Anda di halaman 1dari 11

Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No.

2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483


Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PENGARUH TINGKAT KONVERGENSI IFRS


TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

Neva Novianti
Universitas Bung Hatta, Indonesia
nevanovianti@bunghatta.ac.id

ABSTRAK

Konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat
penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. Terutama
tujuan Standar akuntansi modern yang berorientasi ke masa depan berbeda dengan standar akuntansi lama
yang mengandalkan pada peristiwa masa lalu. Sehingga prinsip konservatisme akuntansi sudah bukan lagi
merupakan karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual yang baru tahun 2010 dan membuatnya
menjadi mengecil. Meskipun demikian, prinsip akuntansi konservatisme masih dipertahankan pada
berbagai area meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional (IFRS). Penelitian ini bertujuan
untuk menemukan bukti empiris mengenai adanya pengaruh tingkat konvergensi IFRS terhadap
konservatisme akuntansi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI
tahun 2010 -2015. Sampel yang digunakan dalam objek penelitian ini adalah 72 perusahaan. Metode yang
digunakan dalam objek penelitian ini adalah purposive sampling. Model analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis regresi linear dengan bantuan program komputer SPSS versi 16.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,650 dengan probabilitas signifikansi 0,000 <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada tingkat konvergensi IFRS terhadap
konvervatisme akuntansi. Hal ini membuktikan bahwa konvergensi terhadap IFRS menurunkan
konservatisme akuntansi

Kata kunci: konservatisme, konvergensi, IFRS, standar akuntansi.

1. PENDAHULUAN
Adopsi IFRS (International Financial Reporting Standars) bukanlah pilihan bagi
Indonesia, tapi keharusan, dengan harapan, investasi asing akan tetap masuk atau bahkan
meningkat dan kita tidak dikucilkan dalam pergaulan internasional (www.warsidi.com,2011).
Keikutsertaan Indonesia menerapkan IFRS juga terkait kepentingan global untuk meningkatkan
daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Disamping itu,
konvergensi IFRS merupakan salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota
forum G20. Hasil dari pertemuan pemimpin negara forum G20 di Washington DC, pada tanggal
15 November 2008 adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat tranparansi dan akuntabilitas.
2. Meningkatkan regulasi.
3. Promosi integritas dalam pasar keuangan.
4. Memperkuat kooperasi internasional.
5. Memperbaiki institusi keuangan internasional.
Selain meningkatkan bisnis pasar modal, manfaat dan prinsip-prinsip G20 yang
dicanangkan dari hasil pertemuan di Washington DC atas konvergensi IFRS menimbulkan
pertanyaan bagaimana pengaruh IFRS terhadap kualitas akuntansi itu sendiri. Pada penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan standar akuntansi internasional memiliki dampak
pada aspek keuangan berbagai perusahaan seperti reaksi harga, biaya modal, dan kualitas
akuntansi (Ashbaugh dan Pincus, 2001; Cuijpers dan Buijink, 2005; Barth et al, 2007 dalam
Wardhani, 2010). Namun, sampai sekarang, sangat sedikit bukti empiris tentang pengaruh
tingkat konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi sebagai pengukuran kualitas laba.
Konservatisme akuntansi sebagai pengukuran kualitas laba yang sekian lama menjadi
pro dan kontra. Konservatif merupakan konsep akuntansi yang kontroversial (Mayangsari dan
Wilopo, 2002). Hal ini disebabkan banyaknya kritikan mengenai kegunaan suatu laporan
320
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

keuangan saat penyusunannya dengan menggunakan metode yang sangat konservatif. Para
pengkritik konservatisme akuntansi menyatakan bahwa konsep konservatisme menyebabkan
laporan keuangan yang bias dan tidak mencerminkan realita. Sehingga menyebabkan kualitas
laba yang dihasilkan menjadi rendah dan kurang relevan.
Definisi resmi konservatisme dari FASB yakni:
“reaksi kehati-hatian atas ketidakpastian untuk mencoba memastikan bahwa
ketidakpastian tersebut dan risiko yang melekat dipertimbangkan secara memadai.”

IFRS menyiratkan bahwa prinsip konservatisme tidak lagi digunakan, namun pada
dasarnya prinsip tersebut masih dipertahankan pada area tertentu. Area tersebut adalah:
1. Kompensasi kerugian menyebabkan pengakuan piutang pajak tangguhan.
2. Kapitalisasi biaya pengembangan.

Perusahaan dapat menerapkan beberapa kegiatan secara konservatif yaitu item-item


yang tidak memenuhi persyaratan kriteria pengakuan. Namun, hal ini dilakukan ketika prinsip
tersebut digunakan untuk sementara dan item yang lain akan diperhitungkan sesuai dengan
IFRS. Perlakuan prinsip akuntansi campuran ini juga akan memiliki dampak bagi pengguna
laporan keuangan. Kesimpulannya konservatisme akuntansi tetap "bermain" dalam
implementasi IFRS. Standar-standar dalam IFRS tidak secara jelas tidak menunjukkan prinsip
penerapan konservatisme, karena memang tidak sesuai dengan kerangka teori IFRS. Namun,
tidak berarti konservatisme hilang hanya karena tidak "ditekankan" dalam standar tersebut.
Menurut Hellman (2007) konservatisme akan tetap ada dalam penyajian laporan keuangan
karena adanya unsur ketidakpastian .
Berdasarkan fenomena di atas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris
mengenai adanya pengaruh tingkat konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi.

2. Landasan Teori
2.1 Tingkat Konvergensi IFRS
International Accounting Standar Board (IASB) menerbitkan IFRS yang merupakan standar
pelaporan keuangan internasional. Standar tersebut disusun oleh empat organisasi utama dunia
yaitu International Accounting Standar Board (IASB) , Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
Sebelum IFRS, standar internasional diatur International Accounting Standar (IAS).
IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001,
IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
International Financial Reporting Standars mencakup:
1. International Financial Reporting Standars standar yang diterbitkan setelah tahun 2001.
2. International Accounting Standars (IAS) standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001
3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) setelah tahun 2001
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) sebelum
tahun 2001

IFRS adalah standar tunggal pelaporan akuntansi yang menekankan penilaian


profesional dengan pengungkapan yang jelas serta transparan tentang substansi ekonomis suatu
transaksi, sehingga penjelasan tersebut mencapai kesimpulan tertentu. Tuntutan globalisasi yang
semakin tinggi yang mengakibatkan para pebisnis harus ikut serta dalam bisnis antar negara,
sehingga dibutuhkan standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk
memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan
standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan
dengan basis ‘true and fair” (IFRS framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti

321
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa
dimengerti oleh pasar dunia (global market).
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS
dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan
IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
2. Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember
2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi
di negara tersebut.
3. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor
standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced (convergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu
pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan
pembuat standar.
5. Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

Indonesia menganut bentuk referenced/convergence yakni IFRS sebagai referensi


dalam sistem akuntansinya. Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui tiga tahapan yang
ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK –IAI). Tahap tersebut terdiri dari:
pertama, tahap adopsi mulai tahun 2007 sampai 2010 yaitu adopsi seluruh IFRS ke dalam SAK.
Kedua, tahap persiapan penyelesaian akhir infrastruktur pada tahun 2011. Ketiga tahap
implementasi pada 2012.
Per tanggal 20 Desember 2011 IAI telah menerbitkan posisi Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) dan
Pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) yang mengacu kepada IFRS
yaitu sebagai berikut : (1) 1 Januari 2008 berlaku 1 ISAK; (2) 1 Januari 2009 berlaku 1 PSAK;
(3) 1 Januari 2010 berlaku 5 PPSAK; (4) 1 Januari 2011 berlaku 16 PSAK, 7 ISAK dan 2
PPSAK; (5) 1 Januari 2012 berlaku 22 PSAK, 11 ISAK dan 3 PPSAK; (6) 1 Januari 2013
berlaku 1 ISAK dan 1 PPSAK. Standar Akuntansi Keuangan yang telah disahkan oleh DSAK
IAI per 20 Desember 2011 tersebut diatas secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1.

IFRS yang belum diadopsi adalah sebagai berikut:


1. IFRS 1 First-time adoption of International Reporting Standard, belum diadopsi
sampai Indonesia akan adopsi penuh IFRS.
2. IAS 41 Agriculture, belum diadopsi karena menunggu sampai IASB melakukan
revisi.

