Anda di halaman 1dari 11

KIAI SYAMSURI

DALAM DUNIA PENDIDIKAN


(tradisi ngaji pasan di pesantren sebagai tradisi
akademik)
A. Pendahuluan
Kiai sebagai aktor sosial yang lekat dengan aspek agama, pada
perkembangannya dapat memunculkan diri sebagai kiai itu sendiri, dan atau
seorang agamawan. Konsep pertama biasanya digunakan dalam kajian yang lebih
netral dalam melihat ketokohan dan aktivitas kiai terhadap umatnya, yaitu cara
seorang kiai melakukan dakwah, cara dan metode, dan beberapa kajian mengenai
kekuatan pengaruh kiai terhadap lingkungannya. Kajian yang selanjutnya
mengambil peran dalam dunia pendidikan, yaitu cara dakwah kiai serta cara dan
metode melakukannya dikaitkan dengan bagaimana aspek kiprah seorang kiai
tersebut terbangun.. Observasi ini mengkaji mengenai bagaimana kedua hal
tersebut bersentuhan, factor yang membentuk kedirian kiai dan bagaimana resepsi
masyarakat di mana kiai tersebut bergerak.
Kiai, memiliki pemaknaan yang beragam. Dari sisi istilah, secara
umum‘kiai’ diartikan sebagai penyebutan kepada seseorang yang dihormati yang
memiliki ilmu keagamaan.Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, keberadaan
kiai diposisikandalam kelompok atas dalam struktur masyarakat. Kiai ditempatkan
sebagaitokoh, yang karena dianggap memiliki kelebihan dalam hal ilmu
pengetahuanagama dan kebijaksanaan, seringkali didatangi dan dimintai nasihat.
Dalamkehidupan masyarakat modern, beberapa fungsi dari psikolog dalam hal
layanan konsultasi terdapat dalam peran kiai terhadap lingkungan sekitarnya.
Setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal ataupun non formal
pasti bertujuan untuk mengembangkan peserta didiknya ke arah yang lebih baik.
Salah satu cara agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah dengan melaksanakan
manajemen pendidikan yang berkualitas dalam suatu lembaga pendidikan.
Pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung
kelangsungan sistem pendidikan nasional, selama ini tidak diragukan lagi
kontribusinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak

1
kader-kader intelektual yang siap untuk mengapresiasikan potensi keilmuannya di
masyarakat. Untuk mencetak generasi penerus yang cerdas dan berahklaq mulia
diperlukan pendidikan yang menyeluruh, dalam arti mencakup semua potensi baik
dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pondok pesantren sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang mengkombinasikan ketiga aspek tersebut, tidak hanya
menekankan aspek kecerdasan kognitif semata. Akan tetapi juga menekankan pada
aspek afektif dan psikomotor, yaitu dengan mengajarkan nilai-nilai dan norma yang
sesuai dengan syari’at Islam serta membekali para santri denganketerampilan-
keterampilan yangberguna bagi kehidupan sehari-hari.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yanglain.
Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,
sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala
mikro di pesantren, proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan,
proses pengelolaan lembaga, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar,
dan proses monitoring dan evaluasi dengan cacatan bahwa proses belajar mengajar
memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lain.
Berdasarkan konsep mutu pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input
pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input
pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi
tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan.
Output pendidikan adalah merupakan kinerja satuan pedidikan.Kinerja
satuan pedidikan adalah prestasi satuan pedidikan yang dihasilkan dari proses atau
perilaku satuan pedidikan. Kinerja satuan pedidikan dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, dan moral kerjanya. Khususnya berkaitan dengan output.
Masyarakat mengangap kiai adalah orang yang suci dan dikaruniai berkah
karena mempunyai kelebihan, dilihat dari pengetahuanya tentang suatu ajaran yang
diyakininya. Menyatu dengan kehidupan kiai di masyarakat tidak hanya membuat
mereka dekat dengan masyarakat, tetapi juga mereka terlibat dalam kegiatan-
kegiatan sosial seperti gotong royong. Sehingga tidak ada jarak yang memisahkan,

2
kecuali rasa hormat dan pelayanan. Setiap individu mempunyai pola interaksi
ataupun perilaku sosial di masyarakat, begitu juga perilaku pada kiai dalam
masyarakat pasti berbeda-beda pula perilaku sosial di masyarakat.
Kehadiran sang kiai ditengah-tengah masyarakat bagai payng raksasa.
Sangat luas bentangannya, sehingga memiliki kesanggupan yang menjadi
pengauoman masyarakat. Kehadiran suatu kiai di suatu daerah, benar-benar
dirasakan oleh masyarakat dan menjadi tumpuan bagi umatnya.

