Latar Belakang
Latar Belakang
ATRAUMATIC CARE
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Anak dengan judul “Atraumatic Care”.Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Promosi Kesehatan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Keperawatan Anak Ns. Wiwiek Retty A, M. Kep yang telah
banyak meluangkan waktu guna memberikan bimbingan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun
materil selama proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan,
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan Makalah ..........................................................................
D. Manfaat Makalah ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................
A. Definisi atraumatic care ..............................................................
B. Prinsip-prinsip atraumatic care ...................................................
C. Konsep hospitalisasi
D. Stressor dan reaksi anak terhadap hospitalisasi
E. Dampak hospitalisasi
F. kecemasan
BAB III PENUTUP ...............................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Anak yang sakit dapat
menimbulkan suatu stres bagi anak itu sendiri maupun keluarga (Setiawan etal, 2014).Reaksi
anak prasekolah terhadap hospitalisasi dapat ditunjukan dengan reaksi agresif dengan
marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau
bekerja sama dengan perawat dan ketergantungan pada orang tua. Anak prasekolah juga
sering mengalami kehilangan kontrol pada dirinya dan rasa cemas ini muncul akibat
adanya pembatasan aktivitas yang menganggap bahwa tindakan dan prosedur perawatan
dapat mengancam integritas tubuhnya(Supraptini, 2012)
Adapun data anak pra sekolah yang dirawat di RSU Dr. Soegiri Kabupaten
Lamongan tiga bulan terakhir adalah, pada bulan Juli sebanyak 75 anak, kemudian bulan
Agustus sebanyak 60 anak dan bulan September sebanyak 65 anak. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang Anggrek RSU dr. Soegiri Kabupaten
Lamongan pada bulan Oktober 2014, didapatkan bahwa 8 dari 10 anak usia prasekolah
menunjukan reaksi kecemasan. Menurut hasil wawancara dengan orang tua anak
prasekolah yang menjalani perawatananak menunjukkan beberapa reaksi kecemasan
seperti, anak menjadi sering gelisah, rewel dan selalu ingin ditemani saat menjalani proses
perawatan. Dari survei awal diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian kecemasan masih
banyak terjadi pada anak-anak yang menjalani proses hospitalisasi.(Maghfuroh, 2016)
B. Rumusanmasalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kelompok merumuskan masalah
dalam makalah ini mengenai“Atraumatic Care” dalam konteks pembelajaran
mahasiswa.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi Atraumatic Care
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip atraumatic care
3. Untuk mengetahui Konsep Hospitalisasi
4. Untuk mengetahui Stresor dan Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
5. Untuk mengetahui dampak hospitalisasi
6. Untuk mengetahui definisi kecemasan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat makalah ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
masukan bagi mahasiswa keperawatan dan menambah kajian ilmu keperawatan
khususnya mengenai “Atraumatic Care” untuk mengetahui secara mendalam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak penulis itu sendiri dalam menempuh pembelajaran di Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Dan bagi pihak lain penulis juga mengharapkan
dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi bagi anak tidak hanya akan berdampak pada anak tersebut,tetapi kepada orang
tua serta saudara-saudaranya. Berikut ini adalah dampakhospitalisasi terhadap anak dan orang
tua yaitu(Rini, 2013):
1. Anak
Perubahan perilaku merupakan salah satu dampak hospitalisasi padaanak. Anak bereaksi
terhadap stres pada saat sebelum, selama dan setelahproses hospitalisasi. Perubahan perilaku
yang dapat diamati pada anak setelahpulang dari rumah sakit adalah merasa kesepian,tidak
mau lepas dari orangtua, menuntut perhatian dari orang tua dan takut perpisahan.Dampak
negatif hospitalisasi juga berhubungan dengan lamanya rawat inap,tindakan invasif yang
dilakukan serta kecemasan orang tua. Respon yangbiasa muncul pada anak akibat
hospitalisasi antaralain regresi, cemas karenaperpisahan, apatis, takut, dan gangguan tidur
terutama terjadi pada anak yangberusia kurang dari 7 tahun.
