Anda di halaman 1dari 4

LO 1

Fase-fase perawatan periodontal antara lain:

1. Fase Preliminary

Fase Preliminary adalah fase yang menjadikan tindakan pada kasus darurat
sebagai prioritas utama. Meliputi perawatan kasus darurat dari gigi atau
periapikal, periodontal, dan lain lain. Selain itu, pada fase ini dilakukan
pencabutan gigi apabila gigi tersebut tidak dapat dipertahankan (Khalid dan
Bassel, 2014).

2. Fase I (Perawatan periodontal non-bedah) meliputi :


a. Edukasi kontrol plak,
b. Edukasi mengenai kontrol diet/kontrol makanan,
c. Scaling dan root planing,
d. Koreksi restorasi dan koreksi faktor yang mengiritasi gigi tiruan,
e. Terapi antimikroba, dapat menggunakan obat kumur atau antibiotik
yang diberikan secara langsung ke pocket periodontal,
f. Splinting (Khalid dan Bassel, 2014).
3. Evaluasi dari respon fase non bedah.
Pada fase ini dilakukan pengecekan kembali dari :
a. Kedalaman pocket periodontal dan keradangan gingiva,
b. Plak, kalkulus, dan karies (Khalid dan Bassel, 2014).
4. Fase II (Perawatan periodontal dengan bedah)
Fase ini dilakukan setelah evaluasi dari fase I, dengan pertimbangan
hasil pemeriksaan seperti :
a. Kedalaman pocket > 5 mm,
b. Furcation involvement derajat 2 dan 3,
c. Gingival enlargement.
5. Fase III (Perawatan Restoratif) meliputi :
a. Pembuatan restorasi tetap,
b. Gigi tiruan cekat dan lepasan,
c. Evaluasi terhadap respon terapi fase 3 (Khalid dan Bassel, 2014).
6. Fase IV ( Fase pemeliharaan)

Fase pemeliharaan ini untuk mempertahankan hasil perawatan yang


diperoleh dan mencegah kekambuhan penyakit (Khalid dan Bassel, 2014).

DHE

Dental Health Education (DHE) didefinisikan sebagai pendidikan kesehatan


gigi yaitu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan
mulut yang bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan
meningkatkan taraf hidup. (Notoadmojo, 2003 dalam Afriansyah, 2016).

Tindakan dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

1. Motivasi untuk Kontrol Plak yang Efektif


Memotivasi pasien untuk melakukan kontrol plak yang efektif adalah salah
satu elemen yang paling penting dan sulit, untuk mencapai kesuksesan jangka
panjang pada terapi periodontal. Membutuhkan komitmen pasien yang baik untuk
dapat mengubah kebiasaan sehari-hari dan selalu datang kontrol rutin untuk
pemeliharaan. Mengadopsi kebiasaan baru dan pasien dapat rutin kembali untuk
perawatan tidak mustahil. Memotivasi dapat sukses bila:
a) pasien menerima dan memahami konsep patogenesis, pengobatan, dan
pencegahan penyakit periodontal,
b) bersedia untuk mengubah kebiasaannya seumur hidup,
c) dapat menyesuaikan keyakinan pribadi, praktik, dan nilai-nilai untuk
mengakomodasi kebiasaan baru,
keterampilan pasien harus dikembangkan untuk membangun kebiasaan kontrol
plak yang efektif. Di samping itu, pasien harus memahami peran penting dokter
gigi dalam mengobati dan menjaga kesehatan periodontalnya (Carranza, 2015).

2. Intruksi dan demontrasi


Menurut Carramza (2015) bahwa instruksi bagaimana cara membersihkan
gigi membutuhkan partisipasi pasien, mengamati, mengoreksi bila ada kesalahan,
dan penguatan selama kontrol sampai pasien mencapai kemampuan yang
diperlukan.
Pasien dapat mengurangi jumlah plak biofilm dan gingivitis lebih efektif
dengan cara mengulang-ulang instruksi dan adanya dorongan untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Namun demikian, pemberian instruksi untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut harus lebih singkat daripada demontrasi cara menyikat
gigi. Prosedur ini merupakan prosedur yang harus dikerjakan dengan telaten dan
butuh kesabaran pasien, pengawasan yang seksama dalam mengkoreksi
kesalahan, penekanan untuk rutin kontrol sampai pasien dirasa mampu menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya (Carranza, 2015).

Pada kunjungan pertama, pasien seharusnya diberikan sikat gigi yang baru,
alat pembersih bagian interdental dan disclosing agent. Disclosing agent
digunakan untuk melihat kondisi plak pada rongga mulut pasien (Carranza, 2015).

Mendemonstrasikan cara menyikat gigi di rongga mulut pasien, sementara


pasien memegang kaca untuk melihat apa yang dipraktekan dokter gigi.
Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengulangi apa yang telah
didemonstrasikan dokter gigi dan dikoreksi dokter gigi. Instruksi dan demonstrasi
tujuan penggunaan dental floss dan cara menggunakan dental floss sesuai
kebutuhan pasien. Anjurkan pasien untuk membersihkan gigi dan mulut minimal
sehari sekali dan instruksi untuk kontrol plak periodik (Carranza,2015).

3. Kontrol plak
Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat
mencegah pembentukan plak. Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan
terhadap pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan
hygiene oral secara aktif. Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri
menghasilkan Polisakarida Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva
dan aktivitas bakteri dapat terbentu plak gigi. Polisakarida Ekstra Selular (PES)
menjadi bahan perekat pada matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha
yang dapat dilakukan adalah mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang
meliputi :
a. Mengatur pola makanan
Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
terutama sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan
bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi
untuk bakteri dalam membentuk plak (Krismariono, 2009).
b. Tindakan secara kimiawi
Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat
kumur sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung
klorhexidin dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan
merupakan zat antijamur (Krismariono, 2009).
c. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi Oral)
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa
macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan
bentuk (Krismariono, 2009).

SUMBER :

- Afriansyah, Ragil; dkk. 2016. ‘Efektivitas DHE Disertai Demonstrasi Cara


Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Anak
Sekolah Dasar’. Jurnal Ilmiah Unsrat, vol. 5.
- Carranza; Newman; Takei; Klovekkoid. 2015. ‘Carranza’s Clinical
Periodontology 12th edition’. St. Louis: Saunders Elsevier.
- Khalid G Azouni, Bassel Tarakji. 2014. ‘Journal of Clinical and
Diagnostic Research’. vol-8(7): ZE17-ZE20

Anda mungkin juga menyukai