Anda di halaman 1dari 58

UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI

USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI DESA SUKOJEMBER


KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT III

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III

Oleh:
Kelompok UKGS Putaran 1
Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain 141611101023
Anggota : Yas’a Nuuruha 131611101009
Nabilah Dzakiyatul Fakhirah 141611101004
Erfika Arifanti 141611101009
Shinta Permatasari 141611101012
Dini Roswati Sya’bani 141611101015
Prisca Vianda Sukma 141611101019

Pembimbng :
drg. Hestieyonini H., M.Kes
drg. Kiswaluyo., M.Kes
Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes
drg. Elyda Akhya., M. IPH
drg. Surartono Dwi Atmoko, M.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
2

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat III yang
berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah Di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama
praktikum IKGM III di salah satu wilayah kerja Puskesmas Jelbuk yaitu Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember,
2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
4. drg. Elyda Akhya, M. IPHselaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
5. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kesselaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
6. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
7. dr. Alfi Yudisianto selaku kepala Puskesmas dan drg. Sari Yuniarti selaku
dokter gigi Puskesmas JelbukKecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
8. Seluruh staf Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
9. Seluruh pimpinan KecamatanJelbuk Kabupaten Jember,
10. Kepala Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
11. Kepala Dusun Krajan Timur Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
12. Kepala Dusun Cangkringan Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
13. Kepala Dusun Leces 1 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
14. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
15. Rekan-rekan tim UKGS Putaran 1 dan seluruh anggota kelompok Putaran 1
Praktikum IKGM III.
3

Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, kami


mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan. Amin.

Jember, September 2018

Penulis
4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gigi memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan anak. Salah satu
indikator seorang anak dikatakan sehat jika kebersihan mulutnya terjaga.
Kebersihan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh karena
dapat mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Jika
kebersihan mulut tidak terjaga maka akan timbul berbagai permasalahan pada
gigi. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering dialami anak usia
sekolah adalah karies gigi (Novita dkk, 2016).
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling
sering ditemui di kalangan masyarakat, salah satunya anak-anak di Indonesia.
Menurut WHO prevalensi karies gigi pada anak-anak di negara industri 60-90%
populasi. Prevalensi akan terus meningkat seiring bertambahnya umur. Anak usia
6 tahun telah mengalami karies pada gigi tetapnya sebanyak 20%, meningkat 60%
pada usia 8 tahun, 85% pada 10 tahun dan 90% pada usia 12 tahun (WHO, 2016).
Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi
terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Jika tidak diobati, karies gigi
dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada gigi, gangguan penyerapan
makanan, mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah
karena sakit gigi. Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga
mulut anak sampai saat ini. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar
merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena
umumnya anak-anak tersebut masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang
kurang menunjang terhadap kesehatan gigi (Yohana, 2017; Dewi dkk, 2017).
Masalah gigi dan mulut mengalami peningkatan dari 23,2% pada tahun
2007 menjadi 25,9% di tahun 2013. Indeks DMF-T tahun 2007 hampir sama
dengan tahun 2013 yaitu, tahun 2007 adalah 4,6% dan tahun 2013 4,85%. Tahun
2007 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan kebiasaan menggosok gigi untuk
umur di atas 10 tahun yaitu, 91,9% menjadi 93,8%, sedangkan untuk yang
5

menyikat gigi dengan benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur) mengalami
penurunan yaitu, pada tahun 2007 sebesar 7,3% dan di tahun 2013 sebesar 2,3%.
Sedangkan Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013
menunjukkan bahwa rata-rata skor DMF-T di Indonesia mencapai 4,6. Hal ini
mungkin terjadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2014).
Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi,
karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
penyakit baik lokal maupun sistemik. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut
merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut
seseorang. Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu
indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat
pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan
gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus.12 Secara klinis tingkat kebersihan
mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Kriteria ini
dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi atau
kalkulus (Agusta dkk, 2014; Narulita dkk, 2016).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan
secara umum yang turut berperan dalam menunjang dan mensukseskan
tercapainya visi Indonesia Sehat 2010, melalui pendekatan strategi paradigma
sehat bidang kesehatan gigi dan mulut yang menerapkan pendekatan Primary
Oral Health Care melalui pemberdayaanpelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Salahsatunya adalah pelaksanaan programUsaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS)yang menerapkan suatu bentuk programpelayanan kesehatan gigi pada
anaksekolah yang dilaksanakan melalui kegiatanpokok kesehatan di Puskesmas
diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pokok Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Program UKGS yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah
dapat berupa promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan yang dapat
meningkatkan pengetahuan. Menurut Hollund ada 4 faktor yang berasal dari
masing-masing individu yang akan mempengaruhi kebiasaan hidupnya yaitu
pengetahuan yang dimilikinya, keyakinan, kemauan, dan perilaku. Faktor kunci
6

yaitu pengetahuan membuat seseorang tahu mana yang benar, mana yang salah
dan di faktor inilah peran pendidikan menjadi sangat penting (Kemenkes, 2012).
Selain orang tua salah satu usaha untuk mengatasi masalah kesehatan
gigi anak adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan
untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah yang
ditunjang dengan upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan
kesehatan gigi dan mulut. Usaha kesehatan gigi dan mulut ini termasuk salah satu
program puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi, yang diselenggarakan
bersamaan dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini mengarah
kepada pendidikan secara dini terhadap kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan
mulut. Upaya yang dilakukan dalam program UKGS ini berupa peningkatan
kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan dan
pemulihan terhadap karies gigi (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, tim UKGS melakukan Kegiatan UKGS di
SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahilah. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan melibatkan siswa-siswi kelas 1,2, 3, 4, 5, dan 6 di setiap
sekolah.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03
dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling)?
1.2.2. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan
dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng
(stroytelling)?
1.2.3. Apakah terdapat perbedaan indeks kebersihan rongga mulut pada siswa
SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan
sesudah sikat gigi bersama?
1.2.4. Bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN Sukojember 01,
SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah?
7

1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengetahuan siswa SDNSukojember 01, SDN Sukojember 03
dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan
gigi menggunakan metode dongeng (stroytelling).
1.3.2. Mengetahui perbedaan pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan
dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng
(stroytelling)
1.3.3. Mengetahui perbedaan indeks kebersihan rongga mulut antara sebelum
dan sesudah penyuluhan pada siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
1.3.4. Mengetahui bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai pengetahuan
indeks kebersihan dan indeks karies pada tingkat Sekolah Dasar.
1.4.2. Bagi Sekolah
Meningkatkan pengetahuan siswa pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit gigi dan
mulut.
1.4.3. Bagi puskesmas
a. Mendapatkan informasi tentang siswa-siswi yang membutuhkan
perawatan di Puskesmas.
b. Mendapatkan data indeks kebersihan rongga mulut siswa pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
c. Mendapatkan data indeks karies pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
8

