mendapatkan ijin PANCUNG
ALAS (tumpang) mereka dapat memiliki tanah yang ditumpangkan tersebut setelah masa
berlaku dari pancung alas tersebut habis? mohon bantuannya untuk sebuah penjelasan
terima kasih.
Suka
Balas
o raharjoagus berkata:
Suka
Balas
2. Pihir berkata:
Tolong kirimkan Peraturan Pemerintah tentang perangkat desa yang usianya lebih dari 42
th ketika uu Desa no.6 th 2014 bgaimana kelanjutannya dan yang berahir masa kerjanya
pada th 2017 apakah bisa terjaring lagi mohon shernnya. trims
Suka
Balas
o raharjoagus berkata:
Suka
Balas
3. Handoko berkata:
16 Januari 2015 pukul 9:26 am
apakah seorang wakil BPD berhak mengambil keputusan dalam rapat apabila ketua tidak
hadir apakah wakil ketua boleh menanda tangani hasil rapat untuk PERDES.
Suka
Balas
o raharjoagus berkata:
1.Unsur pimpinan dalam BPD adalah : Ketua, Wakil Ketua dan Sekertaris
(merangkap Bendahara) pengambilan Keputusan melalui proses rapat unsur
Pimpinan , tidak dapat seorang pengurus BPD mengambil keputusan tanpa rapat
unsur Pimpinan 2.Penyusunan Tatib BPD mestinya memuat tentang tata cara
pengambilan sebuah Keputusan BPD, terima kasih.
Suka
Balas
di boleh kan apa tidak apa bila seseorang yang berijasa smp di jadikan
perangkat/pamong desa?
Suka
Balas
raharjoagus berkata:
Suka
raharjoagus berkata:
Suka
o raharjoagus berkata:
Suka
Balas
Saya mau tanya,di daerah sy ada beberapa perangkat desa telah berkampanye di saat
pilkades,dan sudah dpat teguran dr pihak pemerintah kecamatan,namun tidak di
indahkan,dan bahkan lebih parah membantu melakukan money politik trhdap
masyarkatnya!
Bagaimana solusi untuk memberhentikan perangkat desa trsebut oleh kepala desa,dan sy
sebagi masyrkt mendesak kepala desanya agar segera di berhentika, bisakah.?
Suka
Balas
5. stery berkata:
15 Desember 2015 pukul 1:11 pm
apakah seorang kepala desa berhak menonaktifkan seorang/lebih perangkat desa dengan
alasan tidak sejalan, tidak melakukan perintahnya?
Suka
Balas
Arsip
o Februari 2016
o Januari 2016
o Desember 2015
o Juli 2015
o Februari 2015
o Januari 2015
o Desember 2014
o November 2014
o Oktober 2014
o September 2014
o Agustus 2014
o Juli 2014
o Juni 2014
o Mei 2014
o April 2014
o Maret 2014
o Februari 2014
o Januari 2014
visitor
ON LINE VISITOR
google translator
CAL
Follow me on Twitter
pembangunan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku Administrasi
Pembangunan.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menjelaskan secara tegas
Sedangkan Perangkat Desa terdiri atas: Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.
Yang dimaksud dengan Perangkat Desa lainnya adalah:
Kepala Desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah di desa, yang berada langsung
bersama BPD
d. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa untuk
e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari korupsi,
m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;
Laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada Bupati melalui camat dan
kepada BPD.
Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsure staf pembantu Kepala Desa dan
mempunyai fungsi:
desa.
masyarakat; dan
masyarakat desa;
dan
tugas kepala desa di wilayah kerjanya dan bertanggungjawab kepada kepala desa.
Kepala dusun mempunyai tugas menjalankan kebijakan dan kegiatan kepala desa
Pamong Desa berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis lapangan untuk membantu
kepala desa yang bertugas menjalankan kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya di
lapangan.
b. Mengajukan pertanyaan
e. Memperoleh tunjangan
2 komentar:
1.
Bagi saya untuk pengetahuan dan pembelajaran setelah pindah dari kota Semarang ke
desa Sumur Brangsong Kendal
Salam saya: Agus subiakto
Balas
2.
Terima Kasih Banyak Bang, artikelnya sangat membantu saya dalam penyusunan
Skripsi...
Balas
Google+ Followers
Arsip Blog
▼ 2013 (17)
o ▼ Mei (13)
syarat calon kepala desa
PP REPUBLIK INDONESIA NO. 72 TAHUN 2005
Mengenai TUGAS/FUNGSI KEPALA DESA, PERANGKAT
DESA DAN BPD
Saya CARA MERAKIT KOMPUTER LENGKAP
DENGAN GAMBARNYA
Tips Microsoft Excel Rumus Mencari Data Ganda
(Dup...
Cara Memperbaiki Charger Laptop Tidak Mau Ngisi
Ba...
Alibakti Nasution Tugas dan Fungsi Kepala Desa
Lihat profil PKK
lengkapku LINMAS ( PERLINDUNGAN MASYARAKAT ).
Tata Tertib Pilkades Massal Tahun 2013
Badan Permuyawaratan Desa ( BPD )
Pentingnya pembangunan industri sawit
Sudah puaskah istri anda...
o ► April (4)
pujanggaselektif. Template Simple. Gambar template oleh gaffera. Diberdayakan oleh Blogger.
Beranda
Desa Purwasari adalah Desa Pemekaran dari Kelurahan Cicurug pada tahun 1980, Luas wilayah
317 Ha, batas wilayah Utara Berbatasan dengan Desa Nanggerang; Timur Berbatasan dengan
Desa Wangun jaya; Selatan Berbatasan dengan Desa Nyangkowek; Barat Berbatasan dengan
Cicurug. Jumlah penduduk 9.657 jiwa.