2.2 Konservatisme Akuntansi


Watts (1993) dalam Oktala (2009) mendefenisikan konservatisme sebagai konsep
pengakuan terhadap arus kas mendatang dan sebagai akuntansi konservatif yang umumnya
menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa
kemungkinan nilai untuk aktiva pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan
nilai kewajiban dan beban.
Peneliti lain, Basu (1997) mendefenisikan konservatisme sebagai:
“Praktik mengurangi laba (dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespon berita buruk
(bad news), tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih dalam merespon
berita baik (good news).”

Widya (2004) telah meneliti penerapan konservatisme akuntansi di Indonesia. Berdasarkan


penelitian tersebut dilaporkan 76,9 % dari 75 perusahaan di BEJ pada periode 1995-2002
menerapkan akuntansi konservatif. Faktor-faktor yang mengungkapkan adanya praktik
konservatisme akuntansi yaitu konsentrasi kepemilikan di Indonesia, kontrak utang, kos politis
dan pertumbuhan. Semua faktor secara signifikan menjelaskan praktik akuntansi konservatif
kecuali kontrak utang. Namun demikian dengan adanya IFRS metode akuntansi konservatif
322
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

menjadi mengecil. Tetapi bukan berarti prinsip konservatisme akuntansi tidak digunakan sama
sekali yaitu bahwa dalam penerapan aturan IFRS tertentu, prinsip akuntansi konservatisme
masih dipertahankan pada berbagai area meskipun dalam standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS) menyiratkan bahwa prinsip konservatisme tidak lagi diterapkan. Ada
beberapa contoh area yang prinsip konservatisme akuntansi kemungkinan masih dipertahankan,
misalnya:
1. Kompensasi kerugian menyebabkan pengakuan piutang pajak tangguhan.
2. Kapitalisasi biaya pengembangan.
Dalam sebuah perusahaan memperbarui estimasi mengenai arus kas masa depan dari
biaya pengembangan yang dikapitalisasinya, mungkin ada "efek sementara" konservatisme yang
mengarah pada penciptaan cadangan tersembunyi yang kemudian dapat di balik kembali.
Intinya, Prinsip "konservatisme" tetap ada dalam penerapan IFRS (Hellman, 2007).

2.3 Pengembangan Hipotesis


Pengaruh Tingkat Konvergensi IFRS terhadap Konservatisme Akuntansi
Penelitian sebelumnya, menemukan pada umumnya bahwa penggunaan standar
akuntansi internasional memiliki dampak positif pada pelaporan keuangan oleh meningkatkan
komparabilitas dan keandalan pelaporan keuangan. Penggunaan standar akuntansi internasional
memiliki dampak positif pada kualitas angka akuntansi (Ashbaugh dan Pincus, 2001; Gassen
dan Sellhorn, 2006; Barth et al, 2007;. Meulen, Gaeremynck dan Willekens, 2007). Studi ini
membandingkan penggunaan IFRS dengan PSAK yang mengacu kepada GAAP.
IFRS adalah prinsip berbasis standar. Keuntungan dari prinsip berbasis standar
dibandingkan dengan aturan berbasis standar adalah bahwa perusahaan dapat menerapkan
standar akuntansi yang sesuai dengan karakteristik khusus mereka sehingga pelaporan keuangan
yang lebih baik akan mencerminkan nilai ekonomi perusahaan. Ashbaugh dan Pincus (2001)
dan Barth et al. (2007) menunjukkan bahwa standar yang konvergen dengan standar akuntansi
internasional memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dari pengungkapan dan pembatasan pada
pilihan metode akuntansi. Demikian juga dengan Wardhani (2010) menemukan bahwa
konvergensi IFRS positif mempengaruhi konservatisme perusahaan.
Andre dan Fillip (2012), menemukan bukti penurunan yang signifikan ketepatan waktu
pengakuan kerugian relatif untuk memperoleh pengakuan (kondisional konservatisme) untuk
periode pasca-IFRS. Hasil ini didorong oleh penurunan konservatisme di Perancis,
Jerman,Yunani, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Swiss. Andre dan Fillip (2012) meneliti faktor-
faktor yang dapat menjelaskan penurunan kondisional konservatisme dengan melihat insentif
hukum dan kelembagaan termasuk corporate governance dan penegakan dan melihat buku
sebelum pajak sesuai dan perbedaan akuntansi sebelumnya dengan IFRS. Priot dan Dumntier
(2010), menemukan bahwa Conditional Conservatisme (CC) menurun berdasarkan IFRS seperti
yang ditunjukan oleh ketepatan waktu asimetris dari kabar baik dan buruk.
Hasil studi sebelumnya di atas menunjukkan bahwa tingkat konvergensi IFRS mengarah
ke kualitas laba yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan konservatisme akuntansi sebagai
proksi dari kualitas laba. Oleh karena itu, kita merumuskan hipotesis sebagai berikut.
H1: Tingkat konvergensi IFRS berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi

3. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk periode 2010 hingga 2015. Digunakannya dua periode ini untuk melihat
konsistensi pengaruh masing-masing variabel independen dan variabel dependen.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda
(Sekaran, 2006). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

323
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

sampling, dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang
memenuhi kriteria sampel tertentu. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yaitu yang termasuk dalam sektor basic industry
chemical, consumer good industry dan miscellaneous industry yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun periode 2010 hingga 2015.
2. Terdapat kelengkapan data sesuai indikator yang dibutuhkan dalam penelitian
berturut-turut dari tahun 2010-2015.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini berupa laporan
keuangan tahunan maupun kuartalan perusahaan yang diperoleh dari database pasar modal dari
Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data dari tahun 2010-2015.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


3.3.1 Tingkat Konvergensi IFRS
Tingkat konvergensi IFRS dalam penelitian ini merupakan variabel independen.
Variabel independen merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain. Menurut DSAK Konvergensi IFRS adalah tingkat pengadopsian standar
yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang
disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
3.3.2 Konservatisme Akuntansi
Konservatisme Akuntansi merupakan variabel dependen dalam penelitian ini.
Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel lain. Konservatisme akuntansi adalah reaksi yang hati-hati terhadap
ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa
ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam lingkungan bisnis. Penelitian ini akan
menggunakan ukuran konservatisme didasarkan pada akrual perusahaan.
Rumus pengukuran dari konservatisme berdasarkan prinsip Givoly dan Hayn:

CONACCit = NIit– CFOit


Keterangan:
CONACCit : tingkat konservatisme perusahaan i pada tahun t
NI : laba sebelum extraordinary item ditambah dengan
depresiasi dari perusahaan i pada tahun t
CFO : Arus kas operasi (cash flow from operating)
Selanjutnya hasil perhitungan CONACC tersebut dikalikan dengan -1, sehingga
semakin tinggi nilai CONACC menunjukkan konservatisme yang semakin tinggi.

3.3.3 Pertumbuhan Penjualan dan Tahun Pengamatan


Pertumbuhan penjualan dan tahun pengamatan dalam penelitian ini merupakan
variabel kontrol. Pertumbuhan penjualan dilihat dari persentase pertumbuhan penjualan
dari tahun sebelumnya dengan rumus sebagai berikut:
Penjualan periode n – penjualan periode (n-1)
Pertumbuhan Penjualan = 100%
Penjualan periode (n-1)

3.4 Metode Analisis


3.4.1 Uji Asumsi Klasik
Secara umum tahapan pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi :
1. Uji Normalitas
Ghozali (2011) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.

324
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

2. Uji Multikolineritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
3. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005) uji autotokorelasi bertujuan untuk meyakinkan apakah
terdapat korelasi serial pada kesalahan residu. Secara umum pengujian autokorelasi
dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Dimana :
D : Nilai D-Wstat
et : Nilai Residu dari persamaan regresi pada periode t-1
et-1 : Nilai residu dari persamaan regresi pada periode t-1
Untuk menentukan ada atau tidaknya gejala autokorelasi maka digunakan
kriteria ini berarti tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif.
Jika kriteria yang digunakan terpenuhi maka pengolahan data dapat segera
dilakukan.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain.

3.4.2 Model Analisis


Model analisis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
CONACCi,t = ζ0 + ζ1CONVERGEi,t + ζ2GROWTHi,t + εi,t

Keterangan:
CONACCi,t : Tingkat konservatisme perusahaan i pada tahun t
Converge : Skor tingkat konvergensi dari GAAP lokal ke IFRS
GROWTH : Persentase pertumbuhan penjualan dari tahun sebelumnya
i adalah perusahaan i dan t adalah tahun t

3.4.3 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Statistik t. Ghozali
(2011) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Data
Secara umum proses pengambilan sampel yang dilakukan didalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 394
Perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 (298)
Delisting tahun 2011 (16)
Delisting tahun 2015 (3)
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria (5)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 72
Tahun Dasar: 2010

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan proses seleksi
pemilihan sampel berdasarkan kriteria dapat dijelaskan bahwa jumlah perusahaan yang terdaftar
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 adalah 394 perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
325
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

tidak tergolong kepada perusahaan manufaktur (sektor basic industry chemical, consumer good
industry dan miscellaneous industry) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah 298
perusahaan pada tahun 2010. Perusahaan yang delisting pada tahun 2011 adalah 16 perusahaan
serta pada tahun 2015 juga terdapat 3 perusahaan delisting dan perusahaan yang tidak
memenuhi kriteria adalah 5 perusahaan, sehingga perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah 72 perusahaan.

4.2 Statistik Deskriptif


Setelah dilakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber data yan dijelaskan diatas,
maka dapatlah hasil pengujian statistik seperti yang ditampilkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif


Variabel N Mean Std. Deviation
Conacc 432 3,2513 0,09353

Converge 432 1,0881 0,26658


Growth 432 -2,1332 1,19290
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah sampel (N) yang masuk ke dalam pengujian adalah
sebanyak 432 sampel selama periode observasi dua tahun untuk semua variabel yaitu
Konservatisme Akuntansi (CONACC), Konvergensi IFRS (Converge), Pertumbuhan Penjualan
(Growth).
Reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk
mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam lingkungan bisnis
dilakukan oleh suatu perusahan sebagai bentuk konservatisme akuntansi. Selama periode
observasi data terlihat perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian memiliki nilai rata-rata
konservatisme akuntansi sebesar 3,2513 serta nilai standar deviasi sebesar 0,09353. Dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata konservatisme akuntansi perusahaan manufaktur di Indonesia
adalah 3,2513 dan angka ini bernilai positif. Hal tersebut menandakan bahwa dari tahun 2010
sampai 2015 perusahaan manufaktur di Indonesia tidak melakukan konservatisme
akuntansiyang tinggi. Nilai standar deviasi sebesar 0,09353 menunjukkan bahwa perusahaan
sampel tidak memiliki penyimpangan yang tinggi antar masing-masing sampel perusahaan.
Selama periode observasi dari tahun 2010-2015 terlihat bahwa tingkat konvergensi
IFRS mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,0881 serta nilai standar deviasi sebesar 0,26658.
Kondisi tersebut menunjukkan tingkat konvergensi IFRS yang diungkapkan oleh perusahaan
sampel yang dalam hal ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki tingkat
konvergensi terhadap IFRS yang cukup tinggi dan untuk nilai standar deviasi yang lebih kecil
dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa tingkat konvergensi IFRS yang diungkapkan masing-
masing perusahaan sampel memiliki besaran yang hampir sama antar masing-masing sampel
perusahaan.
Salah satu keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan
penjualannya yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari hasil observasi yang
dilakukan pertumbuhan penjualan memiliki nilai rata-rata sebesar -2,1332 serta nilai standar
deviasi sebesar 1,19290. Dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pertumbuhan penjualan -2,1332
dan angka ini bernilai negatif artinya pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel
penelitian tidak mengalami peningkatan pertumbuhan penjualan. Untuk nilai standar deviasi
yang lebih rendah daripada nilai rata menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan perusahaan
sampel memiliki besaran yang hampir sama antar masing-masing sampel perusahaan.

326
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik


4.3.1 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil pengujian normalitas untuk masing-masing variabel, di dalam
penelitian ini diperoleh ringkasan hasil yang terlihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 di bawah
ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Converge Growth Conacc
N 432 432 432
Normal Parameters a,b Mean 1,0881 -2,1332 3,2513
St. Dev. 0,26658 1,19290 0,9353
Most Extreme Absolute 0,165 0,081 0,053
Differences Positive 0,132 0,053 0,053
Negative -0,165 -0,081 -0,029
Kolmogorov-Smirnov Z 3,430 1,684 1,104
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,007 0,174
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa ada data yang belum berdistribusi normal, karena
tidak memiliki nilai probability Asymp.Sig (2-tailed) diatas 0.05. Oleh karena itu,
dilakukan tranformasi dengan menggunakan logaritma natural (LN) serta dilakukan
dengan menggunakan unstandardized. Setelah proses tersebut dilakukan maka pengujian
normalitas diuji kembali, berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diperoleh ringkasan
hasil seperti terlihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 432
Normal Parameters a,b Mean 0.0000000
St. Dev. 0,09210484
Most Extreme Absolute 0,060
Differences Positive 0,060
Negative -0,034
Kolmogorov-Smirnov Z 1,248
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,089
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa data sampel yang dimiliki memiliki nilai
probability Asymp.Sig (2-tailed) 0,089 yang artinya berada di atas 0,05 sehingga data
berdistribusi normal.

4.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas


Hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel independen dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinearitas


Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Converge 0.988 1.012
Growth 0.988 1.012
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai VIF berada di bawah 10 dan mempunyai
angka tolerance mendekati 1, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi.
327
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

4.3.3 Hasil Uji Autokorelasi


Untuk melihat pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Durbin Watson

Converge, Growth 1,683


Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari hasil pengujian diatas diperoleh nilai DW sebesar 1,683, nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%.

Tabel 4.7 Durbin watson Test Bound


K=4
N Du
Dl
15 0,95 1,54
- - -
- - -
70 1,55 1,67
75 1,57 1,68

Oleh karena nilai DW 1,683 lebih besar dari batas atas (du) 1,68 dan kurang dari
4 – 1,68, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau
tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

4.3.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser dengan model AbsUt = α
+ βXt + vt, apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Dalam hal ini variabel (AbsUt)
sebagai variabel dependen dan variabel Converge (tingkat konvergensi IFRS), Growth
(pertumbuhan penjualan), sehingga persamaan regresi menjadi:

AbsUt = ζ0 + ζ1CONVERGE+ ζ2GROWTH


Dari persamaan regresi di atas diperoleh hasil pengujian heteroskedastisitas
dengan menggunakan Uji Glejser seperti terlihat pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Heterokedastisitas


Model B Std.Error Beta t Sig.
Constanta 0,046 0,013 - 3,544 0.000
Converge 0,021 0,011 0,090 1,865 0.063
Growth 0,000 0,002 -0.013 -0,267 0,790
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari tabel 4.7 diatas memperlihatkan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai
Absolut Ut ( AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas 0.05, jadi dapat
disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

4.4 Hasil Uji Hipotesis


Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen,
dilakukan dengan menggunakan uji signifikan parameter individual (uji statistik t), dengan
328
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil pengujian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh tingkat konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi. Untuk membuktikan
berpengaruh atau tidaknya hipotesis tersebut, maka dapat dilihat dari hasil pengujian berikut:

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis


Model B Std.Error Beta t Sig. Kesimpulan
Constanta 3,312 0,020 - 168,743 0.000
Converge -0,061 0,017 -0,175 -3,650 0.000 H1 Diterima
Growth 0,003 0,004 -0,034 -0,706 0.481
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Conacct = 3,312 - 0,061 Converge + 0,003 Growth

Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa Konvergensi IFRS mempunyai t hitung
sebesar -3,650 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa
probabilitas signifikansinya jauh di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat
konvergensi IFRS mempengaruhi konservatisme akuntansi artinya hipotesis 1 diterima.
Penelitian ini mempunyai satu variabel kontrol yang berfungsi untuk menghindarkan
bias dalam hasil regresi yaitu dari pertumbuhan penjualan. Pada hasil pengujian hipotesis di
atas menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki nilai probabilitas signifikansi
sebesar 0,481 artinya pertumbuhan penjualan tidak diterima dalam memperkuat pengaruh
tingkat konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wardhani (2010) yang
membuktikan bahwa konvergensi terhadap IFRS secara positif mempengaruhi konservatisme
perusahaan. Demikian juga dengan Andre dan Fillip (2012), menemukan bukti adanya
penurunan yang signifikan ketepatan waktu pengakuan kerugian relatif untuk memperoleh
pengakuan setelah adopsi IFRS. Hasil tersebut ditunjukkan oleh adanya penurunan
konservatisme di beberapa negara yang ditelitinya yaitu Prancis, Jerman, Yunani, Belanda,
Portugal, Spanyol, dan Swiss.

5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tingkat konvergensi IFRS
terhadap konservatisme akuntansi. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian
hipotesis yang dilakukan dapat diajukan kesimpulan yang merupakan ini pembahasan
permasalahan yang diangkat yaitu hasil pengujian hipotesis, ditemukan bahwa tingkat
konvergensi IFRS berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi (Hipotesis 1
diterima). Hal ini membuktikan bahwa konvergensi terhadap IFRS menurunkan konservatisme
akuntansi perusahaan. Basis prinsip serta berorientasi masa depan yang dianut oleh IFRS
menjadikan perusahaan lebih optimis dalam pelaporan keuangannya dibandingkan sebelumnya
yang memiliki basis peraturan dan orientasi masa lalu yang menyebabkan perusahaan menjadi
konservatis dalam melakukan pelaporan keuangan.
Keterbatasan penelitian ini adalah hanya berfokus kepada satu variabel independen
yang mempengaruhi variabel dependen yaitu konvergensi IFRS dan tidak memasukkan
corporate governance sebagai variabel independen sebagaimana pada penelitian sebelumnya.

329
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No. 2, Oktober 2017, Hal 320 - 330 ISSN : 2301-5268 | E-ISSN : 2527-9483
Copyright@2017 by LPPM UPI YPTK Padang

DAFTAR PUSTAKA

[1] Warsidi. 2011. Mengapa harus mengadopsi IFRS. www.warsidi.com, Fakultas Ekonomi
Universitas Jenderal Soedirman. Diakses tanggal 03 Mei 2012.
[2] Wardhani, Ratna. 2010. The Effect of Degree of Convergensi to IFRS and Governance
System to Accounting Conservatism: Evidence From Asia. Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto.
[3] Mayangsari, Sekar. Dan Wilopo, 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan
Dicretionary Accruals: Implikasi Model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, September 2002.
[4] Hellman, Niclas. 2007, Accounting conservatism under IFRS, Stockholm School of
Economics. Journal of Accouting and Economics.
[5] Oktala, Vilma. 2009. Mekanisme corporate governance dan pengaruhnya terhadap
konservatisme akuntansi. Skripsi Universitas Bung Hatta.
[6] Basu, S., 1997. The conservatism principle and asymmetric timeliness of earnings.
Journal of Accounting and Economics 24, 3-37.
[7] Widya. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Terhadap
Akuntansi Konservatif. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
[8] Asbaugh, H. dan M. Pincus., 2001. Domestic Accounting Standards, International
Accounting Standards, and the Predictability of Earnings. Journal of Accounting
Research 39: 417-434.
[9] Gassen, Joachim, dan Thosten Sellhorn., 2006. Applying IFRS in Germany –
Determinants and Consequences. Working paper University zu Berlin.
[10] Barth, M., W. Landsman, dan M. Lang., 2007. International Accounting standards and
Accounting Quality, Working paper, Stanford University and University of North
Carolina.
[11] Meulen, Sofie Van Der., Ann Gaeremynck, Marleen Willekens., 2007Attribute
Differences between U.S. GAAP and IFRS earnings: An Exloratory study. The
International Journal of Accounting, 42:123-142.
[12] Andre, Pau.l dan Filip, Andrei. 2012. Accounting Conservatism in Europe and the Impact
of Mandatory IFRS Adoption: Do country, institutional and legal differences survive?,
ESSEC Business School, Cergy-Pontoise 95021 CEDEX. Social Science Research
Network (SSRN). France.
[13] Priot, Charles & Dumontier, Pascal. 2010. IFRS Consequences on Accounting
Conservatism within Europa, University of Grenoble and CERAQ-CNRS. Social Science
Research Network (SSRN). France.
[14] Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
[15] Givoly, D., C. Hayn, dan A. Natarajan, 2007. Measuring reporting conservatism. The
Accounting review 82, 65-106.
[16] Ghozali, Imam. 2005, 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
[17] IAI, 2011. SAK UPDATE PER 20 DESEMBER 2011. http://www.iaiglobal.or.id.
Diakses tanggal 31 Mei 2012

330

Anda mungkin juga menyukai