BAB 2 MATERI KEGIATAN


9

2.1. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah


Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah bagian integral dari Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut secara terencana, pada para siswa terutama siswa Sekolah Dasar (SD)
dalam suatu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan
melalui paket UKS. Upaya promotif dan preventif paling efektif dilakukan dengan
sasaran anak sekolah dasar, karena perawatan kesehatan gigi harus dilakukan
sejak dini dan dilakukan secara kontinyu agar menjadi suatu kebiasaan (Depkes
RI, 2000).
Tujuan UKGS tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang
optimal. Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal adalah 100%
murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut. Indikator lain sesuai
dengan ketentuan WHO adalah anak umur 12 tahun mempunyai tingkat
keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi (Dep. Kes. RI.,
2004).
2.2. Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat mencegah terjadinya penyakit
gigi dan mulut. Pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
menjaga kebersihan gigi dan mulut. Perilaku adalah faktor paling dominan yang
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut (Sriyono, 2011). Perilaku muncul
sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan terhadap respon (Walgito,
2003). Perilaku tidak terjadi secara sporadis (timbul dan hilang saat- saat tertentu),
tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan perbuatan
berikutnya (Purwanto, 2001).
Menurut Sariningsih (2014), tata cara perilaku hidup dan penerapan hygiene
perorangan akan berpengaruh pada kesehatan gigi dan rongga mulut yang
selanjutnya mempunyai dampak pada kesehatan masyarakat. Hasil penelitian
Rahmawati (2011) menunjukkan bahwa semakin baik perilaku anak, semakin
tidak parah kesehatan gigi dan mulut. Perilaku masyarakat dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut salah satu indikatornya adalah variabel waktu menyikat
gigi karena menyikat gigi merupakan tindakan pencegahan primer yang paling
10

utama dianjurkan (Sriyono, 2011). Menurut Manson dan Eley (2013), waktu
menyikat gigi yang tepat adalah sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.
Efektifitas menyikat gigi selain tergantung pada bentuk dan cara menyikat gigi,
juga tergantung dari frekuensi dan lamanya menyikat gigi (Sriyono, 2011).
2.3. Sikat Gigi
Sikat gigi merupakan instrumen yang paling sering digunakan untuk
menghilangkan plak gigi (Zaelan, 2016). Berdasarkan cara penggunaannya,sikat
gigi dibedakan atas sikat gigi konvensional dan sikat gigi elektrik. Walaupun
tersedia berbagai sikat gigi di pasaran, namun harus diperhatikan keefektifan sikat
gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri et al., 2011)
Beberapa jenis sikat gigi yang dapat digunakan untuk usaha membersihkan
gigi dari plak dan debris diantaranya adalah:
a. Sikat gigi konvensional
Mayoritas masyarakat menggunakan sikat gigi konvensional dalam aplikasi
sehari-hari. Sikat gigi konvensional terdiri atas kepala sikat dan bulu sikat, leher
sikat, dan tangkai atau gagang sikat (Novitskaya, 2002). Bulu dari sikat gigi
umumnya terdiri dari tiga sampai empat baris. Terdapat dua bahan bulu sikat yaitu
: bulu alami dari babi dan artifisial filamen yang terbuat dari nylon. Umumnya
diameter bulu sikat yang halus sebesar 0,2 mm, pada bulu sikat medium 0,4 mm
dan untuk bulu sikat yang kasar sebesar 0,4 mm (Carranza, 2015). Dalam
pemilihan bulu sikat gigi disarankan untuk memilih bulu sikat dengan tekstur
lembut tetapi cukup kuat, ukuran bulu sikat jangan terlalu lebar sesuaikan dengan
penggunanya, ujung bulu - bulu sikat membulat(Putri, 2011). Bulu yang halus
diketahui lebih fleksibel, dapat membersihkan dengan mudah pada bagian bawah
margin gingiva ketika menggunakan metode gosok gigi sirkular dan dapat
mencapai pada bagian proksimal lebih mudah. Pada penggunaan bulu sikat yang
kasar dapat menyebabkan resesi pada gingiva. Dalam pemilihan handle sikat
dapat disesuaikan dengan kenyamanan individu (Carranza, 2015). Kenyamanan
bagi setiap individu mencakup: tangkai sikat enak dipegang/stabil, cukup lebar
dan cukup tebal namun ringan sehingga mudah digunakan (Putri et al., 2012)
b. Sikat gigi elektrik
11

Saat ini, sikat gigi elektrik memiliki gerakan rotasi, dan beberapa sikat gigi
menggunakan energi dengan frekuensi rendah untuk meningkatkan kemampuan
pembersihan. Sikat gigi elektrik sangat bergantung pada kontak mekanik antara
bulu sikat dan gigi untuk menghilangkan plak. Penambahan dari energi frekuensi
rendah menghasilkan gerakan dinamis yang dapat membersihkan dengan lebih
baik. Getaran yang dihasilkan juga dapat menggganggu bakteria pada permukaan
rongga mulut. Penelitian lain melaporkan sikat gigi mekanik dengan gerakan
memutar dapat mengurangi bakteri plak sebesar 11%, dan 6% daripada sikat gigi
biasa. Meskipun keeuntungan jangka panjang belum diperoleh, sikat gigi mekanik
dapat mengurangi bakteri plak dan penurunan perdarahan pada gingiva yang lebih
baik (Carranza, 2015)
2.4. Pasta Gigi
Pasta gigi anak menurut Badan Standar Nasional-SNI 16-4767-1998 adalah
produk semi padat yang terdiri dari campuran bahan abrasif, bahan pembersih dan
bahan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi anak tanpa
merusak gigi maupun membran mukosa dari mulut. Batas maksimum garam
fluoride dan turunannya dalam sediaan adalah 0,15 % atau setara dengan 1500
ppm. Senyawa fluoride adalah suatu garam senyawa fluoride yang terdapat di
alam dapat berupa sodium fluoride, calcium flupride, amonium fluoride,
aluminium fluoride, ammonium fluorosilikat, amonium fluorofosfat, hexadesil
ammonium fluoride, magnesium fluoride dan lain-lain (Sukanto, 2011).
Dampak buruk senyawa fluor berlebihantara lain fluorosis pada gigi. Ciri-
cirinya adalah gigi menjadi keras dan mudah pecah(cracking). Gambaran klinis
adalah adanya flek atau noda putih kecil-kecil yang tidak terlalu tampak,
sedangkan kerusakan pada tingkat sedang dan parah tampak noda coklat atau
hitam, berlubang dan retak pada gigi. (Mariyati, 2015)
Kandungan pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari
bahan abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik. Komposisi umum
dan kandungan bahan aktif yang biasa terkandung dalam pasta gigi antara lain
sebagai berikut. Bahan abrasif (20-50%), contohnya: silika atau silika hidrat,
sodium bikarbonat, aluminium oksida, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat. Air
12