Home
Profil
Downloads
Mitra_OKMS
Featured
Health
RW
RT
Desa News
Menu Utama
Buku Tamu
Visi Misi Desa Purwasari
Profil Desa Purwasari
Personil Perangkat Desa
Pengurus BPD
Pengurus LPMD
Peta lokasi Desa
Kepala Desa
Heri Herdiansyah
Sekretaris Desa
U.Juaeni
Staf Desa
Ketua BPD
Ahmad Syahroni
Ketua LPMD
H.Supriatna
KEANGGOTAAN
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa yang bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;
(2) Anggota BPD terdiri dari Ketua RT/RW, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau
pemuka masyarakat;
(3) Anggota BPD setiap Desa berjumlah gasal dengan jumlah sesuai ketentuan yang berlaku;
13 komentar:
Asalamu'alaikum
Untuk saya sebagai pembelajaran dan pengetahuan bagaimana sistem di pemerintahan
desa dan apa saja hak kewajiban tugas dan fungsi perangkat desa, apalagi setelah saya
pindah dari kota Semarang ke desa Sumur Brangsong Kendal
BAGUS SEKALI
trima kasihhhhhh,,,,
terimakasih atas artikelnya,saya orang baru di BPD masih harus belajar lebih banyak
tentang tugas dan tanggung jawab BPD.artikel ini sangat bermanfaat untuk saya.salam:
titi hartina DATARA
Menurut UU No 6 Th 2014 Ttg Desa, pada pasal 57 huruf c. diterangkan bahawa usia
paling rendah untuk menjadi calon anggota BPD adalah 20 thn. Mohon di uapdate agar
iformasinya tepat.
Terimakasih
Assalamualaikum saya salah satu sekretaris desa yg telah diberhentikan oleh kades tanpa
musyawarah dan tanpa persetujuan oleh BPD apakah tdk bertentangan dgn amanat
undang2...? Mohon penjelasannya pak trim,s
Poskan Komentar
Search
Popular Posts
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG BPD
BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa BPD dibentuk berdasarkan usulan
masyarakat Desa yang bersangkutan. BPD befungsi menetapk...
Tugas dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan (LPMD,PKK, RT/RW dan Karang Taruna)
Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau
nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam s...
PROFIL DESA 2.I. Kondisi Desa 2.1.1. Sejarah Desa Desa Purwasari adalah
merupakan Desa Pemekaran dari Kelurahan Cicurug pada tahun 19...
Download
Undang Undang No.6 tahun 2014 ttg Desa
Perda 23 tahun 2012 ttg Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
Peraturan Gubernur 58/2010 ttg Program Desa Mandiri
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 ttg Desa
Referensi Implementasi PP 72 tahun 2005 ttg Desa terkait dengan peran BPD dalam
penyusunan dan penetapan Perdes
Link Pemerintahan
Kemendagri
Kementerian RI
Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Lembaga Negara RI
Pemerintah Daerah Propinsi
Pemerintah Daerah Kab/Kota
Pemerintah Kab.Sukabumi
BPS Kab.Sukabumi
Recomended
Produk Hukum
UU No.6 tahun 2014 ttg Desa
PP No.43 tahun 2014 ttg Desa
UU No.5 tahun 2014 ttg Aparatur Sipil Negara
Perubahan atas UU 23 tahun 2006 ttg Administrasi Kependudukan
UU No.17 tahun 2013 ttg Organisasi Kemasyarakatan
Home
Pendidikan
Artikel Karton
o
o Terminologi
o Sejarah
o Teori Karton
o Klasifikasi
o Proses
o Quality
Ketenagakerjaan
o
o Pesangon
o Lain-lain
Teknologi
Motivasi
Umum
o
o Umum
o Serba-serbi
About-Us
Sebagai konsekuensi atas berlakunya Undang-undang Desa Nomor 06 Tahun 2014 adalah
adanya kucuran dana milyaran rupiah langsung ke desa yang bersumber dari alokasi dana
Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. Dana
yang begitu besar ini menimbulkan kekhawatiran beberapa pihak karena rawan diselewengkan
atau dikorupsi. Bagaimana sebenarnya mekanisme pengawasan penggunaan Alokasi Dana
Desa tersebut?
Pengertian Dana Desa
Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari
APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut
ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa.
Menurut Direktur Pemerintahan Desa dan kelurahan pada Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri Eko Prasetyanto Pengawasan Dana Desa
dilakukan oleh masyarakat melalui BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan pemerintah di
atasnya, yaitu pemerintah kabupaten/kota. Bahkan menteri dalam negeri, Gamawan Fauzi,
menekankan agar masyarakat tidak khawatir dengan potensi penyimpangan dana triliunan
rupiah ini sebab setiap tahun akan dilakukan pengawasan sistem. Pemerintah, akan melakukan
pengawasan dalam penetapan anggaran, evaluasi anggaran dan pertanggungjawaban
anggaran. Selain itu, kata dia, ada juga audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
memeriksa semua penyelenggara anggaran itu setiap akhir tahun.
Bagaimana sebenarnya mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh BPD, adakah dasar
hukumnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibawah ini akan saya uraikan bagaimana
BPD bisa melaksanakan amanat dari masyarakat desa yang mendambakan penggunaan dana
yang transparan dan akuntabel.
Dasar Hukum :
Ketentuan pasal 55 huruf c yang mengatakan bahwa BPD mempunyai fungsi melakukan
pengawasan kinerja kepala Desa inilah entry point yang akan saya bahas disini.
kepada bupati/walikota;
kepada bupati/walikota;
Dari uraian diatas sudah jelas bahwa Badan Permusyawaratan Masyarakat Desa mempunyai
peran yang strategis dalam ikut mengawal penggunaan dana desa tersebut agar tidak
diselewengkan. Mari kita cermati ketentuan pasal 48 dan 51 PP Nomor 43 Tahun 2014.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut setikdanya ada 3 poin yang sangat krusial yaitu :
1. Pasal 48 huruf c yang menyebutkan bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan
keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.
