Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III
Oleh:
Kelompok UKGS Putaran 1
Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain 141611101023
Anggota : Yas’a Nuuruha 131611101009
Nabilah Dzakiyatul Fakhirah 141611101004
Erfika Arifanti 141611101009
Shinta Permatasari 141611101012
Dini Roswati Sya’bani 141611101015
Prisca Vianda Sukma 141611101019
Pembimbng :
drg. Hestieyonini H., M.Kes
drg. Kiswaluyo., M.Kes
Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes
drg. Elyda Akhya., M. IPH
drg. Surartono Dwi Atmoko, M.M
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat III yang
berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah Di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama
praktikum IKGM III di salah satu wilayah kerja Puskesmas Jelbuk yaitu Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember,
2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
4. drg. Elyda Akhya, M. IPHselaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
5. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kesselaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
6. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
7. dr. Alfi Yudisianto selaku kepala Puskesmas dan drg. Sari Yuniarti selaku
dokter gigi Puskesmas JelbukKecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
8. Seluruh staf Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
9. Seluruh pimpinan KecamatanJelbuk Kabupaten Jember,
10. Kepala Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
11. Kepala Dusun Krajan Timur Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
12. Kepala Dusun Cangkringan Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
13. Kepala Dusun Leces 1 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
14. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
15. Rekan-rekan tim UKGS Putaran 1 dan seluruh anggota kelompok Putaran 1
Praktikum IKGM III.
3
Penulis
4
BAB 1 PENDAHULUAN
menyikat gigi dengan benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur) mengalami
penurunan yaitu, pada tahun 2007 sebesar 7,3% dan di tahun 2013 sebesar 2,3%.
Sedangkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013
menunjukkan bahwa rata-rata skor DMF-T di Indonesia mencapai 4,6. Hal ini
mungkin terjadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2014).
Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi,
karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
penyakit baik lokal maupun sistemik. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut
merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut
seseorang. Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu
indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat
pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan
gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus.12 Secara klinis tingkat kebersihan
mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Kriteria ini
dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi atau
kalkulus (Agusta dkk, 2014; Narulita dkk, 2016).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan
secara umum yang turut berperan dalam menunjang dan mensukseskan
tercapainya visi Indonesia Sehat 2010, melalui pendekatan strategi paradigma
sehat bidang kesehatan gigi dan mulut yang menerapkan pendekatan Primary
Oral Health Care melalui pemberdayaanpelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Salahsatunya adalah pelaksanaan programUsaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS)yang menerapkan suatu bentuk programpelayanan kesehatan gigi pada
anaksekolah yang dilaksanakan melalui kegiatanpokok kesehatan di Puskesmas
diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pokok Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Program UKGS yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah
dapat berupa promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan yang dapat
meningkatkan pengetahuan. Menurut Hollund ada 4 faktor yang berasal dari
masing-masing individu yang akan mempengaruhi kebiasaan hidupnya yaitu
pengetahuan yang dimilikinya, keyakinan, kemauan, dan perilaku. Faktor kunci
6
yaitu pengetahuan membuat seseorang tahu mana yang benar, mana yang salah
dan di faktor inilah peran pendidikan menjadi sangat penting (Kemenkes, 2012).
Selain orang tua salah satu usaha untuk mengatasi masalah kesehatan
gigi anak adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan
untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah yang
ditunjang dengan upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan
kesehatan gigi dan mulut. Usaha kesehatan gigi dan mulut ini termasuk salah satu
program puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi, yang diselenggarakan
bersamaan dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini mengarah
kepada pendidikan secara dini terhadap kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan
mulut. Upaya yang dilakukan dalam program UKGS ini berupa peningkatan
kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan dan
pemulihan terhadap karies gigi (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, tim UKGS melakukan Kegiatan UKGS di
SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahilah. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan melibatkan siswa-siswi kelas 1,2, 3, 4, 5, dan 6 di setiap
sekolah.
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengetahuan siswa SDNSukojember 01, SDN Sukojember 03
dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling).
1.3.2. Mengetahui perbedaan pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan
dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng
(stroytelling)
1.3.3. Mengetahui perbedaan indeks kebersihan rongga mulut antara sebelum
dan sesudah penyuluhan pada siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
1.3.4. Mengetahui bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai pengetahuan
indeks kebersihan dan indeks karies pada tingkat Sekolah Dasar.
1.4.2. Bagi Sekolah
Meningkatkan pengetahuan siswa pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit gigi dan
mulut.
1.4.3. Bagi puskesmas
a. Mendapatkan informasi tentang siswa-siswi yang membutuhkan
perawatan di Puskesmas.
b. Mendapatkan data indeks kebersihan rongga mulut siswa pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
c. Mendapatkan data indeks karies pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
8
utama dianjurkan (Sriyono, 2011). Menurut Manson dan Eley (2013), waktu
menyikat gigi yang tepat adalah sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
Efektifitas menyikat gigi selain tergantung pada bentuk dan cara menyikat gigi,
juga tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi (Sriyono, 2011).
2.3. Sikat Gigi
Sikat gigi merupakan instrumen yang paling sering digunakan untuk
menghilangkan plak gigi (Zaelan, 2016). Berdasarkan cara penggunaannya,sikat
gigi dibedakan atas sikat gigi konvensional dan sikat gigi elektrik. Walaupun
tersedia berbagai sikat gigi di pasaran, namun harus diperhatikan keefektifan sikat
gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri et al., 2011)
Beberapa jenis sikat gigi yang dapat digunakan untuk usaha membersihkan
gigi dari plak dan debris diantaranya adalah:
a. Sikat gigi konvensional
Mayoritas masyarakat menggunakan sikat gigi konvensional dalam aplikasi
sehari-hari. Sikat gigi konvensional terdiri atas kepala sikat dan bulu sikat, leher
sikat, dan tangkai atau gagang sikat (Novitskaya, 2002). Bulu dari sikat gigi
umumnya terdiri dari tiga sampai empat baris. Terdapat dua bahan bulu sikat yaitu
: bulu alami dari babi dan artifisial filamen yang terbuat dari nylon. Umumnya
diameter bulu sikat yang halus sebesar 0,2 mm, pada bulu sikat medium 0,4 mm
dan untuk bulu sikat yang kasar sebesar 0,4 mm (Carranza, 2015). Dalam
pemilihan bulu sikat gigi disarankan untuk memilih bulu sikat dengan tekstur
lembut tetapi cukup kuat, ukuran bulu sikat jangan terlalu lebar sesuaikan dengan
penggunanya, ujung bulu - bulu sikat membulat(Putri, 2011). Bulu yang halus
diketahui lebih fleksibel, dapat membersihkan dengan mudah pada bagian bawah
margin gingiva ketika menggunakan metode gosok gigi sirkular dan dapat
mencapai pada bagian proksimal lebih mudah. Pada penggunaan bulu sikat yang
kasar dapat menyebabkan resesi pada gingiva. Dalam pemilihan handle sikat
dapat disesuaikan dengan kenyamanan individu (Carranza, 2015). Kenyamanan
bagi setiap individu mencakup: tangkai sikat enak dipegang/stabil, cukup lebar
dan cukup tebal namun ringan sehingga mudah digunakan (Putri et al., 2012)
b. Sikat gigi elektrik
11
Saat ini, sikat gigi elektrik memiliki gerakan rotasi, dan beberapa sikat gigi
menggunakan energi dengan frekuensi rendah untuk meningkatkan kemampuan
pembersihan. Sikat gigi elektrik sangat bergantung pada kontak mekanik antara
bulu sikat dan gigi untuk menghilangkan plak. Penambahan dari energi frekuensi
rendah menghasilkan gerakan dinamis yang dapat membersihkan dengan lebih
baik. Getaran yang dihasilkan juga dapat menggganggu bakteria pada permukaan
rongga mulut. Penelitian lain melaporkan sikat gigi mekanik dengan gerakan
memutar dapat mengurangi bakteri plak sebesar 11%, dan 6% daripada sikat gigi