2. Orang tua
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagianak, namun juga bagi
orang tua. Berbagai macam perasaan muncul padaorang tua yaitu takut, rasa bersalah, stres
dan cemas. Perasaan orang tua tidak bolehdiabaikan karena apabila orang tua stres, hal ini
akan membuat ia tidak dapatmerawat anaknya dengan baik dan akan menyebabkan anak akan
menjadisemakin stres.Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang
banyakdiungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengankeseriusan
penyakit dan prosedur medis yang dilakukan. Sering kalikecemasan yang paling besar
berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadipada anak. Perasaan frustasi sering
berhubungan dengan prosedur danpengobatan, ketidaktahuan tentang peraturan rumah sakit,
rasa tidak diterimaoleh petugas, prognosis yang tidak jelas, atau takut mengajukan
pertanyaan.
F. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas atau menyebar, yangberhubungan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya serta tidak memilikiobjek yang
spesifik.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.Kapasitas untuk menjadi
cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkatkecemasan yang parah tidak sejalan
dengan kehidupan.Kecemasan dapat terlihat dalam hubungan interpersonal dan
memilikidampak terhadap kehidupan manusia, baik dampak positif maupun dampaknegatif.
Kecemasan akan meningkat pada klien anak yang dirawat, denganberbagai kondisi dan
situasi di rumah sakit(Rini, 2013).
2. Reaksi Kecemasan
Perasaan kecemasan ditandai dengan rasa tidakmenyenangkan, samar, dan seringkali disertai
dengan gejala otonomik sepertinyeri kepala, berkeringat, kekakuan pada dada, dan gangguan
lambung ringan.Seseorang yang cemas juga merasa gelisah, seperti yang dinyatakan
olehketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama. Kumpulan gejala kecemasantersebut
akan bervariasi dari tiap individu.Kecemasan dapat diekspresikan secaralangsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsungmelalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawankecemasan. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatantingkat kecemasan. Respon kecemasan dapat dibagi
terdiri dari respon fisiologis,perilaku, kognitif, dan afektif.
a. Respon fisiologis
Sistem kardiovaskuler akan memunculkan tanda palpitasi, jantungberdebar, tekanan darah
meningkat. Respon parasimpatis juga dapat munculseperti rasa ingin pingsan, tekanan darah
menurun dan denyut nadi menurun.Namun pada penelitian lain menunjukan bahwa anak
yang menjalaniprosedur pembedahan menunjukan peningkatan tekanan darah dan
denyutnadi. Respon tubuh pada juga akan menunjukan tarikan nafas yang pendekdan cepat,
hiperventilasi, berkeringat dingin termasuk telapak tangan,kehilangan nafsumakan, mual atau
muntah, nyeri perut, sering buang airkecil, nyeri kepala, tidak bisa tidur, kelemahan umum,
pucat dan gangguanpencernaan.
b. Respon perilaku
Respon perilaku sering ditunjukan seperti gelisah, ketegangan fisik,tremor, gugup, bicara
cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubunganinterpersonal, dan menghindar.
c. Respon kognitif
Respon kognitif ditunjukan seperti perhatian terganggu, konsentrasimemburuk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, kreatifitas menurun,bingung, sangat waspada, kehilangan
objektivitas, takut kehilangan kontrol,takut pada gambaran visual, takut cedera ataukematian.
d. Respon afektif
Respon afektif ditunjukan seperti mudah terganggu, tidak sabar,gelisah, tegang, gugup,
waspada, gelisah, kecemasan, dan ketakutan.Menurut Mardaningsih (2011) dalam (Rini,
2013), beberapa tanda kecemasan pada anak antara lain:
1. Menjadi impulsif dan destruktif;
2. Gugup;
3. Sulit tidur atau tidur lebih lama dari biasanya;
4. Tangan berkeringat;
5. Peningkatan detak jantung dan nafas;
6. Mual;
7. Sakit kepala;
8. Sakit perut.
Dengan tanda-tanda ini orang tua diharapkan bisa mengenali anaknyasedang merasa tidak
nyaman kerena sesuatu. Mendengarkan dengan simpatik atausekedar membicarakan rasa
cemas tersebut dapat membantu anak mengatasikecemasan.
3. Predisposisi Kecemasan
Menurut Stuart & Sundeen (1998) dalam (Rini, 2013), menjelaskan bahwa dari berbagai
teoritelah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas, antaralain:
a. Pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadiantara dua
elemen kepribadian–id dan superego. Ini mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkanhati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang.Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yangbertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa adabahaya.
b. Pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadaptindakan adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan jugaberhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dankehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik.
c. Pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segalasesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuanyang diinginkan. Pakar
perilakulain mengganggap kecemasan sebagai suatudorongan untuk belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindarikepedihan.
d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan kecemasan merupakan halyang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalamgangguan kecemasan dan antara
gangguan kecemasan dengan depresi.
e. Kajian biologi menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untukbenzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.Penghambat
Gama-aminobutirik Acid (GABA) juga mungkin memainkanperan utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan,sebagaimana hanya dengan endorphin. Selain itu,
telah dibuktikan bahwakesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisiterhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik
danselanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.Selain faktor
predisposisi kecemasan, ada pula stresor pencetus yangmungkin berasal dari sumber internal
dan eksternal. Menurut Stuart & Sundeen(1998) dalam (Rini, 2013), stresor pencetus dapat
dikelompokan dalam dua katagori, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologisyang akan
datang atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidupsehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, hargadiri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
5. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart & Sundeen (1998) dalam (Rini, 2013), tingkatan kecemasan dapat
dibedakanmenjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari danmenyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.Kecemasan dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dankreativitas.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting danmengesampingkan
hal yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yangselektif namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat
Seseorang akan sangat mengurangi lahan persepsinya. Seseorang cenderungakan
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikirtentang hal lain.
Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Orangtersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu arealain.
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, katakutan dan teror. Seseorangmengalami kehilangan
kendali, orang yang mengalami panik tidak mampumelakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasikepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunyakemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang,dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalandengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapatterjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian.
6. Penilaian Kecemasan
a. Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
Skala ini diciptakan oleh Max Hamilton. Tujuannya adalah untuk menilaikecemasan sebagai
gangguan klinikal dan mengukur gejala kecemasan. Gambarandari HARS adalah kuesioner
yang terdiri dari 13 kategori gejala kecemasan dansatu kategori perilaku saat wawancara yang
terdiri dari skala yang paling banyakatau umumnya ditemukan sebagai karakteristik dari
kecemasan (6 gejalapsikologis dan 7 gejala fisiologis). Skor HARS diberi skor dengan
menilai tiapsoal untuk menghasilkan jumlah skor antara 0-56. Reliabilitas kuesioner
inimenggunakan koefisien reliabilitas spearman-brown adalah 0,83 dan validitasnyaadalah
0,77 (Ian, 2006)
c. Skala SAS (Zung Self Rating Anxiety Scale)
Skala ini diciptakan oleh William W. K Zung. Tujuannya adalah untukmenilai kecemasan
sebagai kekacauan klinikal dan mengukur gejala kecemasan.Gambaran SAS adalah 20
soalyang terdiri dari skala yang paling banyak atauumumnya ditemukan sebagai karakteristik
kecemasan. Skor SAS diberi skordengan menilai tiap soal untuk menghasilkan jumlah skor
antara 20-80.Reliabilitas data tidak tersedia dan validitas SAS bersama signifikan
korelasivaliditas dengan Taylor (Ian, 2006)
d. Skala STAI (State-Trait Anxiety Inventory)
Skala ini diciptakan oleh Charles D. Spielberger. Tujuannya adalah untukmenilai kecemasan
sebagai gangguan klinikal. Gambaran dari STAI adalahkuesioner yang terdiri dari 2 kategori
yaitu state anxiety dan trait anxiety. SkorSTAI diberi skor dengan menilai tiap soal untuk
menghasilkan jumlah skor antara0-60 untuk masing–masing kategori. Reliabilitas kuesioner
ini adalah 0,65 danvaliditasnya adalah 0,69 (Ian, 2006).Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan skala SAS karena skala SASlebih jelas, singkat serta mudah digunakan.
A. Kesimpulan
Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada
anak dan keluarganya dan merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai
therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang
diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan
tindakan yang dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak
maupun orang tuanya. Atraumatic car ebukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat,
tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur
dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun
psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak.
Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif
dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya maka
alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif.
B. Saran
Dihharapkan dengan adanya penjelasan mengenai atraumatic care,dapat menunjang
kita dalam proses pembelajaran pada mata kuliah keperawatan anak serta menjadi
bahan pembelajaran.oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapkan kita
dapat mengaplikasikan konsep ini saat praktik keperawatan anak di Rs dan dalam
melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.