2. Pasal 51 ayat 2 bahwa Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa. Mari
kita garis bawahi mengenai kata-kata paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa.
Kita tentu masih ingat bahwa APBDes adalah merupakan salah satu contoh Peraturan Desa. Ini
artinya bahwa kalau Kepala Desa wajib membuat laporan keterangan tertulis tentang
pelaksanaan peraturan desa berarti kepala desa wajib membuat laporan tentang pelaksanaan
APBDes.
3. Lebih lanjut dalam Pasal 51 ayat (3) dijelaskan bahwa laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala Desa.
Inilah ketentuan yang selama ini saya tunggu-tunggu. Sebagai salah satu pimpinan BPD
selama ini saya sangat kesulitan meng-akses mengenai pelaksanaan APBDes karena sesuai
ketentuan undang-undang bahwa kepala desa hanya wajib melaporkan pelaksanaan APBDes
kepada Bupati/Walikota sedangkan masyarakat menuntut BPD ikut mengawasi jalannya
pemerintahan Desa. Dengan payung hukum yang jelas ini maka akan mempermudah tugas
BPD untuk ikut mengawasi kinerja kepala desa termasuk didalamnya adalah penggunaan Dana
Desa yang ter-integrasi dalam APBDes.
Walaupun laporan keterangan ini bukan suatu laporan pertanggungjawaban tetapi karena ini
adalah laporan keterangan tertulis tentang pelaksanaan peraturan desa tentu kalau ada indikasi
ketidaksesuaian BPD bisa menindaklanjuti sesuai peraturan atau undang-undang yang berlaku
di Indonesia.
pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha,hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
a. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota;
d. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran e.
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
Pasal 73
1). Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja, dan
pembiayaan Desa.
2). Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa diajukan oleh Kepala Desa dan
dimusyawarahkan bersama Badan Permusyawaratan Desa.
3). Sesuai dengan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
Kesimpulan
Karena dana desa yang bersumber dari APBN jumlahnya cukup besar maka diperlukan
mekanisme kontrol dari masyarakat untuk mengawasi penggunaan dana desa tersebut agar
dana tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukannya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintahan Desa dituntut menyelenggarakan pemerintahan secara transparan
dan akuntabel.
Badan Permusyawaratn Desa yang merupakan lembaga yang mempunyai fungsi pengawasan
diharapkan bisa menjalankan perannya secara sungguh-sungguh terutama dalam hal
penggunaan anggaran. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sudah memberikan payung
hukum yang jelas sehingga BPD tidak perlu ragu dalam menjalankan fungsinya untuk
melakukan pengawasan terhadap kinerja kepala desa. Adanya mekanisme ‘check and balance’
ini akan meminimalisir penyalahgunaan keuangan desa. Semoga niat baik dari para pemimpin
negeri ini untuk memajukan desa bisa segera terwujud agar desa tidak lagi dipandang sebelah
mata malah sebaliknya desa akan menjadi pusat kegiatan ekonomi sehingga warga desa tidak
perlu pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Kecamatan Balongbendo
Kab. Sidoarjo – Jawa Timur
Labels: umum
7 comments:
1.
Makasih bgt info nya gan...ni bermanfaat bgt buat kami .Anggota BPD Baru di Daerah
Aceh...Izin Share ke blog ane di bpkmakmurjaya.blogspot.co.id
Reply
Replies
1.
saya ingin berbagi cerita kepada semua teman-teman bahwa saya yg dulunya
orang yg paling tersusah,walaupun mau makan itu pun harus hutang dulu sama
tetangga dan syukur kalau ada yg mau kasi,semakin aku berusaha semakin jauh
juga pekerjaan dan selama aku ingin berbuat baik kepada orang lain semakin
banyak pula yg membenci saya karna saya cuma dianggap rendah sama orang lain
karna saya tidak punya apa-apa,dan akhirnya saya berencana untuk pergi bilan
kepada saya kalau DIMAS KANJENG PRIBADI bisa membantu orang yg lagi
kesusahan dan tidak berpikir panjang lebar lagi saya langsun menghubungi AKI
dimas dan dengan senan hati DIMAS KANJENG PRIBADI ingin membantu
saya,,alhamdulillah saya sudah menang togel yg ke5 kalinya dan rencana saya
bersama keluarga ingin membuka usaha dan para teman-teman diluar sana yg
ingin seperti saya silahkan hubungi DIMAS KANJENG PRIBADI,di
082319930479 saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan DIMAS
KANJENG, dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat
kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya Ataumencari dukun yg bisa
menembus nomor dan disuatu hari saya bertemu sama orang yg pernah dibantu
sama DIMAS KANJENG dan dia memberikan nomor DIMAS KANJENG,dia
HUBUNGI MBAH KANJENG TAAT PRIBADI DI 082319930479
INFO SILAHKAN KUNJUNGI WEBSITENEYA DI KLIK DISINI
KALAU PENGEN MASALAH ANDA CEPAT TERSELESAIKAN
Reply
2.
Selamat siang,
Yang sering 'salah kaprah' pada pengertian PARTISIPASI.
Jika terikat secara jumlah dan waktu, apakah masih layak disebut 'partisipasi' ???
Tks pencerahannya. (jobunbun@gmail.com)
Contoh nyata, silahkan lihat di kolom Surat Pembaca harian Analisa Daily versi mobile.
Reply
3.
4.
ok
Reply
5.
sip bos..
Reply
Replies
1.
Reply
Load more...
Total Pageviews
1523395
Popular Posts
Menghitung Pesangon PHK & Pensiun sesuai UU 13-2003
Keistimewaan Undang-Undang Desa Terbaru No. 6 Th. 2014
Inilah Besarnya Iuran BPJS Kesehatan Bagi Karyawan Swasta
Download Permendesa No. 1,2,3,4,5 Tahun 2015
Menikmati Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Impian
Sekilas tentang PPIC dan PPC dalam perusahaan.