biasa. Meskipun keeuntungan jangka panjang belum diperoleh, sikat gigi mekanik
dapat mengurangi bakteri plak dan penurunan perdarahan pada gingiva yang lebih
baik (Carranza, 2015)
2.4. Pasta Gigi
Pasta gigi anak menurut Badan Standar Nasional-SNI 16-4767-1998 adalah
produk semi padat yang terdiri dari campuran bahan abrasif, bahan pembersih dan
bahan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi anak tanpa
merusak gigi maupun membran mukosa dari mulut. Batas maksimum garam
fluoride dan turunannya dalam sediaan adalah 0,15 % atau setara dengan 1500
ppm. Senyawa fluoride adalah suatu garam senyawa fluoride yang terdapat di
alam dapat berupa sodium fluoride, calcium flupride, amonium fluoride,
aluminium fluoride, ammonium fluorosilikat, amonium fluorofosfat, hexadesil
ammonium fluoride, magnesium fluoride dan lain-lain (Sukanto, 2011).
Dampak buruk senyawa fluor berlebihantara lain fluorosis pada gigi. Ciri-
cirinya adalah gigi menjadi keras dan mudah pecah(cracking). Gambaran klinis
adalah adanya flek atau noda putih kecil-kecil yang tidak terlalu tampak,
sedangkan kerusakan pada tingkat sedang dan parah tampak noda coklat atau
hitam, berlubang dan retak pada gigi. (Mariyati, 2015)
Kandungan pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari
bahan abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik. Komposisi umum
dan kandungan bahan aktif yang biasa terkandung dalam pasta gigi antara lain
sebagai berikut. Bahan abrasif (20-50%), contohnya: silika atau silika hidrat,
sodium bikarbonat, aluminium oksida, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat. Air
12
penyikatan ini adalah sikat harus digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat untuk
menggosok. Teknik roll mengutamakan gerakan memutar pada permukaan
interproksimal tetapi bagian sulkus tidak terbersihkan secara sempurna. Teknik
roll merupakan teknik yang danggap dapat membersihkan plak dengan baik dan
dapat menjaga kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat diterapkan pada anak
umur 6-12 tahun. Teknik penyikatan gigi horizontal, vertical dan roll adalah
teknik yang paling sering digunakan dalam penyikatan gigi (Hariyanti et al.,
2014)
2.6. Makanan Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi
Sayur dan buah merupakan karbohidrat jenis polisakarida nonpati yang
banyak mengandung serat dan air (Almatsier, 2001). Selain itu, sayur dan buah
juga baik bagi kesehatan gigi karena mengandung vitamin dan mineral yang
cukup tinggi (Sediaoetama, 2000). Konsumsi buah dan sayuran segar yang kaya
akan vitamin, mineral, serat dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada
gigi, sehingga luas permukaan plak dapat dikurangi dan pada akhirnya dapat
karies gigi dapat dicegah. Buah- buahan segar seperti apel, bengkoang, pear,
semangka serta sayuran seperti caisim dan wortel dll dapat merangsang fungsi
pengunyahan dan meningkatkan sekresi air ludah. Armin, Marthaler, dan Bryan
Wade menyatakan adanya efek positif konsumsi buah-buahan segar terhadap efek
pembersihan gigi (Houwink et al., 1993). Buah-buahan segar berperan sangat
efektif untuk membantu kebersihan gigi apabila dikonsumsi sesudah makan. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan
antara konsumsi sayur dan buah terhadap penurunan keparahan karies gigi pada
anak sekolah dasar.Makanan berserat alami adalah makanan secara stuktur kimia
tidak berbahaya walaupun tidak mengandung gizi dan apabila mengkonsumsi
berlebihan tubuh akan mengalami defisiensi mineral dan keberadaannya
dibutuhkan dalam proses pencernaan pada tubuh manusia. Serat makanan tidak
menyumbang energi. Mengunyah makanan sedikitnya 32 kali, merangsang
pengeluaran saliva lebih banyak sehingga dari kandungan bikarbonat dan sulfat
yang dapat memberikan efek pembersihan gigi geligi sendiri (Soegeng S, et al.,
1999).