(2040%), Humectant atau pelembab (20-35%) yaitu sorbitol, manitol, gliserin,


propilen glikol, alpha hydroxy acids (AHA), propilen glikol, asam laktat dan
surfaktan. Bahan perekat (12%), yaitu bahan yang larut dalam air, alginate, dan
sodium karboksil metal selulosa, dan bahan yang tidak larut dalam air seperti
magnesium, aluminium silikat, dan koloid silika. Bahan yang biasa digunakan
adalah karboksil metal selulosa, amilosa, alginate, derivat sintetis selulosa,
sorbitol dan polyethylene glycol (PEG). Surfactan atau deterjen (1-2%), bahan
penambah rasa (0-2%), bahan terapeutik (02%) yaitu: fluoride, bahan
desensitisasi, bahan anti-tartar dan bahan antimikroba. (Sukanto, 2011).
2.5. Teknik Menyikat Gigi
Menyikat gigi dengan sikat gigi adalah teknik pembersihan plak secara
mekanik. Tujuan menyikat gigi salah satunya adalah untuk menghilangkan plak,
menghambat pembentukannya serta melapisi permukaan gigi dengan fluor agar
tidak mudah berlubang (Maldupa, 2012).
Terdapat 5 teknik menyikat gigi yaitu, Bass, S Stillman, Horizontal,
Vertical, dan Roll. Teknik horizontal dilakukan dengan cara semua permukaan
gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Permukaan bukal dan lingual
disikat dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Teknik horizontal terbukti
merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal. Teknik
ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding dengan teknik lain. Teknik
ini cukup sederhana sehingga dapat membersihkan plak yang terdapat di sekitar
sulkus interdental dan sekitarnya. Teknik vertical dilakukan untuk menyikat
bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan keatas
dan kebawah. Untuk permukaan gigi belakang gerakan dilakukan dengan keadaan
mulut terbuka. Teknik ini sederhana dan dapat membersihkan plak, tetapi tidak
dapat menjangkau semua bagian gigi seperti teknik horizontal dengan sempurna
sehingga apabila penyikatan tidak benar maka pembersihan plak tidak maksimal.
Teknik roll adalah cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat diletakkan dengan
posisi mengarah ke akar gigi sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung
bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak
membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Yang perlu diperhatikan pada
13

penyikatan ini adalah sikat harus digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat untuk
menggosok. Teknik roll mengutamakan gerakan memutar pada permukaan
interproksimal tetapi bagian sulkus tidak terbersihkan secara sempurna. Teknik
roll merupakan teknik yang danggap dapat membersihkan plak dengan baik dan
dapat menjaga kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat diterapkan pada anak
umur 6-12 tahun. Teknik penyikatan gigi horizontal, vertical dan roll adalah
teknik yang paling sering digunakan dalam penyikatan gigi (Hariyanti et al.,
2014)
2.6. Makanan Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi
Sayur dan buah merupakan karbohidrat jenis polisakarida nonpati yang
banyak mengandung serat dan air (Almatsier, 2001). Selain itu, sayur dan buah
juga baik bagi kesehatan gigi karena mengandung vitamin dan mineral yang
cukup tinggi (Sediaoetama, 2000). Konsumsi buah dan sayuran segar yang kaya
akan vitamin, mineral, serat dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada
gigi, sehingga luas permukaan plak dapat dikurangi dan pada akhirnya dapat
karies gigi dapat dicegah. Buah- buahan segar seperti apel, bengkoang, pear,
semangka serta sayuran seperti caisim dan wortel dll dapat merangsang fungsi
pengunyahan dan meningkatkan sekresi air ludah. Armin, Marthaler, dan Bryan
Wade menyatakan adanya efek positif konsumsi buah-buahan segar terhadap efek
pembersihan gigi (Houwink et al., 1993). Buah-buahan segar berperan sangat
efektif untuk membantu kebersihan gigi apabila dikonsumsi sesudah makan. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan
antara konsumsi sayur dan buah terhadap penurunan keparahan karies gigi pada
anak sekolah dasar.Makanan berserat alami adalah makanan secara stuktur kimia
tidak berbahaya walaupun tidak mengandung gizi dan apabila mengkonsumsi
berlebihan tubuh akan mengalami defisiensi mineral dan keberadaannya
dibutuhkan dalam proses pencernaan pada tubuh manusia. Serat makanan tidak
menyumbang energi. Mengunyah makanan sedikitnya 32 kali, merangsang
pengeluaran saliva lebih banyak sehingga dari kandungan bikarbonat dan sulfat
yang dapat memberikan efek pembersihan gigi geligi sendiri (Soegeng S, et al.,
1999).
14

Upaya preventif pada anak diperlukan untuk mengatasi karies gigi,


dilakukan secara sistematis dan sedini mungkin yaitu pada usia muda. Usia 8-10
tahun merupakan kelompok usia yang kritis terhadap terjadinya karies gigi dan
mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen.
Anak usia 8-10 tahun prevalensi karies gigi mencapai 60-85%. Pemilihan murid
Sekolah Dasar (SD) sebagai obyek Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sangat
penting mengingat kurangnya perhatian akan kesehatan gigi anak usia sekolah
dasar dan pada dasarnya anak pada usia ini sangat peka terhadap pendidikan baik
dari perilaku maupun pola kebiasaan sedang dan dalam pertumbuhan masih dapat
diperbaiki (Ami Angela, 2005).
Salah satu cara mudah untuk mencegah karies gigi adalah mengatur pola
makan dengan memperbanyak mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan
buah-buahan. Makanan berserat perlu dikunyah lebih lama sehingga gerakan
mengunyah dapat merangsang pengeluaran saliva (air liur) lebih banyak. Di dalam
saliva terkandung zat-zat seperti substansi antibakteri, senyawa glikoprotein,
kalsium dan fluorida yang sangat berguna melindungi gigi. Mengunyah makanan
berserat seperti buah-buahan dapat membantu membersihkan gigi, contohnya
pepaya, semangka, apel, jambu air, jambu biji adalah contoh dari buah-buahan
yang mudah dijumpai dan dapat langsung dikonsumsi dalam keadaan segar. Di
dalam pepaya terdapat kadar air yang cukup tinggi yaitu sebesar 86,7 gr dan
terdapat kadar serat sebesar 0,7 gr tiap 100 gr daging buah pepaya, yang dapat
membantu pengeluaran saliva lebih banyak yang dapat memberikan efek
pembersihan sendiri gigi geligi (self cleansing effect) (Soegeng S dkk, 1999).

