Anda di halaman 1dari 15

REFLEKSI KASUS

MIOMA UTERI
Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Persyaratan Program Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan Dan Kebidanan

Pembimbing :

dr. Rini Aryani, Sp.OG

Disusun oleh :

Muzna Mici Ruchyanti

30101307017

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNTVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. S
2. Umur : 50tahun 2 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Nongkosawit Rt. 03/04 Gunung Pati
5. No CM : 135.10.74
6. Agama : lslam
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Status : Menikah
9. Tanggal Periksa : 25-05-2018
10. Masuk Jam : 13.00 WIB
11. Ruang : Baitunnisa
12. Kelas : III

B. ANAMNESIA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 24-05-2018, pukul 19.00 WIB.
1. Keluhan Utama
Benjolan pada suprapubic.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien P2A0 usia 50 tahun datang dengan keluhan benjolan sebesar telur ayam pada suprapubic
sejak 1 bulan yang lalu, awalnya kecil lama kelamaan benjolan semakin membesar`. Pasien
tidak mengeluhkan nyeri pada benjolannya. Pasien mengeluh benjolan terasa mengganggu dan
tidak nyaman apabila duduk. Gangguan BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat
BAB tidak ada.
3. Riwayat Obstetri
P2A0
1. Lahir bayi perempuan, usia 30 tahun, spontan, bidan
2. Lahir bayi perempuan, usia 25 tahun, spontan, bidan
4. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Siklus menstruasi : 28 hari
- Lama menstruasi : 7 hari
- Dismenore : (-)
- Menorragia : (+)
5. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Lama pernikahan 35 tahun.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : diakui
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Operasi : disangkal
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit seperti ini.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja wiraswasta
Kesan ekonomi : cukup, untuk biaya kesehatan ditanggung BPJS PBI.
9. Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan
C. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign :
- Tensi : 110/ 70 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 °C
- TB : 158 cm
- BB : 70 kg
B. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-), pallor (+)
- Mamae : Simetris, tidak ada benjoalan abnormal
- Paru
o Inspeksi : Hemithorax dekstra dan sinistra simetris
o Palpasi : Stemfremitus dekstra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Jantung :
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Redup
 Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra
 Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
 Batas kanan bawah jantung : ICS V sternalis dekstra
 Batas kiri bawah jantung :ICS V 2 cm ke arah medial linea
midclavicularis sinistra
o Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, regular, suara tambahan (-)
- Abdomen :
 Inspeksi : tampak benjolan massa pada suprapubik, sikatrik (-), tanda-tanda
inflamasi (-), striae gravidarum (-).
 Auskultasi : bising usus (+) normal.
 Palpasi : teraba benjolan daerah suprapubik, ukuran 5 cm , konsistensi padat,
permukaan rata tak berbenjol-benjol, nyeri tekan (+), mobilitas agak terbatas.
 Perkusi : Pekak daerah suprapubik.
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
C. Status Ginekologi
- Abdomen :
 Inspeksi : tampak benjolan massa pada suprapubik, sikatrik (-), tanda-tanda
inflamasi (-), striae gravidarum (-).
 Auskultasi : bising usus (+) normal.
 Palpasi : teraba benjolan daerah suprapubik, ukuran 5 cm , konsistensi padat,
permukaan rata, nyeri tekan (+), mobilitas agak terbatas.
 Perkusi : Pekak daerah suprapubik.
- Genitalia :
 Externa : Darah (+), pus (-), vulva oedem (-), ulcus (-)
 Interna : VT  teraba massa sebesar ibu jari kaki yang keluar dari oue,
berbenjol konsistensi padat, uterus teraba membesar serta pada bagian kanan
uterus benjolan teraba lebih besar dibandingkan pada bagian kiri, konsistensi
padat, permukaan berbenjol-benjol, nyeri tekan (-), adneksa kanan dan kiri tak
teraba kelainan.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 Mei 2018 :
 Hb : 12,2 gr/dl
 Hematokrit : 37,5 %
 Leukosit : 7,17 ribu/uL
 Trombosit : 264 ribu /uL
 APTT : 25.8 detik
 Kontrol : 27.5 detik
 PPT : 8,8 detik (L)
 Kontrol : 11,4 detik
 Golongan Darah : A, Positif
 Pemeriksaan serologis : HbsAg (-)
Kimia Darah
 GDS : 182 mg/dl (H)
 Ureum : 17 mg/dl
 Creatinin : 0,99 mg/dl
 SGOT : 13
 SGPT : 10
 Natrium : 140,0 mol/L
 Kalium : 4,35 mol/L
 Chloride : 104.5 mol/L

B. Pemeriksaan USG tanggal 20 Mei 2018:


Adneksa : Tampak terdesak ke kanan, ukuran membesar, intensitas sinyal parenkim
inhomogen, cavum uteri tak melebar. Tampak lesi bentuk relatif oval batas sebagian tegas tepi
reguler pada dinding lateral kiri corpus uteri dengan intensitas sinyal isointens di T1WI,
hipointens di T2WI dan T2WI fatsat (uk. AP 4.47 x LL 4.81 x OC 3.51 cm ) disertai focus
perdarahan multipel intralesi paska injeksi kontras tak tampak enhancement.
Kesan : Massa solid dengan focus perdarahan multiple di intramass pada dinding lateral kiri
corpus (uk. AP 4,47 x LL 4,81 x CC 3,51)
Sesuai dengan gambaran Mioma Uteri Intramural

D. RESUME
Pasien P2A0 usia 55 tahun datang dengan keluhan benjolan ukuran 5 cm pada suprapubic
sejak >1 bulan yang lalu, awalnya kecil lama kelamaan benjolan semakin membesar, dan
kadang-kadang dirasakan nyeri. Nyeri tersebut menjalar sampai pinggang. Pasien juga
mengeluh mengeluarkan darah pervaginam sejak 8 bulan yang lalu, darah segar, warna merah
(+), prongkolan (-). Gangguan BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak
ada.
Riwayat obstetric : P2A0
1. Lahir bayi perempuan, usia 30 tahun, spontan, bidan
2. Lahir bayi perempuan, usia 25 tahun, spontan, bidan
Status present :
- Keadaan umum : tampak lemah
- Kesadaran : komposmentis
- Vital sign : dalam batas normal
Status internus: tampak pucat.
- Status Ginekologi
- Abdomen :
 Inspeksi : tampak benjolan massa pada suprapubik.
 Palpasi : teraba benjolan daerah suprapubik, ukuran 5cm konsistensi padat,
permukaan rata, nyeri tekan (-), mobilitas agak terbatas.
 Perkusi : pekak daerah suprapubik.
- Genitalia :
 Externa : Darah (-), pus (-), vulva oedem (-), ulcus (-)
Pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan darah rutin:
o Hb : 12,2 gr/dl
o Trombosit : 264 ribu /uL
o GDS : 182 mg/dl (H)
o PPT : 8.8 detik (L)
 Pemeriksaan USG :
Mioma Uteri Intramural
G. DIAGNOSA
- P2A0 usia 50 tahun dengan mioma uteri
H. PROGNOSA
- Dubia ad bonam.
I. SIKAP
- Rawat inap.
- Pengawasan : KU, vital sign, Hb, GDS dan PPV
- Perbaiki keadaan umum.
- Rencanakan pelaksanaan operasi berupa histerektomi setelah memperbaiki kondisi pasien.

K. EDUKASI
1. Memberitahu kondisi pasien kepada pihak keluarga.
2. Memberitahu tujuan terapi yang diberikan.
3. Memberitahu kepada pasien dan pihak keluarga tentang akan dilakukannya
histerektomi sehingga tidak mungkin lagi untuk hamil.
4. Memberitahu kepada pasien untuk kontrol setelah keluar dari rumah sakit.

J. FOLLOW UP
Hari/ tanggal Keluhan Hasil Pemeriksaa Penatalaksanaan
Sabtu/ 26 Mei 2018 Perut terasa tidak KU : baik Pro Histerektomi
Jam 06.00 nyaman TD : 120/80 mgHg
N : 72 x menit
RR : 20 x/menit
Sabtu / 25 okt 17 Nyeri bekas operasi Cek darah rutin / Hasil Infus RL 20 tpm
Jam 16.00 - Inj ceftriaxon 2x1 gr iv
Kaltrofen supp 3x1

Minggu/27 okt 17 Nyeri bekas operasi KU : cukup baik Infus RL 20 tpm


Jam 6.00 Hb : 10,6 g.dl (L) Inj ceftriaxon 2x1gr iv
Ht : 32 % (L) Kaltrofen supp 3x1
Leukosit : 12,56
ribu/uL (H)
Trombosit : 235
ribu/uL
LAPORAN TINDAKAN
o Histerektomi pada 25-5- 2018 pukul 14.30
MIOMA UTERI
1.1 DEFINISI
Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus (miometrium) dan jaringan
ikat yang menumpanginya.

1.2 KLASIFIKASI
Sarang mioma di uterus berasal dari korpus uterus dan serviks uterus. Menurut letaknya,
mioma dapat kita dapati sebagai:
1. Mioma Submukosum
Mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma
Submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks (Mioma Geburt). Mioma geburt sering mengalami nekrosis atau
ulserasi.
2. Mioma Intramural
Mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Jika ukuran besar atau
multiple, dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3. Mioma Subserosum
Mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus,
diliputi oleh serosa.
Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada
jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri
dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu
macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam
saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20
sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang
sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-
45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata
tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang
masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur.
Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang
terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian
darah pada sarang mioma.

1.3 ETIOLOGI
Mioma uteri adalah tumor estrogen dependent. Pertumbuhannya berhubungan erat dengan
paparan estrogen yang terdapat dalam sirkulasi. Mioma uteri mengecil ukurannya saat
menopause dan dalam kondisi hypoestrogenic lainnya. Mioma uteri menunjukkan
pertumbuhan maksimum selama masa reproduksi seorang wanita ketika sekresi estrogen
maksimal, dan pertumbuhannya menunjukkan percepatan dalam dekade sebelum
menopause. Konsentrasi reseptor estrogen sangat tinggi pada lokasi mioma uteri
dibandingkan miometrium sekitarnya. Reseptor tersebut mengikat >20% estradiol (E2) per
miligram protein sitoplasma dibanding miometrium normal disekitarnya.
Faktor Risiko
 Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50% pada
wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche. Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%
(Joedosaputro, 2005).
 Hormon endogen
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi
wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-
wanita menopause pada level yang rendah/ sedikit (Parker, 2007).
 Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai
2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis
keturunan penderita mioma uteri (Parker, 2007).
 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan
konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak
(Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini
dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma
uteri (Parker, 2007).
 Makanan
Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan bahwa daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
 Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus (Scott,2002). Kedua keadaan ini ada
kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
 Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 atau 2 kali (Khashaeva, 1992).
 Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan
bioaviabilitas estrogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan
penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007).

1.4 MANIFESTASI KLINIS


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung
pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukosa, subserosa), besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut;
1. Perdarahan abnormal
Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi keluhan
utama penderita mioma uteri. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia. Hal ini sering
menyebabkan penderita juga mengalami anemia. Mioma intramural juga dapat
menyebabkan perdarahan oleh karena ada gangguan kontraksi uterus. Jenis mioma
subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. Jika ada perdarahan yang
abnormal, harus diingat akan kemungkinan lain yang timbul bersamaan dengan
mioma, yaitu adenokarsinoma, polip dan faktor-faktor fungsionil beberapa faktor yang
menyebabkan perdarahan ini, antara lain:
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2.Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan, atau
mungkin juga disebabkan oleh proses radang dengan perlengketan ke omentum usus.
Kadang-kadang pula rasa sakit disebabkan torsi pada mioma subserosa. Dalam hal ini
sifatnya akut disertai enek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa
nyeri dapat disebabkan karena tekanan terhadap syaraf dan menjalar ke pinggang dan
tungkai bawah. Pada ngeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan , pula
pertumbuhannya yang menyempit kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
disminore
3. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma
uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius,
seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan
keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar
berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema
tungkai.
1.5 DIAGNOSIS
Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma:
 Benjolan yang terasa berat di suprasymphisis
 Perdarahan uterus abnormal, menorrhagia
 Nyeri
 Gangguan Miksi dan defekasi
 Infertilitas
 Abortus
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, mobile, tidak nyeri.
Pemeriksaan bimanual akan menunjukkan tumor pada uterus, yang umumnya terletak
digaris tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus.
Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis
dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah
kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya
pemeriksaan lebih mahal.

1.6 PENATALAKSANAAN
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi, dan ukuran tumor:
1. Observasi Mioma
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
 Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia dan pemberian NSAID untuk
pengobatan nyeri.
Mioma asimtomatik yang lebih kecil dari ukuran usia kehamilan 14 minggu dapat
diobservasi, dengan pengecualian, yaitu:
a. Jika mioma menimbulkan distorsi rongga uterus dan dianggap sebagai factor
infertilitas pada pasangan
b. Jika mioma terletak di bagian bawah uterus atau serviks sehingga
menimbulkan kesulitan persalinan
c. Jika mioma tumbuh dengan cepat yang member kesan ada perubahan menjadi
sarcoma.
2. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt
dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat
mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan
karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah
30-50%.

3. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang
dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.

4. GnRH analog
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di endometrium hingga uterus dalam keseluruhan
menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, mioma uteri
yang lisut tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen oleh karena mioma masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi.

1.7 MIOMA UTERI DAN KEHAMILAN


Efek kehamilan pada Mioma Uteri
Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar estrogen
sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma. Jika pertumbuhan mioma
terlalu cepat, akan melebihi suplai darahnya, sehingga terjadi perubahan degenerative pada
tumor ini. Akibat yang paling serius adalah nekrobiosis (degenerasi merah). Pasien dapat
mengeluh nyeri dan demam derajat ringan. Palpasi menunjukkan konsistensi mioma sangat
lunak. Terapinya adalah memberikan analgesic. Nyeri akan hilang dalam beberapa hari dan
kehamilan berlanjut
Efek Mioma Uteri terhadap Kehamilan
Efeknya bergantung besar pada besar dan posisi tumor. Jika tumor menyebabkan distorsi
rongga uterus, risiko abortus spontan menjadi dua kali lipat dan kemungkinan persalinan
premature meningkat. Tumor besar pada miometrium juga dapat mengakibatkan distorsi
rongga uterus sehingga menyebabkan malposisi atau malpresentasi janin. Tumor dibagian
bawah uterus dapat menimbulkan obstruksi jalan lahir, sehingga menghambat persalinan
pervaginam, menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan
postpartum karena adanya gangguan mekanik fungsi miometrium, menyebabkan placenta
sukar lepas dari dasarnya dan mengganggu proses involusi uterus.

Anda mungkin juga menyukai