14
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah
dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang
sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu:
1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.
2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.
3. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
4. Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri
rahang atas.`
5. Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
6. Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1
kanan rahang bawah
7. Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian (Carranza, 2015).
2.9. Indeks Karies Gigi DMF-t Dan def-t
Status kesehatan gigi dan mulut pada umunya dinyatakan dalam prevalensi
karies gigi, kehilangan gigi, maupun status periodontal. untuk menilai status
kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen digunakan indeks DMF-
T. Huruf D (Decay) menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau
sekelompok orang, huruf M (Missing) menunjukkan gigi yang dicabut karena
karies dan huruf F menunjukkan gigi yang ditumpat karna karies dan dalam
keadaan baik (Notoharjo, I. T dan Magdarina, D. A, 2013). Sedangkan untuk gigi
sulung digunakan indeks def-t karena untuk komponen "m" sulit untuk
mendeteksi apakah gigi sulung telah hilang karena karies atau tanggal secara
normal atau sebab lain, sehingga komponen "m" diganti dengan komponen "e"
(eksfoliation) yang berarti hanya gigi karies yang terindikasi untuk dicabut
(Sriyono, N. W., 2011).
17
b. Metode Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan
kesehatan gigi, yaitu: 1) One way method
Metode ini menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak
diberi kesempatan untuk aktif. Salah satu contoh dari one way methode adalah
metode ceramah. Ceramah adalah cara penyajian informasi yang dilakukan
penyuluh dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap
pendengar atau sasaran. Metode ceramah dapat dilakukan dengan atau tanpa alat
bantu. Beberapa contoh alat bantu yang dapat digunakan adalah media poster,
Power Point, boneka karakter dan buku cerita bergambar. Metode ceramah dapat
digunakan jika tujuan belajar yang ingin dicapai berkenaan dengan ranah kognitif.
Keuntungan menggunakan metode ceramah antara lain, tidak memerlukan alat
peraga yang banyak, murah dan mudah menggunakannya, serta waktu yang
diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, sedangkan kekurangan
menggunakan metode ceramah antara lain, dapat menimbulkan kebiasaan kurang
aktif untuk mencari dan mengelola informasi, serta tidak semua sasaran memiliki
daya tangkap yang sama sehingga sering menimbulkan salah paham dalam
mengartikan materi penyuluhan yang diberikan (Fitriani, 2011).
2) Two way method Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara
pendidik dan sasaran, menurut Herijulianti (2002), yang termasuk dalam metode
ini antara lain:
19
b) Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti “pura-pura”. Simulasi
adalah metode penyuluhan dimana penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan
belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan keterampilan aktualisasi dan
praktik. Metode simulasi bertujuan agar seseorang dapat bertingkah laku seperti
orang lain, dengan tujuan agar orang tersebut dapat mempelajari lebih mendalam
tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu.
c) Permainan peran (Role playing) Role playing adalah metode penyuluhan yang
di dalam pelaksanaannya sasaran harus memerankan satu atau beberapa peran
tertentu. Keuntungan dari metode ini adalah sebagian besar peserta dapat ikut
aktif mengamati, mengalami, dan menghayati perilaku tertentu sehingga materi
penyuluhan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti. Kerugian dari metode ini
adalah terkadang peserta kurang mampu membawakan peran dengan semestinya.