2.7. Kunjungan Kedokteran Gigi


Kunjungan ke dokter gigi dilakukan untuk menghindari penyakit gigi yang
lebih lanjut dan tidak dilakukannya perawatan gigi dalam waktu yang lama.
Kunjungan ke dokter gigi secara periodik dilakukan enam bulan sekali dalam
upaya melakukan tindakan preventif terhadap penyakit gigi dan mulut. Kunjungan
periodik bertujuan untuk mencegah lubang semakin dalam dan tidak
memperparah penyakit (Maldupa, 2012).
15

2.8. Kriteria OHI-S


Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) dilakukan dengan
menginstruksikan siswa untuk membuka mulut selanjutnya gigi yang terpilih
(empat gigi diperiksa permukaan bukal atau fasialnya yaitu molar satu atas kanan,
insisivus satu atas kanan, molar satu atas kiri dan insisivus satu bawah kiri serta
dua gigi diperiksa pada permukaan lingualnya, molar satu bawah kanan dan kiri)
dilakukan pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index
Simplified) untuk menentukan skor masing-masing indeks (Oktavilia et al.,
2014).Pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index
Simplified) digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 incisal dan digerakkan ke
1/3 gingival sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Skor 0: tidak ada debris/tidak ada kalkulus
2. Skor 1: debris lunak / kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
3. Skor 2: debris lunak / kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3
permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
4. Skor 3: debris lunak/ kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi.
Skor dari debris indeks / kalkulus per orang diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor debris/ kalkulus tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah
dari permukaan gigi yang diperiksa. Setelah didapat hasil masing-masing dari DI-
S dan CI-S kemudian dijumlahkan maka jadilah skor OHI-S. Dengan kiretria skor
menurut, yaitu OHI-S sebesar:
1. 0,0-0,1 = baik
2. 1,3-3,0 = sedang
3. 3,1-6,0 = buruk
Rahang atas yang diperiksa adalah bagian bukal gigi 16 dan 26 serta bagian
labial gigi 11. Rahang bawah yang diperiksa adalah bagian lingual 36 dan 46 serta
bagian labial gigi 31 (Anwaret al., 2017).
16

Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah
dicabut/tinggal sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang
sudah ditetapkan untuk mewakilinya, yaitu:
1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.
2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.
3. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
4. Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri
rahang atas.`
5. Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
6. Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1
kanan rahang bawah
7. Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian (Carranza, 2015).
2.9. Indeks Karies Gigi DMF-t Dan def-t
Status kesehatan gigi dan mulut pada umunya dinyatakan dalam prevalensi
karies gigi, kehilangan gigi, maupun status periodontal. untuk menilai status
kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen digunakan indeks DMF-
T. Huruf D (Decay) menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau
sekelompok orang, huruf M (Missing) menunjukkan gigi yang dicabut karena
karies dan huruf F menunjukkan gigi yang ditumpat karna karies dan dalam
keadaan baik (Notoharjo, I. T dan Magdarina, D. A, 2013). Sedangkan untuk gigi
sulung digunakan indeks def-t karena untuk komponen "m" sulit untuk
mendeteksi apakah gigi sulung telah hilang karena karies atau tanggal secara
normal atau sebab lain, sehingga komponen "m" diganti dengan komponen "e"
(eksfoliation) yang berarti hanya gigi karies yang terindikasi untuk dicabut
(Sriyono, N. W., 2011).
17

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde. Kaca


mulut digunakan untuk menarik sudut mulut agar pandangan ke dalam rongga
mulut lebih jelas, sedangkan sonde berfungsi untuk memastikan gigi yang terkena
karies, gigi dengan indikasi ekstraksi, dan gigi yang ditumpat. Pemeriksaan gigi
dilakukan dari regio I (kanan atas), dan diteruskan ke regio II (kiri atas) kemudian
regio III (kiri bawah) dan regio IV (kanan bawah). Setiap gigi yang memiliki
kavitas, restorasi, dan hilang karena karies dicatat (Mentari, S. et al).
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang
dari dulu sampai sekarang. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi
atas jumlah orang yang diperiksa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D
(Decay).
b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen
dimasukkan dalam kategori D (Decay).
c. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D (Decay).
d. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori (Missing).
e. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan
perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M (Missing).
f. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F
(Filling).
g. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori
F
h. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan
dalam kategori M (Missing) (Hiremath, 2011).
Rata-rata penilaian indeks DMF-T digunakan rumus:

WHO memberikan kategori perhitungan DMF-T berupa derajat interval


sebagai berikut: (WHO, 2006)
18

1. Sangat rendah: 0,0 – 1,1


2. Rendah: 1,2 – 2,6
3. Moderat: 2,7 – 4,4
4. Tinggi: 4,5 – 6,5
5. Sangat Tinggi: > 6,5

2.10. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut


a. Pengertian Penyuluhan kesehatan gigi adalah pendidikan kesehatan yang berisi
komunikasi, informasi dan edukasi sebagai upaya promotif dalam meningkatkan
kesehatan gigi masyarakat. Keberhasilan seorang penyuluh kesehatan setelah
memberikan penyuluhan dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku sasaran
yang diharapkan dapat menolong dirinya sendiri maupun orang lain dalam
memelihara dan menjagakesehatan. Perubahan perilaku tentunya tidak dapat
terjadi secara langsung tetapi melalui suatu proses belajar yang dapat dinilai dari
hasilnya. Metode penyuluhan yang tepat sangat membantu pencapaian usaha
dalam mengubah tingkah laku sasaran (Herijulianti dkk., 2002).

b. Metode Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan
kesehatan gigi, yaitu: 1) One way method

Metode ini menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak
diberi kesempatan untuk aktif. Salah satu contoh dari one way methode adalah
metode ceramah. Ceramah adalah cara penyajian informasi yang dilakukan
penyuluh dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap
pendengar atau sasaran. Metode ceramah dapat dilakukan dengan atau tanpa alat
bantu. Beberapa contoh alat bantu yang dapat digunakan adalah media poster,
Power Point, boneka karakter dan buku cerita bergambar. Metode ceramah dapat
digunakan jika tujuan belajar yang ingin dicapai berkenaan dengan ranah kognitif.
Keuntungan menggunakan metode ceramah antara lain, tidak memerlukan alat
peraga yang banyak, murah dan mudah menggunakannya, serta waktu yang
diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, sedangkan kekurangan
menggunakan metode ceramah antara lain, dapat menimbulkan kebiasaan kurang
aktif untuk mencari dan mengelola informasi, serta tidak semua sasaran memiliki
daya tangkap yang sama sehingga sering menimbulkan salah paham dalam
mengartikan materi penyuluhan yang diberikan (Fitriani, 2011).

2) Two way method Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara
pendidik dan sasaran, menurut Herijulianti (2002), yang termasuk dalam metode
ini antara lain:
19

a) Demonstrasi Demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran/


penyuluhan dengan cara mempertunjukkan secara langsung cara melakukan
sesuatu atau mempertunjukkan suatu proses. Keuntungan dari metode demonstrasi
adalah proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih
berkesan secaramendalam sehingga mendapatkan pemahaman atau pengertian
yang lebih baik, terlebih lagi bila para peserta dapat turut serta secara aktif
melakukan demonstrasi. Sementara itu kekurangan dari metode demonstrasi
adalah apabila alat yang diperagakan tidak dapat diamati dengan baik karena
ukuran alat terlalu kecil, maka hal tersebut mengakibatkan proses demonstrasi
hanya dapat dilihat beberapa orang yang berdekatan dengan pembicara.

b) Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti “pura-pura”. Simulasi
adalah metode penyuluhan dimana penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan
belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan keterampilan aktualisasi dan
praktik. Metode simulasi bertujuan agar seseorang dapat bertingkah laku seperti
orang lain, dengan tujuan agar orang tersebut dapat mempelajari lebih mendalam
tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu.

c) Permainan peran (Role playing) Role playing adalah metode penyuluhan yang
di dalam pelaksanaannya sasaran harus memerankan satu atau beberapa peran
tertentu. Keuntungan dari metode ini adalah sebagian besar peserta dapat ikut
aktif mengamati, mengalami, dan menghayati perilaku tertentu sehingga materi
penyuluhan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti. Kerugian dari metode ini
adalah terkadang peserta kurang mampu membawakan peran dengan semestinya.

d) Tanya jawab Metode tanya jawab adalah proses interaksi belajar yang berisi
pertanyaan yang diajukan dan jawaban dari topik belajar tertentu. Keuntungan
dari metode ini adalah semua pihak yang terlibat mempunyai kesempatan untuk
mengemukakan pendapat. Kerugian dari metode ini adalah dapat terjadi
perbedaan pendapat yang berlarut-larut sehingga akan memerlukan waktu
penyuluhan yang lebih lama.

c. Media Menurut Fitriani (2011), media yang dapat digunakan dalam penyuluhan
dapat dikelompokkan menjadi:
1) Media visual Media ini berguna dalam membantu menstimulasi indra
penglihatan pada saat proses penyampaian materi penyuluhan dilakukan.
Beberapa contoh alat/benda yang termasuk dalam media visual adalah poster,
boneka karakter, Power Point, dan lain sebagainya.

2) Media audio Media ini berguna dalam membantu menstimulasi indra


pendengaran pada saat proses penyampaian materi penyuluhan dilakukan.
20

Beberapa contoh alat yang termasuk dalam media audio adalah radio dan rekaman
suara dalam kaset.

3) Media audiovisual Media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh


indra pendengaran dan indra penglihatan. Contoh alat yang termasuk dalam media
audiovisual adalah film animasi.

BAB 3. METODOLOGI
21

3.1 Metode Kegiatan


Kegiatan UKGS dilaksanakan pada hari Kamis, 30 Agustus 2018 di Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk di SDN Sukojember 1, SDN Sukojember 3, dan
MI fatahillah pada siswa kelas satu sampai enam. Kegiatan yang dilakukan adalah
pre-test, penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, post test, pemeriksaan
OHI-S dan DMF-T, sikat gigi bersama, dan pemeriksaan OHI-S. Pengambilan
data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan menggunakan indeks yang sudah
disepakati yaitu menggunakan OHI-S dan pemeriksaan DMF-T/def-t.
Siswa diberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Metode
yang digunakan adalah demo dengan menggunakan alat peraga selama 30 menit
dan memberikan pertanyaan tertulis. Materi penyuluhan yang diberikan :
a. Upaya preventif pencegahan karies gigi, antara lain:
1. Bentuk sikat gigi yang dianjurkan
2. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride
3. Frekuensi menyikat gigi yang baik
4. Cara menyikat gigi yang dianjurkan dengan demonstrasi cara menyikat
gigi dengan menggunakan phantom dan sikat gigi
5. Makan-makanan yang menyebabkan karies gigi
b. Memperkenalkan tentang pentingnya memelihara gigi dan mulut serta
pentingnya memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi.

3.1.2 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut


Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan cara mengukur skor
def-t, DMF-T dan OHI-S.
a. Pemeriksaan def-t dan DMF-T
Pemeriksaan DMF-T dilakukan dengan cara menghitung jumlah kerusakan
gigi yang disebabkan karies, gigi yang tanggal atau indikasi dicabutdan gigi
yang ditumpat karena karies pada gigi permanen sedangkan pemeriksaan def-
t dilakukan pada gigi sulung.
b. Pemeriksaan OHI-S
22

Skor OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan skor DI-S dan CI-S.
c. Menyikat gigi bersama
Sebelum melakukan sikat gigi bersama terlebih dahulu dioleskan bahan
pewarna pada gigi siswa yang akan melakukan sikat gigi bersama untuk
membantu agar debris dapat terlihat jelas.
Pada kegiatan ini Siswa diinstruksikan untuk mengerjakan soal post test
setelah dilakukan penyuluh dan menyikat gigi bersama ini dilakukan di
lapangan oleh seluruh siswa kelas 1 sampai 6 SDN Sukojember 1, SDN
Sukojember 3, dan MI fatahillah.

3.2 Alat dan bahan


3.2.1 Alat
a. Poster
b. Phantom (Model gigi)
c. Sikat gigi
d. Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset, baki, nierbeken, ekskavator, dan
probe)
e. Masker
f. Handscoon
g. Tempat sambal
h. Lembar kartu status kesehatan gigi dan mulut (DMF-T/def-t, OHI-S)
i. Plastik merah besar
3.2.2 Bahan
a. Pewarna makanan
b. Alkohol 70%
c. Cotton roll
d. Cotton pellet
e. Pasta gigi berfluoride
f. Air mineral 220ml

3.3 Sasaran Kegiatan


23

Kegiatan kegiatan UKGS dilaksanakan pada:


a. Hari/tanggal : Rabu, 29 Agustus 2018
Tempat : MI Fatahillah
Waktu : 07.30-11.30
Kelas : 1 sampai 6
Jumlah Siswa : 18 orang
b. Hari/tanggal : Kamis, 30 Agustus 2018
Tempat : SDN Sukojember 01
Waktu : 7.30-11.30
Kelas : 1 sampai 6
Jumlah Siswa : 173 orang
c. Hari/tanggal : Kamis, 30 Agustus 2018
Tempat : SDN Sukojember 03
Waktu : 07.30-11.30
Kelas : 1 sampai 6
Jumlah Siswa : 70 orang

3.4 Rundown Acara UKGS

No. Kegiatan Waktu


1. Pre-test 07.30 – 07.45
2. Penyuluhan kesgilut 07.45 – 08.15
3. Post-test 08.15 – 08.30
4. OHI-S, DMF-T/def-t 08.30 – 09.30
5. SIkat gigi bersama 09.30 – 10.30
6. OHI-S, DMF-T/def-t 10.30– 11.30

3.5 Pembagian Anggota

MI Fatahillah
24

Koordinator : Nabilah Dzakiyatul


Kelas 1, 2, 3 : Erlita, Agya, Zulfah
Kelas 4, 5, 6 : Yas’a, Yuniko, Dhita, Nabila

SDN Sukojember 01
Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain
Kelas 1 : Nanik, Aini
Kelas 2 : Yas’a, Paramita
Kelas 3 : Prisca, Shinta
Kelas 4 : Umil, Kanwangwang
Kelas 5 : Afthin, Faiza
Kelas 6 : Nabila, Rusella
Dogicil : Narita, Ziyana, Primawati

SD Sukojember 03
Koordinator : Erfika Arifanti
Kelas 1, 2, 3 : Aisha, Erfika
Kelas 4, 5, 6 : Dini, Arie, Yona, Erlangga
Dogicil : Arina, Lady, Benny

3.6 Topik Kegiatan


Upaya promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut siswa-siswiSDN
Sukojember 1, SDN Sukojember 3, dan MI fatahillah dengan program UKGS.

3.6 Analisis Data


Data yang diperoleh ditabulasikan, kemudian dilakukan uji normalitas
menggunakan Kolmogorov Smirnov (p>0,05) dan uji homogenitas dengan Levene
test. Jika pada uji tersebut menunjukkan data yang berdistribusi normal dan
homogan maka dilanjutkan dengan uji statistik parametrik Paired-Samples T Test
untuk mengetahui perbedaan OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi bersama.
Sedangkan jika data tidakterdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan
uji non parametrik Wilcoxon Sign Test. Data DMF-T dan def-t antara kelas 3, 4
25

dan 5 kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Jika data terdistribusi
normal dan homogen maka dilakukan uji parametrik One Way Anova dengan uji
lanjutan LSD sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen
maka dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan uji lanjutan Mann
Whitney.

BAB 4. HASIL KEGIATAN

4.1 Hasil Data


26

Pemeriksaan tingkat kebersihan rongga mulut, indeks karies pada siswa


sekolah dasar kelas 1 sampai 6 dari tiga sekolah di Desa Sukojember Kecamatan
Jelbuk yang dilakukan pada bulan Agustus 2018, dengan jumlah responden
sebesar 261 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan indeks yang sudah disepakati, pemeriksaan tingkat kebersihan
rongga mulut menggunakan OHI-S dan pemeriksaan indeks karies siswa sekolah
dasar menggunakan DMF-T/def-t. Data tersebut didukung dengan menggunakan
pre-test dan post-test.

4.1.1 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Peserta UKGS pada SDN Sukojember
01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah Sebelum dan Sesudah Sikat
Gigi.
Pemeriksaan OHI-S dilakukan pada siswa kelas 1 sampai 6 di SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah. Pemeriksaan OHI-S
dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pelaksanaan sikat gigi bersama.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebersihan rongga mulut siswa-siswi sebelum
dan sesudah sikat gigi bersama dan keberhasilan penyuluhan yang telah dilakukan
sebelumnya.

a. Skor rata-rata OHI-S SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI
Fatahillah sebelum dan sesudah sikat gigi
Tabel 4.1 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah dan selisihh sikat gigi di SDN Sukojember 01,
SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah
SD Sukojember 01 SD Sukojember 03 MI Fatahilah

OHI-S OHI-S OHI-S OHI-S


Selisih OHI-S Selisih OHI-S OHI-S Sebelum OHI-S Sesudah Selisih OHI-S
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S DI-S CI-S

0,98 0,48 0,42 0,48 0,56 0 0,94 0,53 0,25 0,53 0,69 0 0,95 0,36 0,36 0,36 0,59 0

Tabel 4.1Menunjukkan bahwa SD Sukojember 03 memiliki selisih rata –


rata OHI-S (DI-S) tertinggi sebesar 0,69. Sedangkan SDN Sukojember 01
memiliki selisih rata – rata OHI-S (DI-S)sebesar 0,56 dan MI Fatahillah memiliki
selisih rata – rata OHI-S (DI-S) sebesar 0,47. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
27

perubahan sebelum dan sesudah sikat gigi yang ditunjukkan dengan penurunan
skor.

b. SD Sukojember 01

1.2

0.8 Sebelum

0.6

0.4

0.2

0
DI-S CI-S

Gambar 4.1 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di SDN
Sukojember 01

c. SD Sukojember 03
1

0.8

Sebelum
0.6

0.4

0.2

0
DI-S CI-S

Gambar 4.2 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di SDN
Sukojember 03
28

d. MI Fatahilah
1
0.9
0.8
0.7
Sebelum
0.6
Sesudah
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
DI-S CI-S

Gambar 4.3 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta sesilisihnya di MI
Fatahilah

4.1.2 Uji pada kelompok pre-test dan post test penyuluhan pada SDN Sukojember
01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan sesudah
penyuluhan.
Siswa kelas 1 sampai 6 di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan
MI Fatahillah diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut. Sebelum
diakukan penyuluhan peneliti memberikan pretest untuk mengetahui seberapa
jauh pengetahuan siswa tersebut. Seesudah dilakukan penyuluhan peneliti
memberikan post test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap
penyuluhan yang telah disampaikan.

a. Skor rata-rata perbandingan nilai pre test dan post test


Tabel 4.1 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post
testdi SDN Sukojember 01
No Kategori Pre Test Post Test
1 Sangat Baik 139 142
2 Baik 15 29
3 Cukup 25 13
4 Kurang 0 0
5 Sangat Kurang 13 8
29

160
140
120
100
80 PRETEST
60
40 POST TEST
20
0
SANGAT BAIK CUKUP KURANG SANGAT
BAIK KURANG

Gambar 4.1 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi SDN Sukojember 01
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post
testdi SDN Sukojember 03
No Kategori Pre Test Post Test
1 Sangat Baik 12 35
2 Baik 11 9
3 Cukup 13 24
4 Kurang 0 0
5 Sangat Kurang 14 2

40
35
30
25
20 PRETEST
15
10 POST TEST
5
0
SANGAT BAIK CUKUP KURANG SANGAT
BAIK KURANG

Gambar 4.3 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi SDN Sukojember 03

Tabel 4.3 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post
testdi SDN Sukojember 01
No Kategori Pre Test Post Test
1 Sangat Baik 7 11
2 Baik 3 1
3 Cukup 6 5
4 Kurang 0 0
30

5 Sangat Kurang 2 1

12
10
8
6 PRETEST
4
POST TEST
2
0
SANGAT BAIK CUKUP KURANG SANGAT
BAIK KURANG

Gambar 4.4 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post testdi MI Fatahillah

4.2 Pembahasan
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut adalah syarat penting dalam
membentuk sikap untuk sehat. Pengetahuan yang baik akan berdampak pada
perilaku merawat kesehatan gigi dan mulut yang baik pula.Penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku
seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sehingga mempunyai pengetahuan,
sikap dan kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan
mulut. Penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan UKGS kali ini
menggunakanmetode kombinasi antara metode dongeng dengan media poster,
ceramah dan demonstrasi dengan media phantom. Penggunaan metode tersebut
dianggap menjadi efektif karena dilihat dari antusias siswa sekolah dasar yang
peneliti lakukan penyuluhan yaitu SD Sukojember 01, SD Sukojember 03, dan MI
Fatahillah.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut berupa pemeriksaan


kebersihan rongga mulut (OHI-S) dan indeks karies gigi (DMF-T dan def-t)
adalah salah satu rangkaian kegiatan dalam UKGS.Pemeriksaan OHI-S ini hanya
dilakukan pada enam gigi yang dianggap mewakili baik segmen anterior maupun
segmen posterior dari seluruh gigi di dalam rongga mulut (WHO, 2009).
Sedangkan indeks cara penghitungan indeks DMF-T yaitu dengan melakukan
31

penjumlahan dari gigi berlubang, gigi yang hilang, dan gigi yang ditambal
(Riskedas, 2013).

Data yang diperoleh menunjukkan OHI-S di SD Sukojember 1......., MI


Fatahillah....., Sukojember 3..... Sedangkan data dari DMF-t menunjukkan di SD
Sukojember 1......., MI Fatahillah....., Sukojember 3..... .Perbedaan ini dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain frekuensi menyikat gigi, pemilihan
sikat gigi, perilaku oralhygiene anakdan peran orang tua (Thioriyz, 2010).

Setelah dilakukan pemeriksaan OHI-S seluruh siswa dari SD Sukojember


1, MI Fatahillah dan Sukojember 3 dilakukan penyuluhan dan demonstrasi
menyikat gigi . Materi penyuluhan mencakup waktu menyikat gigi, makanan yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan waktu kunjungan ke dokter gigi. Data OHI-s
yang didapatkan menunjukkan Sukojember 1......., MI Fatahillah....., Sukojember
3.....Hasil analisa data uji Wilcoxon Signed Ranks Test pada Table
4.10menunjukkan bahwa nilai OHI-S sebelum dan OHI-S sesudah sikat gigi pada
ketiga sekolah tersebut adalah 0.000 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara nilai OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi
bersama. Keadaan tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa
untuk untuk membersihkan gigi setelah diberikan materi cara menyikat gigi
dengan baik dan benar.Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak
berhubungan dengan indeks kebersihan mulut, dimana semakin baik tingkat
pengetahuan pada anak maka semakin baik pula indeks OHI-S (Sari et al.,2015).
Berdasarkan penilaian kebersihan gigi dan mulut menggunakan indeks OHI-S
yang merupakan jumlah indeks debris (DI) dan indeks kalkulus (CI). Oral
Hygiene Indeks Simplified(OHI-S) digunakan untuk menilai hasil dari cara
menyikat gigi, menilai kegiatan kesehatan gigi dari siswa. Pada enilaian pada
indeks debris mengalami penurunan disebabkan karena saat sikat gigi hanya bisa
menghilangkan komponen lunak namun pada indeks kalkulus tidak mengalami
perubahan karena kalkulus tidak dapat dihilangkan hanya dengan kegiatan
menyikat gigi (Hermawan et al.,2015)
32

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
33

5.1.1 Nilai OHI-S menunjukkan adanya peningkatan yang pada siswa SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah, yang
menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan berpengaruh pada kebersihan
rongga mulut.

5.1.2 Hasil uji beda Wilcoxon hasil pretest dan posttest pada penyuluhan di SDN
Sukojember 01, Sukojember 03, MI Fatahillah terdapat perbedaan yang
signifikan.

5.1.3 Hasil penelitian indeks DMF-T dan def-t tidak dilakukan analisa lebih lanjut
karena pemeriksaan hanya untuk melihat rongga mulut pasien tanpa
membandingkannya.

5.2 Saran
5.2.1 Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan plaque indeks untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman, dkk. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: FKUI.
34

Almatsier.2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Jakarta.


Agusta, M. V., Ismail, A., Dan Firdausy, D. M. 2014. Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Gigi Dengan Kondisi Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia
Sekolah (Studi Pada Anak Tunarungu Usia 7-12 Tahun Di Slb Kota
Semarang). Medali Jurnal Volume 2 Edisi 1: 64-68
Ami Angela, 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi.
Dental Journal. 38(3):130-134
Anwar A.I., Lutfiah, dan Nursyamsi. 2017. Status Kebersihan Gigi dan Mulut
pada Remaja Usia 12-15 Tahun di SMPN 4 Watampone Kecamatan
Tanete Riattang Kabupaten Bone.Makassar Dent J. 6(2): 87-90.
Bimo Walgito. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Bensley, R. J., Fisher, J. B. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.

Carranza F.A., Newman M.G., dan Takei H.H.2015. Carranza’s Clinical


Periodontology 12th Edition. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Departemen Kesehatan R.I. 2000. Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi
Dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan R. I. 2004.Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah. Jakarta
Dewi, R. K., Herwanda, dan Novota, C. F. 2017. Gambaran Status Karies Gigi
(Indeks DMF-T) pada Pasien Thalasemia Beta Mayor di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Journal Caninus
Denstistry Volume 2, Nomor 2 (Mei 2017): 71 – 77
Djumingin, Sulastriningsih. R. Vivi & Bakhtiar. 2014. Penilaian Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, Teori dan Penerapannya. Makassar:
Badan Penerbit UNM.

Haryanti D.D., Adhani R., Aspriyanto D., dan Dewi I.R. 2014. Efektivitas
Menyikat Gigi Metode Horizontal, Verticaldan Roll terhadap Penurunan
Plak pada Anak Usia 9-11 Tahun. Dentino (Jur. Ked.Gigi).Vol. 2 (2): 150
-154.
35

Haryani, S., Sahar, J., Dan Sukihananto. 2016. Penyuluhan Kesehatan Melalui
Media Cetak Berpengaruh Terhadap Perawatan Hipertensipada Usia
Dewasa Di Kota Depok. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19
No.3, November 2016, Hal 161-168

Hiremath, S. S. 2011.Textbook of Preventive and Community Dentistry. New


Delhi:Elsevier. p 300.
Houwink, et al., 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan(terjemahan).UGM
Press
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: 2014.
LN, Syamsu Yusuf. 2008. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Maldupa, I. 2012. Evidence Based Toothpaste Classification, According to


Certain Characteristics of Their Chemical Composition. Stomatologija,
Baltic Dental and Maxillofacial Journal. Vol. 14 (1): 12-22.
Mardiah A, Andriani. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies
terhadap status karies gigi murid SDkelas IVdan V di Wilayah Kecamatan
Lueng Bata Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes 2014;
7 (1): 70 – 82.
Mariyati, Ni Wayan. 2015. Penanganan fluorosis gigi dengan menggunakan
teknik mikroabrasi.Jurnal e-GiGi (eG). Vol. 3(1): 149-154
Mentari, S., Bany, Z. U., dan Novita, C. F. 2016. Hubungan Peran Orang Tua
Terhadap Indeks DMF-T Siswa Sekolah Dasar Dengan UKGS (Studi Pada
SDN 20 Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh). Journal Caninus
Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 63 – 69
Narulita, L., Diansari, V., dan Sungkar, S. 2016. Journal Caninus Denstistry
Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 6 - 8
36

Novita, C. F., Andriany, P., Dan Maghfirah, S. I. 2016. Hubungan Tingkat


Pengetahuan Ibu Tentang Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Tingkat
Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa SD Usia 10-12 Tahun. Syiah Kuala
Dent Soc, 2016, 1 (1): 73 - 78
Novitskaya, Elena (2002). Evaluation Tree of Toothbrush. Artikel diakses dari
www.gnrtr.compada tanggal 29 Agustus 2018
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2010

Oktavilia, W. D., Probosari, N., dan Sulistiyani. 2014. Perbedaan OHI-S DMF-T
dan def-t Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Letak Geografis Di
Kabupaten Situbondo. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no.1), Januari,
2014
Putri MH, Herijulianti E, Nurjanah N, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, ECG; 2011. p: 1,56 – 77, 107 – 109
Purwanto, H., 2001, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Rahmawati, I., Julita, H., Agus, P., 2011, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Pada
Anak Sekolah Dasar, Berita Kedokteran Masyarakat, 27(4): 180-186.
Sariningsih, Endang. 2014. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta:
Gramedia.
Sukanto, 2011. Takaran dan kriteria pasta gigi yang tepat untuk digunakan pada
anak usia dini. Stomatognatic (J. K. G.) Unej.Vol. 9(2): 104-109
Sediaoetama. 2000.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I. Dian Rakyat.
Jakarta
Sulastinigsih Djumingin., Vivi Rosida, Bakhtiar. 2014. Penilaian Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia Teori dan Terapan. Hal 289
Sulistyoningsih, S., Tamtomo, D., Suryani, N. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Sikap Remaja Dalam Merawat Organ Reproduksi. Jurnal
Penelitian Humaniora, Vol. 21, No. 2, Oktober 2016: 119-128
37

Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
WHO. 2006. Caries Prevelence: INDEKS DMF-T dan DMF-S.
http//www.whocollab.od.mah.se/expl/ohisgv.html. [13 Februari 2013].
WHO Oral Health County. 2009. Oral Hygiene Index
Yohana, W. 2017. Gambaran Status Kesehatan Gigi (Dmf-T/Def-T) Dan Indeks
Massa Tubuh Pada Anak Umur 6-11 Tahun Pada Sd Az Zahra Bandung.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian Dan Pkm Kesehatan. Vol 3, No.1,
Th, 2017: 234 - 238
Zaelan A. 2016. Perbedaan efektivitas penggunaan sikat gigi konvensional dengan
sikat gigi bergagang modifikasi terhadap penurunan skor plak pada anak
tunanetra. Universitas Hassanudin. Makassar. Skripsi

LAMPIRAN

A. Daftar Hadir
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52

B. Lembar Pemeriksaan UKGS


53

C. Dokumentasi
54

D. Analisa Data Hasil Uji SPSS


E. SD Sukojember 01
F.
Test Statisticsb
posttest -
pretest
Z -3,225a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
G.
H.
I. SD Sukojember 03
J.
Test Statisticsb
posttes - pretest
Z -3,247a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Tes

MI fatahillah

Test Statisticsb
postest - pretest
Z -2,754a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

SD Sukojember 1 kelas 1

Test Statisticsa
postest -
pretest
Z -4,463b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
55

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

SD Sukojember 1 kelas 2

Test Statisticsa
Postest -
Pretest
Z -4,119b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

K. SD Sukojember 1 kelas 3
L.
M.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -4,106a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
N.
O. SD Sukojember 1 kelas 4
P.
Test Statisticsa
sesudah -
sebelum
Z -5,240b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Q.
R. SD Sukojember 1 kelas 5
56

S.
T.
U.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -3,540a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
V.
W.
X. SD Sukojember 1 kelas 6
Y.
Z.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -5,028a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a.Based on positive ranks.
b.Wilcoxon Signed Ranks Test
AA.
BB. SD Sukojember 3 kelas 1
CC.
DD.
Test Statisticsa
sesudah -
sebelum
Z -2,943b
Asymp. Sig. (2- ,003
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
EE.
FF. SD Sukojember 3 kelas 2
GG.
Test Statisticsa
57

sesudah -
sebelum
Z -3,070b
Asymp. Sig. (2- ,002
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
HH.
II.
JJ. SD Sukojember 3 kelas 3
KK.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,379a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
LL.
MM.
SD Sukojember 3 kelas 4
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,388a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
NN.
OO.
PP. SD Sukojember 3 kelas 5
QQ.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,751a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Based on positive ranks.
58

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


RR.
SS. SD Sukojember 3 kelas 6
TT.
UU.
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -3,010a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,003
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
VV.
WW. MI Fatahillah
XX.
Test Statisticsb
Sesudah -
Sebelum
Z -3,751a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
YY.
ZZ.

Anda mungkin juga menyukai