Download PP Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa
Problem Cacat Printing dalam Cetak Flexo Carton Box part-1
Download Undang-Undang Desa Terbaru Tahun 2013
Bayar Gaji Tidak Sesuai UMK, Pengusaha Bisa Dipidana!
Arsip Blog
► 2016 (2)
► 2015 (6)
▼ 2014 (26)
o ▼ September (2)
Mekanisme Pengawasan Dana Desa Oleh BPD
10 Tips Menghasilkan Cetak Flexo Yang Baik
o ► August (2)
o ► June (4)
o ► May (4)
o ► April (4)
o ► March (2)
o ► February (4)
o ► January (4)
► 2013 (99)
► 2012 (14)
My Logo
Blogger templates
Belajar SEO dan Blog support Online Shop Aksesoris Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Karton Media .
DASAR HUKUM
Badan Perwakilan Desa (BPD) yang ada selama ini berubah namanya menjadi Badan
Permusyawaratan Desa. BPD merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa. Dalam pasal 29 Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa, serta Dalam pasal 209 UU No 32 tahun 2004 Junto pasal 209
UU No 12 Tahun 2008 Juncto Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 disebutkan
bahwa fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa ialah menetapkan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD sebagai
Badan Permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa, disamping menjalankan fungsinya
sebagai jembatan penghubung antara kepala desa dengan masyarakat desa, juga harus
menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi representasi. Perubahan ini didasrkan pada kondisi
faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”.
Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang
baik diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai
konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak sampai
menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan masyarakat luas.
Keanggotaan BPD seperti yang disebutkan dalam pasal 30 PP No 72 tahun 2005 adalah wakil
dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari
Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan
kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan
merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan
Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Adapun jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan
paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan
kemampuan keuangan Desa (Pasal 31 PP No. 72 tahun 2005). Dalam Pasal 35 PP No 72 Tahun
2005, dijelaskan BPD mempunyai wewenang:
a) Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa
b) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
c) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
d) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
e) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan,dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan
menyusun tata tertib BPD.
Dan dalam pasal 37 PP No 72 Tahun 2005, Anggota BPD mempunyai hak:
a) Mengajukan rancangan Peraturan Desa
b) Mengajukan pertanyaan
c) Menyampaikan usul dan pendapat
d) Memilih dan dipilih
e) Memperoleh tunjangan
Sedangkan yang dimaksud dengan Peraturan Desa ialah produk hukum tingkat desa yang
ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa (pasal 55 PP No 72 tahun 2005). Peraturan desa dibentuk
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka pemerintahan desa
harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka pendek
C. Fungsi Legislasi
Fungsi legislasi yang dilakukan oleh BPD mengacu kepada peraturan yang ada seperti PP 72
tahun 2005, Peraturan Bupati Kabupaten Belitung Timur Nomor 4 tahun 2007 tentang Badan
Permusyawaratan Desa, dimana pada Pasal 20 Perbup tersebut dijelaskan bahwa Fungsi dan
Wewenang BPD :
a. membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa;
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan Kepala Desa;
c. mengusulkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
d. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan
f. menyusun tata tertib BPD.
Proses pembuatan Peraturan Desa oleh BPD dapat dilakukan melalui proses penyerapan aspirasi
dari warga. Proses tersebut dilakukan jika berkaitan dengan masyarakat atau yang akan
melibatkan masyarakat. Pada pelaksanaannya, pembuatan Peraturan Desa usul dan inisiatif dapat
muncul bergantian antara Pemerintah Desa dan BPD. Dalam pembuatan kebijakan desa,
bargaining position aktor yang terlibat di dalamnya sangat menentukan terhadap hasil kebijakan
yang akan dikeluarkan. Semakin kuat bargaining position aktor pembuat kebijakan akan lebih
dapat menentukan arah kebijakan yang dibuat. Dominasi bargaining position oleh salah satu
actor pembuat kebijakan akan menimbulkan kecenderungan arah kebijakan memihak pada aktor
yang lebih dominan. Permasalahan akan muncul jika arah kebijakan lebih didominasi oleh pihak
yang berseberangan dengan kepentingan publik atau warga.
Pada pembuatan APBDes, pemerintah mengundang BPD dan tokoh-tokoh masyarakat untuk
memberikan masukan mengenai materi yang akan dimasukkan dalam RAPBDes. RAPBDes
yang telah disusun oleh pemerintah kemudian diserahkan kepada BPD untuk dibahas dan
disetujui
.
D. Fungsi Pengawasan
Pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan merupakan salah satu alasan terpenting
mengapa BPD perlu dibentuk. Pengawasan oleh BPD terhadap pelaksanaan pemerintahan desa
yang dipimpin Kepala Desa merupakan tugas BPD. Upaya pengawasan dimaksudkan untuk
mengurangi adanya penyelewengan atas kewenangan dan keuangan desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Konsistensi BPD dalam melakukan pengawasan terhadap bagaimana suatu
program pemerintah, fungsi pemerintahan, peraturan dan keputusan yang telah ditetapkan
bersama BPD dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.
Sikap Kepala Desa yang tidak otoriter dalam menjalankan kepemimpinannya menjadikan BPD
mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya untuk mewujudkan adanya pemerintahan yang
baik dan berpihak kepada warga. BPD merupakan lembaga desa yang mempunyai kedudukan
sejajar dengan Kepala Desa dan menjadi mitra Kepala Desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa terealisasi berdasarkan pengamatan BPD sering diikutsertakan dan
didengarkan apa yang menjadi aspirasi dan masukannya.