d) Tanya jawab Metode tanya jawab adalah proses interaksi belajar yang berisi
pertanyaan yang diajukan dan jawaban dari topik belajar tertentu. Keuntungan
dari metode ini adalah semua pihak yang terlibat mempunyai kesempatan untuk
mengemukakan pendapat. Kerugian dari metode ini adalah dapat terjadi
perbedaan pendapat yang berlarut-larut sehingga akan memerlukan waktu
penyuluhan yang lebih lama.
c. Media Menurut Fitriani (2011), media yang dapat digunakan dalam penyuluhan
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Media visual Media ini berguna dalam membantu menstimulasi indra
penglihatan pada saat proses penyampaian materi penyuluhan dilakukan.
Beberapa contoh alat/benda yang termasuk dalam media visual adalah poster,
boneka karakter, Power Point, dan lain sebagainya.
Beberapa contoh alat yang termasuk dalam media audio adalah radio dan rekaman
suara dalam kaset.
BAB 3. METODOLOGI
21
Skor OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan skor DI-S dan CI-S.
c. Menyikat gigi bersama
Sebelum melakukan sikat gigi bersama terlebih dahulu dioleskan bahan
pewarna pada gigi siswa yang akan melakukan sikat gigi bersama untuk
membantu agar debris dapat terlihat jelas.
Pada kegiatan ini Siswa diinstruksikan untuk mengerjakan soal post test
setelah dilakukan penyuluh dan menyikat gigi bersama ini dilakukan di
lapangan oleh seluruh siswa kelas 1 sampai 6 SDN Sukojember 1, SDN
Sukojember 3, dan MI fatahillah.
MI Fatahillah
24
SDN Sukojember 01
Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain
Kelas 1 : Nanik, Aini
Kelas 2 : Yas’a, Paramita
Kelas 3 : Prisca, Shinta
Kelas 4 : Umil, Kanwangwang
Kelas 5 : Afthin, Faiza
Kelas 6 : Nabila, Rusella
Dogicil : Narita, Ziyana, Primawati
SD Sukojember 03
Koordinator : Erfika Arifanti
Kelas 1, 2, 3 : Aisha, Erfika
Kelas 4, 5, 6 : Dini, Arie, Yona, Erlangga
Dogicil : Arina, Lady, Benny
dan 5 kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Jika data terdistribusi
normal dan homogen maka dilakukan uji parametrik One Way Anova dengan uji
lanjutan LSD sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen
maka dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan uji lanjutan Mann
Whitney.
4.1.1 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Peserta UKGS pada SDN Sukojember
01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah Sebelum dan Sesudah Sikat
Gigi.
Pemeriksaan OHI-S dilakukan pada siswa kelas 1 sampai 6 di SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah. Pemeriksaan OHI-S
dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan sikat gigi bersama.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebersihan rongga mulut siswa-siswi sebelum
dan sesudah sikat gigi bersama dan keberhasilan penyuluhan yang telah dilakukan
sebelumnya.
a. Skor rata-rata OHI-S SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI
Fatahillah sebelum dan sesudah sikat gigi
Tabel 4.1 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah dan selisihh sikat gigi di SDN Sukojember 01,
SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah
SD Sukojember 01 SD Sukojember 03 MI Fatahilah
DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S
0,98 0,48 0,42 0,48 0,56 0 0,94 0,53 0,25 0,53 0,69 0 0,95 0,36 0,36 0,36 0,59 0
perubahan sebelum dan sesudah sikat gigi yang ditunjukkan dengan penurunan
skor.
b. SD Sukojember 01
1.2
0.8 Sebelum
0.6
0.4
0.2
0
DI-S CI-S
Gambar 4.1 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di SDN
Sukojember 01
c. SD Sukojember 03
1
0.8
Sebelum
0.6
0.4
0.2
0
DI-S CI-S
Gambar 4.2 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di SDN
Sukojember 03
28
d. MI Fatahilah
1
0.9
0.8
0.7
Sebelum
0.6
Sesudah
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
DI-S CI-S
Gambar 4.3 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di MI
Fatahilah
4.1.2 Uji pada kelompok pre-test dan post test penyuluhan pada SDN Sukojember
01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan sesudah
penyuluhan.