B. Pembahasan
1. Profil Pesantren dan Kiai

Pesantren, kerap diartikan sebagai asrama tempat santri atau tempat


muridmuridbelajar mengaji dan sebagainya (KBBI, 2005: 866). Dalam
komunitaspesantren ada santri, ada kiai, ada tradisi pengajian serta tradisi lainnya,
adapula bangunan yang dijadikan para santri untuk melaksanakan semua
kegiatanselama 24 jam. Saat tidur pun para santri menghabiskan waktunya di
asramapesantren.Peran kiai di masyarakat begitu penting, guna turut serta
memberikan kontribusi terkait permasalahan yangkomplek, sepertihalnya masalah
ekonomi, sosial budaya, pendidikan, terlebih pendidikan Agama islam. Eksistensi
kiai dalam kehidupan masyarakat menempati posisi yang strategis,kiai merupakan
sumber isnpirasi dan sumber pengetahuan bagi masyarakat.

Peranan kiai dalam hal kepemimpinan dimasyarakat meliputi berbagi


dimensi. Dimensi ilmiah, dimana seorang kiai dipandang mempunyai kecerdasan
dan pengetahuan diatas rata-rata masyarakat pada umumnya. Dimensi spiritual,
dimana seorang kiai membrikan bimbingan kepada masyarakat melalui pendekatan-
pendekatan tasawuf dan tarekat, sehingga terjadi pertalian jiwa antara masyarakat
sebagai murid dan kiai sebagai guru.Seperti halnya masyarakat Brabo. Yang mana,
peran kiai dalam tatanan masyarakat di desa ini masih berpengaruh. Terbukti di
setiap permasalahan sosok kiai turut andil menjadi tokoh dalam melaksanakan
kegiatan kemasyarakatan. Hal ini tentunya tak lepas dari peran kiai terdahulu,
dalam membangun peradaban desa Brabo.

3
Adalah Kiai Muhammad Syamsuri bin Dahlan,beliau merupakan tokoh yang
cukup berjasa dalam syiar Islam diwilayah Brabo Tanggungharjo Grobogan.
Metode da’wah Kyai Syamsuri yaitu mendekati masyarakat dengan cara yang
halus, bahkan berkunjung ke rumah mereka. Karena sifat sabar dan keuletannya,
Kyai Syamsuri berhasil merebut hati dan simpati masyarakat Brabo. Sehingga,
banyak masyarakat Brabo mulai luluh hatinya. Pada 1941, berdirilah Pondok
Pesantren Sirojuth Tholibin. yang bermakna lentera penerang bagi mereka yang
menuntut ilmu. Nama ini dimaksudkan agar para santri yang menuntut ilmu benar-
benar memperoleh ilmu yang bermanfaat, yang bisa menerangi jalan kehidupan.
Selain itu, nama ini sebagai bentuk tabarukan (ngalap berkah) kepada ulama,
terutama Syaikh Muhammad Ihsan Jampes Kediri (penulis kitab Sirojuth Tholibin),
nama kitab yang diabadikan sebagai nama pesantren.Semula, pondok ini hanya
mengajarkan kitab-kitab klasik dengan metode sorogan dan bandongan, namun
seiring dengan perkembangan jumlah santri yang terus meningkat dari berbagai
daerah, maka di bawah payung Yayasan “Tajul Ulum” pada tahun 1953 berdirilah
Madrasah Diniyyah Awaliyah, tahun 1969 berdiri Madrasah Diniyyah Wustho,
tahun 1970 berdiri Madrasah Tsanawiyyah, dan tahun 1985 berdiri Madrasah
Aliyah. Pada tanggal 4 Oktober 1988,

Sebagai unit lembaga pendidikan dan sekaligus lembaga dakwah. Pesantren


menjadi bagian yang sangat penting guna melestarikan ajaran,tradisi, dan
pengaruhnya di masyarakat, Pesantren merupakan lembaga yang bersifat
religuskarena didalam pesantren para santri diberi pelajaran oleh kyainya
tentangapapun yang diajarkan oleh islam.

Dari pesantren pula akan dapat diciptakan sumberdaya manusia yangsiap


dan mampu berkompetisi dengan situasi lokal maupun global yaitumelalui
pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan mempunyai peran yangsangat strategis
sebagai agen dalam perubahan social (agen of social change).Melalui pendidikan
akan diperoleh konservasi nilai – nilai dan kultural yangdijujunjung tinggi oleh
masyarakat.Dengan sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, pesantren
sebagaisesuatu organisasi yang memerlukan tingkat koordinasi yang

4
tinggi.Keberhasilan pesantren adalah apabila ia mampu memahami
keberadaanpesantren sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta
mampumelaksanakan peran kepala pondon (kiai) sebagai seorang yang
diberitanggung jawab untuk memimpin dipondok pesantren. Sehingga
kepalapondok memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kemajuan
dankeberhasilan pondok pesantren.

Kiprah kiai Syamsuri ini adalah langkah awal untuk mewujudkan


masyarakat brabo yang berkebudayaan islam sekaligus mencetak generasi yang
berakhlak mulia. Dengan kehadiran pondok pesantern di masyarakat brabo tentunya
banyak memberikan pengaruh positif bagi masyarakat sekitar, terbukti
berkembangnya pendidikan di wilayah ini, pesantren menjadi lembaga pendidikan
keagamaan yang berperan besar dalam pengembangan masyarakatterutama pada
masyarakat desa, sejak awal fungsi pondok pesantren adalah sebagai
tempatpeneyelenggara pendidikan.

Setelah kiai Syamsuri meninggal,Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin


diteruskan sertadiasuh oleh putra beliau. Kiai Syamsuri Dahlan mengasuh selama
47 tahun, kemudian estafet kepemimpinan pesantren dilanjutkan putra beliau Drs.
KH. Ahmad Baidlowie Syamsuri, Lc. H (alumnus pesantren KH. Muslih
Abdurrahman Mranggen, PP. Al Muayyad asuhan KH. Umar Abdul Mannan,
Mangkuyudan, Solo dan alumnus Universitas Daarul Ulum bidang hadis di bawah
asuhan langsung Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadany al-Makky, di samping
juga pernah belajar pada Syaikh Muhammad bin Alwy al-Maliky al-Hasany).Dalam
melakukan perjuangannya, KH. Baedlowie dibantu Ny. Hj. Maemunah serta
dibantu sang putra KH. Muhammad Shofi al-Mubarok. Tentu saja, para dzurriyah
serta para asatidz juga berperan penting dalam pengembangan pesantren

Hingga sampai saat ini masih terlihat eksistensinyadalam melanjutkan


perjuangan beliau dalam hal pendidikan. Sekarang di brabo banyak berdiri lembaga
pendidikan baik formal ataupun non formal, itu semua tak lepas dari usaha dan
riyadhoh beliau semasa hidupnya.Meskipun terletak di daerah terpencil, Brabo

5
tergolong memiliki fasilitas pendidikan yang komplit. Progam pendidikan yang
disuguhkan Pondok Brabo ini juga cukup variatif.

Pertama, Tahaffudz al–Qur’an. Program ini dibagi menjadi tiga tahap:


Hafalan juz ‘amma (semua santri), Bi an-Nadzar (semua santri) dan Bi al-Ghaib
(bagi santri yang mengambil jurusan khusus penghafal al-Qur’an).Kedua, Madrasah
Salafiyyah (non formal). Disajikan bagi santri yang ingin berkonsentrasi khusus
pada kajian kitab klasik yang lazim di kalangan pesantren Ahlus sunah wal jama’ah.
Program ini secara aktual ditempuh selama enam tahun ajaran dengan materi ilmu
tafsir, tafsir, ilmu hadis, hadis, nahwu, sharaf, ushul fiqh, fiqh, tasawuf, tajwid, dan
lain sebagainya.Ketiga, Madrasah Formal. Pendidikan formal yang terselenggara di
lingkungan Ponpes. Sirojuth Tholibin adalah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah
(sederajat dengan SMP dan SMA) di bawah naungan Yayasan Tajul Ulum dengan
program jurusan Keagamaan, IPA, IPS, dan Bahasa. Bagi santri yang mengikuti
pendidikan formal diharuskan mengikuti pembelajaran Madrasah Diniyah
Awaliyah/Wustho pada sore hari atau di Madrasah Takhassus pada malam hari.
Selain itu, juga diselenggalarakan program kejar paket B dan C bagi untuk santri
dan masyarakat yang berminat.Keempat, Non Madrasah. Meliputi: 1. Individual
(sorogan) dengan materi pokok: Jurumiyah (matan, syarah), Fath al-Qarib (matan,
syarah) dan Fath al-Mu’in. 2. Kolektif (bandongan) dengan materi kitab-kitab salaf
di antaranya: Tafsir Jalain, Ihya’ Ulumuddin, Adab al-‘alim wa al-muta’alim dan
beberapa kitab lainnya. 3. Komunal: Sima’at al-Qur’an, Pengajian selapanan Kamis
Kliwon. 4. Temporal: Pengajian kilatan bulan Rajab, Pengajian kilatan Romadhan,
dan seminar.

Untuk pengkajian kitab salaf (khusus mengkaji kitab kuning/klasik), Pondok


Pesantren Sirojuth Tholibin membuka program Madrasah Muhadloroh Sirojuth
Tholibin pada tahun 1998 yang membuka kelas pagi dan pada tahun 2009 dibuka
kelas malam yang diperuntukkan untuk santri kurikulum (santri yang bersekolah
Madrasah Aliayah) dengan tenaga pengajar alumni PP Hidayatul Mubtadiin
Lirboyo, PP Alfalah Ploso, PP al Anwar Sarang, PP As Shiddiq Narukan, dan
alumni Pondok Sirojuth Tholibin sendiri. Dengan demikian, pondok pesantren ini

6
termasuk kategori pondok pesantren salaf-kholaf, sebuah pesantren yang
mengakomodir keilmuan klasik dan modern. Kini, Pondok Pesantren Sirojuth
Tholibin di asuh oleh putra ke-3 Kyai Syamsuri yaitu KH. Drs A. Baidlowie
Syamsuri Lc. H lulusan dari universitas islam Madinah fakultas hadits asuhan
Sayyid Muhammad Bin Alawy Al Maliki dan Syech Muhammad Yasin bin Isa Al
Fadani Al Makky, Ponpes Futuhiyyah asuhan KH. Muslih bin Abdurrohman
(Mranggen, Demak), Ponpes. Al Muayyad asuhan KH. Umar bin Abdul Mannan
(Solo) dll beserta keluarga besar beliau.

Tahfidz al Qur’an Program ini dibagi menjadi tiga (3) tahap : a. Hafalan juz
amma Semua santri baru yang masuk (semua pendidikan) diharuskan mengikuti
hafalan surat-surat pendek juz 30 mulai surat Al Fatihah, An Nas sampai dengan
surat An Naba’ ditambah dengan bacaan tahiyyat sholat, do’a qunut, dll. Rata-rata
program ini selesai antara 1-2 tahun (sesuai dengan kemampuan masing-masing
santri). b. Bin Nadzor (membaca) Al Qur’an 30 juz Setelah selesai program hafalan
juz amma dengan melalui tes, bagi yang lulus diharuskan melanjutkan ke tingkatan
berikutnya, yaitu bin Nadzor (membaca Al Qur’an 30 juz). Tingkatan ini rata-rata
selesai dalam waktu sekitar 2 tahun (sesuai dengan kemampuan masing-masing
santri). c. Bil Ghoib (bagi santri yang mengambil jurusan khusus penghafal Al
Qur’an)

Madrasah Salaf Program ini disajikan bagi santri yang ingin berkonsentrasi
penuh mendalami kitab klasik sesuai penerapan tradisi ulama salaf dengan motto Al
Muhafadzoh ‘alal Qodimis Sholih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah. Madrasah Formal
Pendidikan formal yang terselenggara di lingkungan Ponpes. Sirojuth Tholibin
adalah Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah (sederajat dengan SMP dan SMA) di
bawah naungan Yayasan Tajul Ulum dengan program jurusan Ilmua Agama Islam,
IPA, IPS, dan Bahasa. Keterangan : Bagi santri yang mengikuti pendidikan formal
diharuskan mengikuti pembelajaran Madrasah Diniyah Awaliyah / Wustho (sore)
atau di Madrasah Muhadloroh (malam).Madrasah Muhadloroh Malam Bagi siswa
Madrasah Aliyah yang tidak mengikuti pembelajaran di Madrasah Diniyyah Tajul
Ulum diwajibkan mengikuti Madrasah Muhadloroh Malam (masuk pukul 20.30-

7
22.30). Untuk masuk Madrasah ini melewati tes seleksi penerimaan, bagi yang
tidak diterima masuk, harus masuk ke Madrasah Diniyyah Tajul Ulum.

Selain itu, Pondok Brabo juga membekali santrinya dengan beberapa


ekstrakurikuler sesuai tuntunan zaman, di antaranya; Jurnalistik, Rebana dan
Hadrah, Tilawah al-Qur’an, Kewirausahaan, Bahtsul Masa’il, pertanian dan
beberapa ekstra lainnya. Dengan kehadiran berbagai sarana pendidikan di Brabo
dewasa ini, kian memajukan khazanah pada dunia pendidikan islam, serta menjadi
sarana dakwah mensyiarkan islam sebagai rahmatal lil ‘alamin.

2. Tradisi Pasan
Banyak tradisi-tradisi yang dilakukan oleh umat Muslim dalam
mengharapkan datangnya berkah di Bulan Ramadhan, antara lain dengan
menjalankan puasa di Bulan Ramadhan, Sholat Tarawih, Tadarus Al-Qur’an,
memperbanyak amal dan sedekah, serta mengikuti kegiatan kajian ilmu agama. Di
Indonesia sendiri tradisi kegiatan pengajian ini berbeda-beda baik berupa pesantren
kilat maupun ngaji pasan
Ngaji pasan adalah istilah yang menggunakan bahasa Jawa dalam
menyebut tradisi pengajian di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia yang
dilaksanakan di bulan Ramadhan.Ngaji pasan menjadi satu diantara aktivitas
khusus yang ditemui ketika Ramadan. Istilah pasan dipergunakan untuk menyebut
tradisi santri yang mengaji di pondok pesantren khusus di bulan puasa. Santri
pasan, datang khusus ketika puasa, berbeda dengan santri mukim yang menetap di
pondok pesantren.Bagi sebagian orang, istilah pasan mungkin menjadi hal asing.
Tetapi bagi kaum santri itu tidak. Karena momen itu justru dinantikan dalam satu
tahun sekali. Pasan, berasal dari bahasa jawa untuk menyebut aktivitas santri-santri
yang datang ke pondok pesantren dan khusus mengaji selama bulan puasa.
Bagi sebagian masyarakat Muslim Indonesia mungkin pernah mendengar
istilah ngaji pasan terlebih lagi umat Muslim Indonesia yang akrab dengan
kehidupan pesantren. Lalu apa itu ngaji posonan?Kegiatan ini hampir sama dengan
pesantren kilat, diadakan hanya selama bulan Ramadhan, tetapi berbeda dengan
pesantren kilat yang biasanya hanya dadakan beberapa hari di awal bulan

8
Ramadhan, ngaji posonan ini masa waktu pelaksanaannya bervariasi, tergantung di
pesantren mana ngaji posonan tersebut diadakan, yang penulis ketahui ngaji
posonan diadakan selama setengah hitungan hari dari bulan Ramadhan (kurang
lebih 15 – 17 hari), di beberapa pesantren lainnya ada juga yang yang mengadakan
hingga bulan Ramadhan terlewat.
Perbedaan lainnya adalah dalam hal pihak yang mengadakan kegiatan
pengajian, istilah pesantren kilat yang penulis ketahui, biasanya diadakan oleh
pihak sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sedangkan
ngaji posonan lebih identik dengan pesantren.Peserta pesantren kilat hanya berasal
dari siswa/mahasiswa lembaga pendidikan yang mengadakan kegiatan tersebut,
sedangkan peserta ngaji posonan berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang
mulai dari usia muda hingga tua, santri dari berbagai pesantren (santri posonan),
petani, hingga pengusaha.
Dalam hal materi yang dikaji pun terdapat perbedaan di antara pesantren
kilat dan ngaji posonan. Materi kajian di pesantren kilat, yang penulis ketahui,
adalah pengetahuan yang dikemas secara ringan, tidak terlalu mendalam, sehingga
dapat mudah dipahami oleh peserta pesantren kilat, misal baca tulis Arab maupun
Al-Qur’an dan lain sebagainya.Hal ini berbeda dengan kajian materi dalam
kegiatan ngaji posonan. Kajian materi ngaji posonan lebih variatif dan lebih
mendalam, serta berfokus pada kitab-kitab klasik dalam dunia keilmuan Islam
dalam berbagai fan ilmu, misal tauhid (teologi Islam), tasawuf (sufisme), ushul
fiqh (kaidah hukum Islam), fiqh (hukum Islam), akhlaq (etika, norma, moralitas),
tafsir Al-Qur’an dan lain sebagainya.
Bagi “warga” baru di dunia pesantren, menghabiskan Ramadhan di
pesantren dapat menjadi pengalaman yang menarik. Pesantren menyuguhkan
banyak pengalaman baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti kemandirian, kebersamaan, dan kebersahajaan. Sikap-sikap tersebut
tergambar jelas dalam aktivitas sehari-hari para santri.
Pesantren adalah tempat tujuan yang tepat untuk mengkaji ilmu-ilmu
agama secara intensif, khususnya di Bulan Ramadhan. Banyak sekali kebaikan
yang dapat diperoleh dengan mengikuti kegiatan mengaji posonan di pesantren

9
selama Bulan Ramadhan. Pertama karena pendidikan pesantren tidak semata-mata
dilakukan untuk memperkaya wawasan para santri, tetapi mereka juga dilatih
untuk menghargai waktu. Kedua, dengan menjadi bagian dari warga di lingkungan
pesantren, seorang santri akan dibimbing agar memiliki watak dan perilaku yang
agamis. Hal ini karena pesantren adalah tempat untuk menjaga moral dan
mempertajam nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan.
Selanjutnya selain untuk tujuan mengaji, hal lain yang dicari dalam
mengaji posonan adalah sanad dan berkah dari Kyai. Sanad adalah pencantuman
nama dalam suatu daftar rantai transmisi pengetahuan yang diberikan oleh seorang
guru kepada muridnya. Seseorang yang telah memiliki sanad kitab tertentu dari
seorang guru (Kyai) akan dianggap pantas untuk mengajarkan kitab tersebut
kepada orang lain.
Pemberian sanad atau silsilah biasanya dilakukan di akhir pengajian suatu
kitab. Sanad dari suatu kitab dibacakan di depan peserta pengajian oleh Sang Kyai
diikuti dengan tausyi’ah dan do’a. Sanad merupakan sesuatu yang sangat penting
dan berharga bagi para santri karena sanad diyakini akan membawa keberkahan
pada keilmuan mereka. Keberkahan ilmu adalah sesuatu yang paling diharapkan
oleh semua pencari ilmu. Keberkahan ilmu akan membawa kepada kebaikan dan
kemudahan hidup bagi pemiliknya. Sebaliknya, ketidakberkahan ilmu akan
membawa fitnah dan kesulitan bagi pemiliknya.
Momentum Bulan Ramadhan yang identik dengan kegiatan keagamaan
menjadi saat yang tepat untuk ngaji posonan untuk mendalami ilmu-ilmu agama
atau sekedar untuk mengenal kehidupan pesantren. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang telah teruji mampu membentengi moral bangsa dari generasi ke
generasi. Keistimewaan itulah, antara lain, yang menarik perhatian para sarjana
dalam dan luar negeri untuk mengkaji dan meneliti dunia pesantren.
C. PENUTUP
Masyarakat memandang kiai memiliki peran cukup besar dalam
peningkatan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan umat beragama.Hal ini
didasarkan pada kedudukan kiai itu sendiri sebagai pengasuh, yang tentunya
menjadi figur yang disegani, dihormati, sosok yang kharismatik dan keilmuanya

10
dan juga memiliki karakteristik religius serta kedekatan batiniyah terhadap sang
kholiq. Anggapan tersebut yang membuat kiai disegani dan dihormati secara
status sosial dimasyarakat. Selain itu kiai juga merupakan promotor terkait semua
aspek, baik terkait dengan penentu kebijakan, keputusan, kewenangan baik
mengenai pengurusan, pendidikan, manejemen dan lain sebagainya.
Perkembangan pendidikan yang terjadi di desa Brabo Tanggungharjo
Grobogan, tentunya tidak lepas dari peran seorang kiai. Terlebih kiai sebagai
tokoh, dalam menanamkan nilai-nilai agama. Peran Kiai Syamsuri dalam
mendirikan pesantren adalah langkah awal dalam cikal bakal terbentuknya
pendidikan pada masyarakatnya.Desa brabo yang sekarang ini, dengan segala
sarana pendidikan yang ada, dari mulai pendidikan formal dan pendidikan non
formal adalah hasil dari perjuangan beliau dalam memperjuangkan pendidikan.
Beliau berhasil memahamkan masyarakat brabo tentang pentingnya pendidikan
terlebih pendidikan agama Islam.
Dengan kata lain kiai merupakansentral dari segala aspek dan cenderung
mempunyai hak veto dalam skala mayoritas. Karenakiai merupakan sentral,
pijakan, kepala serta komando terhadap jalanya sebuah pendidikan. Sehingga kiai
memiliki peran esensial dalam pembangunan, perkembangan, pengurusan serta
peningkatan kemajuan atau peningkatan kualitas serta mutu pendidikan

11

Anda mungkin juga menyukai