E. Faktor Pendukung
1. Pemerintah Desa
Terwujudnya pelaksanaan peran dan fungsi BPD secara maksimal di desa salah satu faktor
penyebabnya adalah karakter Kepala Desa yang kooperatif sehingga dapat menjadikan fungsi
BPD mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang baik. Komitmen Kepala
Desa untuk menjadikan BPD sebagai lembaga pemerintahan di tingkat desa yang mempunyai
kedudukan sejajar dengan Kepala Desa terwujudkan. Ini dapat ditunjukkan dengan adanya
komitmen bersama antar kedua lembaga sebagai elemen penyelenggara pemerintahan desa.
Kepala Desa tidak lagi dominan hal ini menunjukkan bahwa paradigma pemerintahan desa sudah
berubah. BPD dengan pemerintah desa menjadi pendamping sekaligus mitra dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan lembaga swadaya desa maupun organisasi lain di desa Pengawasan
yang dijalankan oleh BPD terhadap pemakaian anggaran desa dilakukan dengan melihat rencana
awal program dengan realisasi pelaksanaannya. Kesesuaian antara rencana program dengan
realisasi program dan pelaksanaannya serta besarnya dana yang digunakan dalam
pembiayaannya adalah ukuran yang dijadikan patokan BPD dalam melakukan pengawasan.
2. Masyarakat
F. Faktor Penghambat
1. Sumber Dana
Permasalahan pendanaan merupakan permasalahan yang cukup penting dalan setiap kegiatan.
Faktor keuangan menjadi salah satu permasalahan yang harus dipenuhi sebuah lembaga dalam
mendukung operasionalnya. Permasalahan pendanaan dirasakan oleh banyak BPD di kabupaten
Belitung Timur karena alokasi untuk operasional dan kesejahteraan BPD dirasakan kurang
mencukupi. Hal ini dirasakan ketika BPD dituntut secara optimal menjalankan fungsi dan
perannya.
2. Organisasi Eksternal
Berdasarkan hasil pengamatan kinerja organisasi baik kemasyarakatan maupun politik di desa
belum bisa menjadi kekuatan politik yang efektif di tingkat desa. Contoh, organisasi kepemudaan
yang ada di desa sampai saat ini belum bisa menjadi salah satu kekuatan politik yang efektif di
desa mengingat sebagian besar anggotanya lebih menyukai kegiatan yang sifatnya ringan. Begitu
juga dengan organisasi politik yang ada fungsi kepartaian dilakukan hanya pada saat ketika akan
dilakukan pemilihan baik pada tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun Pusat.
HAK
1. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
2. Menyatakan pendapat.
3. Mengajukan rancangan peraturan desa;
4. Mengajukan pertanyaan;
5. Menyampaikan usul dan pendapat;
6. Memilih dan dipilih; dan
7. Memperoleh tunjangan
KEWAJIBAN
1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
3. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
5. Memproses pemilihan kepala desa;
6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;
7. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
LARANGAN
Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala desa dan
perangkat desa.
Pimpinan dan anggota BPD dilarang:
1. Sebagai pelaksana kegiatan pembangunan desa;
2. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan
warga atau golongan masyarakat lain;
3. Melakukan korupsi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang
dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
4. Menyalahgunakan wewenang;
5. Melanggar sumpah/janji jabatan; dan
6. Menjadi pengurus partai politik.
PEMBERHENTIAN
Anggota BPD berhenti, karena:
1. Meninggal dunia;
2. Permintaan sendiri;
3. Diberhentikan
Anggota BPD diberhentikan, karena :
1. berakhir masa jabatannya dan telah diresmikan anggota BPD yang baru;
2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-
turut selama 6 (enam) bulan;
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
4. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;
5. Tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota BPD;
6. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud
RAPAT BPD
Rapat BPD dipimpin oleh pimpinan BPD.
Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling
kurang ½ (satu perdua) lebih dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan
suara terbanyak.
Dalam hal rapat BPD membahas dan memutuskan kebijakan yag bersifat prinsip dan strategis
bagi kepentingan masyarakat desa berupa usul pemberhentian kepala desa dan melakukan
pinjaman, maka rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling kurang 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan paling kurang ½ (satu
perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir.
Hasil rapat BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang
dibuat dan ditandatangani oleh Sekretaris BPD.
Data Pengunjung
Arsip Blog
▼ 2014 (4)
o ▼ Maret (4)
RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA P...
BANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA DESA PADANG
KEDUDUKAN FUNGSI,WEWENANG DAN TUGAS BADAN
PERMUSYA...
Mengenai Saya
bpd padang
Lihat profil lengkapku
Jam Analog
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
Entri Populer
KEDUDUKAN FUNGSI,WEWENANG DAN TUGAS BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA
(tanpa judul)
Log In
Sign Up
We're trying Google Ads to subsidize server costs. If you are logged in, you won't see ads.
Hover to learn more.
239 Pages
Uploaded by
Domerda Al-romdoni
Views
21,973
connect to download
READ PAPER
Download
KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI. BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
MALANG 2 0 1 2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1
Lembar Bacaan
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG DESA
I.
PENDAHULUAN
1. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 ditegaskan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya dalam
ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
“Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66). 2. Ketentuan konstitusional di atas
menunjukkan bahwa Indonesia sebagai Negara Kesatuan menetapkan pilihan pada
kebijakan desentralisasi, karena pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten/kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pengaturan etntang kebijakan desentralisasi saat ini ditetapkan di dalam
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3. Di
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur
tentang satuan wilayah administrasi pemerintahan di daerah, yakni daerah provinsi
dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota (ketentuan Pasal, selanjutnya daerah
kabupaten dan daerah kota dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal 126), selanjutnya
kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127) dan Desa (ketentun Pasal
200). (Departemen Dalam Negeri, 2004). 4. Berdasarkan konstruksi pembagian satuan
wilayah administrasi pemerintahan tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan
desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan secara
nasional, sehingga keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut
ditentukan oleh efetivitas penyelenggaraan pemerintahan desa. 5. Oleh karena itu,
mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan mengenai
penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta kebijakan-
kebijakan turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri. 6. Untuk
memperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat penyelenggaraan pemerintahan
desa, maka diperlukan pemahaman tentang kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
pemerintahan desa sebagai satu kesatuan sistem pemerintahan secara nasional, agar
memiliki ketepatan pemahaman mengenai kebijakan pemerintah tentang pemerintahan
desa. 7. Dalam materi ini, akan diuraikan hal-hal pokok tentang: (a) Pokok-Pokok
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah; (b) Hubungan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dengan pemerintahan desa; dan (c) kebijakan pemerintah
tentang pemerintahan desa. Disamping itu untuk mencapai tujuan dan cita-cita Bangsa
Indonesia untuk memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
konsepsi ketahanan nasional.
II.
KETAHANAN NASIONAL
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan idiil Pancasila, landasan
konstitusional Undang-Undang Dasar 1945, landasan nasional yaitu Wawasan
Nusantara. Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional perlu
keuletan dan ketangguhan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi lawan baik langsung dari dalam negeri maupun
dari luar negeri berupa tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup dan perjuangan dalam
mengejar tujuan hidup. Oleh karena itu, tujuan Negara Indonesia : 1) memajukan
kesejahteraan umum; 2) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 3) ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam ruang lingkup Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia harus tetap membangun dalam
menyelenggarakan kehidupan Nasional (politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan) dengan mengutamakan persatuan, keutuhan dan kesatuan
bangsa dan wilayah, sehingga pentingnya perekat Wawasan Nusantara yang
merupakan cara pandang Bangsa Indonesia tentang jati dirinya, lingkungannya dalam
eksistensinya yang serba berkembang baik regional, nasional dan global. Pentingnya
asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia yaitu tata laku berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Wawasan Nusantara yang terdiri dari : 1)
asas kesejahteraan dan
keamanan; 2) asas komprehensif integral; 3) asas mawas kedalam dan keluar; dan 4)
asas kekeluargaan. Oleh karena itu, visi pemberdayaan masyarakat desa dalam
mewujudkan kemandirian masyarakat yang mempunyai empat pilar negara meliputi : 1)
Pancasila; 2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945; 3) Negara Kesatuan
Negara Republik Indonesia; dan 4) Bhinneka Tunggal Ika.
III.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DERAH
A.
T e l a a h a n K o n s e p t u a l t e n t a n g M a k n a
D e s e n t r a l i s a s i d a n O t o n o m i D a e r a h
1. Menurut beberapa teori modern, bentuk-bentuk negara modern yang terpenting
dewasa ini adalah Negara Serikat atau Federasi dan Negara Kesatuan atau Unitarisme.
Negara Kesatuan dapat dibedakan ke dalam bentuk: (a) negara kesatuan dengan
sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam Negara itu langsung ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat, dan daerah-daerah tinggal melaksanakannya; dan (b) Negara
Kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepada Daerah diberikan kekuasaan
untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang
dinamakan Daerah Otonom. (Kansil, 1976). 2. Dengan demikian, penyelenggaraan
kewenangan pemerintahan di dalam sebuah Negara Kesatuan, senantiasa berada
dalam dua pilihan kebijakan antara
“sentralisasi” atau “desentralisasi”. Bila ditetapkan pilihan pada desentralisasi,
maka kewenangan pemerintahan harus diserahkan kepada daerah otonom, sehingga
setiap daerah otonom memiliki kewenangan otonomi yang disebut otonomi daerah
(Lipson, 1981). 3. Beberapa pakar mengemukakan alasan pentingnya pelaksanaan
asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Menurut The Liang Gie
(1968), alasan dianutnya asas desentralisasi adalah: a. Dilihat dari sudut politik sebagai
permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan
kekuasaan pada satu pihak saja, yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani; b.
Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan
pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri
dalam mempergunakan hak-hak demokrasi; c. Dari sudut teknik organisatoris
pemerintahan, alasan mengadakan desentralisasi adalah semata-mata untuk mencapai
suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh
pemerintah setempat,
Job Board
About
Press
Blog
People
Papers
Terms
Privacy
Copyright
We're Hiring!
Help Center
Academia © 2016
Logo Facebook
Daftar
·
Lainnya
Facebook © 2016
Kabar Berita
Tanggungsari
18 September 2012 ·
DASAR HUKUM
1. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
PENGERTIAN
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelanggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa
KEDUDUKAN BPD
FUNGSI BPD
WEWENANG
1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa;
HAK
2. Menyatakan pendapat.
4. Mengajukan pertanyaan;
7. Memperoleh tunjangan
KEWAJIBAN
1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
3. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
7. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
LARANGAN
Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala desa dan perangkat
desa.
3. Melakukan korupsi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
4. Menyalahgunakan wewenang;
PEMBERHENTIAN
1. Meninggal dunia;
2. Permintaan sendiri;
3. Diberhentikan
1. berakhir masa jabatannya dan telah diresmikan anggota BPD yang baru;
2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut
selama 6 (enam) bulan;
RAPAT BPD
Dalam hal rapat BPD membahas dan memutuskan kebijakan yag bersifat prinsip dan strategis bagi
kepentingan masyarakat desa berupa usul pemberhentian kepala desa dan melakukan pinjaman, maka
rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling kurang 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD, dan
keputusan ditetapkan dengan persetujuan paling kurang ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah
anggota BPD yang hadir.
Hasil rapat BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat dan
ditandatangani oleh Sekretaris BPD.
Anggota BPD dalam menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dilakukan dengan:
b. menampung aspirasi dari masyarakat dengan cara tatap muka baik secara perseorangan maupun
bersama-sama;
c. menerima usulan baik secara lisan maupun tertulis selama usulan tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku maupun secara adat istiadat;
d. aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c wajib dimusyawarahkan
oleh anggota untuk menjadi masukan dalam pembangunan masyarakat desa.
Hubungan kerja antara BPD dengan Pemerintah Desa dan Lembaga Kemasyarakatan bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif.
• Kemitraan : kerjasama yang saling menguntungkan, saling percaya dan saling mengisi.
• Konsultatif dapat diartikan sebagai pemberian saran atau rekomendasi yang bisa dilakukan atas
konsultasi suatu masalah yang didiskusikan
a. Pimpinandan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
b. Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola
oleh Sekretaris BPD.
c. Tunjangan dan Biaya sebagaimana dimaksud pada pada huruf a dan huruf b, ditetapkan setiap tahun
dalam APB Desa.
PERAN DAN TUGAS BPD DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
a. membahas bersama Kepala Desa dalam rangka memperoleh persetujuan bersama Peraturan Desa
tentang APB Desa dan Peraturan Desa tentang Perubahan APB Desa;
d. Menginformasikan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Peraturan Desa tentang Perubahan APB
Desa kepada masyarakat.
Homepage
ArtikelLiterasi Narasi
PresentasiPOIN DAN BAGAN
FormatBentuk Laporan
PanduanLANGKAH KERJA
PerangkatAlat Bantu
PeraturanACUAN DAN STANDAR
Beranda
Latar
Antar Muka
Liputan Desa Lestari
Berbagi
Hubungi Kami
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut setikdanya ada 3 poin yang sangat krusial yaitu :
1. Pasal 48 huruf c yang menyebutkan bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan
keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran.
2. Pasal 51 ayat 2 bahwa Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa.
Mari kita garis bawahi mengenai kata-kata paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan
Desa. Kita tentu masih ingat bahwa APBDes adalah merupakan salah satu contoh
Peraturan Desa. Ini artinya bahwa kalau Kepala Desa wajib membuat laporan keterangan
tertulis tentang pelaksanaan peraturan desa berarti kepala desa wajib membuat laporan
tentang pelaksanaan APBDes.
3. Lebih lanjut dalam Pasal 51 ayat (3) dijelaskan bahwa laporan keterangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja
kepala Desa.
Karena dana desa yang bersumber dari APBN jumlahnya cukup besar maka diperlukan
mekanisme kontrol dari masyarakat untuk mengawasi penggunaan dana desa tersebut agar dana
tersebut dipergunakan sesuai dengan peruntukannya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintahan Desa dituntut menyelenggarakan pemerintahan secara transparan dan
akuntabel.
Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan lembaga yang mempunyai fungsi pengawasan
diharapkan bisa menjalankan perannya secara sungguh-sungguh terutama dalam hal penggunaan
anggaran. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah sudah memberikan payung hukum yang
jelas sehingga BPD tidak perlu ragu dalam menjalankan fungsinya untuk melakukan pengawasan
terhadap kinerja kepala desa. Adanya mekanisme ‘check and balance’ ini akan meminimalisir
penyalahgunaan keuangan desa.
10 July 2015
Pengolaan dan Pemanfaatan Tanah Bengkok
14 April 2015
Catatan Untuk UU Desa
6 April 2015
Keuangan Desa
Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa merupakan instrumen baru yang dikeluarkan
oleh pemerintah pada awal tahun 2014 yang diikuti dengan PP No 43 tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa dan PP No 60 tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari APBN.
Peraturan Mendagri No 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa memberikan arah
penyempurnaan atas Peraturan Mendagri No 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Struktur pengelolaan telah diperjelas, begitupun alur pengelolaan keuangan desa
dan klasifikasi APBDesa telah diperbarui.
Sedangkan mengenai BUM Desa dan prioritas penggunaan Dana Desa telah juga diatur melalui
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No 4 dan No 5
Tahun 2015.
Situs Keuangan DESA dirancang sebagai ruang berbagi bersama; diharapkan situs ini mampu
membantu memahami seluk beluk tata pengelolaan keuangan desa, dan pada akhirnya mampu
mendorong terbangunnya transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa.
Presentasi
Umum
Laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa dari KPK dapat dilihat
6 October 2015
Umum
Presentasi berikut menjelaskan tentang panduan dalan akuntansi koperasi untuk menjadi
6 October 2015
Pembangunan Desa
Mitra Pendukung
REKSTA, merupakan salah satu sayap bisnis Penabulu Alliance yang didedikasikan bagi
pengembangan perangkat kerja penunjang bagi upaya penguatan masyarakat sipil di Indonesia.
TEMAN WEB, merupakan unit pendukung proses pertumbuhan pemerintah daerah dan
masyarakat sipil dalam perkembangan pesat dunia digital masa kini.
KEUANGAN LSM, merupakan simpul komunitas diskusi, media tukar menukar dan
penyebaran literasi terkait dengan pengelolaan keuangan organisasi nirlaba.
3. Perbup Kabupaten Bandung No 9 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda kab
KEDUDUKAN BPD
Berdasarkan PP 72/2005
Pasal 29
Pasal 30
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
(3) Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk
1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Pasal 31
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan
kemampuan keuangan desa.
Pasal 32
(1) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati/Walikota.
Pasal 33
(1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang
Sekretaris
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
(3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpinoleh anggota tertua dan dibantu
oleh anggota termuda.
FUNGSI BPD
Pasal 34
BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
WEWENANG BPD
Pasal 35
desa;
HAK BPD
Pasal 36
b. menyatakan pendapat.
Pasal 37
b. mengajukan pertanyaan;
e. memperoleh tunjangan.
Republik Indonesia;
g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan
h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
Diposkan oleh azis m ikhsannudin di 09.32
Reaksi:
Poskan Komentar
Arsip Blog
TOP menu
KEDUDUKAN FUNGSI,TUGAS DAN WEWENANG BPD
BPD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa BPD dibentuk berdasarkan usulan
masyarakat Desa yang bersangkutan. BPD befungsi menetapkan...
dasar hukum
DASAR HUKUM BPD 1. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa 2.