Siswa kelas 1 sampai 6 di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan
MI Fatahillah diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut. Sebelum
diakukan penyuluhan peneliti memberikan pretest untuk mengetahui seberapa
jauh pengetahuan siswa tersebut. Seesudah dilakukan penyuluhan peneliti
memberikan post test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap
penyuluhan yang telah disampaikan.
160
140
120
100
80 PRETEST
60
40 POST TEST
20
0
SANGAT BAIK CUKUP KURANG SANGAT
BAIK KURANG
Gambar 4.1 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi SDN Sukojember 01
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post
testdi SDN Sukojember 03
No Kategori Pre Test Post Test
1 Sangat Baik 12 35
2 Baik 11 9
3 Cukup 13 24
4 Kurang 0 0
5 Sangat Kurang 14 2
40
35
30
25
20 PRETEST
15
10 POST TEST
5
0
SANGAT BAIK CUKUP KURANG SANGAT
BAIK KURANG
Gambar 4.3 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi SDN Sukojember 03
Tabel 4.3 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post
testdi SDN Sukojember 01
No Kategori Pre Test Post Test
1 Sangat Baik 7 11
2 Baik 3 1
3 Cukup 6 5
4 Kurang 0 0
30
5 Sangat Kurang 2 1
12
10
8
6 PRETEST
4
POST TEST
2
0
SANGAT BAIK CUKUP KURANG SANGAT
BAIK KURANG
Gambar 4.4 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi MI Fatahillah
4.2 Pembahasan
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut adalah syarat penting dalam
membentuk sikap untuk sehat. Pengetahuan yang baik akan berdampak pada
perilaku merawat kesehatan gigi dan mulut yang baik pula.Penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku
seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sehingga mempunyai pengetahuan,
sikap dan kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan
mulut. Penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan UKGS kali ini
menggunakanmetode kombinasi antara metode dongeng dengan media poster,
ceramah dan demonstrasi dengan media phantom. Penggunaan metode tersebut
dianggap menjadi efektif karena dilihat dari antusias siswa sekolah dasar yang
peneliti lakukan penyuluhan yaitu SD Sukojember 01, SD Sukojember 03, dan MI
Fatahillah.
penjumlahan dari gigi berlubang, gigi yang hilang, dan gigi yang ditambal
(Riskedas, 2013).
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
33
5.1.1 Nilai OHI-S menunjukkan adanya peningkatan yang pada siswa SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah, yang
menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan berpengaruh pada kebersihan
rongga mulut.
5.1.2 Hasil uji beda Wilcoxon hasil pretest dan posttest pada penyuluhan di SDN
Sukojember 01, Sukojember 03, MI Fatahillah terdapat perbedaan yang
signifikan.
5.1.3 Hasil penelitian indeks DMF-T dan def-t tidak dilakukan analisa lebih lanjut
karena pemeriksaan hanya untuk melihat rongga mulut pasien tanpa
membandingkannya.
5.2 Saran
5.2.1 Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan plaque indeks untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrachman, dkk. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: FKUI.
34
Haryanti D.D., Adhani R., Aspriyanto D., dan Dewi I.R. 2014. Efektivitas
Menyikat Gigi Metode Horizontal, Verticaldan Roll terhadap Penurunan
Plak pada Anak Usia 9-11 Tahun. Dentino (Jur. Ked.Gigi).Vol. 2 (2): 150
-154.
35
Haryani, S., Sahar, J., Dan Sukihananto. 2016. Penyuluhan Kesehatan Melalui
Media Cetak Berpengaruh Terhadap Perawatan Hipertensipada Usia
Dewasa Di Kota Depok. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19
No.3, November 2016, Hal 161-168
Oktavilia, W. D., Probosari, N., dan Sulistiyani. 2014. Perbedaan OHI-S DMF-T
dan def-t Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Letak Geografis Di
Kabupaten Situbondo. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no.1), Januari,
2014
Putri MH, Herijulianti E, Nurjanah N, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, ECG; 2011. p: 1,56 – 77, 107 – 109
Purwanto, H., 2001, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Rahmawati, I., Julita, H., Agus, P., 2011, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Pada
Anak Sekolah Dasar, Berita Kedokteran Masyarakat, 27(4): 180-186.
Sariningsih, Endang. 2014. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta:
Gramedia.
Sukanto, 2011. Takaran dan kriteria pasta gigi yang tepat untuk digunakan pada
anak usia dini. Stomatognatic (J. K. G.) Unej.Vol. 9(2): 104-109
Sediaoetama. 2000.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. Dian Rakyat.
Jakarta
Sulastinigsih Djumingin., Vivi Rosida, Bakhtiar. 2014. Penilaian Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia Teori dan Terapan. Hal 289
Sulistyoningsih, S., Tamtomo, D., Suryani, N. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Sikap Remaja Dalam Merawat Organ Reproduksi. Jurnal
Penelitian Humaniora, Vol. 21, No. 2, Oktober 2016: 119-128
37
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
WHO. 2006. Caries Prevelence: INDEKS DMF-T dan DMF-S.
http//www.whocollab.od.mah.se/expl/ohisgv.html. [13 Februari 2013].
WHO Oral Health County. 2009. Oral Hygiene Index
Yohana, W. 2017. Gambaran Status Kesehatan Gigi (Dmf-T/Def-T) Dan Indeks
Massa Tubuh Pada Anak Umur 6-11 Tahun Pada Sd Az Zahra Bandung.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan Pkm Kesehatan. Vol 3, No.1,
Th, 2017: 234 - 238
Zaelan A. 2016. Perbedaan efektivitas penggunaan sikat gigi konvensional dengan
sikat gigi bergagang modifikasi terhadap penurunan skor plak pada anak
tunanetra. Universitas Hassanudin. Makassar. Skripsi
LAMPIRAN
A. Daftar Hadir
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
C. Dokumentasi
54
MI fatahillah
Test Statisticsb
postest - pretest
Z -2,754a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
SD Sukojember 1 kelas 1
Test Statisticsa
postest -
pretest
Z -4,463b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
55
SD Sukojember 1 kelas 2
Test Statisticsa
Postest -
Pretest
Z -4,119b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
K. SD Sukojember 1 kelas 3
L.
M.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -4,106a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
N.
O. SD Sukojember 1 kelas 4
P.
Test Statisticsa
sesudah -
sebelum
Z -5,240b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Q.
R. SD Sukojember 1 kelas 5
56
S.
T.
U.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -3,540a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
V.
W.
X. SD Sukojember 1 kelas 6
Y.
Z.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -5,028a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a.Based on positive ranks.
b.Wilcoxon Signed Ranks Test
AA.
BB. SD Sukojember 3 kelas 1
CC.
DD.
Test Statisticsa
sesudah -
sebelum
Z -2,943b
Asymp. Sig. (2- ,003
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
EE.
FF. SD Sukojember 3 kelas 2
GG.
Test Statisticsa
57
sesudah -
sebelum
Z -3,070b
Asymp. Sig. (2- ,002
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
HH.
II.
JJ. SD Sukojember 3 kelas 3
KK.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,379a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
LL.
MM.
SD Sukojember 3 kelas 4
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,388a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
NN.
OO.
PP. SD Sukojember 3 kelas 5
QQ.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,751a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Based on positive ranks.
58