Keke Rasan
Keke Rasan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional,psikologis, dan sosial yang
terlihat drai hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep
diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck,2008). Sesorang dikatakan sehat jiwa
apabila memenuhi criteria seperti: sikap positif terhadap diri sendiri, integrasi dan ketanggapan
emosional, otonomi dan kemantapan diri, persepsi realitas yang akurat, serta penguasaan
lingkungan dan kompentesi sosial (Stuart,2007).
I. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan:
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secra fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus,
tapi lebih bnayak merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya
disebut dengan perasaan marah. (Berkowits, 1993)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan kehilangan kendali perilaku yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berupa melukai diri untuk bunuh diri, atau dalam bentuk menelantarkan diri.
Perilaku kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai
orang lain atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa
merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada dilingkungan.
II. ETIOLOGI
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebgai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk bererilaku pasif, asertif, dan agresif/ perilaku
kekerasan. (Stuart dan Laraia,2005)
Respon marah dapat diekpresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan melalui tiga cara
yaitu: 1. Mengungkapkanmarah secara verbal, 2. Menekan/mengingkari marah, 3.
Menetang perasaan marah.
VII. AKIBAT
IX. PENATALAKSANAAN
a. Faktor Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya:
clorpomazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak
ada dapat digunakan efek rendah, contohnya: transquilizer bukan obat anti psikotik
seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti
tegang, anti cemas, adan anti agitasi.
b. Terapi Okupasiterapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, tetapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
menegmbalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur
dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan itu diajak
berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya.
Terapi ini merupakan lagkah awal yang harus dilakukan oleh petugas rehabilitasi
setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
c. Peran Serta Keluarga
Keluarga merupakan sitem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
ada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,membuat
keputusan tindakan kesehatan, member perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, san menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan
dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptive (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive ke
perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan pasien dan keluarga
dapat ditingkatkan secara optimal. (Budi Anna Keliat, 1992)
d. Terapi Somatik
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terpi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan mengubah perilaku yang
maladaptive dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien,
tetapi target terapi adalah perilaku pasien.
e. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis pasien. Terapi ini pada
awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali). (Prabowo, 2014).
X. POHON MASALAH
Perilaku Kekerasan/amuk
(Prabowo, 2014)
A. Pengkajian
a. Data yang perlu dikaji
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data Subyektif
- Klien mengatakan benci atu kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
1). Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
dan marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
- Mata memerah, wajah agak memerah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi arah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
1). Data Subyektif
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodo,
mengkritik diri sendiri, mengungkapan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2). Data Obyektif
3). Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
(http://www.smallcrab.com/kesehatan/1202-asuhan-keperawatan-perilaku-
kekerasan)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencedarai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/amuk.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
(Prabowo, 2014).
C. Intervensi
1. Dx 1 : resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan/amuk.
TUM :
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUK :
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4) Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilakunkekerasan.
5) Pasien dapat mengidentifikasi berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
6) Pasien dapat mengidentifikasi obat yang benar.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
R/ : Hubungan salig percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar
untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ : informasi dari pasien penting bagi perawat untuk membantu pasien dalam
menyelesaikan masalah yang konstruktif.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal.
R/ : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam, akan
menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyesalan persoalan.
4. Anjurkan pasien mengungkapkan dilema yang dirasakan saat jengkel.
R/ : pengungkapan kekesalan secara konstruktif utnuk mencari penyelesaian masalah
yang konstruktif pula.
5. Observasi tanda perilaku kekerasan pada pasien.
R/ : mengetahui perilaku yang dilakukan oleh pasien sehingga memudahkan untuk
intervensi.
6. Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel/kesan yang dialami pasien.
R/ : memudahkan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
7. Anjurkan pasien untuk mengungkapan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
R/ : memudahkan dalam pemberian tindakan.
8. Bantu pasien dalam bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan.
R/ : mengetahui bagaimana cara pasien melakukannya.
9. Bicarakan dengan pasien apakah dengan cara yang pasien lakukan masalahnya akan
selesai.
R/ : membantu dalam menberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
10. Bicarakan akibat/kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan pasien.
R/ : mencari metode yang tepat dan konstruktif.
11. Bersama pasien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
R/ : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan marah.
12. Tanyakan pada pasien “apakah anda ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
R/ : menambah pengetahuan pasien tentang koping yang konstruktif.
13. Beri pujian jika pasien mengetahui cara sehat.
R/ : mendorong pengulangan perilaku yang ositif, meningkatkan harga diri pasien.
14. Diskusikan dengan pasien cara lain yang sehat.
R/ : dengan cara yang sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan pasien.
15. Bantu pasien memilih cara yang paling tepat untuk pasien.
R/ : memotivasi pasien dalam mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
16. Bantu pasien mengindentifikasi manfaat yang telah dipilih.
R/ : mengetahui respon pasien terhadap cara yang diberikan.
Rusdi, deden dermawan. 2013. Keperawatan jiwa konsep kerangka kerja asuhan keperawatan
jiwa. Yogyakarta : gosyen publishing
Prabowo eko. 2014. Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : nuha medika
Yusuf, ahmad, dkk. 2015. Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : salemba medika
http://barryvanilow.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-jiwa-klien-dengan.html diunduh
tanggal 10 april 2015, pukul 17: 00 WIB
https://www.facebook.com/permalink.php?id=146250918872988&story_fbid=16631112686696
7 diunduh tanggal 10 april 2015, pukul 17:00 WIB
http://www.smallcrab.com/kesehatan/1202-asuhan-keperawatan-perilaku-kekerasan diunduh
tanggal 10 april 2015, pukul 17: 00 WIB
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan_5109.html diunduh tanggal 10 april 2015, pukul 17:00 WIB