Perda Kabupaten Bandung No 7 tahun ...
profil bdp
potensi ekonomi
seni budaya
disini nanti akan di jelaskan tentang seni budaya warga lengkong boong soang
BBC Indonesia
FBI meminta pengadilan memberikan perintah itu pada Apple berdasarkan undang-undang
tahun 1789. dan UU itu pula yang dijadikan dasar Departemen Kehakiman terkait kasus narkoba
di Brooklyn. Tapi Hakim James Orenstein mengatakan UU tersebut ...
Artikel Terkait »
BBC Indonesia
FBI, lewat perintah pengadilan, meminta Apple mengubah SIF, atau System Information File
(Berkas Informasi Sistem) untuk memungkinkan iPhone Farook menjalankan fungsi yang tidak
dimungkinkan iPhone lainnya, yakni mematikan penghapusan data ...
Artikel Terkait »
Okezone
CALIFORNIA - Laporan New York Times mengungkap bahwa Apple bekerja pada pengukuran
keamanan baru yang membuat pemerintah mustahil dapat menjebol ke dalam iPhone yang
terkunci. Perusahaan kabarnya menguatkan metode enkripsi mereka.
BBC Indonesia
didukung oleh
Home
Daftar Isi
Daftar Skripsi
Daftar Thesis
E-Jurnal
Namun setelah UU No. 22 Tahun 1999 diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 maka nama perwakilan
berganti menjadi permusyawaratan. BPD timbul dari, oleh, dan untuk masyarakat desa. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah
pasal 209 menyebutkan “Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat”.
BPD adalah Badan permusyawaratan rakyat di desa yang terdiri dari ketua RW, pemangku adat, tokoh
masyarakat atau agama dan lainnya. Badan ini adalah sebagai badan permusyawaratan di desa yang
merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. BPD terbentuk sebagai salah
satu implementasi daripada Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang
erat kaitannya dengan pemerintahan desa di kenal dengan sebutan Badan Perwakilan Desa.
Berdasarkan atas pergantian UU tersebut dengan UU Nomor 32 tahun 2004 maka kata perwakilan
diganti dengan permusyawaratan, dengan demikian BPD berganti nama menjadi Badan
Permusyawaratan Desa. Sesuai dengan fungsinya, maka BPD ini dapat dikatakan sebagai lembaga
kemasyarakatan. Karena berkisar pada pemikiran pokok yang dalam kesadaran masyarakat. Hal ini
sejalan dengan ungkapan Soekanto (2004:219) sebagai berikut.
Suatu lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kedudukan pokok manusia pada
dasarnya mempunyai berbagai fungsi yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkahlaku atau
bersikap sesuai dengan kedudukannya menghadapi masalah dalam masyarakat yang
menyangkut kebutuhan mesyarakat.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.
Artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
Sebagai wahana demokrasi di desa, anggota BPD dipilih dari dan oleh penduduk desa yang telah
memenuhi persyaratan. Sedangkan pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD sendiri. Hal ini
disesuaikan dengan jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah perorangan penduduk
desa. Sebagai dasar hukum pembentukan BPD adalah:
1. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa, dalam melaksanakan pemilihan kepala desa, BPD
berhak membentuk panitia pemilihan kepala desa sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten.
2. Mengusulkan dan menetapkan calon terpilih kepala desa. Dalam hal ini masyarakat mengetahui
calon terpilih yang akan mereka pilih dalam waktu pemilihan, diharapkan masyarakat mengenal
watak, karakter serta latar belakang pendidikan dan sosial lainnya secara utuh.
3. Bilamana kinerja kepala desa telah menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan atau telah
habis masa jabatannya, maka kepala desa tersebut oleh BPD diusulkan untuk diberhentikan.
4. Kepala desa mengajukan rancangan peraturan desa kepada BPD, dan bersama-sama BPD untuk
membahas dalam rapat paripurna, sesuai dengan tata tertib yang dimiliki BPD. BPD dengan
tugas dan wewenangnya ikut serta untuk menyetujui atau mengesahkan, dan kepala desa
melaksanakan peraturan desa, dan keputusan desa setelah ada persetujuan dari kedua belah
pihak.
5. Kepala desa mengajukan Rancangan APBDes kepada BPD untuk disahkan menjadi APBDes dalam
kurun waktu satu tahun anggaran. Karena dengan anggaran, pemerintahan desa dapat berjalan
untuk membangun sarana dan prasarana umum.
6. BPD menjalankan pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan desa yang dilaksanakan
oleh kepala desa. Pengawasan BPD berupa: a. PERDES dan peraturan Perundang-undangan
lainnya, b. Pelaksanaan peraturan Pelaksanaan -peraturan dan keputusan desa, c. Kebijakan
pemerintahan desa’ d. Pelaksanaan kerjasama.
7. Pertimbangan dan saran-saran dari BPD terdapat pemerintahan desa dan masyarakat, selalu
dijaga agar segala kepercayaan serta dukungan tetap ada, sehingga kepala desa selalu dan
sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab.
8. Segala aspirasi masyarakat khususnya dalam bidang pembangunan, BPD diharapkan dengan
rasa loyalitas mengakui, menampung dan mengayomi masyarakat dengan rasa penuh tanggung
jawab dan kerjasama yang baik.
Permusyawaratan Desa sangat diharapakan oleh masyarakat desa, karena dengan adanya lembaga
tersebut semua aspirasi dan kehendak masyarakat akan tersalurkan. Oleh sebab itu, setiap individu yang
terpilih menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa harus mampu mawakili masing-masing daerah
yang memilihnya. Aneka macam peranan yang melekat pada seseorang, menurut Soekanto (2004:372)
merupakan peranan bagi individu dalam masyarakat dalam hal: