Disusun oleh:
Fajar Hidayatullah (1641150085)
Ilham Akbar Muhammad (1641150086)
Nafis Ilham Fakhruddin (1641150022)
Wulan Afi Liana (1641150068)
D-IV SKL 2D
Salah satu permasalahan yang timbul dari kurangnya rasa tentang wawasan
nusantara yaitu Sengeketa Sipadan dan Ligitan. Sengketa sipadan dan Ligitan
adalah persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967
ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing
negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas
wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam
keadaan status quo. Akan tetapi, pihak Malaysia membangun resort parawisata baru
yang dikelola pihak swasta Malaysia. Karena, Malaysia memahami statu quo
sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan
pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi
tidak boleh ditempati atau diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau
ini selesai.
Di atas Sipadan, pulau yang luasnya hanya 4 km2 itu, Malaysia membuat
penginapan hampir 20 buah untuk dijadikan tempat pariwisata. Pemerintah
Indonesia, yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu, segera mengirim protes ke
Kuala Lumpur, minta agar pembangunan disana dihentikan. Alasannya, Sipadan
dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputus siapa pemiliknya. Pada
tahun1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke
dalam peta nasionalnya
Pada tanggal 31 Mei 1997 kedua negara menyepakati “Special Agreement for
the submission to the International Court of Justice the dispute between Indonesia
and Malaysia concerning the soverignty over Pulau Sipadan and Pulau Ligitan”.
Special Agreement tersebut kemudian disampaikan kepada Mahkamah Hukum
Internasional pada tanggal 2 November 1998 melalui Notifikasi Bersama (Joint
Letter). Masalah pokok yang diajukan dan dimintakan dalam Special Agreement
adalah agar Mahkamah Hukum Internasional memutuskan siapa yang berdaulat
terhadap Pulau Sipadan dan Pulai Ligitan berdasarkan perjanjian, bukti dan
dokumen dari pemerintah Indonesia maupun dari pemerintah Malaysia.
Secara umum, Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa indonesia mengenai diri dan bentuk geografisnya menurut Pancasila dan
UUD 1945 dalam mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan
untuk mencapai tujuan nasional.
Secara Etimologis, Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang
terhadap kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua yaitu asia dan australia
dan dua samudra yaitu samura hindia dan samudra pasifik. Istilah wawasan
nusantara berasal dari kata Wawas (Bahasa Jawa) yang artinya "pandangan,
tinjauan atau penglihatan indrawi", dan kemudian ditambahkan akhiran an ,
sehingga arti wawasan adalah cara pandang, cara tinjau, cara melihat. Sedangkan
kata Nusantara terdiri dari dua kata yaitu nusa yang berarti "pulau atau kesatuan
kepulauan" dan antara yang berarti "letak antara dua unsur yaitu dua benua dan
dua samudra". Sehingga arti dari kata nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
terletak dari dua benua yaitu asia dan australia dan dua samudra yaitu samudra
hindia dan pasifik.
Setelah arti umum dan etimologis wawasan nusantara, jika ditinjau dari
pengertian wawasan nusantara menurut para ahli antara lain sebagai berikut...
Prof. Dr. Wan Usman, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi prof. Dr.
Wan Usman adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.
Kel. Kerja LEMHANAS, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi Kel.
Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999 adalah cara pandang
dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan
bernilai startegis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, Pengertian wawasan
nusantara menurut definisi Tap MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.
Landasan Idiil adalah Pancasila. Pancasila sebagai falsafah ideologi bangsa dan
dasar negara. Karena pada hakikatnya wawasan nusantara merupakan
perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan kesatuan yang bulat
dan utuh serta mengandung paham keseimbangan, keselarasan, dan
keseimbangan. Maka wawasan nusantara mengarah kepada terwujudnya
kesatuan dan keserasian dalam bidang politik,ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan.
Landasan Konstitusional adalah UUD 1945. UUD 1945 merupakan landasan
konstitusi dasar negara, yang menjadi pedoman pokok dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik (Pasal 1 UUD 1945) yang kekuasaan tertingginya ada pada rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
Landasan visional atau tujuan nasional wawasan nusantara sebagai wawasan
nasional Bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya
oleh seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak terjadi penyesalan dan
penyimpangan dalam rangka mencapai dan mewujudkan cita-cita dan dan tujuan
nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Landasan Konsepsional Ketahanan nasional, yaitu merupakan kondisi dinamis
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kemampuan sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai
landasan konsepsional. Dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya,
Bangsa Indonesia mengahadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan.
3.1 Awal Permasalahan Sengketa Wilayah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan
Disinilah titik sengketa Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan. Titik awal klaim
pemerintah Indonesia tampaknya lemah dan tidak mencantumkan kedua pulau
tersebut dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang yakni, Perpu No.
4 tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Di pihak lain, kelemahan Malaysia
tampak pada peta yang diterbitkan hingga tahun 1970-an tidak pernah
mencantumkan kedua pulau tersebut.
3.2 Proses Penyelesaian Sengketa Wilayah Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan
Berbeda dengan Indonesia, bukti efektif Malaysia atas kedua pulau tersebut
dan dalam periode yang cukup lama, antara lain, bahwa Malaysia sejak tahun 1917
telah melakukan fungsi legislatif atas kedua pulau tersebut misalnya dengan
dikeluarkannya Peraturan Perlindungan Penyu, serta mengeluarkan Perizinan untuk
menangkap telur penyu. Malaysia juga telah membangun mercusuar di Pulau
Sipadan dan Pulau Ligitan pada tahun 1962 dan 1963 yang terus dipelihara sejak
kemerdekaan Malaysia. Kegiatan kedaulatan Malaysia ini menurut pengamatan
Mahkamah tidak pernah diprotes oleh Indonesia. Semua fakta sejarah ini cukup
meyakinkan bahwa Malaysia telah menunjukkan kegiatan berdaulatannya atas
kedua pulau tersebut dan sudah cukup membuktikan adanya keefektifan untuk
syarat kedaulatan suatu negara atas kedua pulau itu. Dalam hal ini, apa pun yang
dilakukan oleh Indonesia sejak tahun 1969 seperti halnya menduduki kedua pulau
tersebut, tetap tidak akan dapat menghapus keefektifan Malaysia.
3.3 Putusan Mahkamah Internasional mengenai Sengketa Wilayah Pulau
Sipadan dan Pulau Ligitan
Berikut ini ada tiga butir Pokok-pokok Putusan Mahkamah Internasional dari
sengketa pulau sipadan ligitan ,yaitu :
Satu hal yang perlu disesali dalam mekanisme penyelesaian konflik Sipadan
dan Ligitan adalah tidak dipergunakannya mekanisme regional ASEAN. ASEAN,
sebagai satu forum kerja sama regional, sangat minimal perannya dalam pemecahan
perbatasan. Hal ini karena dipandang sebagai persoalan domestik satu negara dan
ASEAN tidak ikut campur tangan di atasnya. Sesungguhnya, ASEAN sendiri sudah
merancang terbentuknya sebuah Dewan Tinggi (High Council) untuk
menyelesaikan masalah-masalah regional. Dewan ini bertugas untuk memutuskan
persoalan-persoalan kawasan termasuk masalah klaim teritorial. Namun keberatan
beberapa anggota untuk membagi sebagian kedaulatannya merupakan hambatan
utama dari terbentuknya Dewan Tinggi ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
http://www.artikelsiana.com/2015/04/wawasan-nusantara-pengertian-fungsi-
tujuan.html
http://fentiayublog.blogspot.co.id/2017/04/wawasan-nusantara.html
https://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/08/contoh-makalah-wawasan-
nusantara.html
https://buzzerbeater113.blogspot.co.id/2017/02/makalah-wawasan-nusantara-dan-
contoh.html
http://makassar.tribunnews.com/2015/02/15/ternyata-ini-penyebab-sipadan-dan-
ligitan-lepas-dari-indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Sengketa_Sipadan_dan_Ligitan
https://www.kompasiana.com/sugiharto69/lepasnya-pulau-ligitan-dan-sipadan-dari-
nkri_550ee047a333117732ba7e9d
https://sssasyier.wordpress.com/2017/03/18/makalah-tentang-konflik-antara-
indonesia-dengan-malaysia-mengenai-pulau-sipadan-dan-pulau-ligitan/