A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan memiliki dan dimiliki
B. Pengertian
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, cinta
dan mencintai yang merupakan hal yang paling penting untuk bertahan hidup dan
kesehatan.walaupun setiap orang punya sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap
orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Kebutuhan dasar mencintai dan dicintai sangat sulit untuk didefinisikan, karna
cangkupan maknanya yang terlalu luas dan tak terbatas. Cinta berhubungan dengan
emosi, bukan dengan intelektual seseorang. Perasaan lebih berperan dalam cinta
daripada proses intelektual. Walaupun demikian cinta dapat diartikan sebagai keadaan
untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati.
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang.
Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan di mana seseorang berkeinginan untuk
menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan
orang lain. Dorongan ini akan menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta
kasih dan perasaan memiliki. Kebutuhan akan mencintai dan dicintai ini sangat besar
pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang terutama untuk seorang anak. Cinta
berhubungan dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih berperan dalam
cinta daripada proses intelektual. Walaupun demikian, cinta dapat diartikan sebagai
keadaan untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati. Setiap
individu, termasuk klien yang dirawat oleh perawat, memerlukan terpenuhinya
kebutuhan mencintai dan dicintai. Klien merupakan individu yang berada dalam
kondisi ketidakberdayaan karena sakit yang dialaminya.Pada kondisi ini diperlukan
sentuhan perawat yang dapat memberikan kedamaian dan kenyamanan.Oleh karena
itu, setiap perawat harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono.
Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan
kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan untuk hanya
bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali
dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan
sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari
satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang
tanpa merasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur
yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya.
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan dicintai yang harus diketahui dan
dipahami oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
1. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan, misalnya
denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat hidupnya. Selain
dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan dukungan keluarga, dalam
hal ini perawat dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator yang
memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu, perawat perlu melibatkan
peran serta keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap klien.
2. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus tulus
dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang artinya
keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan kepedulian yang
tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan diberikan asuhan keperawatan
dengan penuh perhatian. Bentuk dari perhatian perawat adalah salah satunya
yaitu kehadiran perawat sebagai helper.
Menurut Sheila L. Videbeck menyatakan bahwa perubahan pervasive emosi
individu, yang ditandai dengan depresi, mania, serta isolasi diri. Menurut Stuart
Laraia dalam Psikiatric Nursing, menyatakan bahwa
keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian
individu dan fungsi kehidupannya.
D. Pohon Masalah
Proses terjadinya masalah
Negative perception to Maladaptive coping
problem
Stressor Accumulation of
stressor
Depresi
Kekurangan volume cairan Peristiwa terhadap penyiksaan orang lain Rasa bermusuhan
dan diri sendiri
Harga Diri
Rendah Kronis
Isolasi Sosial
Malas Perubahan
Beraktivitas presepsi sensori
(Halusinasi)
Resiko Mencederai
Defisit
Diri, Keluarga dan
Perawatan Diri
E. Pemeriksaan Diagnostik Orang ain
Pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan mencintai dan dicintai.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Depresi
Menurut Tomb, 2003, semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi,
dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus
bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi
sebelumnya.
a. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah
memecahkan masalah eksternal (misal : pekerjaan, lingkungan sekitar
tempat tinggal. Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang
akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per hari)
dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan
anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll).
b. Terapi Kognitif
Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang
dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan
dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif,
pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negative
dan harapan-harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan. Latihan
fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi.
c. Terapi farmakologi
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien
yang menderita gangguan bipolar.
2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita
hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3) Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifan dalam
antimanik.
4) Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan
lotazepam (Antivan), kadang-kadang digunakan untuk klien yang
menderita episode panik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5) Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki
efek antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan
reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase
monoamin (MAO).
6) Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang
digunakan sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
7) Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan
tidur dan ansietas sedang.
8) Dokter dapat memprogramkan, terapi elektrokonvulsif (ECP) jika
terdapat depsresi hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau
jika klien tidak berespon terhadap protokol pengobatan antidepresan.
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel
pedolaman depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan.
Dalam fase akut gejalanya ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk
mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan penyuluhan. Pada fase
lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh.
Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap
diberi obat bahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak
berisiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
2. Mania
Untuk penatalaksannan pada episode mania di prioritaskan pada tehnik
pencegahan dan penangan secara cepat :
a. Pengembangan dan peningkatan tentang respon maladaptive dan koping
yang efektif.
b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat
c. Pemberian obat antimanik.
3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)
Metode Psikososial
Menurut Hawari (2001, hlm. 90-97) ada beberapa terapi untuk pasien dengan
gangguan resiko kesepian (isolasi social), diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita baru dapat diberikan apabila penderita dengan
terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
b. Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat
diri, mampu mandiri tidak bergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi
beban bagi keluarga dan masyarakat
c. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap pasien gangguan jiwa banyak mempunyai
manfaat, diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiwa lebih cepat
hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaknya lebih cepat teratasi, dan
lebih cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan. Terapi keagamaan yang
dimaksud adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, shalat, ceramah keagamaan, dan kajian kitab suci.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Depresi
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien.
Menurut Keliat faktor-faktor yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan alam
perasaan depresi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Menurut Keliat pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan
halusinasi dengar antara lain :
- Identitas klien dan penanggung
- Alasan dirawat (saat masuk rumah sakit dan saat pengkajian)
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
- Faktor presipitasi atau faktor pencetus
- Aspek fisik atau biologis
- Aspek psikososial
- Status mental
- Kebutuhan persiapan pulang
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Aspek medik
Beberapa data yang kita kumpulkan pada klien dengan gangguan alam
perasaan depresi, diantaranya:
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Dikaitkan dengan faktor keturunan
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri
Diawali dengan proses kehilangan → terjadi ambivalensi
terhadap objek yang hilang → tidak mampu mengekspresikan
kemarahan → marah pada diri sendiri
c) Kehilangan Objek
Pada masa kanak–kanak jika terjadi kehilangan → trauma →
faktor predisposisi terjadi gangguan pada masa remaja jika terjadi
kehilangan
d) Model Kognitif
Depresi terjadi karena gangguan proses pikir → penilaian
negatif terhadap diri, lingkungan dan masa depan
e) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Keadaan prilaku dan ciri kepribadian seseorang yang percaya
bahkan dirinya kehilangan kontrol terhadap lingkungan. Ditandai :
tampak pasif, tidak mampu menyatakan keinginan, opini negatif
tentang diri.
2. Faktor Presipitasi
a) Putus atau kehilangan hubungan
Kehilangan pada kehidupan dewasa → faktor predisposisi
terjadi gangguan kehilangan nyata atau samar-samar.
Kehilangan orang yang dicintai
Kehilangan fungsi tubuh
Kehilangan harga diri
b) Kejadian besar dalam kehidupan
Peristiwa tak menyenangkan
Pengalaman negatif dari peristiwa kehidupan → depresi
c) Perubahan peran
Peran sosial yang menimbulkan stressor : bertetangga,
pekerjaan, perkawinan, pengangguran, pensiunan.
d) Sumber koping tidak adekuat
Sosial ekonomi, pekerjaan, posisi sosial, pendidikan
Keluarga → kurang dukungan
Hubungan interpersonal isolasi diri atau sosial
e) Perubahan Fisiologik
Gangguan alam perasaan terjadi sebagai respon terhadap
perubahan fisik oleh karena :
Obat-obatan
Penyakit fisik (infeksi, virus, tumor) → timbul nyeri sehingga
membatasi fungsi individu berinteraksi → depresi
3. Perilaku
Prilaku yang berhubungan dengan depresi :
a) Afektif
Marah, anxietas, apatis, perasaan dendam, perasaan bersalah,
putus asa, kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
b) Fisik
Nyeri perut, anorexia, nyeri dada, konstipasi, pusing, insomnia,
perubahan menstruasi, berat badan menurun.
c) Kognitif
Ambivalen, bingung, konsentrasi berkurang motivasi menurun,
menyalahkan diri, ide merusak diri, pesimis, ragu–ragu.
d) Prilaku
Agitasi, ketergantungan, isolasi sosial, menarik diri.
4. Mekanisme Koping
Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan
eksagregasi dari mekanisme pertahanan penyangkal (denial) dan supresi
yang berlebihan dalam upayanya untuk menghindari distress hebat yang
berhubungan dengan berduka. Depresi adalah suatu perasaan berduka
abortif yang menggunakan mekanisme represi, supresi, denial dan
disosiasi.
b. Masalah Keperawatan
Masalah-masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
gangguan alam perasaan depresi :
- Risiko Perilaku Kekerasan
- Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
- Gangguan pola tidur
- Gangguan alam perasaan : depresi
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Gangguan citra tubuh
1. Mania
Terdiri dari pengumpulan data dan perumusan masalah klien.
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan.
6) Aspek medik
b. Masalah keperawatan
1) Menurut Keliat, Anna :
Resiko tinggi terhadap cedera
Resiko tinggi terhadap kekerasan, langsung kepada diri
sendiri atau orang lain
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Perubahan proses pikir
Perubahan sensori persepsi
Kerusakan interaksi sosial
Gangguan pola tidur.
2) Menurut standar asuhan keperawatan jiwa :
Potensi terjadi cidera diri, orang lain dan lingkungan
Gangguan istirahat tidur
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
Gangguan asuhan mandiri
Gangguan komunikasi verbal
Potensial gangguan nutrisi dari keturunan
Potensial terjadi kelelahan berlebihan
3) Menurut pedoman perawatan psikiatri
Klien nampak hiperaktif, gaduh, gelisah, gembira terus
menerus, tidak pernah merasa takut
Arus pikir cepat, pikiran mudah dialihkan, perhatian
mudah terganggu, banyak bicara, flight of idea, cenderung
membanggakan diri, bicara dengan suara keras.
Tidak punya pandangan ke dalam diri, tidak tidur.
Kebersihan diri turun.
2. Resiko Kesepian ( Isolasi Sosial)
a. Pengumpulan data (Keliat, 2010).
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan.
6) Aspek medik
b. Masalah keperawatan
1. Untuk umum :
a) Kaji presepsi pasien dan sistem pendukung yang aktual
b) Tentukan factor resiko terhdap kesepian (misalnya, kurang
energy yang dibutuhkan untuk interaksi social,
keterampilan komunikasi yang buruk)
c) Bandingkan kinginan pasen untuk ingin mendapatkan
kunjungan dan interaksi social dengan kunjungan dan
interaksi social actual
d) Pantau respon pasien terhadap kunjungan keluarga dan
teman
e) Fasilitas kunjungan NIC :
a. Tentukan pilihan keluarga untuk waktu kunjungan dan
sediakan informasi
b. Tentukan kebutuhan klien terhdap kunjungan dari
keluarga dan teman yang lebih sering
f) Kaji hubungan keluarga saat ini dan dimasa lalu
2. Untuk bayi dan anak-anak
a) Kaji sikap malu dan harga diri rendah, terutama diantara
remaja
b) Diskusikan engan orang tua kemungkinan memperoleh
hewan peliharaan
3. Untuk Lansia
Kaji keterbatasan fungsi yang dapat engganggu interaksi social
1. Kaji aanya depresi,rujuk ke professional kesehatan jiwa
sesui kebutuhan
2. Kaji adanya perubahan status mental
3. Dorong partisipasi dalam klompok aktivitas fisik
4. Atur agar klien mendapat layanan pembagian makanan
harian dipusat komunitas khusus lansia.
I. Intervensi Keperawatan
1. Depresi
Diagnosa : Risiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
No Klien tidak menunjukkan prilaku kekerasan pada diri sendiri.
Intervensi Rasional
1. - Mengikuti atau berjalan bersama1. - Kehadiran individu yang dipercayai
klien selama makanan diberikan. dapat memeberikan rasa aman dan
menurunkan agitasi
2. - Berikan klien makanan tinggi
2. - Karena keadaan hiperaktif, klien
protein, tinggi kalori, mengandung mengalimi kesukaran duduk agak lama
zat-zat gizi dan minuman-minuman untuk makan.
- Kemungkinanya adalah lebih besar
yang dapat dikonsumsi sambil jalan
3. Pertahankan cataan yang akurat bahwa ia akan mengkonsumsi makanan
mengenai jumlah masukan, haluaran dan minuman yang dapat dibawa-bawa
dan kalori dan dimakan dengan hanya sedikit
usaha.
3. - Informasi ini dibutuhkan untuk
4. - Kolaborasi dengan ahli gizi,
membuat suatu pengkajian nutrisi yang
tentukan jumlah kalori yang
akurat dan untuk mempertahankan
dibutuhkan
keamanan klien
5. - Berikan suplemen vitamin dan4. - Untuk menentukan pemberian nutrisi
mineral sesuai program terapi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
pengobatan klien dan untuk meningkatkan status
nutrisi.
Intervensi Rasional
1. - Singkirkan benda-benda dan zat-zat1. - Rasionalitas klien rusak dan pasien
yang berbahaya dari lingkungan dapat saja secara tidak hati-hati
sekitar klien. membahayakan dirinya
2. - Berikan jadwal kegiatan yang2. - Jadwal yang terstruktur memberikan
terstruktur yangmencakup rasa aman untuk klien dalam
3 keadaan hiperaktif, klien sangat
menentukan waktu istirahat tersebut.
mudah bingung, dan berespon
terhadap stimulus yang sangat
3. - Kurangi stimulus lingkungan, sedikitpun secara berlebihan
4. - Kemampuan klien untuk
berikan linkungan pribadi jika
memungkinkan sinar lampu yang berinteraksi dengan orang lain rusak.
lembut, tingkat kebisingan yang Pasien merasa lebih aman dengan
rendah hubungan satu per satu yang tetap
4. - Batasi aktifitas-aktifitas
setiap saat.
kelompok. Bantu klien mencoba
5. - Untuk menghilangkan agitasi dan
untuk menetapkan satu atau dua
hiperaktifitas dengan segera.
hubungan yang akrab
5. - Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk pemberian obat penenang
Intervensi Rasional
1. - Alihkan perilaku aniaya dengan1. - Latihan fisik adalah suatu cara
menyalurkan fisik secara rasa yang aman dan efektif untuk
permusuhan klien menghilangkan ketegangan yang
2.
terpendam
2. - Jika klien tidak tenang dengan cara
2. - Kegiatan ini dapat bermanfaat
“menghentikannya” dengan suara
untuk mencegah klien menganiaya
keras dll gunakan pembatas mekanik
diri sendiri atau orang lain
sesuai kebutuhan
3. - Pertahankan dan perlihatkan sikap3. - Ansietas merupakan hal yang
yang menenangkan untuk klien menular dan dapat ditransmisikan
dari staf kepada klien
4.
4. - Apa bila klien diikat observasi
- Memastikan sirkulasi keekstermitas
setiap 15 menit (atau menurut
tidak membahayakan dan
kebijakan institusi)
meminimalkan resiko cedera pada
klien
J. Referensi
Carpenito, Lynda Jual & Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.
Jakarta: EGC.
Ed. Herman T.H. and Komitsuru. S. 2014. Nanda International Nursing Diagnosis,
Definition and Clasification 2015-2017. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta:
EGC.
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI